scholarly journals Pengaruh Keragaman Strategi Adaptasi terhadap Tingkat Taraf Hidup Migran Sektor Informal

Author(s):  
Yusnita Yusnita ◽  
Dina Nurdinawati

Migrasi dari desa ke kota biasanya didorong oleh tertinggalnya pertumbuhan desa dibandingkan dengan pertumbuhan kota. Di perkotaan, sektor informal menjadi salah satu alternatif dalam mencari lapangan kerja. Perubahan tempat tinggal dan tempat bekerja dari desa ke kota mengharuskan migran untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keragaman strategi adaptasi terhadap tingkat taraf hidup migran sektor informal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif didukung pendekatan kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan uji regresi dengan pemilihan responden menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara keragaman strategi adaptasi sosial dan ekonomi terhadap tingkat taraf hidup migran. Strategi adaptasi sosial yang dominan diterapkan migran ialah  mengikuti organisasi kedaerahan dan melakukan interaksi sesama pendatang, sedangkan strategi adaptasi ekonomi yang dominan diterapkan ialah memilih jenis barang dagangan yang sama dengan migran terdahulu, berinvestasi dan menghemat pengeluaran.Kata kunci: adaptasi ekonomi, adaptasi sosial, taraf hidup==========ABSTRACTThe migration from rural to urban areas is usually driven by lagging rural growth compared to urban growth. In urban areas, the informal sector is one alternative in finding employment. The change of residence and workplace from village to city requires migrants to adjust to their new environment to get a better life. This study aims to analyze the effect of the diversity of adaptation strategies on the standard of living of migrants in the informal sector. The method used in this research is a quantitative approach supported by a qualitative approach. Quantitative data is processed using a regression test with the selection of respondents using a purposive sampling technique. The results showed an influence between the diversity of social and economic adaptation strategies for migrant living standards. The dominant social adaptation strategy applied by migrants is to follow regional organizations and interact with fellow migrants, while the dominant economic adaptation strategy applied is to choose the same type of goods for sale as previous migrants, invest and save expenses.Keywords: economy adaptation, living standard, social adaptation

Author(s):  
Yusnita Yusnita ◽  
Dina Nurdinawati

Migrasi dari desa ke kota biasanya didorong oleh tertinggalnya pertumbuhan desa dibandingkan dengan pertumbuhan kota. Di perkotaan, sektor informal menjadi salah satu alternatif dalam mencari lapangan kerja. Perubahan tempat tinggal dan tempat bekerja dari desa ke kota mengharuskan migran untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh keragaman strategi adaptasi terhadap tingkat taraf hidup migran sektor informal. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif didukung pendekatan kualitatif. Data kuantitatif diolah menggunakan uji regresi dengan pemilihan responden menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh antara keragaman strategi adaptasi sosial dan ekonomi terhadap tingkat taraf hidup migran. Strategi adaptasi sosial yang dominan diterapkan migran ialah  mengikuti organisasi kedaerahan dan melakukan interaksi sesama pendatang, sedangkan strategi adaptasi ekonomi yang dominan diterapkan ialah memilih jenis barang dagangan yang sama dengan migran terdahulu, berinvestasi dan menghemat pengeluaran.Kata kunci: adaptasi ekonomi, adaptasi sosial, taraf hidup==========ABSTRACTThe migration from rural to urban areas is usually driven by lagging rural growth compared to urban growth. In urban areas, the informal sector is one alternative in finding employment. The change of residence and workplace from village to city requires migrants to adjust to their new environment to get a better life. This study aims to analyze the effect of the diversity of adaptation strategies on the standard of living of migrants in the informal sector. The method used in this research is a quantitative approach supported by a qualitative approach. Quantitative data is processed using a regression test with the selection of respondents using a purposive sampling technique. The results showed an influence between the diversity of social and economic adaptation strategies for migrant living standards. The dominant social adaptation strategy applied by migrants is to follow regional organizations and interact with fellow migrants, while the dominant economic adaptation strategy applied is to choose the same type of goods for sale as previous migrants, invest and save expenses.Keywords: economy adaptation, living standard, social adaptation


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 135-143
Author(s):  
Tomi Satria Maggara ◽  
Aldri Frinaldi

This study describes the impact of work culture in implementing the e-planning application to realize good governanc e studies in the Planning ,Research and Development Agency of 50 Kota. There search method used is descriptive qualitative, because the problems are complex so that it requires interviews and observations to get valid data. The selection of informants was carried out by using purposive sampling technique. Based on the results of the research that has been done, it can be concluded that the impact of work culture in implementing E-Planning applications to achieve Good Governance at Bapelitbang Kabupaten 50 Kota it has had a good impact but there are still some problems that the authors haveen countered, among others: there are still delays in the preparation and inp t of planning documents, there are no awards given to employees, accommodation of RPJPD programs in application E-Planning and there are still employees who don't understand how to use the E-Planning application.


LingTera ◽  
2015 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 200
Author(s):  
Rosihan Anwar ◽  
Maman Suryaman

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kriteria-kriteria yang digunakan dalam pemilihan cerita anak yang layak sebagai bahan ajar membaca di MTs. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menganalisis cerita anak yang layak sebagai bahan ajar membaca di MTs berdasarkan kriteria-kriteria itu.Penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini adalah cerita anak yang ada di Buku Sekolah Elektronik, buku bacaan, dan internet. Objek penelitiannya adalah isi cerita. Ada dua puluh cerita anak yang yang dijadikan sampel penelitian. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan membaca dan mencatat. Analisis data dilakukan dengan cara reduksi, penyajian, dan penyimpulan data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) ada tiga kriteria yang digunakan dalam pemilihan cerita anak yang layak sebagai bahan ajar membaca di MTs. Kriteria-kriteria itu adalah kriteria nilai/moral, motivasi, dan kesesuaian jenis sekolah. (2) Dari dua puluh cerita yang dianalisis, sebelas cerita dinyatakan layak dan sembilan cerita dinyatakan tidak layak dijadikan bahan ajar membaca di MTs. Kata kunci: cerita anak, bahan ajar, membaca   THE SELECTION OF CHILDREN STORIES AS READING TEACHING MATERIAL IN MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) Abstract The study aims to describe criteria used in the selection proper children stories as reading teaching material in Madrasah Tsanawiyah (MTs). In addition, the study also aims to describe proper children stories as reading teaching material in Madrasah Tsanawiyah (MTs) based on the criteria.The study is descriptive qualitative research. The subjects of the study are children stories in Buku Sekolah Elektronik (BSE), reading book, and internet. The object of the study is the contents of the stories. There are twenty children stories that the research sample. The sample was taken by purposive sampling technique. The collection of data is done by reading and writing. Data is analyzed by reduction, presentation, and inference.The results of study showed that (1) there are three criteria used in the selection of children stories as reading teaching material in MTs. The criteria are Value/moral, motivation, and relevant of the type of school. (2) Of the twenty stories analyzed, there are eleven proper stories and nine stories are not proper as reading materials in the MTs. Keywords: children stories, teaching material, reading


Author(s):  
Setiaji Nugroho ◽  
Suryanti Suryanti ◽  
Siti Rudiyanti

 Pesisir selatan Jawa, khususnya pantai Pagak, Kabupaten Purworejo merupakan daerah potensial dengan beragam jenis biota yang seringkali dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai bahan makanan. Biota tersebut diantaranya adalah yutuk (undur-undur laut) yang bermanfaat secara ekologis maupun ekonomis, namun pemanfaatan belum optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelimpahan dan pola sebaran undur-undur laut sebagai dasar pemilihan daerah penangkapan undur-undur laut dan hubungan salinitas substrat dengan kelimpahan undur-undur laut yang ada di pantai Pagak, Kabupaten Purworejo. Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2018. Pengambilan sampel biota dan substrat dilakukan pada tiga stasiun dimana setiap stasiun dilakukan tiga kali pengulangan pada hari yang berbeda. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan kelimpahan undur-undur laut (hippidae) di pantai Pagak berkisar 2-4 individu/m2 dengan pola sebaran yang mengelompok. Kelimpahan tersebut cenderung lebih tinggi pada salinitas substrat kisaran 33-35 ppt. Salinitas substrat berpengaruh terhadap kelimpahan undur-undur laut (hippidae) di pantai Pagak dan keduanya mempunyai hubungan yang lemah (r = 0,371). Southern coast of Java, especially Pagak beach, Purworejo Regency is a potential area with various types of biota that are often used by local people as food. One of the biota is mole crab that is useful ecologically and economically, while the existing utilization is not yet optimal and sustainable. The purpose of this research is to know the abundance and distribution pattern of mole crab as the basis for the selection of good and sustainable fishing areas of mole crab, and the relationship between substrate salinity and the abundance of mole crab at Pagak beach, Purworejo Regency. The study was conducted in January 2018. Samples collection of biota and substrate were conducted at three stations where each station was carried out with three replication on different days. Purposive sampling technique was used to take the sample. The results showed the abundance of mole crab (hippidae) at Pagak beach ranged from 2 to 4 individuals / m2 with a group pattern of distribution. The abundance tends to be higher in the substrate salinity of 33-35 ppt range. Substrate salinity and abundance of mole crab have weak relationships


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 145-156
Author(s):  
Khusnul Fadilah

Abstract. One form of crime against humanity is rape, sexual harassment, sexual slavery or other forms of sexual violence where the victims are often women. In dealing with cases of sexual violence, not only do we depend on government regulations that provide severe penalties for the perpetrators, but also the role of the surrounding community who care about social problems, especially community institutions. The role of institutions is very much needed in handling victims of sexual violence which have severe impacts on both children and adults. With this this set of background, Pulih Foundation was born as a psychological institution that provides counseling and assistance services for the recovery victims of sexual violence. This study aims to reveal how the stages and efforts to recover trauma of sexual violence victims to recover from the violence effects. This research is a qualitative research with a descriptive research type. Data collection consists of interview, observation and documentation. The selection of informants uses a purposive sampling technique. The research results show that Pulih Foundation has been making efforts to restore vvictims of sexual violence by providing assistance and counseling. In the recovery effort, victims of sexual violence go through the following stages: emotional stages such as the denial stage, the anger stage, the depression stage and the offer stage before finally reaching the acceptance stage.  Abstrak. Salah satu bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan berupa pemerkosaan, pelecehan seksual, perbudakan seksual atau bentuk-bentuk kekerasan seksual lainnya yang korbannya sering kali adalah perempuan. Dalam menangani kasus kekerasan seksual tidak hanya perpangku tangan mengandalkan peraturan pemerintah yang memberikan hukuman berat untuk para pelaku, tetapi juga peran masyarakat sekitar yang peduli akan masalah sosial terutama lembaga-lembaga masyarakat. Peranan lembaga sangat dibutuhkan dalam penanganan korban kekerasan seksual yang menimbulkan dampak berat baik pada anak maupun pada orang dewasa. Dengan adanya permasalahan tersebut Yayasan Pulih lahir sebagai lembaga psikologi yang memberikan layanan konseling dan pendampingan untuk pemulihan korban kekerasan seksual. Penelitian ini bertujuan mengungkap bagaimana tahapan dan upaya pemulihan trauma kepada korban kekerasan seksual untuk pulih dari dampak kekerasan tersebut. Penelitian ini menggunakan metodelogi penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Pemilihan informan menggunakan teknik purposive sampling. Hasil Penelitian menunjukkan itu Yayasan Pulih melakukan upaya pemulihan untuk korban kekerasan seksual dengan memberikan pendampingan serta konseling. Pada upaya pemulihan, korban kekerasan seksual melewati tahapan sebagai berikut: tahapan emosi seperti tahap penyangkalan, tahap kemarahan, tahap depresi dan tahap penawaran sebelum akhirnya mencapai tahap penerimaan.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 60
Author(s):  
Elan Artono Nurdin ◽  
Fahrudi Ahwan Ikhsan ◽  
Bejo Apriyanto ◽  
Fahmi Arif Kurnianto

Population growth is the increasing population changes at any time which is calculated in the number of individuals. This study aimed to determine the effect of demographic factors on the growth of population in the district of Jember in East Java Sumbersari. Selection of research areas using purposive sampling technique which is in District SumbersariJember. The number of samples is equal to the number of population is the whole population in Jember in 2012 - 2016.The results of this study show the influence of demographic factors include fertility, mortality, and migration on population growth is the F> M and positive migration rises (N) in the District SumbersariJember, East Java. Keywords: population growth, demographics, migration


Author(s):  
Agus Maladi Irianto

Tulisan berikut merupakan penelitian kualitatif mengenai strategi adaptasi pedagang kaki lima (PKL) dalam menandai tindakan sosial manusia yang menandai dinamika kegiatan ekonomi di perkotaan (khususnya di Kota Semarang). Tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini adalah tersajikannya lukisan mendalam mengenai pola-pola usaha di sektor informal, serta penciptaan jaringan sosial di antara keluarga PKL dalam rangka mengisi lapangan pekerjaan di perkotaan. Sejumlah tindakan sosial manusia, khususnya yang dilakukan para PKL dalam penelitian ini, menyiratkan tentang tindakan sosial manusia yang kemudian mengkonstruksi konsep jaringan sosial dan strategi adaptasi PKL Kota Semarang.The following article is a qualitative research about the adaptation strategy of street vendors in marking the humans social action that marks the dynamic of economic activities in urban areas (especially in Semarang). The objectives of this study are presenting in-depth portrait of the business patterns in the informal sector, and the creation of social networks among street vendors families in order to fill the job fields in urban area. Several humans social actions, especially conducting by the street vendors in this research, imply about human social action which then construct the concept of social networking and adaptation strategies of the street vendors in Semarang city.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
Kharisma Imam Adinata

The purpose of this research was to describe results evaluation of implementation halal slaughter vocational training at International Livestock Training Center Batu East Java using a qualitative descriptive method. The selection of informants was carried out by using purposive sampling technique. Data is tabulated from interviews with informants. Data analysis was carried out by classifying and taking the connection between the interview data. Validity of the data was tested by using triangulation technique data sources based on interviews with informants.


2018 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 92
Author(s):  
Rio Putra Sagita ◽  
NRA. Candra DA

<p align="center"><strong><em>ABSTRACT</em></strong></p><p><em>This study examines the film “</em><em>Aach…Aku Jatuh Cinta” (Aach...I Fall in Love). This study aims to find out the visualization of the setting as a timepiece in the film “Aach…Aku Jatuh Cinta” through the size of the image. The type of research used is descriptive qualitative research. The selection of samples in this study was carried out by purposive sampling technique. Data collection is done by observation and interviews, while data analysis is done through the stages of data reduction, data presentation, and drawing conclusions and verification. Research focuses on setting as a timepiece visualized in the film “Aach…Aku Jatuh Cinta” through the size of the image. The results of the research of “Aach…Aku Jatuh Cinta” show the time settings are divided into three sequences, the settings that appeared in 1970, 1980 and 1990.</em></p><p><em>Keywords : visualization, setting, movie, and "Aach...Aku Jatuh Cinta".</em></p><h1> </h1><p align="center"><strong>ABSTRAK</strong></p><p>Studi ini mengkaji film <em>Aach<strong>…</strong>Aku Jatuh Cinta</em>. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui visualisasi <em>setting</em> sebagai penunjuk waktu  dalam film  <em>Aach<strong>…</strong>Aku Jatuh Cinta </em>melalui ukuran gambar. Metode penelitian  yang digunakan adalah penelitian kualitatif deskriptif. Pemilihan sampel pada penelitian ini dilakukan dengan teknik <em>purposive sampling. </em>Pengumpulan data yang dilakukan dengan observasi dan wawancara, sedangkan untuk analisis data melalui tahapan reduksi data, penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi. Penelitian fokus pada<em> setting </em>sebagai penunjuk waktu yang divisualisasikan dalam film  <em>Aach<strong>…</strong>Aku Jatuh Cinta</em> melalui ukuran gambar. Hasil penelitian film <em>Aach<strong>…</strong>Aku Jatuh Cinta </em>menunjukkan <em>setting</em> waktu dibagi dalam tiga sekuen, <em>setting</em> yang muncul pada tahun 1970, 1980 dan 1990-an.</p><p>kata kunci : visualisasi, setting, film, dan Aach...Aku Jatuh Cinta.</p><h1> </h1>


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 159
Author(s):  
Maflahah Maflahah ◽  
Akhmad Ramdhon

<p>Abstract : Low of skills and education background lead Tegal society was unable to access the economic formal sector in urban areas. Then, they choose the informal sectors such as street vendors, pedicab, and others to get money. Warung Tegal is one of to be a solution to keep them alive in the city. Warung Tegal become one of the solution to address this problem, moreover Warung Tegal is does not need high education and specific skills to do. The purpose of this research is to identified how Warung Tegal as a informal sector can stay and keep growing as high as city’s development to be a buffer the economic of the city. Theory that use in this research is Pierre Bourdieu’s social capital. The method that use in this research is qualitative research. The approach that use is case study and the sampling method is purposive sampling. Warung Tegal can be one of solution that can stay and compete in economic of the city. It prove that Warung Tegal can give a economic welfare to Tegal society. It can be seen that there are a lot of warteg with high persistent, mutual cooperation, and high social capital between warteg seller give a power to each other to stay in the city. Although they live in a long term in Jakarta, but they do not forget their hometown. Aplusan is a chance for them to back to their hometown. Tegal that seen as a village and Jakarta as a big city can make a strong bond between them. The conclution is Warung Tegal as a informal sector give a different point of view of city, not just a city that full of luxury but a city that look through informal sector as economic buffer zone.<br />Keywords : City, informal sector, social capital, village, warung tegal</p><p>Abstrak : Rendahnya keterampilan dan latar belakang pendidikan menyebabkan masyarakat Tegal tidak dapat mengakses sektor formal ekonomi di daerah perkotaan. Kemudian, mereka memilih sektor informal seperti pedagang kaki lima, becak, dan lain-lain untuk mendapatkan uang. Warung Tegal adalah salah satu solusi untuk membuat mereka tetap hidup di kota. Warung Tegal menjadi salah satu solusi untuk mengatasi masalah ini, terlebih lagi Warung Tegal tidak membutuhkan pendidikan tinggi dan keterampilan khusus untuk melakukannya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi bagaimana Warung Tegal sebagai sektor informal dapat tetap dan terus tumbuh setinggi perkembangan kota untuk menjadi penyangga ekonomi kota. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah modal sosial Pierre Bourdieu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah studi kasus dan metode pengambilan sampel adalah purposive sampling. Warung Tegal dapat menjadi salah satu solusi yang dapat bertahan dan bersaing dalam ekonomi kota. Ini membuktikan bahwa Warung Tegal dapat memberikan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat Tegal. Dapat dilihat bahwa ada banyak warteg dengan persistensi, kerja sama timbal balik, dan modal sosial yang tinggi antara penjual warteg memberikan kekuatan untuk satu sama lain untuk tinggal di kota. Meskipun mereka hidup dalam jangka panjang di Jakarta, tetapi mereka tidak melupakan kampung halaman mereka. Aplusan adalah kesempatan bagi mereka untuk kembali ke kampung halaman mereka. Tegal yang dilihat sebagai desa dan Jakarta sebagai kota besar dapat membuat ikatan yang kuat di antara mereka. Kesimpulannya adalah Warung Tegal sebagai sektor informal memberikan sudut pandang yang berbeda dari kota, bukan hanya kota yang penuh kemewahan tetapi kota yang melihat melalui sektor informal sebagai zona penyangga ekonomi.</p><p>Kata Kunci: Kota, sektor informal, modal sosial, desa, warung tegal</p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document