scholarly journals Uji Efektivitas Minyak Atsiri Jeruk Nipis (Citrus Aurantiifolia) sebagai Larvasida Nyamuk Aedes Aegypti

2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 11-20
Author(s):  
Lina Rahamwati Rizkuloh ◽  
Kamiel Roesman Bachtiar ◽  
Susanti Susanti ◽  
Srie Rezeki Nur Endah

Berbagai jenis tanaman di Indonesia telah diketahui mengandung senyawa bioaktif yang dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida. Salah satumya adalah penggunaan minyak atsiri jeruk nipis yang mengandung limonoida yang dapat berfungsi sebagai larvasida. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui efektifitas daya bunuh minyak atsiri jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Objek dalam penelitian ini adalah semua larva Aedes aegypti instar III yang berumur 3-4 hari Sampel total yang digunakan pada penelitian ini sebanyak 360 larva, yang di tentukan dengan teknik Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh minyak atsiri jeruk nipis (Citrus aurantifolia) terhadap kematian larva nyamuk Aedes aegypti. Diperolah konsentrasi minyak atsiri jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang efektif dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti dalam waktu 24 jam adalah konsentrasi 80 ppm yang merupakan konsentrasi terkecil yang dapat membunuh larva sebanyak 100%. Hasil estimasi LC50 melalui Analisis Probit adalah pada konsentrasi 46 ppm. Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa konsentrasi efektif minyak atsiri jeruk nipis (Citrus aurantifolia) yang dapat membunuh 50% (LC50) dalam mematikan larva instar III nyamuk Aedes aegypti adalah konsentrasi 46 ppm dalam waktu 24 jam.

2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 46-54
Author(s):  
Fawandi Eta Rachmawati

Pelabuhan baik darat maupun udara selain sebagai pintu masuk orang, alat dan barang juga sebagai media transportasi vektor penyebab penyakit dalam siklus penularan penyakit pada manusia khususnya penyakit demam berdarah. Vektor penyakit (Aedes aegypti) dapat berpindah dari daerah endemis ke daerah lain akibat terbawa oleh barang atau alat angkut dari adanya aktifitas di pelabuhan. IHR 2005 menyatakan wilayah perimeter pelabuhan harus terbebas dari jentik dengan House Index (HI)=0. Pada wilayah buffer nilai House Index (HI) >1, jika melebihi dari angka tersebut maka diharuskan melakukan upaya pengendalian vektor. Dari fenomena tersebut peneliti ingin mengetahui status resistensi dari larva Aedes Sp di wilayah buffer pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Penelitian bersifat eksperimen murni dengan rancangan Postest Only with Control Group Design menggunakan metode susceptibility test WHO. Pengambilan data menggunakan metode purposive sampling di wilayah buffer pelabuhan Tanjung Perak. Jumlah larva yang mati saat percobaan dilakukan perhitungan nilai LC 50, LC 90 dan LC 99 menggunakan regresi logistik Probit test, sehingga dapat diketahui nilai Resistance Ratio (RR) Nilai RR larva Aedes Sp di wilayah buffer termasuk dalam kategori rentan hingga resisten sedang. Penggunaan larvasida temephos masih bisa dilakukan di wilayah buffer, namun perlu upaya edukasi kepada masyarakat di wilayah pelabuhan agar dapat menggunakan larvasida dengan aman dan tepat guna.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 35-39
Author(s):  
Priyanka Devi Muniandy ◽  
Silvita Fitri Riswari ◽  
Kartika Ruchiatan

2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 289-305
Author(s):  
Imelda Rosita ◽  
Hastuti Marlina ◽  
Beny Yulianto

Keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti dalam sumur gali sebagai tempat penampungan air alamiah dapat dipengaruhi beberapa faktor. Keberadaan jentik Aedes aegypti dapat ditemukan pada genangan air bersih dan tidak mengalir, terbuka serta terlindung dari cahaya matahari. Lingkungan tempat penduduk adalah tempat perindukan nyamuk oleh karena itu masyarakat harus menjaga kebersihan lingkungan disekitar rumah dan tidak ada tempat atau media yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sumur gali yang berpotensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti di Desa Salo Timur Kecamatan Salo Tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah sumur gali yang berada di Desa Salo Timur sejumlah 1033 sumur gali dan diperoleh 280 sampel. Pengambilan sampel menggunakan metode Purposive Sampling. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara letak sumur gali (nilai p=0,012), keberadaan penutup sumur gali (nilai p=0,000), pH sumur gali (nilai p=0,000), dan Pencahayaan Sumur Gali (nilai p=0,000) dengan keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti.   The larvae exitence in dug wells where it is a place of collecting and saving water were influenced by some factors. The presence of Aedes aegypti mosquito larvae can be found in stagnant water that does not flow, open, and protected from sunlight. The environment where residents are breeding palces for mosquitoes is therefore the community must maintain the cleanliness of the environment around the house and there is no place or media that can become mosquito breeding places. The purpose of this study determined the characteristics of dug wells that could potentially become a breeding Aedes aegypti mosquito in Salo Timur Village, Salo District in 2020 This type of research was explanatory research which using cross sectional approach. The population of this research were dug wells around  in the village of East Salo with a total of 1033 dug wells and 280 samples were obtained. Sampling using the Purposive Sampling method. The results showed there was a relationship between the location of dug wells (p = 0.012), the presence of dug well cover (p = 0,000), pH of dug wells (p = 0,000) and dug well lighting (p=0,000) with the presence of Aedes aegypti mosquito larvae. Suggestion, improve sanitation of dug wells to prevent mosquitoes from breeding.


Author(s):  
Nesti Indrika Sitompul ◽  
Riyani Susan BT Hasan

Riset terhadap nyamuk larva aedes aegypti ini dilakukan guna mengetahui efektivitas daun jambu biji padakonsentrasi 2,5%, 5,0%, 7,5%, dan 10,0% karena vector yang menyebabkan demam berdarah dengue (DBD)ialah nyamuk aedes aegypti. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dan the post test onlycontrolled group design sebagai rancangannya, dengan metode purposive sampling sebagai teknik pengambilansampel. Cara melakukan uji efektivitas ini adalah dengan cara memasukkan konsentrasi dari ekstrak daunjambu biji yang sudah ditentukan kedalam wadah yang telah berisi larva aedes aegypti. Kruskall-wallis dipilihsebagai metode pengolahan data yang dapat digunakan didalam uji coba penelitian ini, uji coba tersebutmenunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan dengan indeks kepercayaan 95%. Dimana dijumpaiekstrak daun jambu biji mulai memiliki efek larvasida pada jam ke-8 pada konsentrasi 10% dengan jumlahkematian larva 75% dari 20 ekor larva dalam 1 wadah. Penelitian ini mendapatkan hasil yang sangat efektifdalam mematikan larva pada pengamatan selama 48 jam dengan konsentrasi 10% serta total kematian larva100%.Kata Kunci : Ekstrak daun jambu biji dan Aedes Aegypti


2017 ◽  
Vol 3 (6) ◽  
pp. 41
Author(s):  
Hamidah Hamidah ◽  
Hebert Adrianto

Dengue Fever is a significant health issue in Indonesia for it is always been found and unresolved since 1968. Dengue Fever is transmitted through mosquito (Aedes aegypti) bite. Resistance of mosquito larvae towards temephos as consequence of chemical larvicide consumption has been reported in several countries. One of safe and environmentally friendly efforts to control mosquito is by using herbal larvicide which produced from plants. This study examines methanol extract of Citrus mitis, Citrus aurantifolia, and Citrus maxima leaf toward mosquito larvae Ae. aegypti instar III for 24 hours. Data of larvae mortality is analyzed using probit analysis by SPSS software. The result shows that Citrus mitis has the highest toxicity with the lowest lethal concentrations (LC) that are LC50 = 1.547 ppm and LC90 = 3.328 ppm. It followed by Citrus aurantifolia and Citrus maxima respectively.Keywords: larvicide; Aedes aegypti; leaf extract; Citrus mitis; Citrus aurantifolia; Citrus maxima


2019 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 145
Author(s):  
Meirina Gartika ◽  
Warta Dewi ◽  
Hening Tjaturina Pramesti

Pendahuluan: Obat kumur herbal jeruk nipis dan klorheksidin dapat membantu menurunkan plak pada permukaan gigi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas obat kumur herbal dan klorheksidin terhadap penurunan nilai indeks plak. Metode: Jenis penelitian berupa eksperimental semu dengan metode intervensi. Populasi penelitian adalah 200 siswa kelas 1 dan 2 di MTs Ma’Arif Jatinangor Sumedang. Teknik pengambilan sampel melalui purposive sampling dan didapat 25 siswa yang memenuhi kriteria. Semua siswa menggunakan kedua obat kumur dengan periode washed out. Pemeriksaan indeks plak sebelum dan sesudah pemakaian obat kumur  menggunakan metode Oral Hyigiene Index Simplified (OHIS). Hasil: Sampai penelitian ini selesai, jumlah siswa yang diperiksa indeks plak sebelum dan sesudah penggunaan obat kumur hanya 14 orang karena selama penelitian beberapa siswa tidak dapat hadir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai indeks plak sebelum dan sesudah menggunakan obat kumur herbal terjadi penurunan dari 1,27 menjadi 1,09, sedangkan klorheksidin meningkat dari 1,14 menjadi 1,28. Anak-anak lebih memilih obat kumur klorheksidin  (64%) karena rasa yang lebih dapat diterima.  Simpulan: Obat kumur herbal jeruk nipis mempunyai efek lebih baik dalam menurunkan plak.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 73-77
Author(s):  
Atika Sari Candra Ningrum

Pendahuluan: Aedes aegypti merupakan vektor pembawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah dengue. Pemberantasan vektor nyamuk bisa dilakukan pada fase aquatik, yaitu nyamuk pada fase larva. Salah satu jenis tanaman yang bisa digunakan sebagai larvasida  alami  adalah  daun  sirih (Piper  betle  Linn).  Daun  sirih (Piper  betle  Linn) mempunyai kandungan senyawa seperti alkaloid, tanin, flavonoid, saponin yang bersifat sebagai toksik membunuh pada larva. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak daun sirih (Piper betle Linn) mampu membunuh larva Aedes aegypti. Metode: Desain penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel yang digunakan adalah  larva  Aedes  aegypti,  diambil  di  Desa  Sambirejo  dengan  menggunakan  teknik purposive sampling. Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% setiap konsentrasi berisi 5 larva dan di inkubasi selama 60 menit. Hasil: Berdasarkan hasil penelitian ekstrak daun sirih (Piper betle Linn)  pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% mampu membunuh larva Aedes aegypti selama 60 menit. Kesimpulan: hasil penelitian ini disimpulkan bahwa ekstrak daun sirih (Piper betle Linn) mampu membunuh larva Aedes aegypti. Saran: bagi peneliti selanjutnya, penelitian lebih lanjut mencari konsentasi yang paling efektif dengan metode yang berbeda dan menggunakan spesies nyamuk yang lain


2020 ◽  
Vol 981 ◽  
pp. 253-257
Author(s):  
Hazrulrizawati Abd Hamid ◽  
Nishantini Silvarajoo ◽  
Nurulhusna Ab. Hamid

The mosquito Aedes aegypti is an epidemic vector of several diseases such as dengue fever and yellow fever. Several pesticides are used to control the mosquito population. Because of their frequent use, some mosquitoes have developed resistance. In the present study, we evaluated the synergistic mosquito-repellent activity of essential oils from Pelargonium radula, Syzgium aromaticum and Citrus aurantifolia against Aedes aegypti by using Y-tube olfactometer. The oils was subsequently analyzed by using GC–MS. These results clearly reveal that the essential oil of C. aurantifolia served as the most potent repellent agent against Aedes aegypti . The results indicate that three constituents; limonene (19.58%) followed by β–pinene (17.12%), geraniol (13.23%) which comprise a large proportion of the C. aurantifolia are likely responsible for the observed repellent activity.


2019 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 8
Author(s):  
Robo Rahanyamtel ◽  
Nurjazuli Nurjazuli ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar belakang: Perkembangan suatu penyakit infeksi di suatu daerah tergantung pada terdapatnya manusia yang rentan dan kondisi lingkungan yang sesuai bagi kehidupan mikroorganisme penyebab penyakit, salah satunya adalah penyakit filariasis (kaki gajah). Penyakit filariasis disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang ditularkan oleh gigitan nyamuk. Kementrian Kesehatan menetapkan Kabupaten Semarang sebagai daerah endemis filariasis tahun 2015 menyusul beberapa daerah di Provinsi Jawa Tengah yang lebih awal sudah  menjadi endemis.Metode : Penelitian ini adalah penelitian observasional deskriptif dengan sampel sebanyak 45 orang yang dipilih dengan metode purposive sampling dan tersebar dalam wilayah kerja 6 puskesmas di Kabupaten Semarang. Variabel yang diteliti meliputi faktor lingkungan dan praktik masyarakat. Analisis data dilakukan secara deskriptif.Hasil : Nyamuk hasil survei entomologi  yang berhasil diidentifikasi terdiri dari  spesies Culex quinquefasciatus 83,5% dan Aedes aegypti 16,5% serta hasil bedah tidak ditemukan nyamuk yang positif mengandung larva mikrofilaria. Responden yang ditemukan breeding place di sekitar rumahnya sebanyak 64,4% dan 35, % tidak ditemukan breeding place. responden yang ditemukan resting place di sekitar rumahnya sebanyak 60 % dan 40% tidak ditemukan resting place. sebanyak 26,7% responden melakukan praktik keluar rumah pada malam hari dan 73,3% tidak melakukan praktik keluar rumah.Simpulan : Hasil survey entomologi didominasi nyamuk spesies Culex quinquefasciatus dan tidak ditemukan larva filaria saat pembedahan nyamuk, sekitar rumah responden masih banyak ditemukan breeding place dan resting place. Sebagian besar responden tidak  keluar pada malam hari. ABSTRACT Title: Environmental and Practice Factor  Related to Filariasis Incidence in Semarang RegencyBackground: The spreading of infectious disease in an area depends on the presence of susceptible humans and suitable environmental conditions for  the microorganisms that cause disease to live, one of which is filariasis (elephantiasis). Filariasis is caused by infectious filarial worm that are transmitted through mosquitos. The Ministry of Health (MoH) stipulated Semarang Regency as one of filariasis endemic areas in 2015, following other several areas in Central Java Province that have become endemic earlier.Methods : This research is a descriptive observational research, with 45 respondents had been observed as a sample. They were selected by purposive sampling method spread in 6 work areas of public health centers (Puskesmas) in Semarang Regency. Finger blood examination and mosquitoes dissesction ware conducted to determne mosquitoe species and infected status. Data was analyzed descriptively.Results : An entomological survey identified two species of mosquitos, consisted of 83.5% was Culex quinquefasciatus and 16.5% was Aedes aegypti. Moreover no mosquitoes were found that positively contained microfilariae larvae. Result from the observation showed 64.4% of respondents’ house were detected a breeding place, and 35% were not detected. Respondents’ house that were detected resting place  as much as 60%, and 40% were not. Meanwhile, 26.7% of respondents were practicing outside house at night, and 73.3% were not.Conclusion : The entomological survey results were dominated by mosquitoes from Culex quinquefasciatus species and did not find filaria larvae during mosquito surgery. However, there were still many breeding places and resting places around the respondents’ house. Most of respondents did not leave at night.


2019 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 110
Author(s):  
Pariono Sinaga ◽  
Hartono Hartono

Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit tular vektor yang menyerang masyarakat perkotaan (aedes aegypti) dan masyarakat pedesaan (aedes albopictus). Salah satu daerah endemis DBD di Kota Medan adalah wilayah kerja Puskesmas Medan Johor dimana setiap tahunnya di wilayah tersebut selalu ditemukan kasus baru DBD dan jumlah kasus DBD selalu meningkat pada akhir tahun karena musim penghujan. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan menggunakan pendekatan case control.  Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas medan johor yaitu sebanyak 20.968 KK. Sampel dalam penelitian ini dibagi dua kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total population untuk kelompok kasus yaitu sebanyak 20 responden dan purposive sampling untuk kelompok kontrol sebanyak 20 orang dengan perbandingan 1:1. Hasil penelitian ini menggunakan uji statistik chi-square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), menggantung pakaian dan tidur siang/sore dengan kejadian DBD dengan masing – masing p-value < dari α (0,027<0,05), (0,022<0,05), (0,027<0,05). tidak ada hubungan kasa pada ventilasi, menggunakan obat/anti nyamuk  dan menggunakan kelambu dengan kejadian DBD dengan masing – masing  p-value > dari α (0,197>0,05), (0,311>0,05), (0,053>0,05). Kesimpulannya adalah ada hubungan pemberantasan sarang nyamuk (PSN), menggantung pakaian dan tidur siang/sore dengan kejadian DBD. Disarankan kepada masyarkat untuk selalu aktif melakakukan tindakan – tindakan pencegahan penyakit DBD.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document