Jurnal Farmasi Indonesia
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

59
(FIVE YEARS 48)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Setia Budi

2302-4291, 1693-8615

2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 178-187
Author(s):  
Nurul Maziyyah ◽  
Annisa Krisridwany

The COVID -19 pandemic has affected many aspects of life, one of which is in the field of education. Transformation toward various e-learning process has been conducted in order to prevent transmission of the disease caused by massive gathering. Obstacles appear when trying to deliver and assess practical skills which are usually done face to face with the teachers or instructors. These obstacles are also seen in pharmacy schools where skills such as patient counselling, compounding and dispensing, etc. are important competencies for the students to achieve. In order to overcome these obstacles, we developed a method for conducting the objective structured clinical examination (OSCE) through online process. This study was aimed to evaluate the new online OSCE method for pharmacy students to be conducted in the pandemic era. The evaluation of online OSCE trial was conducted using a simple Google form-based questionnaire which evaluated the platform used, the process of online OSCE and the instruction understandings. Respondents consisted of 52 examinees from the students of Pharmacist Profession Program UMY and 15 examiners from the lecturers or assistants who participated in the online OSCE trial held in June 2020. Data was analyzed descriptively to give a comprehensive picture on respondents’ perception towards the new method. The result showed that 78.8% examinees and 73.3% examiner agreed that the platform was easy to use, 65.4% examinees and 100% examiner agreed that the whole process of the exam was easy to understand, only 15.4% examinees and 26.7% examiner agreed that the time was sufficient, 73.1% examinees and 100% examiner agreed that the instructions of each station was clear. It can be concluded from the study that online OSCE method was feasible to be conducted during pandemic, particularly, for clinical pharmacy skills. Adjustment should be done to ensure that the time allocation for each station is adequate.


2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 116-124
Author(s):  
Arifah Sri Wahyuni

Black rice bran (BBH) which contains anthocyanins has the ability to lower blood sugar. In therapy diabetes mellitus (DM) it is possible that BBH is used together with the oral antidiabetic Glibenclamide (Gli). Glibenclamide, a weak acid, is well absorbed in the gastrointestinal tract. The absorption of BBH is also good under acidic conditions. So, it is necessary to study the pharmacokinetic interactions between Gli and BBH. The study was designed using a one-way completely randomized design of ten (10) hyperglycemic rats, divided into two groups. Group I rats received Gli 5 mg / kgBW treatment, and group II received Gli 5 mg/kgBW along with BBH 50 mg / kgBW. Sampling was carried out at 1, 2, 4,6, 8 and 24 hours after treatment. Gli levels in the blood were determined by Liquid Chromatography/Mass Spectroscopy (LC/MS). The results showed that in the absorption phase, giving BBH with Gli did not affect the Gli profile in terms of parameters Tmax, Cmax and AUC0-inf. Likewise, in the distribution and elimination phases in terms of parameters VD, ClT and elimination half-time (t1/2). So that the provision of BBH does not affect the pharmacokinetic parameters of Gli in hyperglycemic rats.


2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 166-178
Author(s):  
Dwi Ningsih
Keyword(s):  

Air Susu Ibu (ASI)  merupakan makanan bayi alamiah yang kaya akan nutrisi dan mengandung faktor imunologis yang lebih tinggi dibanding dengan susu formula. Tanaman adas telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai peningkat produksi air susu ibu (ASI). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek laktagogue ekstrak daun dan batang adas pada tikus laktasi, dilihat dari sel neuroglia anak tikus. Ekstrak adas dibuat dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Hewan uji yang digunakan adalam penelitian adalah tikus putih, dibagi menjadi 6 kelompok yaitu, kontrol normal, kontrol tanpa obat (cmc-na 0,5%), pembanding obat asifit (67,86 mg/KgBB), kelompok ekstrak etanol daun dan batang adas dosis 315 mg/kg BB, 630 mg/kg BB, dan 945 mg/Kg BB. Hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun dan batang adas dosis 315 mg/kg BB, 630 mg/kg BB, dan 945 mg/Kg BB mempunyai efek laktagogum dilihat dari parameter junlah sel glia pada otak anak tikus yang disusui. Kenaikan efek tidak sebesar kenaikan dosis ang diberikan. Dosis ekstrak etanol daun dan batang adas dosis 630 mg/kg BB mempunyai efek laktagogue yang optimal setara dengan kontrol obat di pasaran dilihat dari parameter jumlah sel glia pada otak anak tikus yang disusui.


2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 107-115
Author(s):  
Ika Buana Januarti

Stimulant is an agent that stimulates the central nervous system thereby increasing physical and mental abilities and minimizing fatigue. The use of synthetic caffeine stimulants of 10 mg / kg BW is known to have side effects of increasing total cholesterol and increasing LDL, therefore alternative stimulants from natural ingredients are needed. Natural materials that have been studied contain flavonoids and phenolic as a stimulant compound is a single garlic bulbs. The purpose of this study was to determine the stimulant effect of a single garlic bulbs ethanolic extract on mice from the difference in swimming time. The research experimental used Pre test and Post test control design. Sample of this research used mice which were divided into 6 groups. Group 1 pretest dose 5 g / kgBB, group 2 (negative control), group 3 (caffeine), group 4 extract dose 5g / kgBB, group 5 dose 10g / kgBB and group 6 dose 20g / kgBB. Data was analyze using one way Anova continued with Post Hoc test. The group of single garlic bulb ethanolic extract dose 20 g / kgBB had the highest stimulant effect with 222,722 minutes fatigue time difference and statistically have significant difference (p <0.05) than the negative control group. Group of single garlic bulb extract can influence the time of fatigue of mice by extending the swimming time of mice so that it has a longer fatigue time which means it has a stimulant effect


2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 83-93
Author(s):  
Sri Handayani ◽  
Aris Tiana Anjali
Keyword(s):  

Daun jambu biji mengandung senyawa flavonoid, tanin, dan alkaloid yang telah terbukti aktif sebagai antibakteri dan antikanker. Walaupun demikian, daun jambu biji belum pernah digunakan sebagai aditif dalam produk perawatan kulit karena memiliki tekstur yang kasar. Tujuan dari penelitian ini adalah formulasi produksi sabun mandi dengan variasi metode ekstraksi daun jambu biji sebagai aditif, uji kualitas serta uji organoleptiknya. Formulasi dalam pembuatan sabun dilakukan dengan cara variasi metode ekstraksi daun jambu biji sebagai aditif, yaitu: tanpa aditif sebagai kontrol (A), ekstrak  daun jambu dengan pelarut air(B),  ekstrak daun jambu biji dengan pelarut minyak nabati (C), dan serbuk kering daun jambu biji sebagai scrub (D). Uji kualitas sabun berdasarkan pada SNI2016 meliputi uji kadar alkali/asam lemak bebas, bahan tak larut dalam etanol dan fraksi lemak tak tersabunkan. Uji organoleptik dilakukan dengan melibatkan 20 orang panelis. Data dianalisis dengan ANOVA-Duncan test. Uji kualitas sabun menunjukkan semua sampel memenuhi SNI kecuali kadar alkali bebas sabun D. Hasil uji hedonik menunjukkan semua sampel sabun dapat diterima oleh panelis. Berdasarkan uji kualitas dan organoleptic, maka formulasi metode penambahan ekstrak daun jambu biji sebagai aditif yang menghasilkan sabun terbaik adalah ekstraksi menggunakan pelarut air (sabun B). Kajian berikutnya, perlu dilakukan ujiaktivitas biologis terhadap sabun dengan aditif daun jambu karena sangat potensial digunakan sebagai sabun antimikrob


2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 188-198
Author(s):  
Bayu Herdi Al Huda ◽  
Hari Susanti ◽  
Nining Sugihartini

Purifikasi ekstrak etanol 96% daun kelor dilakukan untuk meningkatkan kandungan zat aktif serta untuk memperoleh warna yang lebih menarik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui jenis pelarut dalam proses fraksinasi yang memberikan kandungan zat aktif lebih tinggi dibandingkan ekstrak. Penelitian ini diawali dengan maserasi daun kelor kering dengan etanol 96%. Filtrat yang telah di keringkan di atas waterbath kemudian di purifikasi. Purifikasi diawali dengan melarutkan ekstrak ke aquades panas dengan perbandingan 1:10, setelah itu ditambahkan etil asetat atau n-heksana sejumlah sama dengan aquades panas dalam corong pisah, dikocok hingga terjadi pemisahan fase. Fase etil asetat atau n-heksana diambil kemudian filtrat yang diperoleh digabungkan. Ekstrak etanol 96% (E1), fraksi etil asetat (E2) dan fraksi n-heksana (E3) kemudian dievaluasi dengan parameter organoleptis, % rendemen, total fenol, dan total flavonoid. Data yang diperoleh dianalisis statistik one way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95%. Hasil pengukuran terhadap E1, E2, dan E3 pada setiap parameter secara berturut-turut pada parameter rendemen adalah 15,81%; 22,18%; 20%, total fenol yaitu 28,94±0,54 mg GAE/g; 29,44 ± 0,93 mg GAE/g; 11,41±0,12 mg GAE/g, dan total flavonoid yaitu 3,19±0,13%; 9,92 ±0,06%; 5,81±0,18%. Secara organoleptis dari segi konsistensi, bau, dan rasa ketiganya adalah identik, sedangkan dari segi warna E2 lebih hijau kekuningan dan cerah, sehingga lebih menarik. Secara statistik, ada perbedaan bermakna di antara E1, E2, dan E3 pada total fenol dan flavonoid. Dapat disimpulkan bahwa E2 memiliki total fenol dan flavonoid lebih besar secara signifikan dibanding E1 dan E3.


2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 142-155
Author(s):  
Nita Trinovitasari ◽  
Nanang Munif Yasin ◽  
Chairun Wiedyaningsih

Masalah yang sering terjadi pada pasien diabetes adalah kurangnya pengetahuan terkait pengobatan dan penyakitnya. Permasalahan ini dapat diatasi dengan memberikan edukasi kepada pasien secara kolaboratif dan kontinu. Salah satu bentuk intervensi yang dapat dilakukan adalah pelayanan Medication Therapy Management (MTM). MTM merupakan suatu layanan yang bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi pasien. Pelayanan yang belum lama dilaksanakan ini memiliki elemen yang cukup banyak. Sehingga pada penelitian ini dilakukan modifikasi MTM yang diacu dari pelayanan MTM BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelayanan MTM terhadap tingkat pengetahuan dan kualitas hidup pasien diabetes melitus di Puskesmas Kota Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-experimental one-group design with pretest-posttest design yang dilakukan pada bulan Maret hingga April 2020. Metode pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan SPSS. Hasil penelitian menemukan bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pasien dari 8,9 ± 2,3 menjadi 11,6 ± 1,5 setelah diberikan pelayanan MTM dengan nilai p = 0,000 dan terjadi peningkatan kualitas hidup pasien dari 50,56 ± 3,9 menjadi 52,84 ± 4,3 dengan nilai p = 0,003. Kesimpulan penelitian ini adalah pelayanan MTM dari apoteker dapat meningkatkan pengetahuan dan kualitas hidup pasien diabetes.


2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 156-165
Author(s):  
Eka Oktafiani

Kanker ovarium menurut Indonesian Society Gynecologic Oncology berada pada urutan kedua setelah kanker serviks. Pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan pembedahan, radioterapi, dan kemoterapi. Tujuan penelitian untuk mengetahui kesesuaian biaya riil dengan tarif INA-CBGs dan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya riil pada pasien kanker ovarium di RSUD Dr. Moewardi Surakarta.                 Penelitian ini bersifat observasi analitik, data diambil secara retrospektif. Subyek penelitian adalah pasien kanker ovarium yang rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2018. Analisis yang digunakan one sample t-test  dan analisis korelasi multivariat untuk mengetahua hubungan biaya riil dengan faktor-faktor yang mempengaruhi biaya riil. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 93 pasien, 87 pasien masuk dalam klasifikasi kemoterapi dan 24 pasien masuk dalam klasifikasi pembedahan. Kemoterapi C-4-13-I kelas 3 memiliki selisih Rp -2.685.296, pada pembedahan W-1-20-I kelas 1 selisihnya Rp -3.486.814, untuk kelas 3 selisihnya Rp -6.933.878, pembedahan W-1-20-II kelas 2 selisihnya Rp -6.492.889, kelas 3 selisihnya Rp -20.450.634, dan pada pembedahan W-4-10-III kelas 2 selisihnya Rp -13.714.831. Faktor yang  mempengaruhi biaya riil yaitu LOS (Length Of Stay) (p=0,000) pada tindakan kemoterapi. Siklus kemoterapi yang tidak teratur menyebabkan besarnya biaya kemoterapi kanker ovarium pasien di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2018.


2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 94-106
Author(s):  
Anif Nur Artanti ◽  
Khairunisa Nursita Rahmawati ◽  
Fea Prihapsara

Face oil merupakan salah satu perawatan kulit yang pada pengembangannya, perlu dicari suatu agen yang memiliki sifat antimikroba, contohnya adalah minyak nyamplung dan VCO. Minyak nyamplung yang diperoleh dari pengepresan biji nyamplung akan dikombinasikan dengan VCO pada seri konsentrasi 25:75, 40:60, 50:50, 60:40 dan 75:25% (v/v) yang kemudian diuji antibakteri serta antijamur menggunakan Propionibacterium acnes dan Malassezia furfur dengan menggunakan metode difusi cakram serta diamati diameter zona hambatnya. Perbandingan kombinasi kedua minyak yang memiliki aktivitas antimikroba tertinggi akan dikembangkan menjadi sediaan face oil yang kemudian diuji sifat fisik sediaan diantaranya uji stabilitas, organoleptis, pH, homogenitas, daya sebar, serta uji kadar air selama 4 minggu penyimpanan pada suhu ruang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi minyak nyamplung dan VCO yang memiliki aktivitas antibakteri paling tinggi adalah seri konsentrasi 25:75 dan 50:50% (v/v) (DDH=12,33 mm), namun kombinasi minyak tersebut tidak memiliki aktivitas antijamur (DDH=0 mm). Hasil analisis data uji sifat fisik diuji menggunakan Repeated Measures ANOVA dengan Post Hoc Bonferroni dan diketahui bahwa sediaan face oil stabil selama 4 minggu penyimpanan, namun pada uji pH sediaan face oil mulai tidak stabil pada minggu ke-3 dan ke-4.


2020 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 125-133
Author(s):  
Ilil Maidatuz Zulfa ◽  
Widya Handayani

Permasalahan kepatuhan dalam menggunakan antibiotik masih menjadi masalah dalam terapi antibiotik jangka pendek. Kepatuhan bukan hanya berkontribusi pada efek terapi, tetapi juga mencegah resistensi antibiotik. Secara kualitatif ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan antibiotik dipengaruhi oleh pengetahuan pasien tentang antibiotik, keadaan yang sudah membaik, kelalaian dalam membaca etiket, kesibukan, kurangnya dukungan keluarga, serta kurangnya informasi yang diberikan tenaga kesehatan. Penelitian kali ini bertujuan untuk mengobservasi bagaimana kepatuhan pasien dalam menggunakan antibiotik dalam hal dosis, frekuensi, interval, serta lama penggunaan serta menginvestigasi alasan yang melatarbelakanginya. Survei dilakukan di tiga puskesmas di Surabaya pada pasien yang menerima terapi antibiotik tunggal 3-5 hari menggunakan kuisioner hasil pengembangan yang terdiri dari 17 pertanyaan yang menanyakan kepahaman pasien akan antibiotik yang diresepkan kepadanya serta menanyakan bagaimana pasien menggunakan antibiotiknya sebagai bentuk kepatuhan. Kuisioner dikirim secara daring untuk diisi pada hari antibiotik habis. Data peresepan antibibiotik pasien dicatat sebagai data awal yang berguna dalam penilaian kepatuhan pasien. Selama periode penelitian sebanyak 100 orang dari tiga puskesmas bersedia bergabung dalam penelitian. Angka kepatuhan pasien terhadap penggunaan antibiotik di tiga puskesmas di Surabaya masih tergolong kecil dimana hanya mencapai 12,0% yang mana sebagian besar pasien tidak patuh dalam memberi jarak minum antibiotiknya (63,0%) diikuti tidak patuh dalam lama penggunaan (berhenti minum atau memperpanjang lama minum) (46,0%). Gejala membaik dan Lupa merupakan dua alasan terbanyak yang mendasari pasien tidak patuh. Penguatan konseling dan monitoring selama penggunaan antibiotik sangat diperlukan guna meningkatkan kepatuhan pasien.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document