scholarly journals Depression Leads to Physical Inactivity in Patients with Beta-Thalassemia Major

2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
Author(s):  
Faza Nurul Wardhani ◽  
Susanti Dharmmika ◽  
Hilmi Sulaiman Rathomi

Beta-thalassemia major (BTM) is difficult to treat chronic disease, causing physical and psychological burdens for the patient. Several studies have confirmed a decrease in physical activity and depression in thalassemia patients, but limited studies examine the relationship between these two conditions. This study aims to analyze the relationship between depression and physical activity in BTM patients in Bandung city. It was analytical observational research with a cross-sectional design. Data were collected during September–December 2018 by interviewing 65 patients selected by simple random sampling from 300 thalassemia patients registered at the Association of Parents with Thalassemia Indonesia/Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassemia Indonesia (POPTI) Bandung city. The instruments used were the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) to measure physical activity and the Beck Depression Inventory (BDI) to assess depressive symptoms. Data were analyzed by chi-square test using SPSS for Windows ver. 23.0. The results showed that most BTM patients in Bandung city were depressed (52%) and had low physical activity levels (65%). Furthermore, there was a statistically significant relationship between depression and physical activity in thalassemia patients in Bandung city (p=0.04, p<0.05). Therefore, it can be concluded that BTM patients in Bandung city with depression have lower physical activity. DEPRESI BERDAMPAK PADA AKTIVITAS FISIK YANG RENDAH PADA PASIEN TALASEMIA BETA MAYORTalasemia beta mayor merupakan penyakit kronis yang sulit disembuhkan sehingga menimbulkan beban fisik dan psikologis bagi pasien. Beberapa penelitian telah mengonfirmasi penurunan aktivitas fisik dan depresi pada pasien talasemia, namun studi yang mengkaji hubungan antara kedua kondisi ini masih terbatas jumlahnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kondisi depresi dan tingkat aktivitas fisik pada penderita talasemia beta mayor di Kota Bandung. Desain penelitian bersifat observasional analitik dengan rancangan potong lintang. Pengambilan data dilakukan selama September–Desember 2018 dengan mewawancarai 65 pasien yang dipilih secara simple random sampling dari 300 pasien talasemia yang terdaftar di Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassemia Indonesia (POPTI) Kota Bandung. Instrumen yang digunakan adalah Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) untuk mengukur aktivitas fisik dan Beck Depression Inventory (BDI) untuk menilai gejala depresi. Data dianalisis dengan uji chi-square menggunakan SPSS for Windows ver. 23.0. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas penderita talasemia beta mayor di Kota Bandung mengalami depresi (52%) dan memiliki tingkat aktivitas fisik rendah (65%). Selanjutnya, terdapat hubungan bermakna secara statistik antara depresi dan aktivitas fisik pada penderita talasemia di Kota Bandung (p=0,04; p<0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penderita talasemia beta mayor di Kota Bandung yang mengalami depresi memiliki aktivitas fisik yang lebih rendah.

Retos ◽  
2016 ◽  
pp. 15-19
Author(s):  
Víctor Hugo Arboleda Serna ◽  
Elkin Fernando Arango Vélez ◽  
Yuri Feito

Los objetivos de esta investigación fueron determinar los niveles, los beneficios y las barreras de la actividad física (AF) en una de la sedes de la Universidad de Antioquia, Medellín, Colombia. Participaron de manera voluntaria 92 estudiantes, 72 docentes y 45 empleados; utilizando un muestreo aleatorio simple para cada grupo. Se empleó el Cuestionario Global de Actividad Física (GPAQ) para identificar los niveles de actividad física (NAF) y el cuestionario para medir la percepción de los beneficios y las barreras de AF The Exercise Benefits/Barriers Scale (EBBS). Las encuestas fueron recolectadas durante el segundo semestre del año 2012. Se manejó el programa estadístico SPSS versión 21 para el análisis de los datos, utilizando técnicas de distribución de frecuencias y la prueba de X2 para comparar las proporciones, de acuerdo al vínculo con la universidad y al sexo. Se identificó que el 51.1% de los estudiantes, el 48.6% de los docentes y el 46.7% de los empleados presentan NAF altos. No se encontraron diferencias estadísticamente significativas entre las percepciones de beneficios de AF; la menor percepción de barreras fue observada en los estudiantes y la mayor en los docentes. Los resultados del presente estudio podrían servir como insumos para la creación de estrategias que posibiliten mejorar los programas de AF ofrecidos dentro del campus universitario y permitan incrementar los NAF de la población, al mismo tiempo aumentar la adherencia a dichos programas.Abstract. The objectives of this research were to determine the levels, benefits and barriers to physical activity in one of the campuses of the University of Antioquia, Medellin, Colombia. 92 students, 72 teachers and 45 employees voluntarily participated in this study using simple random sampling for each group. The Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) was used to identify levels of physical activity (PA) and the Exercise Benefits/Barriers Scale (EBBS) questionnaire to measure the perceived benefits and barriers of PA. The surveys were collected during the second half of 2012. We used SPSS version 21 for analysis of the data, using techniques of frequency distribution and the X2 test to compare proportions based on the participants’ relationship with the university and gender. It was found that 51.1 % of students, 48.6 % of teachers and 46.7 % of employees have high levels of PA. No statistically significant differences between the perceptions of benefits of PA were found; the lowest perceived barriers were observed in students and the highest in teachers. The results of this study could serve as input for the creation of strategies to build better PA programs offered within the university campus and allow to increase PA levels of the population, while increasing adherence to such programs.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 73
Author(s):  
Anandita Mega Kumala ◽  
Ani Margawati ◽  
Ayu Rahadiyanti

Latar belakang: Beberapa studi menunjukkan terdapat hubungan antara screen-time viewing, aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi pada remaja. Penggunaan gadget yang berlebihan pada remaja berkaitan dengan status gizi. Screen-time yang tinggi, tingkat aktivitas fisik rendah, dan pola makan menjadi tidak sesuai dengan rekomendasi sehingga dalam jangka panjang dapat mempengaruhi status gizi.Metode: Desain studi observasional dengan rancangan cross-sectional yang melibatkan remaja usia 13-15 tahun di Kendal. Pengambilan sampel menggunakan simple random sampling dengan 61 responden. Status gizi ditentukan berdasarkan z-score indeks massa tubuh terhadap umur (IMT/U). Data durasi penggunaan alat elektronik (gadget) diperoleh dari kuesioner terstruktur yang telah divalidasi, data aktivitas fisik diperoleh dari kuesioner International Physical Activity Questionnaire (IPAQ) dan data pola makan diperoleh melalui wawancara dan kuesioner Semi-Quantitative Food Frequency Questionnare (SQ-FFQ) yang ditentukan berdasarkan Pedoman Gizi Seimbang (PGS). Analisis data menggunakan uji Chi-Square serta Fisher Exact.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan 72,1% responden memiliki durasi penggunaan alat elektronik (gadget) yang tinggi. Selain itu, ditemukan 14,8% responden dengan aktivitas fisik rendah. Pola makan pada 80,3% responden sudah sesuai dengan anjuran PGS, tetapi 96,7% responden tidak memenuhi anjuran konsumsi sayur. Status gizi pada responden berdasarkan Z-score IMT/U ditemukan sebanyak 6,6% responden dengan kategori kurus dan 14,8% gemuk. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status gizi (p<0,05).Simpulan: Terdapat hubungan antara durasi penggunaan alat elektronik (gadget), aktivitas fisik dan pola makan dengan status Gizi pada remaja usia 13-15 tahun (p<0,05).


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 79
Author(s):  
Erlina Nurlaili Rahma ◽  
Bambang Wirjatmadi

Background: Overnutrition status can be influenced by multifactor such as behaviors are eating habits, physical activity, sedentary activity, and genetic. Objectives: Analyze the relationship between of physical activity and sedentary activity with overnutrition status of elementary students.Methods: The study using a case control design, with respondents were 22 students in overnutrition status group and 22 students in normalnutrition status group.  Simple random sampling was used this study. Data were collected throught direct interview using Physical Activity Questionnare-Children (PAQ-C) to record respondent’s physical activity, and Adolescent Sedentari Activity Questionnaire (ASAQ) to record respondent’s sedentary activity. Analysis data using Chi-Square test for physical activity and Spearman test for physical activity. Results: The result showed that there was a relationship between physical activity with overnutrition status (p=0.016) and an OR=0.218 with CI 95% (0.061 – 0.775) which mean that student who did physical activity with good category at risk 0.218 times less to be overnutition status. As for sedentary activity (p=0.026) with OR=5.5 and CI 95% (1.145–17.679), which mean students who did sedentary activity more than 5 hour at risk 4.5 times greater than to be overnutrition status compared with students who did physical activity less than 2 hour. Conclusion: The low of physical activity and high of sedentary activityin elementary students were related with overnutrition status.  Student with overnutrition status must be increase physical activity and reduced sedentary activity.  ABSTRAK Latar Belakang: Status Gizi Lebih disebabkan oleh multifaktor yaitu faktor perilaku seperti kebiasaan makan, aktivitas fisik, aktivitas sedentari, dan faktor genetik.Tujuan: Menganalisis hubungan antara aktivitas fisik serta aktivitas sedentari dengan status gizi lebih pada anak usia sekolah dasar.Metode: Penelitian ini menggunakan desain case control, dengan sampel 22 anak kelompok status gizi lebih dan 22 anak kelompok status gizi normal. Simple random sampling merupakan metode yang digunakan dalam pengambilan sampel. Pengumpulan data menggunakan metode wawancara langsung dengan bantuan kuesioner PAQ-C (Physical Activity Questionnare-Children) untuk mencatat aktivitas fisik, dan kuesioner ASAQ (Adolescent Sedentari Activity Questionnaire) untuk mencatat aktivitas sedentari. Data dianalisis dengan uji statistik Chi-Square untuk aktivitas fisik dan Spearman untuk aktivitas sedentari.Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara aktivitas fisik dengan status gizi lebih (p 0,016) didapatkan nilai OR= 0,218 dengan CI 95% (0,061 – 0,775) dapat diartikan bahwa siswa yang melakukan aktivitas fisik dengan kategori baik beresiko 0,218 kali lebih kecil mengalami status gizi lebih. Sedangkan, untuk aktivitas sedentari (p= 0,026) dengan nilai OR = 4,5 dan CI 95% (1,145 – 17, 679) artinya siswa yang melakukan aktivitas sedentari > 5 jam maka memiliki kecenderungan 4,5 kali lebih besar untuk mengalami status gizi lebih dibandingkan dengan siswa yang melakukan aktivitas sedentari < 2 jam.Kesimpulan: Rendahnya aktivitas fisik dan tingginya aktivitas sedentari pada anak sekolah dasar berhubungan dengan masalah status gizi lebih. Siswa dengan status gizi lebih sebaiknya melakukan aktivitas fisik lebih banyak lagi, dan mengurangi kegiatan yang kurang gerak.


1970 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Dian Palupi Kusuma ◽  
Sheizi Prista Sari ◽  
Ikeu Nurhidayah

Posyandu merupakan pusat pemantauan tumbuh kembang balita berbasis masyarakat, namun masih banyak ibu yang tidak membawa anak berkunjung teratur ke posyandu. Di Kabupaten Bandung, Posyandu Desa Cimekar memiliki angka kunjungan balita yang terendah yaitu 70,3% pada Bulan Oktober– Desember 2013. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara persepsi ibu dengan perilaku membawa balita ke posyandu dengan pendekatan teori Health Belief Model. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian berjumlah 94 ibu balita yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling di 10 Posyandu Desa Cimekar. Analisis menggunakan chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 52,12% memiliki persepsi positif tentang posyandu dan 59,57% responden memiliki perilaku rutin membawa balita ke posyandu. Hasil analisis bivariat menunjukkan terdapat hubungan antara persepsi dengan perilaku ibu membawa balita ke posyandu (nilai p=0,000; α=0,05). Simpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi ibu tentang posyandu belum merata dengan baik. Hasil penelitian ini merekomendasikan agar puskesmas memberikan pembinaan terhadap para ibu balita bukan hanya penyuluhan, namun diberikan pengarahan dan bimbingan tentang pentingnya membawa balita ke posyandu. Kata kunci: Balita, Health Belief Model, perilaku, persepsi, posyandu The Relationship between Mother’s Perception and Behavior on Attending Posyandu Abstract Community health post as well known as posyandu provide as center to monitor growth in children under five years old. Data showed that the number of mother’s attendance behavior to Posyandu in Cimekar’s Village was very low, only 70.5% from October to December 2013. The aimed of this study was to identify the relationship between mother’s perception and parents behavior on taking their children to posyandu based on Health Belief Model Theory. The method of this study was descriptive with cross sectional study. Simple random sampling was used as sampling technique with 97 mothers who has child under five years old among 10 Posyandu in Cimekar was taken in this study. Data was analyzed by chi-square. The result of this study showed that there was significant relationship between mother’s perception and mother’s behavior to attend Posyandu (p=0.000; α=0.05). Data showed that 52.25% respondents had a positive perception about posyandu and 59.5% respondents had positive behavior to take their child to posyandu. The recommendation for Puskesmas is to give further information and motivation to mother to attend posyandu frequently.Key words: Behavior, child under five years old, Health Belief Model, perception, posyandu.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 538-547
Author(s):  
Fitri Zulfa Hayati ◽  
Nurhapipa Nurhapipa ◽  
Nila Puspita Sari

Tuberkulosis Paru merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Kejadian penyakit Tuberkulosis Paru di Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru merupakan kasus tertinggi di kota pekanbaru sebanyak 798 kasus. Tujuan penelitian ini secara umum untuk mengetahui hubungan kondisi fisik rumah dan status gizi dengan insiden penyakit tuberkulosis paru. Penelitian ini adalah analitik kuantitatif dengan pendekatan Case Control. Populasi kasus dalam penelitian ini yaitu seluruh penderita Tuberkulosis Paru. Sampel penelitian yaitu 18 responden kelompok kasus dan 72 responden kelompok kontrol dengan menggunakan teknik Simple random sampling. Lokasi penelitian dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Kota Pekanbaru pada bulan Juli – Agustus 2020. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner, roll meter, lux meter, dan timbangan berat badan. Analisis data dilakukan secara univariat dan bivariat menggunakan uji Chi Square. Hasil uji statistik hubungan dari setiap variabel semuanya berhubungan dengan insiden penyakit tuberkulosis paru, yaitu variabel luas ventilasi (p = 0,002, OR = 7,857), kepadatan hunian (p = 0,003, OR = 5,500), pencahayaan (p = < 0,05, OR = 8,500), dan status gizi (p = 0,001, OR = 10,818). Diharapkan kepada tim pencegah dan pengendalian penyakit tuberkulosis paru Puskesmas Rejosari meningkatkan penyuluhan atau pemahaman langsung kepada masyarakat penderita TB paru serta membentuk dan melatih kader – kader untuk penanggulangan Tuberkulosis Paru. Diharapkan masyarakat selalu membuka jendela agar udara dan cahaya dapat masuk ke dalam rumah serta menjaga pola makan yang seimbang dan sehat. Pulmonary Tuberculosis is an infectious disease caused by the bacteria Mycobacterium tuberculosis. The incidence of pulmonary tuberculosis in Rejosari Primary Health Center Pekanbaru City is the highest case in Pekanbaru city with 798 cases. The purpose of this study in general was to determine the relationship between the physical condition of the house and nutritional status with the incidence of pulmonary tuberculosis. This research is a quantitative analytic with a Case Control approach. The populations of cases were all patients with pulmonary tuberculosis. The research sample was 18 respondents in the case group and 72 respondents in the control group using the simple random sampling technique. The research location was carried out in the Rejosari Public Health Center, Pekanbaru City in July - August 2020. The measuring instruments used were questionnaires, roll meters, lux meters, and weight scales. Data analysis was performed univariate and bivariate using the Chi Square test. The statistical test results of the relationship between each variable were all related to the incidence of pulmonary tuberculosis, namely the variable area of ventilation (p = 0.002, OR = 7.857), occupancy density (p = 0.003, OR = 5,500), lighting (p =0.05, OR 8.5)and nutritional status (p = 0.001, OR = 10.818). It is hoped that the team for preventing and controlling pulmonary tuberculosis at the Rejosari Community Health Center will increase direct education or understanding to people with pulmonary tuberculosis and form and train cadres to control pulmonary tuberculosis. It is hoped that people will always open windows so that air and light can enter the house and maintain a balanced and healthy diet.


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 71-80
Author(s):  
Valensia Br Napitupulu ◽  
Hubaybah . ◽  
Rd. Halim

Menarche merupakan menstruasi yang pertama kali dialami remaja putri, dimana secara fisik ditandai dengan keluarnya darah dari vagina akibat peluruhan lapisan endometrium. Tujuan  penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara status gizi dan aktivitas fisik terhadap usia menarche pada siswi di Sekolah Dasar Negeri 47/IV Kota Jambi Tahun 2018. Jenis penelitian analitik observasional dengan rancangan  cross-sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling. Besar sampel sebanyak 65 siswi. Penelitian ini dilaksanakan pada  di Sekolah Dasar Negeri 47/IV Kota Jambi pada bulan Maret 2018. Data penelitian aktivitas fisik diperoleh dengan modifikasi kuesioner Physical Activity Questionnaire for Older Children (PAQ-C) dan pengukuran langsung terhadap berat badan dan tinggi badan untuk status gizi.  Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 55,4 % siswi sudah mengalami menarche normal, 50,8%  siswi dengan status gizi gemuk dan 58,5% siswi kurang aktif dalam melakukan aktivitas fisik. terdapat hubungan yang bermakna antara status gizi terhadap usia menarche (p value =0,080,α=0,05) dan tidak ada hubungan yang bermakna antara aktivitas fisik terhadap usia menarche (p value = 0,026 ,  α=0,05).


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 43
Author(s):  
Mardiyah Ibrahim ◽  
Tasnim Tasnim ◽  
Nurmiaty Nurmiaty

Saat ini motivasi dan kinerja bidan masih dianggap kurang, disamping itu terjadi masa tunggu kerja yang lebih lama dari para lulusan Diploma III Kebidanan dikarenakan jumlah lulusan banyak yang belum lulus ujian kompetensi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat kelulusan ujian kompetensi dan motivasi terhadap kinerja bidan lulusan Akademi Kebidanan Konawe. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 115 orang. Besar sampel sebanyak 89 responden yang diambil dengan cara simple random sampling. Data dikumpulkan dengan kuisioner, kemudian di analisis menggunakan uji chi square dan koefisien phi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang lemah antara tingkat kelulusan uji kompetensi bidan dengan motivasi dimana diperoleh X2 hitung > X2 tabel (5,994 > 3,841), dan (Φ) sebesar 0,289. Ada hubungan yang lemah antara tingkat kelulusan uji kompetensi bidan dengan kinerja bidan dimana diperoleh nilai X2 hitung > X2 tabel (6,303 > 3,841), dan (Φ) sebesar 0,283, sedangkan hubungan antara motivasi dengan kinerja bidan memiliki hubungan yang sangat kuat. diperoleh nilai X2 hitung > X2 tabel (55,101 > 3,841), dan (Φ) sebesar 0,881. Oleh karena itu, perlu terus di upayakan peningkatan motivasi bidan dalam bekerja yang salah satu caranya adalah dengan pemberian penghargaan bagi bidan prestasi.Currently, the motivation and performance of midwives are still considered lacking. There is a longer employment waiting period than the Diploma III obstetrics graduates because the number of graduates has not passed the competency exam. This research aims to analyse the relationship of competency exam graduation rate and motivation to the performance of The Graduate midwife of the Konawe Academy. The population in this study was 115 people. A large sample of 89 respondents was taken using simple random sampling. Data is collected with a questionnaire, then in analysis using Chi-square test and phi coefficient. The results showed that there was a weak relationship between the graduation rate of the competency test midwife with the motivation where the X2 calculated > X2 table (5.994 > 3.841), and (Φ) amounted to 0.289. There is a weak relationship between the graduation rate of the midwife competence test with the performance of midwives where the value of X2 count > X2 table (6.303 > 3.841), and (Φ) amounting to 0.283. In contrast, the relationship between the motivation with the performance of midwives has very Strong. The retrieved X2 count value of > X2 table (55.101 > 3.841), and (Φ) amounting to 0.881. Therefore, it is necessary to continue to increase the motivation of midwives in working that one way is to give appreciation to midwives’ achievement.


2015 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 180-188
Author(s):  
Anjarsari Retno Utami ◽  
Nurmasari Widyastuti

Latar Belakang : Menari termasuk dalam kategori aktivitas fisik yang berat . Penari harus mempunyai ketahanan fisik yang baik untuk menunjang performa dalam menari dan mengurangi kejadian cedera tari  Pada saat melakukan latihan tubuh membutuhkan cairan yang lebih banyak sebagai akibat dari pengeluaran cairan yang berlebihan melalui keringat dan pernafasan tidak diimbangi dengan konsumsi cairan yang cukup jika kekurangan akan berpotensi mengalami dehidrasi. Dehidrasi dapat mempengaruhi kelelahan pada penari.Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan status hidrasi setelah tes ketahanan fisik pada mahasisiwi jurusan tariMetode : Peneliti menggunakan deskriptif analitis yang melibatkan 53 mahasiswi jurusan tari (usia 19-22 tahun) di Universitas Negeri Semarang. Subjek dipilih dengan simple random sampling. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik subjek, konsumsi cairan, tes ketahanan fisik, data aktifitas fisik, status hidrasi setelah tes harvard. Konsumsi cairan diukur dengan menggunakan food recall, data aktivitas fisik didapatkan melalui formulir International Physical Activity Questionnaire (IPAQ), tes ketahanan fisik diukur dengan nilai VO2max dan status hidrasi setelah tes harvard diketahui dengan pemeriksaan berat jenis urin. Hasil : Rerata konsumsi cairan pada sebelum, selama dan sesudah melakukan test harvard (4.2827±208.17 ml, 3.4454±157.1ml, dan 3.817±188.00 ml) masih kurang dari kebutuhan (400-2000 ml). Semua subjek mengalami dehidrasi, yang terdiri dari 56,6% mengalami minimal dehydration dan 43,4% mengalami significant dehydration. Subjek mempunyai nilai VO2max yang rendah (62.3%), dan baik (9.4%).Simpulan  Sebagian mahasisiwi jurusan tari mengalami dehidrasi dan mempunyai nilai vo2max yang rendah


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 59
Author(s):  
Dian Putri Aliyah ◽  
Septriana Septriana ◽  
Yunita Indah Prasetyaningrum

Latar Belakang:  Penyelenggaraan pendidikan formal di Indonesia terdiri dari pendidikan full day dan half day. Perbedaan waktu belajar kedua sistem tersebut tentu akan memengaruhi keadaan fisik dan psikis, termasuk perubahan asupan makan, aktivitas fisik, dan status gizi anak sekolah. Tujuan: Mengetahui perbedaan status gizi, aktivitas fisik, dan asupan gizi makro antara siswa sekolah dasar full day dan half day. Metode:  Jenis penelitian adalah observasional dengan desain cross sectional. Subjek penelitian berjumlah 112 orang  yang  terdiri  dari  56 siswa sekolah full day dan 56 siswa sekolah half day. Pengambilan sampel menggunakan teknik proporsionate random sampling. Data status gizi anak diukur mengunakan indikator IMT/U, aktivitas fisik diukur dengan kuesioner Physical Activity Questionnaire  (PAQ) dan asupan gizi makro diukur menggunakan kuesioner recall 24 jam sebanyak tiga kali. Analisis statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil: Sebagian besar subjek dari sekolah full day lebih banyak yang gemuk (p=0,001; OR=3,809; 95% CI=1,64–8,84), memiliki aktivitas berat (p=0,000; OR=0,164; 95% CI=0,07–0,38), dan memiliki asupan lemak lebih (p=0,002; OR=3,71; 95% CI=1,57–8,79). Subjek dari sekolah half day lebih banyak yang memiliki asupan karbohidrat yang berlebih (p=0,000; OR=0,144; 95% CI=0,06–0,36). Tidak ada perbedaan bermakna pada asupan energi antara kedua kelompok (p=0,815; OR=0,896; 95% CI=0,358–2,24). Kesimpulan: Terdapat perbedaan bermakna pada status gizi, aktivitas fisik, asupan lemak, dan asupan karbohidrat antara siswa sekolah sekolah full day dan half day. Namun, belum ada perbedaan bermakna pada asupan energi antara kedua kelompok.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 75-80
Author(s):  
Sitti Nurul Hikma Saleh ◽  
Asmiati Asmiati ◽  
Hairil Akbar

Asfiksia neonatorum adalah keadaan bayi baru lahir mengalami kegagalan bernafas spontan dan teratur. Asfiksia neonatorum merupakan urutan pertama penyebab kematian di negara berkembang yaitu sebesar 21,1%, salah satu penyebabnya dari faktor ibu yaitu preeklampsia dan eklampsia. Berdasarkan data di RSUD Kota Kotamobagu diperoleh data tahun 2018 kasus asfiksia sebanyak 23 kasus. Tahun 2019 asfiksia sebanyak 81 kasus. Tujuan penelitian ini untuk menganalisis hubungan hipertensi saat hamil dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Kota Kotamobagu. Jenis penelitian adalah observasional analitik dan rancangan penelitian cross sectional. Lokasi penelitian RSUD Kota Kotamobagu. Populasi yaitu seluruh bayi yang lahir di RSUD Kotamobagu tahun 2019-2020 sebanyak 987 bayi. Sampel penelitian sebanyak 100 bayi. Teknik pengambilan sampel simple random sampling. Analisis data menggunakan uji chi-square. Hasil penelitian ada hubungan hipertensi saat hamil berhubungan dengan kejadian asfiksia neonatorum di RSUD Kota Kotamobagu (p-value=0,025). Saran bagi ibu hamil untuk rutin melaksanakan kunjungan ANC untuk mendeteksi sedini mungkin apabila adanya kelahiran prematur dan post matur.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document