Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

63
(FIVE YEARS 36)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Pusat Air Tanah Dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi

2502-8804, 2086-7794

2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Sugeng Purwo Saputro ◽  
Dwi Ratih Purwaningsih ◽  
Rahmi Mulyasari

ABSTRAKKaranggayam dan Karangsambung di Kabupaten Kebumen termasuk ke dalam zona bahaya tinggi terdampak bencana kekeringan. Kedua daerah tersebut memiliki variasi batuan yang lengkap mulai dari batuan beku, batuan sedimen, hingga batuan metamorf, dan termasuk ke dalam wilayah Taman Bumi Nasional Karangsambung-Karangbolong. Prediksi dan penentuan area yang masih memiliki cadangan air tanah menjadi hal yang vital untuk segera dilakukan guna mengurangi dampak dari bencana tersebut, ditunjang dengan pengetahuan mengenai pengontrol utama dari parameter penyebab bencana kekeringan di daerah Karanggayam dan Karangsambung. Observasi lapangan dan analisis geospasial dipilih menjadi metode karena dinilai lebih efisien untuk penelitian ini, serta didukung dengan hasil analisis statistik dari data sekunder. Fisiognomi tanah, kondisi geologi, dan angka infiltrasi yang merupakan bagian dari delapan karakteristik geografi dan geomorfologi, dinilai menjadi pengontrol utama dari parameter penyebab bencana kekeringan yang terjadi di Karanggayam dan Karangsambung. Ketiga karakteristik tersebut berperan dalam mempersempit kemungkinan area cadangan air tanah menjadi hanya berada di sekitar lembah antiklin dan lereng sayap antiklin bagian selatan-tenggara (S-SE). Seluruh hasil penelitian ini dapat berfungsi untuk membantu pemerintah daerah dan pengelola taman bumi dalam membuat berbagai macam perencanaan dan kebijakan terkait Taman Bumi Nasional Karangsambung-Karangbolong.Kata kunci: bencana, cadangan air tanah, Kebumen, kekeringan, taman bumiABSTRACTKaranggayam and Karangsambung in Kebumen Regency included in the high danger zone affected by drought. Both areas have complete rock variations ranging from igneous, sedimentary, to metamorphic rocks, and are included in the Karangsambung-Karangbolong National Geopark. Prediction and determination of areas that still have groundwater reserves are vital to be carried out immediately to reduce the disaster’s impact, supported by the knowledge of the main controllers of drought-causing parameters in both areas. Field observations and geospatial analysis were chosen because they were considered more efficient and supported by the results of statistical analysis from secondary data. Soil physiognomy, geological conditions, and infiltration rates are considered the main controllers causing drought disasters in Karanggayam and Karangsambung areas. These three characteristics narrow down the possibility that the groundwater reserve area is only around the anticline valley and the south-southeast (S-SE) side of the anticline wing. All of the results of this study can help local governments and geopark management to make various plans and policies related to the Karangsambung-Karangbolong National Geopark.Keywords: disaster, groundwater reserves, Kebumen, drought, geopark


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Samsul Anwar

ABSTRAKIndonesia merupakan salah satu negara yang rawan terjadinya tsunami. Berdasarkan Katalog Tsunami BMKG, sepanjang tahun 1802 hingga 2018 telah terjadi 219 tsunami di Indonesia. Dengan mempelajari kejadian tsunami pada masa lalu berarti merupakan salah satu langkah mitigasi bencana dalam upaya meminimalisir kerugian yang disebabkan oleh tsunami pada masa yang akan datang. Tujuan penelitian ini adalah menghitung nilai hazard rasio kejadian tsunami berdasarkan lokasi kejadiannya relatif terhadap garis khatulistiwa. Model Cox Proportional Hazard (Cox PH) menunjukkan bahwa tsunami di wilayah selatan garis khatulistiwa cenderung 50,5% lebih cepat terjadi dibandingkan dengan wilayah utara. Hal ini disebabkan karena wilayah selatan berpotensi lebih besar akan terjadinya kejadian tsunamigenik termasuk gempa bumi, erupsi gunungapi dan penyebab lainnya dari pada wilayah utara. Adanya zona subduksi aktif akibat pertemuan lempeng tektonik Indo-Australia dan Eurasia di wilayah selatan meningkatkan potensi terjadinya tsunamigenik di wilayah tersebut. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menjelaskan hubungan antara garis khatulistiwa dengan kejadian tsunamigenik di Indonesia.Kata kunci: garis khatulistiwa, hazard rasio, Indonesia, model cox ph, tsunami, tsunamigenikABSTRACTIndonesia is a tsunami-prone country. Based on the BMKG Tsunami Catalog, from 1802 to 2018 there were 219 tsunamis in Indonesia. By studying tsunami events in the past means one disaster mitigation measure in an effort to minimize losses caused by tsunamis in the future. The objective of the study is to measure the tsunami hazard ratio based on its location relative to the equator position. Cox Proportional Hazard Model (Cox PH) showed that tsunamis in the southern area tended to happen 50.5% faster compared to the northern area. This is because the southern region has greater potential for tsunamigenic events including earthquakes, volcanic eruptions, and other causes than the northern region. The existence of an active subduction zone due to the confluence of Indo-Australian and Eurasian tectonic plates in the southern region increases the potential for tsunamigenic events in the region. Further research is necessarily needed to explain the relationship between the equator and tsunamigenic events in Indonesia.Keywords: equator, hazard ratio, Indonesia, cox ph model, tsunami, tsunamigenic


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Shinta Kiky Rachmawati ◽  
Yayat Sudrajat ◽  
Lina Handayani ◽  
Dadan Dani Wardhana

ABSTRAKGerakan tanah di kompleks perkantoran Kabupaten Sukabumi di Jajaway, Palabuhanratu, terjadi di luar perkiraan dan perencanaan pembangunan sebelumnya. Untuk melihat kondisi dan luasan daerah gerakan tanah dan dalam usaha mengurangi resiko kerugian lebih besar, diperlukan identifikasi bidang gelincir gerakan tanah di kompleks tersebut. Bidang gelincir dicari berdasarkan model tahanan jenis yang diperoleh dari survei pengukuran geolistrik. Akuisisi data dilakukan pada 7 lintasan, dengan 6 lintasan berarah utara-selatan dan 1 lintasan berarah barat-timur. Metode akusisi yang digunakan adalah tahanan jenis multielektrode dengan konfigurasi dipole-dipole. Hasil penelitian membuktikan bahwa kondisi perlapisan batuan lepas tetapi lebih berat di atas lapisan lempung merupakan salah satu penyebab kejadian pergerakan tanah. Kejadian itu sangat terlokalisir karena kondisi seperti itu tidak ditemukan pada lintasan lainnya.Kata kunci: bidang gelincir, geolistrik, gerakan tanah, konfigurasi dipole-dipole, tahanan jenisABSTRACTGround movement in the Sukabumi Regency office complex (Jajaway, Palabuhanratu), occurred unexpectedly. To reduce the potential risk, we need to identify the slip surface to detect the possibility of more landslides. The resistivity model by the dipole-dipole geoelectrical method was applied to find the slip surface. Data acquisition was carried out in 7 lines: 6 north-south lines and 1 east-west line. The resistivity models present the distribution of resistivity below the surface. Above this clay layer, there is a higher resistivity layer, which is related to sandy tuff and breccia. The condition might cause the previous creeping type of ground movement. The type of layering is not found in the other lines. Therefore we do not expect a similar ground movement would occur in those lines.Keywords: dipole-dipole configuration, geoelectrical, landslide, resistivity, slip surface


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Fauziyah Hani ◽  
Mohamad Sapari Dwi Hadian ◽  
Hendarmawan

ABSTRAKSub DAS Cibeureum merupakan bagian dari Kawasan Bandung Utara. Pertumbuhan jumlah penduduk mengakibatkan pembangunan terus meningkat dan karena kondisi udaranya sejuk serta pemandangannya indah, Kawasan Bandung Utara menyebabkan lokasi ini banyak diminati. Akibat pemanfaatan lahan untuk pembangunan villa dan kawasan wisata adalah terjadinya perubahan lahan setiap tahunnya. Kawasan Bandung Utara berada di kawasan perbukitan, tersusun oleh batuan vulkanik dan memiliki curah hujan yang cukup tinggi (±1500 - 2500 mm/tahun), sehingga lokasi ini sebagai kawasan resapan air yang baik sehingga memiliki potensi airtanah yang besar. Namun, perubahan lahan yang terus menerus terjadi mengakibatkan kawasan resapan tidak berfungsi dengan baik dan memperbesar debit limpasan permukaan. Akibatnya dapat terjadi krisis sumber daya air dan menyebabkan permasalahan baru salah satunya adalah banjir di hilir sungai. Oleh karena itu, perlu diketahui seberapa besar perubahan tata guna lahan di Sub DAS Cibeureum dan dampaknya terhadap besar debit limpasan di hilir Sub DAS. Dalam penelitian ini penulis menganalisis perubahan lahan dan besar koefisien run-off di Sub DAS Cibeureum pada tahun 2006, 2009, 2011, 2015, 2016, dan 2017. Selanjutnya penulis mengitung besar debit banjir rencana periode ulang 2, 5, 10, 20, 50, dan 100 tahun dengan menggunakan metode rasional. Dari hasil perhitungan didapat bahwa nilai koefisien run-off meningkat setiap tahunnya yang mengakibatkan perhitungan debit banjir rencana berubah dan meningkat. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa dalam perencanaan infrastruktur bangunan air atau saluran drainase untuk pengelolaan air perlu dilakukan evaluasi setiap tahunnya dikarenakan tutupan lahan dan nilai koefisien run-off dapat berubah setiap tahunnya.Kata kunci: debit banjir, Kawasan Bandung Utara, koefisien limpasan, perubahan tutupan lahanABSTRACTCibeureum sub-watershed is part of the North Bandung area. The growth in population has resulted in development continuing to increase and due to the cool air conditions and beautiful scenery, the North Bandung area has made much in demand. The result of land use for the construction of villas and tourist areas is that the land changes every year. The North Bandung area is located in a hilly area, composed of volcanic rocks, and has a fairly high rainfall (± 1500 - 2500 mm / year), so this is a good water catchment area meaning has great groundwater potential. However, land changes that continue to occur have resulted in the infiltration area not functioning properly and increasing the discharge of surface run-off. As a result, a water resource crisis can occur and cause new problems, one of which is flooding downstream of the river. Therefore, it is necessary to know the extent of land-use change in the Cibeureum Sub-watershed and its impact on the amount of run-off discharge downstream of the Subwatershed. In this study, we analyzed land changes and the run-off coefficient in the Cibeureum sub-watershed in 2006, 2009, 2011, 2015, 2016, and 2017. Next, we calculated the flood discharge plans for the return period of 2, 5, 10, 20, 50, and 100 years using the rational method. From the results, it was found that the run-off coefficient value increases every year and it causes the design flood discharge to changes and increases as well. Therefore, it can be concluded that in planning water infrastructure or drainage channels for water management it is necessary to evaluate every year because the land cover and run-off coefficient values can change every year.Keywords: flood discharges, North Bandung Area, run-off coefficient, land-use change


2021 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Rio A.T. Moechtar ◽  
Subiyanto Subiyanto ◽  
R.I.H Sulistyawan

ABSTRAKWilayah dataran aluvial hingga pantai daerah Demak, Kudus, Jepara, Pati dan sekitarnya ditutupi endapan sedimen Holosen yang terdiri atas kerikil, pasir, lempung, lanau, dan bongkah batuan gunungapi. Penelitian dilakukan dengan analisis sedimentologi dan stratigrafi terhadap 37 pemboran berskala 1 : 100 dengan ketebalan sedimen antara 0,8 - 18 meter. Berdasarkan korelasi data hasil pemboran diketahui bahwa sedimen Holosen di wilayah ini dapat dibedakan dalam tiga interval proses pengendapan (IPP A- C). Perubahan sedimen secara vertikal dapat diwakili oleh setiap sub-IPP yang merupakan hasil dari proses eksternal sesuai perubahan iklim, fluktuasi muka laut, tektonik dan aktivitas gunungapi. Dari hasil analisis stratigrafi diketahui bahwa perubahan lingkungan pengendapan pada daerah penelitian berhubungan dengan aktivitas proses eksternal di cekungan ini. Peranan proses eksternal ini diharapkan menjadi variabel dalam perumusan kebijakan pengelolaan lingkungan di wilayah Demak, Kudus, Jepara, Pati, dan sekitarnya.Kata kunci: fluktuasi muka air laut, Holosen, lingkungan, tektonik, perubahan iklimABSTRACTThe alluvial plain to the coast of Demak, Kudus, Jepara, Pati, and its surroundings is covered with sedimentary Holocene deposits consisting of gravel, sand, clay, silt, and volcanic rock boulders. The study used sedimentology and stratigraphic analysis of 37 drilling points with sediment thicknesses between 0.8-18 meters. Based on the correlation of drilling results, the Holocene sediments in the area of research can be distinguished in three deposition process (IPP) intervals. Vertically, sediment changes can be represented by each sub-IPP which are the result of external processes according to climate change, sea-level fluctuations, tectonics, and volcanic activity. From the results of the stratigraphic analysis, the changes in the depositional environment in the study area are related to external process activities in the basin. The effects of this external process are expected to be a recommendation in the future environmental development in the Demak, Kudus, Jepara, Pati, and its surroundings.Keywords: sea-level fluctuation, Holocene, environment, tectonic, climate change


2020 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 151
Author(s):  
Irwan Meilano ◽  
Agidia L. Tiaratama ◽  
Dudy D. Wijaya ◽  
Putra Maulida ◽  
S. Susilo ◽  
...  

ABSTRAKPulau Jawa merupakan salah satu pulau yang memiliki kepadatan penduduk tinggi dengan aktivitas tektonik yang sangat aktif. Hal ini dikarenakan Pulau Jawa terletak di zona konvergensi Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Aktivitas tektonik ini menghasilkan kegempaan di zona subduksi dan sesar di daratan Penelitian ini menganalisis pola vektor kecepatan yang dihasilkan melalui pengolahan data stasiun pengamatan GPS (Global Positioning System) CORS (Continuously Operating Reference Station) BIG (Badan Informasi Geospasial) di wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Data koordinat harian dianalisis dengan metode PCA (Principal Component Analysis) untuk memisahkan sinyal tektonik berupa data deret waktu global dan non-tektonik berupa data deret waktu lokal dengan penerapan aturan pemilihan varian dominan nilai eigen dalam pembetukan PC (Principal Component) dan orthogonal vektor eigen sebagai bobot dalam meminimalkan korelasi. Hasil dari data deret waktu global dan lokal digunakan untuk menghitung besar kecepatan pergeseran dari tahun 2011 sampai 2018. Hasil pengolahan menunjukkan besar resultan vektor kecepatan pada data awal berselang 0,06 sampai 10,46 mm/tahun, pada data global antara 0,06 mm/ tahun sampai 10,39 mm/tahun, dan data lokal sebesar 0,0037 sampai 1,99 mm/tahun. Variasi spasial vektor kecepatan pengamatan GPS data domain PCA menunjukkan variasi pergeseran horizontal di wilayah Banten bergerak ke arah timur laut; Jawa Barat, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Tengah bergerak ke arah tenggara; dan Jawa Timur bergerak ke arah timur laut. Hasil dari inversi data pergeseran terhadap slip pada zona subduksi, menunjukkan terjadinya kekurangan slip atau terjadi coupling pada zona subduksi Jawa bagian timur dan barat, sementara terjadi kelebihan slip pada bagian tengah yang merupakan efek postseismic dari gempa Pangandaran 2006.Kata kunci: GPS, PCA, potensi gempa, vektor kecepatanABSTRACTJava is one of the island that has a high population density with very active tectonic activity. This is because Java Island is located in the convergence zone of the Indo-Australian Plate and the Eurasian Plate. This tectonic activity produces seismicity in subduction zones and inland faults. This study analyzes the velocity vector patterns generated through data processing of the GPS (Global Positioning System) CORS (Continuously Operating Reference Station) BIG (Geospatial Information Agency) observation station in the southern part of Java. Daily coordinate data were analyzed using PCA (Principal Component Analysis) method to separate time series of tectonic signals as global data and non-tectonic time series data as local data by applying the rules for selecting dominant variants of eigen values for PC formation and orthogonal eigen vectors as weights in minimizing correlations. The results from global and local time series data were used to calculate the magnitude of the displacement velocity from 2011 until 2018. The processing results show the resultant velocity vector in the initial data intermittent 0.06 to 10.46 mm/year, global data from 0.06 to 10.39 mm/year, and local data of 0.0037 to 1.99 mm/year. The spatial variation of the velocity vector in PCA domain data shows the horizontal displacement in the Banten region to the northeast; West Java, Yogyakarta Special Region, Central Java to southeast; and East Java moving to northeast. The results of the inversion of the surface displacement to slip data in the subduction zone show that there is a slip deficiency or coupling occurs in the subduction zones of Eastern and Western Java, while there is excess slip in the Central Java which is a post-seismic effect of the 2006 Pangandaran earthquake.Keywords: earthquake potential, GPS, PCA, velocity vector


2020 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 143
Author(s):  
Ilham Nur Dien ◽  
Sulistyani Sulistyani ◽  
Anas Handaru ◽  
Dewi Sri Sayudi ◽  
Agus Budi Santoso

ABSTRAKSurvei magnetotellurik (MT) telah dilakukan di Gunung Merapi dengan menggunakan alat Phoenix Geophysics MTU5 pada Oktober 2016 dan Mei 2017. Pengukuran dilakukan dengan jarak tiap titik sekitar 1 km, durasi pengukuran untuk satu titik ±12 jam, dan lebar dipole 50 s/d 80 meter utara-selatan dan timur barat. Sebanyak 8 titik sounding digunakan untuk menyusun profil resistivitas 2-D di lereng utara dan selatan. Hasil menunjukkan bahwa resistivitas bawah permukaan Merapi terdiri dari 2 (dua) karakteristik nilai resistivitas yaitu zona resistivitas tinggi dengan nilai 183-50.000 ohm.m dan zona resistivitas rendah dengan nilai 20-175 ohm.m. Zona resistivitas tinggi dapat diinterpretasikan sebagai zona produk erupsi sebelumnya yaitu aliran lava dan material piroklastik lainnya. Sedangkan zona resistivitas rendah diinterpretasikan sebagai kantong magma terbagi menjadi dua bagian, bagian atas berada pada kedalaman 0 s/d 2.000 meter dengan diameter mencapai 1.000 meter yang mengindikasikan sebuah kantong magma dangkal, sedangkan bagian bawah terlihat menerus dari kedalaman 3.000 s/d 11.000 meter sebagai kenampakan dapur magma yang cukup besar dengan diameter rata-rata sekitar 2.000 meter yang diindikasikan sebagai kantong magma dalam. Hasil zonasi ini senada dengan posisi hiposenter dari kejadian gempa vulkanik periode tahun 2010. Selain itu, terlihat adanya struktur yang diindikasikan sebagai sesar yang memotong lintasan di sekitar puncak.Kata kunci: Gunung Merapi, kantong magma, magnetotellurik, resistivitasABSTRACTMagnetotelluric (MT) survey has been carried out on Phoenix Geophysics MTU-5 in October 2016 and May 2017. The measurement has been done with the distance between them approximately 1 km, its duration of each sounding was 12 hours, and dipole length varied from 50-80 meters on North-South and East-West direction. Here we use the result from 8 MT sounding to construct a 2-D electrical resistivity image of the northern and southern flank of Merapi. The results show that the subsurface resistivity in Merapi consists of two types of resistivity features, i.e. the high resistivity zone which having resistivity value 183-50.000 ohm.m and the low one which varied from 20-175 ohm.m. The high resistivity zone are the lava flow and another pyroclastic material, while the low resistivity zone interpreted as magma chamber divided into two parts: upper part, at a depth of 0-2,000 meters with 1,000 meters diameter which is indicated as a shallow magma chamber, lower part, continuously from the depth of 3,000-11,000 meters as the large magma chamber with an average diameter of about 2,000 meters. The zone can be correlated to the hypocenter position taken from the volcanic earthquake event of 2010 period. In addition, there is a structure which indicated as a fault that cuts the trajectory around the summit. Keywords: Merapi Volcano, magma chamber, magnetotelluric, resistivity


2020 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 125
Author(s):  
Arini Dian ◽  
Nana Sulaksana ◽  
A. Asseggaf

ABSTRAKKebutuhan air bersih di Jakarta sangat meningkat sehingga pemerintah daerah mulai melakukan pengamatan muka airtanah. Penelitian ini dilakukan dengan menganalisis fluktuasi muka airtanah pada AWLR, intensitas curah hujan, dan penampang bawah permukaan pada beberapa buah titik logbor selama tahun 2003 - 2013 di wilayah Jakarta Selatan. Jumlah curah hujan di daerah penelitian berkisar antara 0,2 - 831,4 mm/bulan. Dari data AWLR dapat diketahui ketinggian muka airtanah berkisar antara 9,29 - 13,97 m aml, terdangkal terjadi pada bulan Oktober - Febuari (ketika musim penghujan) dan ketinggian muka airtanah terdalam berkisar antara14,60 - 20,41 m aml terjadi pada bulan Maret - September (ketika musim kemarau). Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi adanya pengaruh hubungan curah hujan dan muka airtanah dengan karakteristik sistem akuifer yang berada pada daerah penelitian sekitarnya khususnya di Jakarta Selatan. Berdasarkan analisis tenggang waktu dan fluktuasi muka airtanah yang dipengaruhi oleh intensitas curah hujan.Serta adanya lapisan akuitar pada penampang geologi dan posisi muka airtanah yang terdapat dibagian atas lapisan akuifer, maka dapat dikatakan bahwa sistem akuifer yang terdapat di daerah penelitian bersifat semi tertekan. Sistem akuifer tersebut pada bagian atasnya merupakan material berbutir halus (akuitar) sehingga airtanah masih memungkinkan untuk bergerak di dalamnya.Kata kunci: airtanah, AWLR, curah hujan, fluktuasi, JakartaABSTRACTThe need for clean water in Jakarta has increased significantly, so the groundwater levels of Jakarta Groundwater Basin need to be researched. This research was conducted by analyzing the fluctuation of the groundwater level using the AWLR data, rainfall intensity, and subsurface sections to several logbor during the year of 2003 - 2013 in South Jakarta area. Rainfall event in the area is in range of 0.2 mm/year up to 831.4 mm/year. From the AWLR data, the highest groundwater level were at 9.29 - 13.97 masl in October - Febuari (during rainy season) and the deepest groundwater level were at 14.60 - 20.41 masl) in March - September (during dry season). Based on the analysis of the timescale and the groundwater level fluctuations that influenced by rainfall, and the aquitard layer in the geology section, and groundwater level exist above the aquifer, so that the aquifer system in this regions is classified as semi depressed aquifer. In this aquifer system, the underlying material is fine grained (aquitard) that allows groundwater moving inside the layer.Keywords: groundwater, AWLR, rainfall, fluctuation, Jakarta


2020 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 135
Author(s):  
Cholisina Anik Perwita ◽  
Sukir Maryanto ◽  
Muhammad Ghufron ◽  
Mudo Prakoso ◽  
Stevany Abigail ◽  
...  

ABSTRAKPemantauan gunungapi merupakan hal yang krusial terutama bagi negara yang mempunyai banyak gunungapi seperti Indonesia. Salah satu tantangan yang dihadapi dalam pemantauan gunungapi aktif adalah biaya yang cukup besar dan lokasi gunungapi yang sulit diakses. Pemantauan jarak jauh (remote sensing) sudah mulai diaplikasikan untuk kebutuhan ini. Dalam penelitian ini kami mencoba menggabungkan remote sensing pemantauan Gunungapi Anak Krakatau (GAK) dengan pemantauan seismik untuk memberikan gambaran mengenai aktivitas vulkanik yang terjadi. Korelasi yang kuat didapatkan antara kenaikan jumlah gempa tremor terhadap kenaikan suhu permukaan dengan nilai korelasi Pearson sebesar 0,53 untuk gempa tremor da 0,47 untuk gempa letusan. Temperatur maksimal yang tercatat pada bagian puncak, naik dari 300 Cmenjadi 700 C. Selain itu, leleran lava yang terjadi di lereng GAK dapat tercitrakan dengan baik pada LST (Land Surface Temperature).Kata kunci: Gunung Anak Krakatau, monitoring, remote sensing, temperaturABSTRACT Volcanic monitoring is one of the crucial things for the country which has rich of volcanoes such as Indonesia. High-cost ground base for monitoring is a problem that should be overcome, moreover if the volcanic area is difficult to access. Remote monitoring has begun to be applied to respond the need. In this study, land surface temperature (LST) from remote sensing method and seismic method combined to know volcanic activity of Anak Krakatau Volcano (GAK). A strong correlation is obtained from an increase in the number of tremor events to an increase in surface temperature with Pearson Correlation value 0,53 for tremor event and 0,47 for eruption earthquake. The maximum temperature in summit was increase from 300 Cto 700 C. In addition, the melting lava that came out from eruption on the slopes of GAK can be wel- imaged on LST. Keywords: Gunung Anak Krakatau, volcanic monitoring, remote sensing, temperature


2020 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 161
Author(s):  
Rifki Asrul Sani ◽  
Eko Soebowo ◽  
Armein M. Fikri ◽  
Imam A. Sadisun

ABSTRAKKabupaten Indramayu yang akan dikembangkan sebagai kawasan industri didominasi oleh endapan Kuarter yang terdiri atas endapan fluvial, dataran banjir, pematang pantai, dan delta. Daerah tersebut terletak pada area dekat sesar aktif, yakni segmen sesar Baribis-Subang dengan besaran magnitudo 6,5 Mw. Penelitian di wilayah DAS Cimanuk bagian hilir Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat bertujuan untuk mengetahui karakteristik fisik dan mekanik serta kaitannya dengan potensi bahaya geologi yang bisa terjadi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengamatan 4 inti bor teknik dan pola kurva sondir (10 CPTu dan 13 CPT) serta analisis laboratorium yakni ukuran butir, hydrometer, batas-batas Atterberg, dan klasifikasi sedimen. Berdasarkan pengamatan inti bor, pola kurva sondir, dan analisis laboratorium, jenis sedimen yang berkembang di daerah penelitian adalah lempung, lanau, lanau pasiran, pasir lanauan dan pasir dengan karakteristik yang spesifik. Tingkat kepadatan sedimen pasir serta tingkat konsistensi sedimen lempung bagian utara penelitian menunjukkan karakteristik yang relatif lebih lepas dan lunak dibandingkan dengan bagian selatan. Berdasarkan karakteristik keteknikan menunjukkan bahwa nilai N-SPT < 10 atau CPT/CPTu < 6.000 kPa pada sedimen pasir dan pasiran berpotensi terhadap likuefaksi dan nilai N-SPT < 4 atau CPT/CPTu < 5.000 kPa pada sedimen lempung dan lanau berpotensi terhadap amblesan. Kata kunci: bahaya geologi, Cimanuk, sedimen kuarterABSTRACTAs a future industrial area, Indramayu Regency is dominated by Quaternary sediment of fluvial, flood plain, beach ridge and deltaic sediments. The area is close to active faults, The Baribis-Subang fault segment with 6.5 Mw. This research is conducted around the lower Cimanuk catchment of Indramayu. Its aims to determine mechanical and physical characteristics related to potential geological hazards. The methods used in this research are 4 core observation, cone penetration patterns (10 CPTu and 13 CPT) and laboratory analysis such as grain size, hydrometer, Atterberg limits and sediment classification. Based on its methods, sediments that develop at the research area are clay, silt, sandy silt, silty sand and sand with specific character. Level consistency and density of clay and sand at the northern area is relatively soft and loose than the southern one. Based on engineering characteristics, the results show that NSPT < 10 or CPT/CPTu < 6,000 kPa value of sandy and sand sediment are potential against liquefaction and N-SPT < 4 or CPT/CPTu < 5,000 kPa value of silt and clay sediment are potential against subsidence. Keywords: geological hazards, Cimanuk, quarternary sediment


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document