scholarly journals Determinan Komplikasi Kronik Diabetes Melitus pada Lanjut Usia

2013 ◽  
Vol 7 (9) ◽  
pp. 395
Author(s):  
Amrina Rosyada ◽  
Indang Trihandini

Indonesia menghadapi jumlah penduduk lanjut usia (lansia) yang semakin meningkat dan diikuti oleh peningkatan frekuensi penyakit tidak menular kronis atau multimorbiditas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor yang berhubungan komplikasi kronis pada lansia penderita diabetes melitus. Penelitian ini menggunakan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Tahun 2007 dengan desain cross sectional representatif Indonesia dan metode cluster 2 tahap untuk pengambilan sampel. Sampel adalah 1.565 lansia penderita diabetes melitus. Metode analisis yang digunakan meliputi analisis deskriptif dan multivariat. Hasil analisis menunjukkan bahwa prevalensi komplikasi kronis pada lansia adalah sekitar 73,1%, dengan hipertensi sebagai komplikasi terbanyak. Berdasarkan analisis multivariat diketahui pula bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan komplikasi diabetes adalah usia, jenis kelamin, obesitas, merokok, dan aktivitas fisik dan faktor utama yang berhubungan adalah merokok (OR = 2,48). Hasil penelitian menyarankan program untuk mencegah kesakitan dan komplikasi diabetes pada lansia perlu ditingkatkan. Saat ini program Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yaitu CERDIK meliputi cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap rokok, rajin berolahraga, diet sehat kalori seimbang, istirahat yang cukup dan kendalikan stres perlu diperluas. Indonesia faces a growing number of elderly people is increasing, with increasing elderly, not infectious diseases increase chronic or multimorbidity, there by the study has aims to explore the prevalence of Chronic Complications on elderly with diabetes mellitus and related factors. The research used data from National Basic Health Research 2007. National Basic Health Research is a cross-sectional design survey, two stage cluster method for sampling. The result is shown that the prevalence of chronic complication on the elderly with diabetes mellitus is 73.1%. Hypertension disease is the most of chronic complication that has been frequent appeared on elderly with diabetes mellitus. Based on multivariate analysis revealed to diabetes mellitus complication related with age, gender, obesity, smoking, and physical activity. The study purposes to emphasize of prevention and promotion program such as CERDIK program from Ministry of Health, Republic of Indonesia. The CERDIK program has many intervention programs, for example, reducing smoking, delegating regularly exercise, balancing healthy-diet calorie, resting and taking control of stress.

e-CliniC ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Febrina R. Wuwung ◽  
Ora I. Palandeng ◽  
Olivia C. P. Pelealu

Abstract: Diabetes mellitus is a group of chronic metabolic disease which can affect nearly every organ system in the body. Complications of this disease are diverse and include retinopathy, nepropathy and neuropathy. It has a high prevalence and continued to increase. The relationship between diabetes mellitus and hearing loss have been studied. This study aimed to obtain the average of hearing threshold in patients with diabetes mellitus. This was a descriptive observational study with a cross sectional design. Total 38 diabetes mellitus patients were included in the study. Hearing threshold obtained based on air conduction pure tone audiometry average at 500, 1000, 2000, and 4000 Hz. The results showed that subjects were 65.8% females and 32.4% males. There were 9 subjects (23.6%) with normal hearing, 24 subjects (63.2%) with bilateral hearing loss, and 5 subjects (13.2%) with unilateral hearing loss. Of the 29 subjects with hearing loss, the levels were mild and moderate. None of the subjects had moderately severe, severe, or profound. Conclusion: The majority of subjects in this study had hearing loss.Keywords: diabetes mellitus, hearing threshold, pure tone audiometryAbstrak: Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik kronik yang dapat mempengaruhi hampir setiap sistem organ dalam tubuh. Komplikasi penyakit ini beragam, termasuk retinopati, nefropati dan neuropati. Prevalensinya cukup tinggi dan diperkirakan akan terus meningkat. Terdapat beberapa penelitian yang menghubungkan diabetes melitus dan gangguan pendengaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ambang pendengaran rata – rata pada penderita diabetes melitus. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan desain penelitian potong lintang. Sampel total ialah 38 pasien diabetes melitus. Ambang pendengaran rata – rata diperoleh berdasarkan hantaran udara audiometri nada murni rata-rata pada frekuensi 500, 1000, 2000, dan 4000 Hz. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa subjek penelitian 65,8% perempuan dan 34,2% laki – laki. Terdapat 9 orang (23,6%) yang mempunyai pendengaran normal, 24 orang (63,2 %) mengalami gangguan pendengaran bilateral dan 5 orang (13,2%) dengan gangguan pendengaran unilateral. Dari 29 subjek penelitian dengan gangguan pendengaran mengalami gangguan pendengaran kategori ringan dan sedang. Tidak ditemukan subjek penelitian dengan gangguan pendengaran kategori sedang berat, berat atau sangat berat. Simpulan: Mayoritas subjek penelitian mengalami gangguan pendengar.Kata kunci: ambang pendengaran, audiometri nada murni, diabetes melitus


2017 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
Author(s):  
Rian Panelewen ◽  
Janette M. Rumbayan ◽  
Lusiana Satiawati

Abstract: Diabetes mellitus (DM) is a disease with high blood glucose level due to the inadequasy of insulin. Erectile dysfunction or inability to maintain an erection often occurs among males due to various factors. Males with DM have higher risk of erectile dysfunction compared to those without DM. This study was aimed to determine the relationship of the age of type 2 diabetes mellitus (T2DM) patient and erectile dysfunction. This was an analytical survey study with a cross sectional design. Respondents were all patients with T2DM at the Endocrine Polyclinic of Prof. Dr. R. D. Kandou Hospital Manado from October 2015 to January 2016. There were 38 respondents in this study; most had mild erectile dysfunction (36.8%). The Chi-square analysis showed a significant relationship (p<0.05) between the age of T2DM patients and erectile dysfunction. Conclusion: There was a significant relationship between the age of T2DM patients and erectile dysfunction. The older the patient, the more severe the erectile dysfunction.Keywords: diabetes mellitus, erectile dysfunction Abstrak: Diabetes melitus (DM) adalah penyakit dimana kadar glukosa dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara adekuat. Disfungsi ereksi (DE) atau ketidakmampuan mempertahankan ereksi seringkali dialami oleh pria karena berbagai faktor. Laki-laki yang menyandang DM berisiko DE lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak menyandang DM. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia penyandang DMT2 dan tingkat DE. Jenis penelitian ialah survei analitik dengan desain potong lintang. Responden penelitian ialah semua pasien DMT2 di Poliklinik Endokrin periode Oktober 2015-Januari 2016. Hasil penelitian mendapatkan dari 38 responden, terbanyak yang mengalami DE ringan (36,8%). Berdasarkan analisis chi-square didapatkan hubungan bermakna (p <0,05) antara usia penyandang DMT2 dan DE. Simpulan: Terdapat hubungan bermakna antara usia penyandang DMT2 dan disfungsi ereksi. Semakin tinggi usia, semakin parah tingkat disfungsi ereksi yang terjadi.Kata kunci: diabetes mellitus, disfungsi ereksi


2017 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
Author(s):  
Sri Suparti ◽  
Sri Purwanti

Katarak merupakan kelainan  lensa mata yang keruh di dalam bola mata. Kekeruhan lensa atau katarak akan mengakibatkan sinar terhalang masuk ke dalam mata sehingga penglihatan menjadi menurun. Banyak faktor dikaitkan dengan katarak, yaitu usia sebagai faktor utama, dan faktor lain seperti penyakit diabetes melitus (DM), pajanan kronis terhadap sinar ultraviolet (sinar matahari), konsumsi alkohol, merokok, tingkat pendidikan, dan pekerjaan. Desain penelitian yang digunakan adalah desain cross sectional subyek penelitian diobservasi hanya satu kali saja dan faktor risiko serta dampak diukur menurut keadaan atau status pada saat observasi. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui risiko pekerjaan.Hasil: faktor pekerjaan yang terbukti sebagai faktor risiko terjadinya katarak adalah Satus gizi (p = 0.033; OR adjusted 2.568; 95% CI = 0.962-6851) Umur tua akan berisiko terjadi katarak dengan nilai (p = 0.05 OR adjusted; OR 0.441; 95% CI = 0.962-6851) Kebiasaan merokok (p = 0.001; OR adjusted 5.182 ;95% CI = 1846-14545) Kadar gula darah dalam  tubuh yang lebih dari dua ratus yeng mengalami DM berisiko terjadi katarak dengan nilai (p = 0.000 OR adjusted OR 0.588; 95% CI = 0.740-4.053) Pekerjaan (p = 0.040; OR adjusted OR 5.902 ;95% CI = 0.740-4.053)Simpulan: Umur yang lebih dari empat puluh tahun berisiko 0.441 kali untuk terjadi katarak. Kebiasaan merokok akan berisiko 5.182 kali terjadi katarak. Kadar gula darah yang tinggi lebih dari dua ratus berisiko 0.588 kali terjadi katarak.  Pekerjaan yang terpapar sinar UV secara langsung akan berisiko 5.902 kali terjadi katarak.Kata Kunci: Katarak, Pekerjaan, Faktor Risiko Cataract is an abnormality of eye's lens.Cloudly lens or cataract Will block the ray to the eye so the vision decreases.Many risk factors of cataract these are:Age(the main of risk factor),and other factors are diabetes mellitus(DM),chronic exposure to ultraviolet rays,alchohol,smoking,education,working. Experience design was used cross sectional design and the subject was observed once in experience,risk factor and also the impact measured according to the situations and statues of the observation.this experience did to know the risk factor in work. The result:Risk of work already proven risk to be cataract,statues of nutritions (p:0,033;OR adjusted 2,568;95%,CI:0,962-6851),old age would risk to be cataract with value(p:0,05,OR adjusted;0,441;95%,CI:0,962-6851), habitually of smoking (p:0,001;OR adjusted:5,182;95%CI:1846-14545).glucose in blood more than two hundred of DM risk to be cataract with value p:0,000,OR adjusted 0,588,95%CI:0,740-4,053,working (p:0,040;OR adjusted OR 5,902;95%,CI :0,740-4053).The conclusion:Age more fourty risk 0,441x to be cataract. Habitually of smoking riks 5,182x,glucose in blood more than two hundred risk 0,588x to be cataract,working with UV exposured risk 5,902x to be cataract.Keywords:cataract,working,risk factor.


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 205
Author(s):  
Suyanto Suyanto

Pendahuluan: Penurunan vaskuler perifer dapat dideteksi dengan menilai ankle brakhial indext (ABI). ABI dapat terjadi pada seseorang sejalan dengan meningkatnya umur, terlebih lagi pada pasien diabetes mellitus yang mengalami peningkatan resiko aterosklerosis. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara umur dengan nilai ABI pada pasien diabetes mellitus. Metode: Cross sectional design digunakan dalam penelitian ini. Adapun jumlah sampelnya sebanyak 39 responden. Tehnik concecutive sampling digunakan pada penelitian ini dengan kriteria inklusinya adalah semua pasien yang mengalami diabetes mellitus tanpa adanya ulkus diabetikum. Analisis data dilakukan dengan uji product moment dengan tingkat kemaknaan (α ≤ 0,05).Hasil: Rata-rata umur responden adalah 54±7,90 rata-rata nilai ABI adalah 1,08±0,13,. Hasil uji analisis didapatkan tidak ada hubungan antara umur dengan nilai ABI (p value > 0,05).Kesimpulan: Banyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai ABI pada pasien diabetes mellitus. Faktor utama yang mempengaruhi nilai ABI adalah adanya aterosklerosis yang dikaitkan dengan adanya kolesterol, hiperglikemia kronis. Sehingga perlu adanya penelitian lainnya mengenai hal-hal tersebut yang dihubungkan dengan nilai ABI.


2020 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Indra Gunawan ◽  
Mei-Hsiang Lin ◽  
Hsiu-Chin Hsu

As the rapidly growing population of elderly people in the world that means they would be facing all challenges to their quality of life. As age increases, quality of life is often reported to decline. They are also at risk of mental illness, neurological disorder and more health problems affecting their quality of life. Depression is a common mental disorder among the elderly.  The objective of this study is to understand the relationship between depression and quality of life among the elderly in an Indonesian nursing home. This research use the descriptive correlational and cross-sectional design was applied. There were 114 elderly recruited by convenient sampling. The results of this study showed the mean age of the elderly was 71.2 at the time of data collection ranging from 65 to 76 years old. The variables associated with quality of life were age, gender, education, marital status, ethnicity, chronic disease, and depression status. Moreover, the study found that, as predictors, the variables that influenced the quality of life according to relevance were: age, depression status, and educational level. Age and depression status is recognized as significant predictors of the quality of life among the elderly in an Indonesian nursing home. The result of the study would serve as references to the future and related promotion for the same field of the study


2015 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Putri Yuriandini Yulsam ◽  
Fadil Oenzil ◽  
Efrida Efrida

AbstrakPenyakit jantung koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit non-infeksi yang menjadi sorotan dunia. Hal ini terkait dengan adanya perubahan gaya hidup seiring dengan perkembangan zaman. WHO pada tahun 2008 memperkirakan 17,3 juta jiwa meninggal akibat penyakit kardiovaskular, 7,3 juta jiwa diakibatkan oleh PJK dan 6,2 juta akibat strok. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran insidens riwayat hipertensi dan diabetes melitus pada pasien PJK di RS. Dr. M. Djamil Padang. Ini merupakan penelitian deskriptif dengan rancangan potong lintang yang dilakukan di Bagian Rekam Medik RS. Dr. M. Djamil Padang yang berlangsung dari Februari 2012 sampai Maret 2013. Populasi penelitian sebanyak 184 rekam medik, tetapi yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebanyak 124 sampel Pengolahan data dilakukan secara manual dan ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan distribusi frekuensi pasien PJK berdasarkan usia yaitu kelompok usia 51-56 tahun sebesar 30,64% dan sebagian besar adalah laki-laki (75%). Prevalensi riwayat hipertensi pada pasien PJK didapatkan sebesar 46,77%, sedangkan riwayat diabetes melitus sebesar 10,48%.Kata kunci: penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus AbstractCoronary heart disease (CHD) is one of the non-infectious disease that become the world spotlight. It is associated with a change in lifestyle paralel to the era development. WHO in 2008 estimated that 17,3 million people died from cardiovascular disease, 7,3 million attributable to CHD, and 6,2 million died due to stroke. The objective of this study was to describe the incident history of hypertension and diabetes mellitus in patient with CHD in Dr. M. Djamil Hospital Padang. This was a descriptive study with cross sectional design which carried out in Medical Record of Dr. M. Djamil Hospital Padang from February 2012 until March 2013. The population in this study were 184 medical record, but the samples had the inclusion and exclusion criteria were 124 medical record. All data were processed and analysed by manually and then the data shown by frequency distribution table. The result showed the highest distribution of CHD patient based on age is in the age group of 51-56 years, and majority were male (75%). The prevalence of hipertension history in CHD patient is 46.77% while a history of diabetes mellitus is 10,48%.Keyword: coronary heart disease, hypertension, diabetes mellitus.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 70-78
Author(s):  
Abd Gani Baeda

Diabetes mellitus is a chronic metabolic disorder disease caused by ineffective production of insulin used by the body causing hyperglycemia. Blood sugar is controlled by insulin. One of the therapy in control of blood sugar is insulin. The aim of this study was to find out the correlation among nurses knowledge, attitudes and behaviors in handling and administering insulin. A Cross-sectional design study involving 103 nurses in the surgery and internal room applied to this study. The results showed that there was no significant correlation between knowledge and attitudes toward nurses' behavior in providing noncritical insulin therapy. A majority of respondents have 67% moderate knowledge, 50% of respondents have a positive attitude, and 61.2% of respondents have satisfactory behaviour. The Conclusion of this study was the training is required to improve knowledge and satisfactory performance.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Krisnawati Bantas

The objective of this study was to examine whether there was a gender difference in the occurrence of hypertension in Indonesian people, after controlling for individual and environment factors. Data were obtained from the Indonesia Basic Health Research 2007 and a cross-sectional design was used. Samples consisted of 13.262 men and women age 15 years or more. A multilevel logistic regression was used to analyze the data. There was a statistically significant association between gender and hypertension. Women were less likely to have hypertension than men (OR 0.86 P value < 0.0033). There was an interaction between variable of gender and variable of age. It suggested that the probability of having hypertension in women and men was varied by the strata of age. In the strata of age more than 60 years, women were more likely to have hypertension than men (OR 1.25, P value 0.0065); in strata of age 30-59 years, there was no difference of having hypertension between women and men (P value > 0.05); in strata of age <30 years, women were less likely to have hypertension than men (OR 0.67 Pvalue 0.0000). Among women, there was an increased of having hypertension with age. Age of ≥ 60 years was the highest risk of having hypertension. Among men, there was an increased of having hypertension with age, but at in the age of ≥ 60 years the increased risk of having hypertension was not as high as in women. 


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 14-24
Author(s):  
Maria Getrida Simon

Latar belakang Peran dan fungsi keluarga sangat dibutuhkan oleh anggota keluarga yang sakit. Ketika salah satu anggota keluarga atau lebih mengalami masalah kesehatan maka keluarga berperan penting dalam memberikan dukungan dalam pemecahan masalah. Bentuk pemecahan masalah kesehatan khususnya pada pasien diabetes melitus yaitu dengan cara memotivasi pasien dalam mengontrol kadar gula darah. Pengontrolan kadar gula darah secara teratur harus dilakukan untuk mencegah komplikasi berupa luka gangren, koma diabetikum dan retinopati diabetikum. Tujuan: untuk mengetahui hubungan antara Dukungan keluarga dengan Motivasi pengontrolan gula darah  pada pasien dengan Diabetes mellitus tipe 2.metode: Desain dalam penelitian ini menggunakan cross sectional design. Penelitian ini menggunakan uji statistik sperman rho untuk melihat hubungan antara kedua variabel. Penelitian ini akan dilakuan di Puskesmas di kabupaten Manggarai. Hasil: sebagaian besar responden mendapatkan dukungan keluarga cukup dan motivasi mengontrol gula darah kurang sebanyak 45 responden dengan P value 0,046 yang berarti ada hubungan antara dukungan keluarga dan motivasi dalam mengontrol gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 di puskesmas kota Ruteng.kesimpulan: ada hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dan motivasi dalam mengontrol gula darah pada diabetes melitus tipe 2 di pusksmas kota ruteng. Saran: melalui penelitian ini peneliti menyarankan bahwa sebagai tenaga kesehatan penting untuk meberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya mengontrol gula darah.


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Monica Welliangan ◽  
Mayer F. Wowor ◽  
Arthur E. Mongan

Abstract: Glycosuria is a condition characterized by an excess of sugar in the urine. Diabetes mellitus (DM) is one of the causes of glycosuria. Mortality risks of pregnant women and their babies increase in diabetes during pregnancy. Gestational diabetes mellitus (GDM) is DM diagnosed in 2nd and 3rd trimesters of pregmancy in women without DM before pregnancy. The probability of GDM among women with family history of DM is 3.46 times higher than those without family history. This study was aimed to evaluate the urine glucose level among primigravids who had diabetic parents in Manado. This was a descriptive observational study with a cross sectional design. Urine samples were obtained by using non-probability sampling with consecutive sampling adjusted to the criteria and time. The results showed that glycosuria (urin sugar level ≥50mg/dL) was found in three subjects (10%), most in age group of 20-35 years old and in 1st trimester. Conclusion: Some of the primigravids in this study had glycosuria.Keywords: DM, glycosuria, DM family history Abstrak: Glukosuria adalah kondisi dimana glukosa ditemukan dalam urin. Salah satu penyebab glukosuria ialah diabetes melitus (DM). Risiko kematian ibu dan bayi meningkat pada DM dalam kehamilan. Diabetes melitus gestasional (DMG) adalah DM yang terdiagnosis pada trimester dua atau tiga kehamilan yang bukan DM sebelum kehamilan. Peluang DMG pada wanita dengan riwayat DM dalam keluarga sebesar 3,46 lebih besar daripada wanita tanpa riwayat keluaarga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar glukosa urin pada primigravida dengan orang tua penyandang DM di Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif observasional dengan desain potong lintang. Penelitian ini menggunakan non-probability sampling jenis consecutive sampling untuk mendapatkan urin dari semua subyek penelitian sesuai dengan kriteria dan waktu yang ditentukan. Hasil penelitian mendapatkan glukosuria (kadar glukosa urin ≥50mg/dL) pada 3 subyek (10%) dengan karakteristik cenderung pada kelompok usia 20-35 tahun dan pada trimester satu. Simpulan: Sebagian primigravida dengan orang tua penyandang DM memiliki glukosuria.Kata kunci: DM, glukosuria, riwayat DM pada orang tua


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document