scholarly journals Gambaran Tingkat Kecemasan Korban Gempa Lombok

2020 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 174
Author(s):  
Zurriyatun Thoyibah ◽  
Dewi Nur Sukma Purqoti ◽  
Elisa Oktaviana

ABSTRAKGempa bumi secara konsisten terbukti berhubungan dengan masalah kesehatan mental seperti cemas, depresi dan gangguan stres pasca-trauma segera setelah bencana. Kondisi tersebut akan semakin memburuk bila tidak dideteksi sejak dini dan ditangani dengan baik, sehingga membutuhkan pelayanan kesehatan mental (trauma healing). Kecemasan yang berlebihan dapat mempunyai dampak yang merugikan pada pikiran serta tubuh bahkan dapat menimbulkan penyakit fisik. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kecemasan korban Gempa Lombok. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan yakni dengan Purposive Sampling dengan jumlah sampel 40 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Analisis data yang digunakan adalah univariat dengan data disajikan dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 15 responden mengalami kecemasan ringan (37,5%) dan 25 responden mengalami kecemasan sedang (62,5%). Diskusi: Selain dampak fisik, kejadian gempa juga menimbulkan masalah kesehatan jiwa, salah satunya rasa cemas yang masih dirasakan responden meskipun 8 bulan setelah gempa. Sebagian responden mengelaman kecemasan dalam berbagai kategori sedang dengan skor berbeda. Hal tersebut terjadi dipengaruhi oleh jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan dan pengalaman saat terjadi gempa. Kesimpulan: Sebagian besar responden pada penelitian ini masih mengalami kecemasan sedang.Kata Kunci: Gempa bumi, kecemasanThe Level of Anxiety of Lombok Earthquake Survivors ABSTRACTEarthquakes are consistently proven to be related to mental health issues such as anxiety, depression and post-traumatic stress disorders immediately after disaster. This condition will deteriorate if not detected early and well handled, so it requires mental health services (trauma healing). Excessive anxiety can have a detrimental impact on the mind as well as the body can even cause physical illness. Objectives: The study aims to determine the level of anxiety of Lombok earthquake survivors. Methods: This research is a descriptive study with a cross sectional approach. Sampling techniques used by purposive Sampling with a sample number of 40 people. The instruments used in this study are the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) questionnaire. Data analysis used is univariate with data presented in narrative form, frequency distribution table and percentage. Results: The results showed that 15 respondents experienced mild anxiety (37.5%) and 25 respondents experienced moderate anxiety (62.5%). Discussion: In addition to physical impact, earthquake incidence also raises mental health problem, one of which is anxiety that was felt by respondents even 8 months after the earthquake. Respondents partly experienced anxiety in the medium category with different score. This can be influenced by gender, age, level of education and experience in the event of an earthquake. Conclusion: most of the respondents in this study is still experiencing moderate anxiety.Keywords: Earthquakes; anxiety

Author(s):  
DEWI NURSUKMA PURQOTI ◽  
Zurriyatun Thoyyibah ◽  
ELISA OKTAVIANA

Earthquakes are consistently proven to relate of mental health issues such as anxiety, depression and post-traumatic stress disorders immediately after disaster. This condition will deteriorate if not detected early and well handled, so it requires mental health services (trauma healing). Excessive anxiety can have a detrimental impact on the mind as well as the body can even cause physical illness. Objectives: The study aims to determine the level of anxiety victims of Lombok earthquake. Methods: This research is a descriptive study with a cross sectional approach. Sampling techniques used by Purposive Sampling with a sample number of 40 people. Data analysis used is univariate with data presented in narrative form, frequency distribution table and percentage. Results: The results showed that 15 respondents experienced mild anxiety (37.5%) and 25 respondents experienced moderate anxiety (62.5%).  Discussion: In addition to physical impact, earthquake incidence also raises mental health problems, one of which is anxiety. Anxiety is a response to a specific situation that threatens and is a normal thing to happen. The instruments used in this study are the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) questionnaire. Anxiety in the medium category still experienced by respondents can be influenced by gender, age, level of education and experience in the event of an earthquake. Conclusion: most of the respondents in this study is still experiencing moderate anxiety.


e-CliniC ◽  
2014 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Audi Pirade

Abstract: Female sexual worker is someone who sells herself to have sex rewarded in the form of money or something, they sell their bodies for getting some material. Prostitute has many risk factors that can lead to anxiety, both internal and external factors. The study aimed to find out about anxiety degree of adolescent female sexual workers in Manado city. This research is a quantitative study using cross-sectional method for 30 respondents about anxiety degree using Hamilton Anxiety Rating Scale, followed by qualitative study through in-depth interviews on 2 respondents. Respondents in both studies were selected by purposive sampling. From 30 respondents found 53,33% experiencing severe anxiety, 30% had moderate anxiety and 16,7% respondents had mild anxiety. Conflicts that occur in female sexual worker can be caused by unpleasant experiences, job risk and self pressure because the profession are embarrassing and contradict to religious values, on the other hand they also need the job as a source of income. It becomes a dilemma and would cause anxiety. So, it can be concluded that majority of adolescent female sexual workers have severe anxiety degree, several factors that can induce anxiety are personal, family, job, environmental and religion factors. Keyword: anxiety degree, adolescent female sexual workers, manado city.   Abstrak: Wanita pekerja seksual adalah seseorang yang menjual diri dengan melakukan hubungan seks untuk memperoleh imbalan dalam bentuk uang maupun barang, mereka menjajakan tubuhnya demi mendapatkan sejumlah materi. WPS mempunyai banyak faktor resiko yang dapat menimbulkan kecemasan, baik faktor internal maupun eksternal. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan WPS remaja di kota Manado. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pengambilan data secara cross sectional terhadap 30 orang responden mengenai tingkat kecemasan menggunakan Hamilton Anxiety Rating Scale, dilanjutkan dengan penelitian kualitatif melalui wawancara mendalam terhadap 2 orang responden. Reponden dalam kedua penelitian dipilih dengan purposive sampling. Hasil uji HARS didapatkan 53,3% responden mengalami kecemasan berat, 30% responden mengalami kecemasan sedang, dan 16,7 % responden mengalami kecemasan ringan. Konflik yang terjadi dalam diri WPS dapat disebabkan oleh pengalaman masa lalu, resiko pekerjaan serta tekanan dari dalam diri sendiri karena menganggap pekerjaan tersebut bertentangan dengan ajaran agama, disisi lain mereka juga membutuhkan pekerjaannya sebagai sumber penghasilan. Hal ini menjadi dilema dan menimbulkan kecemasan. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar WPS remaja di kota Manado memiliki tingkat kecemasan berat, beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecemasan pada WPS remaja tersebut  antara lain faktor pribadi, keluarga, pekerjaan, masyarakat dan agama. Kata kunci: Tingkat kecemasan, WPS remaja, kota Manado


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 46
Author(s):  
Livana PH ◽  
Yulia Susanti ◽  
Dimas Eka Ardika Putra

Clients mental disorder characterized by cycles of recurrence, which reached 60-75% of all patients. Recurrence trigger psychological conflict such as anxiety in the family. Family characteristics need to be considered in understanding the problems of family anxiety when clients have a relapse. The purpose of this study was to determine the characteristics of a family relationship with the level of anxiety when faced with a client recurrence of mental disorders in RSJD Amino Gondhohutomo Semarang. The study used a descriptive correlational design with cross sectional approach. Sample was taken by purposive sampling as many as 40 families were clients of mental disorder experience recurrence in emergency ward RSJD Amino Gondhohutomo Semarang. Research tool questionnaire characteristics and Hamilton Anxiety Rating Scale (Hars). Statistic test used Kendall's tau_b and Somers’d. The results showed no relationship between job characteristics (pvalue = 0.029), income (pvalue = 0.040), and the type of family (pvalue = 0.027) with the anxiety level families in the face of recurrence clients with mental disorders, while the educational characteristics (pvalue = 0.390), relationship status (pvalue = 0.587), stage of development of the family (pvalue = 0.482), and ethnic culture (pvalue = a) there is no relationship. Further research is expected researching family anxiety when faced with a recurrence client by using different methods and samples consisting of various ethnic cultures Abstrak Klien gangguan jiwa dicirikan dengan siklus kekambuhan yang mencapai 60-75% dari keseluruhan penderita. Kekambuhan memicu terjadinya konflik psikologi seperti ansietas pada keluarga. Karakteristik keluarga perlu dipertimbangkan dalam memahami permasalahan ansietas keluarga saat klien mengalami kekambuhan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan karakteristik keluarga dengan tingkat ansietas saat menghadapi kekambuhan klien gangguan jiwa di RSJD Amino Gondhohutomo Semarang. Penelitian menggunakan desain deskriptif korelasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil secara purposive sampling sebanyak 40 keluarga klien gangguan jiwa yang mengalami kekambuhan di IGD RSJD Amino Gondhohutomo Semarang. Alat penelitian menggunakan kuesioner karakteristik dan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Uji statistik menggunakan uji Kendall’s tau_b dan uji Somers’d. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara karakteristik pekerjaan (pvalue=0,029), penghasilan (pvalue=0,040), dan tipe keluarga (pvalue=0,027) dengan dengan tingkat ansietas keluarga saat menghadapi kekambuhan klien gangguan jiwa, sedangkan karakteristik pendidikan (pvalue=0,390), status hubungan (pvalue=0,587), tahap perkembangan keluarga (pvalue=0,482), dan etnis budaya  (pvalue=a) tidak ada hubungan. Peneliti selanjutnya diharapkan meneliti ansietas keluarga saat menghadapi kekambuhan klien dengan menggunakan metode berbeda dan sampel yang terdiri dari berbagai etnis budaya.


2020 ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Dian Nugroho ◽  
Agus Sarwo Prayogi ◽  
Ana Ratnawati ◽  
Tri Arini

Kecemasan menyebabkan  kekhawatiran yang tidak jelas dan menyebar, yang berkaitan dengan perasaan yang tidak pasti dan tidak berdaya. Kecemasan pada pasien pre operasi harus diatasi, karena dapat menimbulkan perubahan-perubahan fisiologis yang akan menghambat dilakukannya tindakan operasi. Salah satu faktor untuk menurunkan tingkat kecemasan seseorang ketika menghadapi situasi dan kondisi tertentu yaitu dengan self efficacy. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan self efficacy dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi. Jenis penelitian deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampel menggunakan purposive sampling sebanyak 71 pasien pre operasi. Instrumen pengambilan data menggunakan kuesioner general self efficacy dan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) yang telah baku. Analisa data menggunakan uji korelasi kendall-tau dengan taraf signifikan 5%. Self efficacy pasien dengan kategori tinggi (57,7%), sedang (36,7%) dan kurang (5,6%). Kecemasan pasien pre operasi pembedahan dengan kategori tidak cemas (25,4%), cemas ringan (54,9%), cemas sedang (19,7%) dan cemas berat serta panik (0%). Hasil uji statistik menunjukkan besarnya koefisien korelasi Kendall-Tau yaitu 0,317 dengan signifikasi 0,002. Hal ini menunjukkan bahwa nilai p < 0,05 berarti bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara self efficacy dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi pembedahan. Terdapat hubungan positif dan signifikan antara self efficacy dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi pembedahan dengan nilai p < 0,05   Anxiety causes unclear and diffuse concerns, which are associated with feelings of uncertainty and helplessness. Anxiety in preoperative patients must be overcome because it can cause physiological changes that will hinder the operation. One of the factors to reduce one's anxiety level when facing certain situations and conditions is self-efficacy. The objective of this study is to find out the relationship between self-efficacy and the patient's anxiety level preoperatively. Type of quantitative descriptive research with the cross-sectional approach. The sampling technique used purposive sampling as many as 71 patients pre-surgery. The data collection instruments used the standard general self-efficacy and Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) questionnaire. Data analysis used the Kendall Tau-correlation test with a significant level of 5%. Self-efficacy of patients with high categories (57.7%), moderate (36.7%) and less (5.6%). The anxiety of preoperative patients with the category of not anxious (25.4%), mild anxiety (54.9%), moderate anxiety (19.7%) and severe anxiety and panic (0%). The statistical test results show the magnitude of the Kendall-Tau correlation coefficient, which is 0.317 with a significance of 0.002. This shows that the value of p <0.05 means that there is a positive and significant relationship between self-efficacy and the level of anxiety of patients preoperative surgery. There is a positive and significant relationship between self-efficacy and the patient's anxiety level in preoperative surgery with a value of p <0.05


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Akhmad Yanuar Fahmi ◽  
Dayu Agista ◽  
Soekardjo Soekardjo

Kehidupan di dalam Penjara atau Lembaga Pemasyarakatan yang tertutup selalu menarik peneliti atau akademisi untuk membahas. banyaknya permasalahan hidup, cara untuk beradaptasi, dan bagaimana untuk bersosialisasi dengan kehidupan yang baru menimbulkan banyak masalah diantaranya adalah kualitas tidur dan kecemasan. Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, lesu dan gelisah. Kualitas tidur buruk dapat mengakibatkan menurunya aktivitas korteks prefrontal yang memerankan peran penting dalam mengatur emosi, salah satunya kecemasan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan kualitas tidur dengan tingkat kecemasan pada warga binaan wanita di lembaga pemasyarakatan. Jenis penelitian ini adalah Cross Sectional dengan sampel sebanyak 59 responden dengan tekhnik purposive sampling. Pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner Pittsbrugh Sleep Quality Index dan Hamilton Anxiety Rating Scale, dengan uji statistik Chi Square dengan menggunakan hitung manual dengan rumus yate’s correction. Hasil penelitian didapatkan 50 responden (85%) memiliki kualitas tidur buruk dan 36 responden (62%) kecemasan ringan. Tingkat kemaknaan atau α = 0,05 diperoleh Pvalue = 0,015 sehingga Pvalue  < Nilai α atau  0,015 < 0,05. Berarti ada hubungan antara level kualitas tidur dengan tingkat kecemasan pada warga binaan wanita di lembaga pemasyarakatani. Kualitas tidur yang baik maka membuat tingkat kecemasan rendah atau tidak mengalami kecemasan. Sebaliknya apabila kualitas tidur buruk maka tingkat kecemasan yang dialami warga binaan wanita menjadi sedang bahkan mengalami tingkat kecemasan berat


2019 ◽  
pp. 11-17
Author(s):  
Indah Puspitasari Kiay Demak ◽  
Dian Noviandini Muharam ◽  
Mohammad Salman

Pendahuluan : Salah satu stresor timbulnya kecemasan pada mahasiswa adalah saat menghadapi ujian. Kecemasan berpengaruh pada organ viseral dan motorik, selain itu juga mempengaruhi pikiran, persepsi, dan pembelajaran. Penyelenggaraan pendidikan kedokteran di Universitas Tadulako dikemas dalam sistem blok. Muatan yang diajarkan disusun dalam blok-blok dan disetiap akhir blok diadakan ujian blok sebagai evaluasinya. Cemas saat ujian dapat menghambat fungsi kognitif yang berpengaruh pada performa ketika ujian, sehingga dapat mempengaruhi hasil yang diperoleh. Tujuan penelitian ini untuk  mengetahui hubungan tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian blok dengan nilai ujian blok mahasiswa tahun kedua Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako. Metode : Penelitian ini bersifat deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional, pengumpulan sampel secara purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 54 orang. Data diperoleh menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dan dianalisis menggunakan uji korelasi spearman. Hasil : Analisis data menggunakan uji korelasi spearman didapatkan nilai signifikansi (p) = 0,839 (p>0,05) dan nilai koefisien korelasi (r) = 0,028. Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara tingkat kecemasan dalam menghadapi ujian blok dengan nilai ujian blok pada mahasiswa tahun kedua Program Studi Kedokteran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Tadulako.  Kata Kunci : Tingkat Kecemasan, Ujian blok, Mahasiswa kedokteran, HARS


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
Author(s):  
Nikhita F. A. Mamesah ◽  
Hendri Opod ◽  
Lydia David

Abstract: Anxiety is a normal reaction that helps human to deal with danger or tough situation. Anxious people feel afraid, worry, and have physical changes such as increased blood pressure. This condition can happen especially among people who live in the landslide-prone area. They always feel worried and anxious when rain as well as earthquake or any condition that can trigger landslide occurs. This study was aimed to determine the anxiety level among residents living in the landslide prone-area Ranomuut Manado. This was a descriptive study with a cross sectional approach. Samples were obtained by using the purposive sampling technique. Respondents were residents of Ranomuut Lingkungan IV Manado. The anxiety level was measured with Hamilton Anxiety Rating Scale (HAR-S) questionnaire. The results showed that there were 43 respondents who participated in this study; 22 females (51.1%) and 21 males (48.9%). The anxiety levels were mild anxiety in 11 respondents (25.6%), moderate anxiety in 22 respondents (51.1%), severe anxiety in 8 respondents (18.6%), and no anxiety in 2 respondents (4.7%). Conclusion: Most residents in landslide prone-area had anxiety, and the most common anxiety was moderate anxiety.Keywords: anxiety, landslide prone-area, Hamilton Anxiety Rating Scale (HAR-S) Abstrak : Kecemasan adalah reaksi normal yang membantu manusia menghadapi situasi yang berbahaya atau sulit. Kecemasan merupakan suatu perasaan yang sifatnya umum, dimana seseorang merasa ketakutan, memiliki pikiran yang khawatir, dan perubahan fisik seperti tekanan darah yang meningkat. Keadaan ini dapat terjadi khusunya bagi orang yang tinggal di daerah rawan longsor yang akan selalu waspada dan juga merasa cemas disaat hujan, gempa atau hal-hal yang dapat memicu terjadinya longsor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat kecemasan pada warga yang tinggal di daerah rawan longsor di Kelurahan Ranomuut, Kota Manado. Jenis penelitian ialah deskriptif dengan desain potong lintang. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Responden penelitian ialah warga Kelurahan Ranomuut Lingkungan IV. Tingkat kecemasan diukur menggunakan kuesioner Hamilton Anxiety Rating Scale (HAR-S). Hasil penelitian mendapatkan bahwa responden yang mengikuti penelitian berjumlah 43 orang, terdiri dari perempuan 22 orang (51,1%) dan laki-laki 21 orang (48,9%). Tingkat kecemasan yang didapatkan ialah kecemasan ringan sebanyak 11 orang (25,6%), kecemasan sedang sebanyak 22 orang (51,1%), kecemasan berat sebanyak 8 orang (18,6%), dan yang tidak memiliki kecemasan sebanyak 2 orang (4,7%). Simpulan: Sebagian besar masyarakat yang berdiam di daerah rawan longsor mengalami kecemasan, terutama kecemasan sedang.Kata kunci: kecemasan, daerah rawan longsor, Hamilton Anxiety Rating Scale (HAR-S)


2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 77
Author(s):  
Mario Carl Joseph ◽  
Monty P. Satiadarma ◽  
Rismiyati E. Koesma

Kekerasan dalam rumah tangga adalah bentuk kekerasan yang paling banyak dialami oleh perempuan berusia 25 – 40 tahun. Kecemasan merupakan salah satu bentuk reaksi emosional yang menyertai perempuan ketika mengalami kekerasan dalam rumah tangga. Kecemasan pada perempuan yang menjadi korban kekerasan dalam rumah tangga diukur dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dan melihat gejala kecemasan dari segi kognitif, somatis, motorik dan afektif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif untuk menggambarkan kecemasan dan metode kuantitatif untuk melihat penurunan tingkat kecemasan dengan terapi seni pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga. Subyek penelitian ini adalah dua perempuan yang telah bercerai dan mengalami kekerasan dalam rumah tangga dalam bentuk fisik, seksual, psikis atau verbal dan penelantaran rumah tangga. Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Pemberian terapi seni pada masing-masing subyek dilakukan sebanyak tujuh sesi. Dalam penelitian ini, terapi seni telah terbukti dapat mengurangi kecemasan pada perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga dengan menunjukan perubahan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah intervensi. Keberhasilan terapi seni ini juga dipengaruhi oleh adanya kesadaran pada masing-masing subyek untuk konsisten menjalani terapi.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 61-67
Author(s):  
Widiharti Widiharti ◽  
Wiwik Widiyawati ◽  
Widya Lita Fitrianur

Tekanan darah adalah faktor penting dalam sistem sirkulasi tubuh manusia. Tekanan darah dapat dengan mudah berubah meski dalam hitungan detik (Sasmalinda, Syafriandi, & Helma, 2013). Pada 2 Maret 2020, pemerintah Indonesia pertama kali mengumumkan dua kasus pasien postif Covid-19. (Pranita, 2020). Pasien tidak berani melakukan pemeriksaan ke rumah sakit, sehingga jika ada keluhan yang tidak begitu berat mereka akan membeli obat di apotik tanpa mengetahui tekanan darahnya. Hal ini sangat mengkhawatirkan karena tekanan darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan komplikasi lain seperti stroke. Tujuan penelitian menganalisis faktor yang berhubungan dengan tekanan darah. Desain penelitian analitik observasional, dengan pendekatan Cross Sectional (Notoatmodjo, 2012). Pelaksanaan bulan  Maret – Mei 2020. Populasi dari Seluruh warga  babatan RT 8 RW 2 Kelurahan Babatan Kecamatan Wiyung sebanyak 110 orang. Teknik Sampel total sampling. Variabel independen; jenis kelamin, beban kerja, pendapatan, tingkat kecemasan dan riwayat keluarga. Variabel dependen; tekanan darah. Instrument penelitian; timbangan injak digital, tensi digital, dan kuesioner. Variabel Tingkat kecemasan  menggunakan HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Dianalisis uji statistik Chi Square dengan nilai p value <0.05. Hasil penelitian chi square  beban kerja nilai p-value 0,004<0,005 ada hubungan beban kerja dengan  tekanan darah. Hasil  p – value 0,002<0,05 ada hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah.  Hasil p value 0,463<0,05 tidak ada hubungan antara tingkat kecemasan, hasilnya p – value 0,000<0,05 ada hubungan riwayat keluarga dengan tekanan darah. Kesimpulan faktor yang berhubungan dengan tekanan darah yaitu jenis kelamin, beban kerja, pendapatan, riwayat keluarga sedangkan faktor yang tidak berhubungan dengan tekanan darah yaitu kecemasan


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Halimatus Saidah

ABSTRAKHubungan tingkat kecemasan emosional ibu Post Partum dengan kejadian Post Partum Blues  sangat penting diketahui karena pada fase ini terjadi perubahan secara fisiologis maupun secara psikologis yang dapat mempengaruhi kelabilan emosional ibu setelah melahirkan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui hubungan tingkat kecemasan emosional ibu Post Partum dengan kejadian Post Partum Blues  yang ada dikelurahan sukorame wilayah kerja puskesmas sukorame.Desain yang digunakan pada penelitian ini menggunakan analitik korelasional dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling, diperoleh jumlah sampel 24 orang responden dengan kriteria responden yaitu ibu Post Partum hari ke 7- minggu ke 2, nifas normal. Pengumpulan data menggunakan lembar ceklist skala Hamilton Anxiety Rating Scale dan kuesioner Edinburgh Post Natal Depression Scale. Analisa data menggunkan uji Sperman Rank.         Tingkat kecemasan emosional ibu post partum sebagian kecil (25,0%) yaitu 6 responden. dan kejadian Post Partum Blues  sebagian besar (62,5%) yaitu 15 responden. Hasil analisa data dengan menggunakan uji Spearmen Rank didapatkan hasil p-value 0,000 taraf signifikan (α = 0,05) dengan demikian ada hubungan antara tingkat kecemasan emosional ibu post partum dengan kejadian Post Partum Blues  di Kelurahan Sukorame wilayah Kerja Puskesmas Sukorame. Dan  nilai koefisien (r) sebesar 0,859 kekuatan korelasi dalam kategori sangat kuat dengan arah positif.Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan adanya hubungan antara tingkat kecemasan emosional ibu post partum dengan kejadian Post Partum Blues  di kelurahan Sukorame wilayah kerja Puskesmas Sukorame. Kata Kunci: Tingkat Kecemasan, Post Partum, dan Kejadian Post Partum Blues  ABSTRACT       The relationship between the level of emotional anxiety of the mother of post partum with Post Partum Blues  occurrence is very important because in this phase there is a change physiologically and psychologically wich can affect the emotional stability of mother after giving birth.       The purpose of this study to determine the relationship of emotional anxiety level of post partum mother with Post Partum Blues  incident that exist in sukorame’s Village its work area of puskesmas Sukorame.       Design used correlational analytics with cross sectional approach. The sample research using purposive sampling technique, obtained the number of samples 24 respondents with the criteria of respondents is post partum mother day 7 to week 2, its good puerperium. Data’s collection using hamilton anxiety rating scale and       Edinburgh Postnatal Depression Scale. Data’s processing is interpreted according to the classification of each measuring instrument.       The result of the research showed that  the relationship of emotional anxiety level of post partum mother with Post Partum Blues  incidence was the amount of the anxiety level 12,5%, 25% heavy anxiety , medium anxiety 16,6% and mild anxiety 20,9% with Post Partum Blues  event. While those without anxiety were 0% for Post Partum Blues  event.        From the result of this study it can be concluded that almost all postpartum mothers with anxiety that there is in the field of Sukorame work area puskesmas Sukorame experience Post Partum Blues . As for recommendation of this research is holding counseling about how to handle Post Partum Blues .Key Word : Anxiety level, Post Partum, Post Partum Blues  Event


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document