Perbedaan Efektifitas Perawatan Luka Menggunakan Madu dengan Metronidazole Terhadap Tingkat Malodor dan Jumlah Eksudat Luka Maligna di RS. X

2007 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 54-58
Author(s):  
Dudut Tanjung ◽  
Elly Nurachmah ◽  
Hanny Handiyani

AbstrakLuka maligna dengan tingkat malodor dan jumlah eksudat yang berlebihan dapat menyebabkan masalah ketidaknyamanan dan isolasi sosial sehingga berdampak negatif bagi kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan membandingkan efektifitas antara perawatan luka menggunakan madu dengan metronidazole dalam menurunkan tingkat malodor dan mengurangi jumlah eksudat luka maligna. Penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan non equivalent pretest-posttest controlled group design dan non equivalent posttest only controlled group design. Berdasarkan consecutive sampling diambil sampel sebanyak 12 responden, terdiri dari enam responden kelompok kontrol dan enam responden kelompok intervensi, dengan kriteria: luka maligna stadium lanjut, laki-laki dan perempuan berusia 23-59 tahun, luas luka = 4cm². Perawatan luka dengan madu menurunkan tingkat malodor menurut pasien berdasarkan Numeric Rating Scale (NRS) dari 6,0 sebelum intervensi menjadi 2,1 sesudah intervensi hari ke-6, sementara perawatan luka dengan metronidazole tingkat malodor dari 5,6 menjadi 4,6. Hasil uji t menunjukkan nilai p<0,05; pada perubahan tingkat malodor. Perawatan luka dengan madu menunjukkan peningkatan jumlah eksudat dari 66,6gr sesudah intervensi hari ke-3 menjadi 80,8gr hari ke-6, sementara perawatan luka dengan metronidazole menunjukkan peningkatan jumlah eksudat dari 44,5gr menjadi 51,1gr. Hasil uji t menunjukkan nilai p>0,05 pada perubahan jumlah eksudat. Peneliti menyimpulkan perawatan luka dengan madu lebih efektif dibandingkan dengan metronidazole menurunkan tingkat malodor. Sementara perawatan luka dengan madu dan metronidazole belum efektif mengurangi jumlah eksudat luka maligna. Para pengambil kebijakan di institusi pelayanan kesehatan perlu mengeluarkan kebijakan yang dapat mengakomodasi penggunaan madu sebagai agen topical perawatan luka maligna. AbstractMalodor and exudates of wounds in malignancy can cause problems of discomfort & social isolation for patients. Both of them can produce negative impact on their quality of life. The treatment of malignant wounds use the right topical agent is a major factor in reducing malodor and wounds exudates. A comparative study was conducted to evaluate the effectiveness of honey and metronidazole on malodor & exudates malignant wounds. A Quasi experimental with non equivalent pretest-posstest controlled group design and non equivalent posttest only controlled group design were used in this study. Twelve sample was taken by a consecutive sampling, consis of six patients of control group and six patients of intervention group with a final stage of malignancy, 23-59 years old in male and female, size of wound is = 4 cm2. The wounds which we treated with honey demonstrated a reduction in malodor from patient perspectives using a Numeric Rating Scale (NRS), from the mean score of malodor on onset was 6,0 and on the sixth days of the treatment, to 2,1. group, malodor also reduced from 5,6 before treatment and dropped to 4,6 after treatment. at test showed that there are a significant difference between honey and metronidazole in reducing malodor (p<0,05). On the other hand, the wounds treated with honey and metronidazole preduced more drainage. In the honey group, the increase in the amount of wound exudate was noticeable on the third days (66,6 gr) and the sixth days (80,8gr) after the treatment. While in the metronidazole group, the amount of wound exudate was increase on the third days (44,5 gr) and the sixth days (51,1gr) after the treatment. There are not statistically significant (p>0,05). The study concluded that the use of honey in the treatment of wounds in malignancy is more effective than metronidazole in reducing malodor patients perspectives. Base on findings, it is requested for decision makers in the healthcare institution to produce a policy that could accommodate usage of honey as a topical agent in the treatment of malignant wounds.

2021 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 404
Author(s):  
Dewi Zolekhah ◽  
Nendhi Wahyuni Utami

Latar belakang: Nyeri menstruasi merupakan ketidaknyamanan pada saat menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Banyak wanita yang menangani nyeri menstruasi  dengan cara  membeli kemudian mengkonsumsi  obat-obatan sendiri untuk mengurangi nyeri menstruasi yang bisa berdampak menjadi ketergantungan terhadap efek  obat penghilang nyeri.Tujuan:  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian coklat hitam dan jus wortel untuk mengatasi nyeri menstruasi.Metode: Rancangan dalam penelitian ini yaitu quasy eksperimen, dengan one group pre test and post test control group design dengan menggunakan lembar observasi skala pengukuran nyeri numeric rating scale (NRS) kemudian dilakukan uji normalitas dengan shapiro wilk test dan analisa data menggunakan uji Wilcoxon dan mann whitney. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai Agustus 2020. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa prodi kebidanan yang mengalami nyeri mentruasi. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling dan sampel  berjumlah 30 responden yang terdiri dari 15 responden untuk kelompok intervensi dan 15 responden untuk kelompok kontrolHasil: Penelitian dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan hasil p value 0.001 < 0.05 maka disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian coklat hitam dan jus wortel terhadap nyeri menstruasi. Pada kelompok kontrol hasil p value 0.001 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian cokelat hitam terhadap nyeri menstruasi.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 152
Author(s):  
Adi Antoni ◽  
Yanna Wari Harahap

Abstrak   Latar belakang: Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit kronik dan menjadi masalah global. Salah satu komplikasi yang ditimbulkan dari DM adalah luka kaki diabetic. Langkah awal dalam perawatan luka kaki diabetic adalah mencuci luka. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui keefektifan dari rebusan daun jambu biji sebagai cairan pencuci luka terhadap tingkat malodor pada luka kaki diabetic. Metode: Desain penelitian yang digunakan adalah quasy experiment dengan rancangan one group pretests-posttest only. Teknik sampling yang digunakan adalah consecutive sampling dengan jumlah sampel 16 orang. Kriteria sampel yang digunakan adalah klien luka kaki diabetic, tingkat malodor 1-10 dengan NRS. Alat ukur yang digunakan adalah Numeric Rating Scale (NRS). Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji paired t test. Hasil: tingkat malodor sebelum intervensi pencucuan luka menggunakan rebusan daun jambu biji rata-rata sebesar 4.40 dan sesudah intervensi sebesart 2.44 dengan p value < 0.001. Selisih tingkat malodor antara sebelum dan sesudah intervensi sebesar 1.96. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa daun jambu dapat digunakan sebagai cairan pencuci luka dalam mengatasi tingkat malodor pada luka kaki diabetik. Kesimpulan : daun jambu biji dapat digunakan sebagai cairan pencuci luka pada luka kaki diabetic. Perawat diharapkan dapat memanfaatkan daun jambu biji sebagai salah satu alternatif dalam pencucian luka kronik khususnya luka kaki diabetik.   Kata kunci: Daun Jambu Biji, Tingkat Malodor, Luka Kaki Diabetik   Abstract   Background: Diabetes mellitus (DM) is a chronic disease and a global problem. One of the complications that arise from DM is diabetic foot ulcer. The first step in treating diabetic foot ulcer is washing the wound. The purpose of this study was to determine the effectiveness of guava leaf decoction as a washing fluid for malodor levels in diabetic foot ulcer. Method: The research design used was quasy experiment with one group pretests-posttest only design. The sampling technique used was consecutive sampling with a sample of 16 people. Sample criteria used were diabetic foot ulcer clients, malodor level 1-10 with NRS. The measuring instrument used is the Numeric Rating Scale (NRS). Analysis of the data used in this study used paired t test. Results: the level of malodor before intervening in wound washing using guava leaf decoctions on average was 4.40 and after the intervention was 2.44 with p value <0.001. The difference in the level of malodor between before and after the intervention was 1.96. The results of this study indicate that guava leaves can be used as a washing fluid in dealing with malodor levels in diabetic foot ulcer. Conclusion: Guava leaves can be used as a washing fluid for diabetic foot wounds. Nurses are expected to be able to use guava leaves as an alternative in washing chronic wounds, especially diabetic foot injuries.   Key words: Guava Leaf, Malodor Level, Diabetic foot ulcer.


2020 ◽  
Author(s):  
Jofrid Kollltveit ◽  
Malin Osaland ◽  
Marianne Reimers ◽  
Magnus Berle

BackgroundPain is a subjective sensation; self-reporting is important for quantifying pain intensity. There are several different validated tools for this, such as Visual Analog Scale and Numeric Rating Scale. In the clinic, these terms are often used as equivalent. The objective of this study was to examine correlation and agreement between the pain registration tools in triage in an emergency department.Materials and MethodsThe study was performed in the Department of Emergency Medicine at Haukeland University Hospital in the period June-August 2019. We registered the pain score with two tools in 200 unselected patients in emergency admission with pain. In addition, we registrered gender, age, triage and general department affiliation.ResultsWe found a strong correlation between the pain registration tools by Spearmans correlation test (rho=0,930, p<0,001). There were no significant difference between the pain registration tools within the subgroups. Bland-Altman analysis show agreement between the two pain registration tools.ConclusionsIn an Emergency Department triage is it acceptable to use Visual Analog Scale and Numeric Rating Scale as equivalent, as long as the correct terminology is used.


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 39-50
Author(s):  
Nurfitri - Bustamam ◽  
Cut - Fauziah ◽  
Meiskha - Bahar

Latar belakang: Prevalensi dismenore diperkirakan berkisar antara 45–95 persen dan 10–25 persen diantaranya merupakan dismenore primer berat. Dismenore dapat menimbulkan sejumlah masalah, antara lain limitasi aktivitas, penurunan prestasi akademik, dan kesulitan tidur. Saat ini, terdapat kecenderungan penggunaan herbal dan pengobatan alternatif untuk mengatasi dismenore primer. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh madu terhadap tingkat nyeri dismenore dan kualitas hidup mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (FKUPNVJ). Metode: Penelitian menggunakan one group pretest-posttest design. Sebanyak 30 subjek yang ditentukan dengan consecutive sampling  diminta minum madu sebanyak dua sendok makan yang dimulai dari dua hari sebelum menstruasi hingga hari ketiga menstruasi. Data diambil menggunakan kuesioner, Numeric Rating Scale, Verbal Multidimensional Scoring System, dan Brief Pain Inventory. Hasil: Hasil uji Wilcoxon menunjukkan madu dapat menurunkan intensitas nyeri (p = 0,000) dan grade dismenore (p = 0,001). Selain mengurangi derajat nyeri, madu dapat mengurangi lama waktu nyeri menstruasi dari 2 hari menjadi 1 hari (p = 0,001). Hasil uji Wilcoxon juga menunjukkan madu dapat mengurangi gangguan dismenore terhadap aktivitas secara umum, suasana hati, kemampuan berjalan, pekerjaan, hubungan dengan orang lain, tidur, dan menikmati hidup (p ≤ 0,001). Kesimpulan: madu dapat menurunkan tingkat nyeri dan meningkatkan kualitas hidup mahasiswi FKUPNVJ dengan dismenore primer.  Kata kunci: dismenore primer, kualitas hidup, madu, mahasiswi


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 17-22
Author(s):  
Ilham

Latar Belakang : Gout arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering ditemukan, yang di tandai dengan penumpukan kristal monosodium urat didalam atau disekitar persendian sehingga menimbulkan nyeri. Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2017), prevalensi gout arthritis didunia sebanyak 34,2%. Gout arthritis sering terjadi di negara maju seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di negara Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout arthritis tidak hanya terjadi di negara maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara berkembang, salah satunya di negara Indonesia. Penatalaksanaan gout arthritis dapat dilakukan dengan kompres hangat menggunakan jahe merah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompres hangat menggunakan jahe merah terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout arthritis di Kelurahan Lantora Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian “quasy experiment” dengan desain/rancangan Pre and Post test without control (Control diri sendiri), pengambilan sampel menggunakan Non probability sampling dengan teknik Consecutive sampling, sampel pada penelitian ini sebanyak 20 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan adalah kompres hangat, jahe merah, thermometer air dan lembar observasi numeric rating scale (NRS). Penelitian ini menggunakan analisis statistik Uji Wilcoxon. Hasil penelitian didapatkan nilai p value 0.000 dimana p < ? 0.05 maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompres hangat menggunakan jahe merah terhadap terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout arthritis di Kelurahan Lantora Wilayah Kerja Puskesmas Massenga Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2019.


Author(s):  
Holger Joswig ◽  
Lauren Zarnett ◽  
David A. Steven ◽  
Martin N. Stienen

AbstractObjective: Our aim was to assess the impact of jinxing on “call karma” in neurosurgery. Methods: We conducted a prospective observational study on 15 residents on call for the neurosurgery service, recording the total number of admissions, consults, deaths encountered, surgeries performed, hours of sleep and subjective call rating on a numeric rating scale (NRS) of 0-10 in terms of general awfulness. Results: Some 204 on-call nightshifts were analyzed, of which 61 (29.9%) were jinxed and 143 (70.1%) were nonjinxed. Jinxes seemed to occur in clusters. The baseline parameters (experience, type of call coverage and superstition level) of the study groups were well balanced. A trend toward more surgeries was observed during jinxed nights, where residents slept significantly less (mean 147.8±96.2 vs. 180.9±106.1 min, p=0.037) and rated their on-call experience worse on the NRS (4.4±2.2 vs. 3.5±2.0, p=0.011), while there was no significant difference in number of admissions, consults or deaths. Conclusions: The act of jinxing ought to be avoided in the neurosurgical setting, as it might be potentially harmful to resident call karma, irrespective of level of experience, resources and personal beliefs.


2020 ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Fatma Jama ◽  
Asna Azis

Dismenore adalah nyeri pada saat menstruasi. Nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. Salah satu tindakan non-farmakologi dalam menangani nyeri yaitu massase dengan teknik massase effleurage yang aman dapat mengurangi nyeri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh massase effleurage abdomen terhadap penurunan nyeri dismenore primer pada remaja putri SMAN 1 Siotapina.Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, dengan menggunakan desain pra-eksperiment dengan rancangan pretest-postest. Pada penilitian ini menggunakan non probability sampling dengan metode consecutive sampling, Populasi pada penilitian ini adalah semua siswi putri yang mengalami dismenore primer pada kelas Xl IPA yang berjumlah 16 siswi. Analisa data yang digunakan adalah univariat dan bivariat, dimana bivariat menggunakan analisa uji Wilcoxon. Instrumen yang digunakan Numeric Rating Scale (NRS). Sampel diberikan terapi massase effleurage abdomen 3-5 menit selama 3 hari berturut-turut. Hasil penelitian menunjukkan nilai ρ = 0.000, dimana nilai ρ lebih kecil dari α=0,05 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Sehingga, dapat disimpulkam bahwa terdapat berbedaan hasil sebelum dan setelah pemberian massase effleurage abdomen sehingga terdapat adanya pengaruh massase effleurage abdomen dengan skala nyeri disminore.


2019 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 217-224
Author(s):  
Tina Mawardika ◽  
Wacidatum Mutohharoh

Nyeri haid merupakan nyeri di daerah panggul akibat menstruasi dan produksi zat prostaglandin yang membuat dinding rahim berkontraksi. Salah satu cara untuk mengurangi nyeri yaitu dengan Massage Effleurage. Massage effleurage dapat menstimulasi serabut di kulit yang akan membuat nyaman, menurunkan rasa nyeri haid karena sentuhan dan nyeri yang di rangsang bersama sensasi sentuhan berjalan ke otak dan meningkatkan hormone endhorpin. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh massage effleurage terhadap intensitas nyeri haid. Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperiment dengan rancangan non randomized pretest-post test with control group design. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, jumlah populasi 126 siswi dan sampel 36 responden. Instrument penelitiannya berupa numeric rating scale dan lembar self report. Analisis data menggunakan uji statistic Independent t-test dan Dependent t-test. Hasil penelitian melalui uji statistik independent t-test didapatkan nilai p-value (0,001) < α (0,05) yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara massage effleurage terhadap intensitas nyeri haid   Kata kunci: massage effleurage, nyeri haid THE EFFECT OF MASSAGE EFFLEURAGE ON THE BACK FOR PERIOD MENSTRUAITION PAIN   ABSTRACT Period pain is pelvis pain area because of menstruation and prostaglandin subtances production. Prostaglandin used to make cervix contraction. One of the way for reduce the pain are massage effleurage. Massage effleurage can stimulated fiber on the scalp and make comfortable. Massage effleurage can reduce period pain because touch and pain stimulated with touch sensation going to brain and increase endhorpin hormone. Analyzing Massage Effleurage influence for period pain intensity. These research are using quasy experiment research design with non randomized pretest-post test with control group design. Taking sample by purposive sampling on 126 women students in total and 36 respondents for sample. Research instrument are numeric rating scale and self report paper form. Data analyze using statistic test : Independent t-test and Dependent t-test. Research result by statistic test independent t-test show p-value (0,0001 )< α (0,05) that mean there are a significant influence on massage effleurage in period pain intensity.   Keywords: massage effleurage, menstruation pain


2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 791-798
Author(s):  
Much Ilham Bintara Indah ◽  
Windha Widyastuti

AbstractBack pain is a problem commonly experienced by pregnant women in the third trimester. One of the effective ways to reduce that pain is pregnancy exercise. This scientific writing aims to describe the implementation of pregnancy exercise to pregnant women who experience back pain based on a literature review. The review was done to three articles from similar journal, which were published during 2018 – 2020. The Numeric Rating Scale (NRS) was used as the instrument. From 39 pregnant women who participated, 97.4% of them were 20-35 years old and 69.2% were fulltime housewives. The result showed that average value of the pain scale before the intervention was 5.42, and after the intervention was 2.70. The conclution of this literature review was that the implementation of pregnancy exercise was effective in reducing the intensity of back pain in pregnancy. Hence, health workers are supposed to encourage pregnant women to do pregnancy exercise, especially in the third trimester.Keywords: Keywords: Pregnancy; Back Pain, Pregnancy Exercise AbstrakKetidaknyamanan nyeri punggung umum dialami oleh ibu hamil Trimester III. Salah satu tindakan untuk menurunkan nyeri punggung yang efektif adalah senam hamil. Karya Tulis Ilmiah ini bertujuan untuk menggambarkan penerapan senam hamil pada ibu hamil yang mengalami nyeri punggung berdasarkan literature review. Subyek literature review yang digunakan yaitu 3 jurnal dengan laman jurnal yang yang sama, terbit tahun (2018-2020). Instrumen pada ketiga artikel ini menggunakan NRS (Numeric Rating Scale). Hasil analisa karakteristik responden dari 3 jurnal menunjukkan dari jumlah responden 39 ibu hamil. Sebagian umur responden adalah 20-35 tahun (97,4%), mayoritas status pekerjaan adalah IRT (69,2%). Nilai rata-rata skala nyeri sebelum intervensi 5,42, setelah intervensi 2,70. Kesimpulkan dari literature review adalah senam hamil efektif dalam menurunkan intensitas nyeri punggung pada kehamilan. Saran bagi pelayan kesehatan hendaknya menigkatkan penerapan senam hamil kepada seluruh ibu hamil terutama trimester III.Kata kunci: Kehamilan, Nyeri Punggung, Senam Hamil


2020 ◽  
Author(s):  
Grace Yuliona Sirtin Tumakaka ◽  
Nani Nurhaeni ◽  
Dessie Wanda

This study aimed to identify the effect of distraction technique involving squeezing a squishy object on pain in children during intravenous catheter insertion. In this work, the control group posttest-only quasiexperimental design was used. This study involved 50 participants aged 3-15 years and was assigned into either intervention or control group. The intervention group was provided with a squishy object to squeeze as a form of distraction during intravenous catheter insertion, whereas the control group received the standard intervention. The pain was measured by using the Wong- Baker Faces Scale for 3-8 years old and the Visual Analog Scale or Numeric Rating Scale for children older than 8 years. Mann–Whitney analysis reveals significant difference in pain level between the intervention and control groups (P<0,001; α=0.05). The distraction technique involving squeezing a squishy object effectively reduced pain in children during intravenous catheter insertion and is recommended for pain management in nursing care in the pediatric ward.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document