Jurnal Sylva Scienteae
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

41
(FIVE YEARS 41)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Center For Journal Management And Publication, Lambung Mangkurat University

2622-8963

2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 452
Author(s):  
Khairunisa Khairunisa ◽  
Ahmad Jauhari ◽  
Hafiziannor Hafiziannor

Banjar Regency-South Kalimantan is found in the land utilization system by implementing a Dukuh (Fruit orchard) system including Karang Intan Sub-district and Archion. This system has a considerable influence on the environment and public income. But the data on the character and distribution of the Dukuh has not been well-data, therefore carried out the research of character and distribution of Dukuh in the district of Karang Intan and archion. The purpose of this research is to know the distribution and character of the Dukuh. The methods used in the research are NDVI analysis (Normalized Difference Vegetation Index), analysis of interchanges, random sampling points, and interviews with the community by purposive sampling methods. Based on the results of the analysis obtained the number of Dukuh in the district of Coral Diamond as much as 7,086 and District Archion 12,092. In The Sub-district of Karang Intan and the archion has 12 kinds of fruit Dengan and 11 kinds of fauna diversity in it and average income management Dukuh ranging from Rp.3.000.000 to Rp.5.000.000.Kabupaten Banjar-Kalimantan Selatan banyak ditemui sistem pemanfaatan lahan dengan menerapkan sistem dukuh (kebun buah) diantaranya Kecamatan Karang Intan dan Pengaron. Sistem ini memberikan pengaruh cukup besar terhadap lingkungan dan pendapatan masyarakat. Namun data mengenai karakter dan sebaran dukuh belum terdata dengan baik, maka dari itu dilakukan penelitian Karakter dan Sebaran dukuh di Kecamatan Karang Intan dan Pengaron. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui persebaran dan karakter dari dukuh. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah Analisis NDVI (Normalized Difference Vegetation Index), Analisis tumpang susun, random sampling point, dan wawancara dengan masyarakat dengan metode purposive sampling. Berdasarkan hasil analisis didapatkan jumlah persebaran dukuh dikecamatan karang intan sebanyak 7.086 dan kecamatan pengaron 12.092. Pada kecamatan Karang Intan dan Pengaron memiliki 12 macam jenis buah dengan 11 macam keanekaragaman fauna didalamnya dan penghasilan rata-rata pengelola dukuh berkisar Rp.3.000.000 sampai dengan Rp.5.000.000


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 428
Author(s):  
Fernando Bernardino ◽  
Normela Rachmawati ◽  
Asysyifa Asysyifa ◽  
Eko Priyanto

The aim of the study was to evaluate the fire incident at 2019 and identify the fuel charge in the Tangi wood RPH KPH from Liang Anggang Forest Reserve. The research location is conducted with the purpose of sampling at 5 points that occur fire incidents and in each tile a fire event created triangular plot made with 3 sizes 30 x 30 x 30 m, 10 x 10 x 10 m, and 1 x 1 m2 systematically. The fire incident was found at five research locations in the area of Liang Anggang protected Forest, consisting of 4 blocks I and 1 region in the Block II area. Plots 1, 2, 4, and 5 have been performed and the fire area is only in the most severe plots, while in the tile 3 the incidence area is very severe because no blackout activities are carried out there. The lost fuel load on block I and Block II in the 2019 is severe and can be categorized in high weather warnings even reaching extreme so that fire prone to fire occurs.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi kejadian kebakaran tahun 2019 dan mengidentifikasi muatan bahan bakar di KPH Kayu Tangi RPH Pengaron Hutan Lindung Liang Anggang. Lokasi penelitian dilakukan secara purposive sampling pada 5 titik yang terjadi kejadian kebakaran dan pada masing-masing petak kejadian kebakaran dibuat plot segitiga yang dibuat dengan 3 ukuran yaitu 30 x 30 x 30 m, 10 x 10 x 10 m, dan 1 x 1 m2 secara sistematis. Kejadian kebakaran ditemukan pada lima lokasi penelitian di areal Hutan Lindung Liang Anggang, yang terdiri dari 4 di wilayah blok I dan 1 di wilayah blok II. Petak 1, 2, 4, dan 5 telah dilakukan pemadaman dan luasan kejadian kebakaran pun hanya pada petak 2 yang paling parah, sedangkan pada petak 3 areal kebakarannya sangatlah parah dikarenakan tidak ada kegiatan pemadaman yang dilakukan disana. Muatan bahan bakar yang hilang pada blok I dan blok II pada tahun 2019 sangatlah parah dan bisa dikategorikan dalam rambu pengukuran cuaca adalah tinggi bahkan mencapai ekstrim sehingga rawan terjadi kebakaran.


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 485
Author(s):  
Nindra Nindra ◽  
Arfa Agustina Rezekiah ◽  
Daniel Itta

The socioeconomic aspects of the community around the ecotourism site will have an impact on the existence of community-based ecotourism, as well as the existence of Tanjung Puting National Park. This research aims to analyze the impact of Tanjung Puting National Park on the socio-economic condition of the people of Kumai Hulu Village. The location of the research was chosen the location of the village closest to TNTP. A sample of 98 respondents was taken purposively sampling on the grounds of the location of the village closest to ecotourism. Research methods by conducting interviews, observations and documentation. The data analysis used in this study is qualitative descriptive analysis. The impact of TNTP on social conditions in Kumai Hulu Village is high and for economic conditions is being seen with increasing economic opportunities such as trade, lodging and klotok transportation business. Tourism development will certainly have an impact on the conditions around tourism, both in the form of positive impacts such as improving people's living standards by creating new jobs and increasing people's incomes. The negative impact with this TNTP such as the price of basic and local goods increased and the cost of building facilities and infrastructure also increased.Aspek sosial ekonomi masyarakat yang ada disekitar lokasi ekowisata akan berdampak terhadap keberadaan ekowisata berbasis masyarakat, begitu pun dengan adanya Taman Nasional Tanjung Puting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisisis dampak Taman Nasional Tanjung Puting terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat Kelurahan Kumai Hulu. Penetapan lokasi penelitian dipilih lokasi kelurahan yang paling dekat dengan TNTP. Sampel responden untuk dilakukan wawancara berjumlah 98 orang yang diambil secara purposive sampling dengan alasan lokasi kelurahan yang paling dekat dengan ekowisata. Metode penelitian dengan melakukan wawancara, observasi serta dokumentasi. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif. Dampak adanya TNTP terhadap kondisi sosial di Kelurahan Kumai Hulu adalah tinggi dan untuk kondisi ekonomi adalah sedang hal ini terlihat dengan meningkatnya peluang ekonomi seperti perdagangan, penginapan serta usaha transportasi klotok. Pengembangan pariwisata tentu saja akan memberikan dampak terhadap kondisi sekitar pariwisata, baik berupa dampak positif seperti meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan menciptakan lapangan pekerjaan baru serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Dampak negative dengan adanya TNTP ini seperti harga barang-barang pokok dan lokal meningkat dan biaya pembangunan sarana dan prasarana juga meningkat.


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 561
Author(s):  
Fauzi Karni ◽  
Dina Naemah ◽  
Sulaiman Bakri

The purpose of this study was to determine the damage to ramin (Gonystylus bancanus) stands in Punggualas Sebangau National Park, Central Kalimantan. The research location was determined by purposive sampling on the transect line at Punggualas. This observation is carried out by exploring the transect line that has been determined so that the data in the form of ramin stands can be found and the damage is observed in stages, then the coordinates of the ramin point are taken using GPS. In this observation, 22 ramin stands were found in which the most damage occurred in the leaves of ramin, namely as many as 35 cases of damage with the most damage type were leaf color changes as many as 20 cases of damage and with the most dominant severity level was 20-29%.From the dominant severity with a value of 20-29% it can be seen that the damage suffered by ramin stands is in the mild category.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kerusakan tegakan ramin (Gonystylus bancanus) di Punggualas Taman Nasional Sebangau Kalimantan Tengah. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive sampling pada jalur transek di Punggualas. Pengamatan ini dilakukan dengan cara menjelajah jalur transek yang sudah ditentuan agar data yang berupa tegakan ramin dapat ditemukan dan langsung diamati kerusakannya secara bertahap kemudian titik koordinat ramin diambil menggunakan GPS. Pada pengamatan ini ditemukan sebanyak 22 tegakan ramin yang mana kerusakan terbanyak terjadi pada bagian daun ramin yaitu sebanyak 35 kasus kerusakan dengan tipe kerusakan terbanyak adalah perubahan warna daun sebanyak 20 kasus kerusakan dan dengan tingakat keparahan paling dominan adalah 20-29%. Dari tingkat keparahan dominan dengan nilai 20-29% dapat diketahui bahwa kerusakan yang diderita oleh tegakan ramin di Punggualas Taman Nasional Sebangau masuk dalam kategori ringan.


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 416
Author(s):  
Feri Saputra ◽  
Abdi Fithria ◽  
Badaruddin Badaruddin

This study aims to record the diversity of bird species in various land covers, analyze the vegetation types of bird habitat in various land covers, identify branches of branches / branches used as bird perch in each land cover in the KHDTK ULM area (Forest Areas with Special Purpose, Lambung Mangkurat University) Kalimantan South. Sampling is done using the method of exploration (Incidental Sampling) at the observation location and randomly at the starting point of observation. diversity of bird species obtained from various land cover totaling 30 species, 18 families and 361 individuals. The results of the study of bird species present on the entire land cover are Java chili (Dicaeum trochileum), Peking bondol (Lonchura punculata), stone kite (Hirundo tahitica), gray bentet (Lanius scach), honey sriganti (Cinnyris jugularis). Vegetation diversity around secondary forest land cover found 15 types of vegetation, shrub land cover found 12 types of vegetation, garden land cover found 13 types of vegetation, residential land cover found 12 types of vegetation, dry land forest cover found 20 types of vegetation. Branches / twigs are used as perches to adjust to the activities and types of vegetation where the birds perch on / perch, on average all birds will perch in the perched branch / branches with diameters of 1-5 cm.Penelitian ini bertujuan untuk mendata keragaman jenis burung diberbagai tutupan lahan, menganalisis jenis vegetasi habitat burung diberbagai tutupan lahan, mengidentifikasi kelas tengger dahan/ranting yang dijadikan tempat bertengger burung disetiap tutupan lahan di areal KHDTK ULM (Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus Universitas Lambung Mangkurat) Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metode penjelajahan (Incidental Sampling) pada lokasi pengamatan dan secara acak pada titik awal pengamatan keragaman jenis burung yang didapat dari berbagai tutupan lahan berjumlah 30 jenis, 18 family dan 361 individu. Hasil penelitian jenis burung yang hadir pada seluruh tutupan lahan adalah cabai jawa (Dicaeum trochileum), bondol peking (Lonchura punculata), layang-layang batu (Hirundo tahitica), bentet kelabu (Lanius scach), madu sriganti (Cinnyris jugularis). Keragaman vegetasi di sekitar tutupan lahan hutan sekunder di temukan 15 jenis vegetasi, tutupan lahan semak belukar ditemukan 12 jenis vegetasi, tutupan lahan kebun ditemukan 13 jenis vegetasi, tutupan lahan pemukiman ditemukan 12 jenis vegetasi, tutupan  hutan lahan kering ditemukan 20 jenis vegetasi. Dahan/ranting yang di jadikan tempat bertengger menyesuaikan dengan aktifitas dan jenis vegetasi tempat berpijak/bertengger burung, rata-rata semua burung akan bertengger pada kelas tengger dahan/ranting dengan diameter 1-5 cm.


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 476
Author(s):  
Muhtarom Abdussalam ◽  
Mochamad Arief Soendjoto ◽  
Eko Rini Indrayatie

There was no data available on the type of food and the height of the perch for birds to eat that food at the Banua Botanical Garden, Banjarbaru. The research aimed to identify the type of bird food and determine the perch height where birds eat. Data were collected from three types of habitat, namely open land, mixed vegetation, and acacia vegetation. Through the survey and point count with a maximum radius of 50 m at 07.00-10.00 and 16.00‒18.30 for 3 replications, birds were observed and the occurrences ―when a certain bird species ate a certain type of food at a certain perch height above ground level― was calculated. Types of food were grouped into fruit, grains, nectar, insects, fish, and others. The height of the perch was divided into three classes, namely Class A (0 - <5 m from ground level), Class B (5 - <10 m), and Class C (10 - <15 m). There are 315 occurrences carried out by 24 bird species (19 families). The most common occurrence is birds eating fruit and grains. The most common perch height where birds do so is Class A.Tidak tersedia data tentang jenis makanan dan ketinggian tenggeran burung memakan makanan itu di Kebun Raya Banua, Banjarbaru. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi jenis makanan burung dan menentukan ketinggian tenggeran yang sering digunakan oleh burung ketika memakan jenis makanan itu. Data dikumpulkan dari tiga tipe habitat, yaitu lahan terbuka, vegetasi campuran, dan vegetasi akasia. Melalui metode survei dan lingkaran hitung beradius maksimal 50 m pada jam 07.00‒10.00 dan 16.00‒18.30 selama 3 ulangan, burung diamati dan kejadian bahwa spesies burung tertentu memakan jenis makanan tertentu pada ketinggian tenggeran tertentu dari permukaan tanah― dihitung. Jenis makanan dikelompokkan dalam buah, bulir, nectar, insekta, ikan, dan lainnya. Ketinggian tenggeran dibagi dalam tiga kelas, yaitu Kelas A (0 ‒ <5 m dari permukaan tanah), Kelas B (5 - <10 m), dan Kelas C (10 - <15 m). Tercatat 315 kejadian dilakukan oleh 24 spesies (19 famili) burung. Kejadian yang paling banyak ditemukan adalah burung memakan buah dan bulir. Ketinggian tenggeran yang paling banyak ditemukan saat burung melakukan itu adalah Kelas A. 


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 492
Author(s):  
Nurhidayati Fahrina ◽  
Gt. Syeransyah Rudy ◽  
Setia Budi Peran

This research aims to determine the benefits of plants contained under the rubber stand (Hevea brasiliensis) on KHDTK ULM Mandiangin. The method used for the collection of undergrowth species is a plotted track, a path made as many as two lanes with a track width of 5x50 meters and a distance between lines as far as 50 meters. Determination of the location of observation plots was done by purposive sampling, namely deliberate point determination. To find out the benefits of the undergrowth, interviews were conducted with key respondents, taken from journal literature and books on medicines. Based on the results of the study found 52 species of undergrowth at the study site, 30 species of plants have medicinal properties and 22 other types are used by the community for building materials, firewood as well as food.. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat tumbuhan yang terdapat di bawah tegakan Karet (Hevea brasiliensis) pada KHDTK ULM Mandiangin. Metode yang digunakan untuk pengambilan jenis tumbuhan bawah adalah jalur berpetak, jalur yang dibuat sebanyak dua jalur dengan luas jalur 5x50 meter dan jarak antar jalur sejauh 50 meter. Penentuan letak petak pengamatan dilakukan secara purposive sampling yaitu penentuan titik secara sengaja. Untuk mengetahui manfaat dari tumbuhan bawah dilakukan wawancara dengan responden kunci, diambil dari literatur jurnal dan buku-buku tentang obat-obatan. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan 52 jenis tumbuhan bawah di lokasi penelitian, 30 jenis tumbuhan mempunyai khasiat obat dan 22 jenis lainnya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk bahan bangunan, kayu bakar juga bahan makanan


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 509
Author(s):  
Regina Amelia Putri ◽  
Suyanto Suyanto ◽  
Mufidah Asy’ari

The position displacement in this study is the distance measured from the position on the national base map to the position measured in the field using the Garmin 78s type GPS. This study aims to analyze the magnitude of the position displacement between the Garmin 78s type GPS data against the National Base Map at the Martapura (1712-52) sheet location. The sampling method used was purposive sampling as many as 180 sample points. The analytical method used is descriptive statistical analysis, so that the magnitude of the position displacement to the national base map can be seen through the use of arcGIS software. The distance error is the difference between the coordinates of the database and the coordinates obtained in the field using a Garmin 78s type GPS device. The magnitude of the position displacement is calculated from the coordinates of each sample point. The results showed that there were variations in the magnitude of the position displacement between the database and the different fields at each sample point. The range of the magnitude of the position displacement in distance is generally under 14 meters, while the position displacement of more than 14.00 meters is only 5%, the farthest position displacement is 17.09 meters. The most position displacement from the coordinates of the sample points due to the use of the 78s Garmin GPS, which is less than 2 meters, as much as 32% or as many as 57 samples. The average value of the position displacement in the distance between the Garmin type 78s is 6.20 m and the weighted average value is 7.02 m for the position displacement between the database and the coordinates in the field.Pergeseran posisi dalam penelitian ini merupakan jarak yang diukur dari posisi pada peta dasar nasional terhadap posisi hasil pengukuran dilapangan menggunakan GPS tipe Garmin 78s. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis besarnya jarak pergeseran posisi antara data GPS tipe Garmin 78s terhadap Peta Dasar Nasional pada lokasi lembar Martapura (1712-52). Metode pengambilan sample dilakukan secara putposif (purposive sampling) sebanyak180 titik sampel. Metode analisis yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif, agar besarnya jarak pergeseran terhadap peta dasar nasional dapat diketahui melalui pemanfaatan software arcGIS. Jarak pergeseran merupakan perbedaan antara titik koordinat dari database dengan titik koordinat yang didapatkan di lapangan menggunakan alat GPS type Garmin 78s. Besarnya pergeseran dihitung dari koordinat setiap titik sampel. Hasil penelitian menunjukkan adanya variasi besarnya pergeseran posisi antara database dengan lapangan yang berbeda di setiap titik sampel. Rentang besarnya jarak pergeseran umumnya di bawah 14 meter, sedangkan yang lebih dari 14,00 meter pergeserannya hanya 5%, jarak pergeseran terjauh adalah 17,09 meter.  Jarak pergeseran yang paling banyak dari koordinat titik sampel akibat penggunaan GPS Garmin tipe 78s yaitu kurang 2 meter sebanyak 32% atau sebanyak 57 sampel. Nilai rata-rata hitung jarak pergeseran GPS Garmin tipe 78s adalah sebesar 6,20 m dan nilai rata-rata terbobot sebesar 7,02 m terhadap jarak pergeseran antara database dengan koordinat dilapangan.


2021 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 517
Author(s):  
Ririn Retanti ◽  
Abdi Fithria ◽  
Gt. Syeransyah Rudy

The variety of proboscis monkey habitat causes the composition of plants, the preparation of different habitats, including the type of feed and its composition. The aim of this research is to map the distribution of proboscis monkeys and inventory the proboscis monkeys. Retrieval of vegetation data is placed in an area where frequent activity of proboscis monkeys occurs. Data collection was carried out to determine tree species and undergrowth as macro habitat as well as the potential source of proboscis food that includes the leaves, buds, flowers, fruit or parts that are being eaten or already eaten. Sampling of feed tree sampling data using accidental sampling method is a method of recording accidentally or accidentally when finding proboscis probes that are eating or traces of food. The coordinates of the meeting point with the proboscis feed tree are made into the distribution map of the proboscis feed tree using GIS software. There are 9 distribution locations and 13 species of plants whose parts are eaten by proboscis monkeys in the Riparian forest of PT JBG areas such as Ficus racemosa, Hibiscus tiliaceus, Gluta renghas, Albizia chinensis, Eugenia sp, Uncaria sp, Dillenia indica, Oxyceros longifer, Syzigium sp, Calamus sp, Macaranga bancana, Premna corymbusa, Centrosema pubescens. These types are divided into two levels of vegetation, namely forage trees and undergrowth with edible parts such as shoots, leaves, flowers, fruit and umbut Habitat bekantan yang bervariasi menyebabkan komposisi jenis tumbuhan penyusunan habitat berbeda-beda, termasuk jenis pakan dan komposisinya. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan pemetaan sebaran pohon pakan bekantan dan menginventarisasi jenis pohon pakan bekantan. Pengambilan data vegetasi diletakkan pada areal yang sering terjadi aktivitas bekantan. Pengambilan data dilakukan untuk menentukan jenis pohon dan tumbuhan bawah sebagai habitat makro serta potensi sumber pakan bekantan yang meliputi bagian daun, pucuk, bunga, buah atau bagian yang sedang dimakan atau sudah dimakan. Pengambilan data sampling pohon pakan menggunakan metode accidental sampling yaitu metode pencatatan secara kebetulan atau tidak sengaja saat menemukan bekantan yang sedang makan atau jejak bekas makanan.pada lokasi tempat ditemukannya pohon pakan atau bekas makanan bekantan lalu ditandai titik koordinatnya menggunakan GPS. Koordinat titik pertemuan dengan pohon pakan bekantan dibuat menjadi peta sebaran pohon pakan bekantan dengan menggunakan software GIS. Terdapat 9 titik lokasi persebaran dan  13 jenis tumbuhan yang bagian-bagiannya dimakan oleh bekantan di hutan Riparian areal PT JBG seperti jenis Ficus racemosa, Hibiscus tiliaceus, Gluta renghas, Albizia chinensis, Eugenia sp, Uncaria sp, Dillenia indica, Oxyceros longifer, Syzigium sp, Calamus sp, Macaranga bancana, Premna corymbus, Centrosema pubescens. Jenis-jenis ini terbagi menjadi dua tingkatan vegetasi yaitu pohon pakan dan tumbuhan bawah dengan bagian yang dimakan seperti pucuk, daun, bunga, buah dan umbut. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document