scholarly journals PERBANDINGAN KADAR KALIUM DARAH SEBELUM DAN SESUDAH AKTIVITAS FISIK INTENSITAS BERAT

2016 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Ronald J. Pokneangge ◽  
Murniati . Tiho ◽  
Yanti M. Mewo

Abstract: Physical activities include all body movements ranging from a small movement to a movement that involves several large muscles such as lifting the arms and legs. During a physical activity, the body temperature will increase, and as a compensatory mechanism, the body will sweat and release several kinds of electrolyte such as magnesium, sodium, and potassium. Potassium is a macronutrient that is widely available in the intracellular fluid (ICF). The normal value of serum potassium is 3.5-5.0 mmol/L. This study aimed to obtain the comparison of blood potassium levels of fourth year students of the Faculty of Medicine, University of Sam Ratulangi Manado, before and after vigorous physical activities. This was an experimental study with a one group pretest-posttest design. There were 21 male students as respondents obtained by using the simple random sampling method. Data were analyzed by using the paired t-test. The physical activity conducted was playing futsal for 2x20 minutes with a break of 10 minutes in between. The results showed that the average of serum potassium level before doing the physical activity was 3.7 mmol/L, and the average of the serum potassium level after doing physical activity was 3.8 mmol/L. The paired t-test showed a p value of 0.061 (p>0.05). Conclusion: There was no significant difference between serum potassium levels before and after vigorous physical activity, Keywords: potassium, physical activity, vigorous intensity Abstrak: Aktivitas fisik meliputi semua gerakan tubuh mulai dari gerakan kecil sampai gerakan yang melibatkan pergerakan beberapa otot besar seperti saat mengangkat lengan atau tungkai. Ketika melakukan aktivitas fisik, terjadi peningkatan suhu tubuh dan sebagai mekanisme kompensasinya tubuh akan mengeluarkan keringat dan beberapa jenis elektrolit misalnya magnesium, natrium dan kalium. Kalium merupakan salah satu makronutrien yang banyak terdapat dalam cairan intrasel (CIS). Nilai normal kalium serum yaitu 3,5-5,0 mmol/L. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar kalium darah sebelum dan sesudah aktivitas fisik intensitas berat pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado angkatan tahun 2011. Jenis penelitian ini eksperimental dengan rancangan one group pretest-posttest design. Responden diperoleh menggunakan metode simple random sampling. Hasil pengukuran kadar kalium serum sebelum dan sesudah aktivitas fisik intensitas berat dianalisis menggunakan uji paired t-test. Aktivitas fisik yang dilakukan yaitu bermain futsal selama 2x20 menit dengan diselingi istirahat selama 10 menit. Hasil penelitian memperlihatkan dari 21 responden (laki-laki) rerata kadar kalium serum sebelum melakukan latihan fisik 3,7 mmol/L, dan rerata kadar kalium serum sesudah melakukan latihan fisik 3,8 mmol/L. Uji paired t test menunjukkan nilai p=0,061 (p>0,05). Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar kalium serum sebelum dan sesudah latihan fisik intensitas berat.Kata kunci: kalium, aktivitas fisik, intensitas berat

e-GIGI ◽  
2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Edward S. Oroh ◽  
Jimmy Posangi ◽  
Vonny N. S. Wowor

Abstract: Plaque control is an attempt to remove and prevent the plaque accumulation on the tooth surface. Brushing teeth is an effective method in controlling plaque. Plaque control is equipped by additional active ingredients in toothpaste form. The addition of herbal ingredients in toothpaste expected to inhibit the growth of plaque because it as the ability to inhibit the growth of microbes. This study aimed to compare the effectiveness of herbal toothpaste and non herbal toothpaste in reducing plaque index. This was a quasy experimental study using a pretest-postest group design. Thirty subjects were taken by simple random sampling method and divided into 2 groups. Fifteen subjects of first group used herbal toothpastes and 15 subjects of the second group used non herbal toothpaste. This study held on one day only. Plaque indices were recorded according to Loe and Sillness plaque index. Paired t-test was used to compare the effectiveness of herbal toothpaste and non herbal toothpaste in reducing plaque index. The result showed that there was statistically significant difference reductions of plaque index before and after intervention of both group. Paired t-test statistical test showed p=0,000 (p<0,05) that indicated there were statistically significant difference beetwen plaque index of brushing with herbal toothpaste and non herbal toothpaste. Conclusion: There was differences in effectiveness between herbal toothpaste and non herbal toothpaste in reducing plaque index. Herbal toothpaste was more effective to reduce plaque index.Keywords: herbal toothpaste, non herbal toothpaste, plaque indexAbstrak: Pengendalian plak merupakan upaya membuang dan mencegah penumpukan plak pada permukaan gigi. Menyikat gigi merupakan metode yang efektif dalam mengendalikan plak gigi. Penambahan kandungan herbal pada pasta gigi diharapkan dapat menghambat pertumbuhan plak karena memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan mikroba. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas pasta gigi herbal dengan pasta gigi non herbal terhadap penurunan indeks plak. Penelitian ini merupakan penelitian quasy experimental dengan rancangan pre test post test group. Tiga puluh sampel diambil dengan metode simple random sampling dan dibagi dalam dua kelompok. Lima belas sampel pada kelompok pertama menggunakan pasta gigi herbal dan 15 sampel pada kelompok kedua menggunakan pasta gigi non herbal. Penelitian ini dilaksanakan hanya dalam satu hari. Indeks plak diukur berdasarkan indeks plak Loe and Sillness. Uji t berpasangan digunakan untuk membandingkan perbandingan efektivitas pasta gigi herbal dengan yang non herbal terhadap penurunan indeks plak gigi. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan penurunan indeks plak gigi sebelum dan sesudah intervensi pada kedua kelompok. Uji t berpasangan menunjukkan p=0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara penggunan pasta gigi herbal dan pasta gigi non herbal terhadap penurunan indeks plak gigi. Pasta gigi herbal lebih efektif menurunkan indeks plak dibandingkan pasta gigi non herbal.Kata kunci: pasta gigi herbal, pasta gigi non herbal, indeks plak gigi


2015 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
Author(s):  
Yunita P. Moniaga ◽  
Youla A. Assa ◽  
Stefana H. M. Kaligis

Abstract: Human body needs various substances to function properly; one of which is micronutrient. Iron is one of the micronutrients required by the body that is involved in several body processes including hemoglobin formation, energy metabolism, and immune system. Iron can be excreted through feces, urine, and sweat which could increase as a result of doing vigorious physical activity. This study aimed to compare blood iron level before and after vigorous intensity exercise. This was a pre-experimental study with one group pre-test post-test approach. Respondents were chosen by using simple random sampling method. The vigorous intensity exercise was playing futsal for 2 x 20 minutes and a 10-minute rest without any subtitution. The results showed that the mean of blood iron levels before vigorous intensity exercise was 83.86 ug/dL and after the exercise was 84.95 ug/dL. The analysis using paired-samples t-test showed a P value = 0.595. Conclusion: There was no significant difference between blood iron level before and after vigorous physical activity.Keywords: blood iron level, exxercise, vigorous intensityAbstrak: Tubuh manusia memerlukan berbagai macam zat untuk berfungsi, salah satunya ialah mikronutrien. Besi merupakan salah satu mikronutrien penting yang dibutuhkan tubuh untuk pembentukan hemoglobin, metabolisme energi, dan sistem kekebalan tubuh. Besi dapat diekskresikan melalui tinja, urin, dan keringat yang dapat meningkat akibat aktivitas fisik intensitas berat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kadar besi darah sebelum dan sesudah aktivitas fisik intensitas berat. Penelitian ini bersifat pre-ekperimental dengan pendekatan one group pre-test post-test. Responden dipilih menggunakan metode simple random sampling. Aktivitas fisik intensitas berat yang dilakukan ialah olahraga futsal dengan durasi permainan 2 x 20 menit dan jeda 10 menit tanpa adanya pergantian pemain. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata kadar besi darah sebelum aktivitas fisik 83,86 μg/dL dan sesudah 84,95 μg/dL. Hasil analisis menggunakan paired-samples t-test menunjukkan nilai P = 0,595. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan bermakna antara kadar besi darah sebelum dan sesudah aktivitas fisik intensitas berat.Kata kunci: kadar besi darah, aktivitas fisik, intensitas berat


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Retno Issroviatiningrum ◽  
Shanti Wardaningsih ◽  
Novita Kurnia Sari

ABSTRAK Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan khususnya untuk mendukung peserta didik menjadi perawat profesional memerlukan proses pembelajaran dengan menggunakan fasilitas keterampilan klinis. Practice based simulation model didasarkan pada teori belajar konstruktif yang menegaskan bahwa pengetahuan tidak pasif ditransfer dari pendidik kepada peserta didik, tetapi dibangun oleh peserta didik melalui pengolahan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan mereka. Dengan metode simulasi di laboratorium dapat mendorong mahasiswa untuk menggunakan critical thinking dalam mengambil keputusan dalam mengatasi masalah tanpa merugikan pasien yang sebenarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh practice based simulation model terhadap critical thinking pada mahasiswa semester VI di FIK Unissula Semarang. Penelitian ini menggunakan metode Quasy – Experiment dengan pendekatan pretest-posttest with control group design. Pengambilan sampel dengan teknik  simple random sampling dengan jumlah 21 responden baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji Paired T-Test dan Independent Samples T-Test. Hasil penelitian selisih peningkatan critical thinking pada kelompok intervensi sebanyak 11.95 poin dan pada kelompok kontrol 2.05. Practice based simulation model berpengaruh terhadap critical thinking dengan nilai p=0.00<0.05. Disimpulkan bahwa practice based simulation model mempengaruhi critical thinking pada mahasiswa semester VI FIK Unissula Semarang. Kata kunci: Practice based simulation model, critical thinking


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 56-61
Author(s):  
Asti Nuraeni ◽  
Sri Hartini

Proses menua merupakan proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan perbaikan kerusakan yang diderita. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia salah satunya adalah muskuloskeletal, yaitu penurunan massa dan tonus otot, serat otot berkurang ukurannya, kekuatan otot berkurang. Insiden jatuh di Indonesia tercatat dari 115 penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar 43,47%. Salah satu upaya mencegah terjadinya jatuh pada lansia yaitu dengan cara latihan keseimbangan fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh latihan keseimbangan fisik dengan penilaian Tinetti POMA terhadap penurunan kejadian lansia jatuh. Desain penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan metode one group pretest posttest design. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dan besar sampel menggunakan Roschoe dengan jumlah sampel 30 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa Sebelum diberikan intervensi, menunjukan hasil bahwa responden lansia  yang memiliki risiko jatuh tinggi sebanyak 9 responden (30,0%), dan responden dengan risiko jatuh sedang sebanyak 21 responden (70,0%). Sedangkan setelah diberikan intervensi menunjukan hasil yang sama besar yaitu sebanyak 15 responden (50%) memiliki risiko jatuh sedang dan 15 responden (50%) memiliki risiko jatuh rendah. Hasil statistik dengan uji paired t test menunjukkan ada pengaruh latihan keseimbangan fisik lansia dengan kajian jatih pada lansia dengan P value 0,000. Perawat diharapkan mampu mencegah risiko jatuh pada lansia dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada petugas panti/ kader tentang pengkajian lansia yang beresiko jatuh yang kemudian untuk melakukan pencegahan pada lansia dengan diberikan latihan keseimbangan fisik.   Kata kunci : Tinetti POMA, latihan keseimbangan fisik   RISK DECREASING FALLS THROUGH TINETTI PERFORMANCE ORIENTED MOBILITY ASSESSMENT (POMA) ASSESSMENT WITH EXERCISEPHYSICAL BALANCE IN ELDERLY   ABSTRACT Aging is a process of slowly disappearing the ability of tissue to repair itself or replace and maintain its normal function so it cannot withstand infections and repair damage suffered. Health problems that often occur in the elderly, one of which is musculoskeletal, which is a decrease in muscle mass and tone, muscle fiber decreases in size, muscle strength decreases. The falling incident in Indonesia was recorded by 115 orphanage residents as many as 30 elderly or around 43.47%. One effort to prevent falls in the elderly is by physical balance training. The purpose of this study was to analyze the effect of physical balance training with the Tinetti POMA assessment of the decline in the incidence of elderly falls. The design of this study used a pre-experimental method with one group pretest posttest design. The sampling technique in this study used a simple random sampling method and the sample size used Roschoe with a sample of 30 respondents. The results showed that before the intervention was given, the results showed that elderly respondents who had a high risk of falling were 9 respondents (30.0%), and respondents with a moderate risk of falling were 21 respondents (70.0%). Whereas after being given the intervention showed the same results as many as 15 respondents (50%) had a risk of moderate fall and 15 respondents (50%) had a risk of falling low. Statistical results with paired t test showed that there was an effect of elderly physical balance training with a jatih study on the elderly with P value 0,000. Nurses are expected to be able to prevent the risk of falling on the elderly by providing knowledge to nursing staff / cadres about the study of elderly people who are at risk of falling who then to prevent the elderly by being given physical balance training. Keywords: POMA Tinetti, physical balance training


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Linlin Lindayani ◽  
Heni Purnama ◽  
Irma Darmawati ◽  
Vita Lucya

ABSTRACTThe prevalence of HIV infection in aged 15-19 years old was increased significantly every year. Adolescent is a high-risk groups for HIV infection due to high chance to try something new and having big influenced by their peer in school. There is limited intervention utilizing technology conducted in Indonesia to reduce the risk of HIV among adolescents. This study aimed to test the effectiveness of peer-led technology on knowledge and attitude towards HIV prevention among adolescent in Bandung. This research was a queasy experiment with one group conducted in a one of private senior high school in Indonesia from April to August 2018. The sample in this study was a student in one of private high school in Bandung. The inclusion criteria in this study were high school students in grade 1, 2; three sample technique used simple random sampling. The Bahasa version of knowledge and  attitude towards HIV prevention were used to measure the outcome. Paired t test used to test the mean sore of knowledge and attitude the intervention before and after. A total of 28 senior high school students agreed to join in this study. This study found that peer-led technology was useful to improve the knowledge and attitudes of high school students towards HIV prevention, mainly through sexual transmission (p-value <0.001, with a mean difference between pre-test and post-test, was 5.2 for knowledge and 3.19 for attitude). In conclusion, utilizing technology to provide health education in adolescent effectively to improve knowledge and attitude towards HIV prevention. ABSTRAKPrevalensi HIV infeksi pada umur 15-19 tahun meningkat secara signifikan setiap tahun. Remaja adalah kelompok berisiko tinggi untuk infeksi HIV, pada masa ini mereka senang mencoba sesuatu yang baru dan juga faktor tingginya pengaruh teman sebaya di sekolah. Masih sedikit intervensi pencegahan HIV  yang memanfaatkan teknologi untuk mengurangi risiko HIV kalangan remaja di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas peer lead teknologi terhadap pengetahuan dan sikap dalam pencegahan HIV di antara remaja di Bandung. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen pada satu kelompok perlakuan yang dilakukan di salah satu SMA swasta di Indonesia dari bulan April hingga Agustus 2018. Kriteria inklusi dalam studi ini adalah siswa SMA kelas 1 dan 2. Teknik pengambilan sample dengan menggunakan simple random sampling. Instrumen versi bahasa indonesia digunakan sebagai instrumen untuk mengukur pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan HIV. Analisa data menggunakan paired T test untuk mebandingkan hasil sebelum dan sesudah intervensi. Total sejumlah  28 siswa SMA setuju untuk bergabung dalam studi ini. Studi ini menemukan bahwa peer lead technology berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap pencegahan HIV, terutama melalui transmisi seksual (p-nilai < 0.001, dengan perbedaan yang berarti antara sebelum dan sesudah intervensi  adalah 5.2 untuk pengetahuan dan 3.19 untuk sikap). Kesimpulannya, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan kesehatan pada remaja terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan HIV.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 42-46
Author(s):  
Wahyu Dini Metrikayanto ◽  
Rachmat Chusnul Choeron ◽  
Dudella Desnani Firman Yasin

Kemampuan dalam menginterpretasikan blood gases analysis (BGA) sangat diperlukan bagi mahasiswa keperawatan. Namun, menginterpretasikan BGA sering menjadi beban bagi mahasiswa oleh karena sulit dipelajari. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui efektivitas media grafis terhadap kemampuan menginterpretasikan BGA pada mahasiswa Profesi Ners di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang. Desain penelitian menggunakan one group pre-post test design dengan populasi mahasiswa Program Studi Penddidikan Profesi Ners. Besar sampel sebanyak 38 responden diambil melalui simple random sampling. Data dikumpulkan menggunakan tes tulis. Data dianalisis menggunakan uji paired t test dengan ?=0,05. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebelum diajarkan teknik interpretasi BGA menggunakan grafis kemampuan responden berada pada rerata 3,74 (SD= 1,89) dan setelah diajarkan teknik interpretasi BGA menggunakan grafis kemampuan responden meningkat dengan rerata 7,63 (SD= 2,09), serta hasil uji statistik didapatkan p=0,000 yang berarti bahwa media grafis sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menginterpretasikan BGA. Dengan demikian, media grafis dapat menjadi pilihan yang sangat tepat untuk menyampaikan materi yang sulit dipahami namun bisa disederhanakan dalam bentuk gambar atau bagan.


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Nia Budhi Astuti ◽  
Eka Puspita Sari ◽  
Gebby Melinda Felle

Sayur dan buah – buah dibutuhkan oleh tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang berfungsi membantu proses metabolisme. Data Riskesdas tahun 2018 proporsi kurang mengkonsumsi sayur dan buah untuk anak usia 9 – 14 mencapai 96,8%. Rata – rata konsumsi sayur dan buah 1- 2 porsi seminggu sekitar 67,3% dan yang mengkonsumsi lebih dari 5 porsi semingga sekitar 3,1%. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh buku cerita dan buku saku dalam meningkatkan pengetahuan sayaur dan buah. Penelitian ini merupakan penelitian quasy experiment dengan rancangan ramdomized two group design. Jumlah sampel 38 anak SD kelas 4 penentuan sampel dengan simple random sampling. Analisis yang digunakan uji Paired T- Test dan uji Independent sample T Test. Hasil penelitian nilai rata – rata pengetahun menggunakan media buku cerita, rata – rata nilai pretest 47,11 dan rata – rata nilai posttest 71,05. Peningkatan pengetahuan 50,8%. Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan edukasi gizi menggunakan media buku cerita bergambar (p = 0,001). Rata – rata nilai pengetahuan menggunakan media buku saku, nilai pretest 44,74 dan nilai posttest 71,58. Peningkatan pengetahuan 59,9%. Ada perbedaan nilai pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan edukasi menggunakan media buku saku (p = 0,000). Secara signifikan tidak ada perbedaan pengetahuan sayur dan buah yang mendapatkan media buku cerita maupun yang mendapatkan buku saku (p value 0,874). Namun nilai rata – rata pengetahuan media buku saku lebih tinggi dibandingkan dengan media buku cerita. Kesimpulan buku cerita dan buku saku merupakan media edukasi gizi yang dapat meningkatakan pengetahuan sayur dan buah pada anak sekolah dasar Kata kunci : buku cerita, buku saku, sayur, buah, pengetahuan


2019 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 21-29
Author(s):  
Annif munjidah Munjidah ◽  
Fritria dwi Anggraini

Satu dari tiga balita mengalami gangguan pertumbuhan (bayi pendek untuk rata-rata usianya / stunted) dan hampir seperlima jumlah balita mengalami mengalami berat badan kurang di bawah standar rata-rata (underweight). (UNICEF, 2011). Penyebab masalah gizi di perkotaan umumnya di sebabkan oleh gangguan penyerapan makanan. Hal ini bisa diatasi dengan pijat Tui Na. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pijat tui na terhadap status pertumbuhan pada balita dengan status KMS T di Kelurahan Wonokromo Surabaya Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental dengan desain after and before with control design.  Populasi penelitian ini adalah seluruh balita dengan status KMS T. Sampel diambil dengan simple random sampling,  didapatkan besar sampel  26 orang.  Waktu penelitian pada februari-Juli 2018. Pijat Tui Na diterapkan berdasarkan standar operasional prosedur (SOP). Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data secara langsung yang dianalisis dengan menggunakan uji paired t-test dan independent t test. Uji analisis pengaruh before – after  pijat tui na menggunakan uji paired t-test didapatkan nilai P = 0,019 < α = 0,05 Sedangkan pada kelompok kontrol dan perlakuan menggunakan uji independent t-test  dan didapatkan hasil nilai P = 0,065 > α = 0,05. Ada pengaruh pijat tui na terhadap status pertumbuhan pada balita dengan status KMS T. Berdasarkan hal tersebut bidan diharapkan dapat menerapkan pijat Tui Na sebagai salah satu upaya dalam mengatasi status pertumbuhan pada balita dengan status KMS T.  


2020 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 63
Author(s):  
I Made Buda Kurniantara ◽  
Ni Komang Ayu Juni Antari ◽  
I Made Niko Winaya ◽  
I Nyoman Adiputra

Melempar tidak hanya berfokus pada kekuatan otot bahu, otot-otot core juga berkontribusi sekitar 55% dari energi kinetik dan gaya yang digunakan pada seluruh gerak lemparan. Oleh sebab itu, penambahan core stability exercise (CSE) pada latihan konvensional yaitu thrower’s ten exercise (TTE) sangat diperlukan untuk pemain outfielder agar terjadi peningkatan jarak lempar pada pemain tersebut. Tujuan Penelitian adalah untuk membuktikan efektivitas penambahan CSE pada TTE terhadap peningkatan jarak lempar pemain outfielder’s baseball di SMAN 8 Denpasar. Ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan metode randomized two group pre-test and post-test, pengambilan sampel dilakukan secara simple random sampling dengan jumlah peserta sebesar 16 orang dan setelah diacak peserta dikelompokkan merata pada Kelompok Kontrol (TTE) dan Kelompok Intervensi (CSE dan TTE). Setiap kelompok diberi intervensi 3 kali seminggu dalam 6 minggu penelitian. Jarak lemparan diukur tiap 3 kali intervensi dalam 6 minggu untuk semua peserta penelitian. Hasil analisis data uji paired t-test Kelompok Kontrol diperoleh nilai (p=0,588) (p>0,05) sedangkan hasil Kelompok Intervensi (p=0,000) (p<0,05). Dari hasil tersebut, latihan pada Kelompok Intervensi signifikan meningkatkan jarak lemparan outfielder’s baseball. Hasil analisis Man Whitney U-Test di data selisih ke dua kelompok ditemukan nilai (p= 0,002) dimana (p< 0,05) yang menginterpretasikan terdapat perbedaan yang bermakna hasil jarak lemparan Kelompok Intervensi dengan Kelompok Kontrol. Berdasakan hasil analisis dapat disimpulkan ada perbedaan efektivitas pada kelompok penambahan intervensi CSE pada TTE dengan Kelompok Intervensi TTE terhadap peningkatan jarak lemparan pemain outfielders baseball di SMAN 8 Denpasar


Author(s):  
Ilma Widiya Sari

Mental disorders become a serious problem. The prevalence of mental disorders has increased every year. The family as the closest unit to people with mental disorders and be the main care giver for sufferers. Families as a big role in determining the care needed by sufferers at home. When one family member experiences a mental disorder, all family members also feel the negative effects. The additional role of the family in caring for family members with mental disorders causes the emergence of pressure or burden in the family that can affect physical, psychological, social and economic conditions. Family counseling is needed for media to help families overcome various problems in life as a whole. The role of counseling is the family can answer all questions that disturb the mind and behavior so that the family is able to solve the problem. This research aims to determine the effect of counseling on family burdens in caring for people with mental disorders. This study uses a quasi-experimental method with a post-test and pre-test one group design. The sample taken in this study is a family that has 76 people with mental disorders. Sampling technique using simple random sampling. Bivariate analysis using paired t-test. Bivariate test showed yhe differences in the average value of the family burden before and after the intervention, where the p value is smaller than the alpha (0.00<0.05). It can be concluded that there is an effect of counseling on family burdens in caring for people with mental disorders. Keywords: counseling; family burdens; mental disorders ABSTRAKGangguan jiwa menjadi permasalahan serius dan terus mengkhawatirkan. Prevalensi kasus gangguan jiwa mengalami peningkatan setiap tahunnya. Keluarga sebagai unit paling dekat dengan orang dengan gangguan jiwa dan menjadi penyedia perawatan utama bagi penderita. Keluarga beperan besar dalam menentukan cara atau perawatan yang diperlukan penderita di rumah. Ketika satu anggota keluarga mengalami gangguan jiwa, maka seluruh anggota keluarga turut merasakan dampak negatif. Adanya tambahan peran keluarga dalam merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa menyebabkan munculnya tekanan atau beban dalam keluarga yang dapat mempengaruhi kondisi fisik, psikologis, sosial dan ekonomi. Konseling untuk keluarga dibutuhkan sebagai media perantara guna membantu keluarga mengatasi berbagai permasalahan dalam kehidupan. Konseling bagi keluarga dapat menjawab berbagai pertanyaan yang menganggu pikiran serta tingkah lakunya. Penelitian bertujuan menguji pengaruh konseling terhadap beban keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan rancangan post-test and pre-test one group design. Sampel penelitian ini adalah 52 responden dari keluarga yang mempunyai orang dengan gangguan jiwa. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling. Analisis data bivariat untuk menguji pengaruh secara statistik menggunakan paired t-test. Hasil uji bivariat secara statistik menunjukkan perbedaan nilai rata-rata beban keluarga sebelum dan setelah intervensi, nilai p lebih kecil daripada nilai alpha (0,00<0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh konseling terhadap beban keluarga dalam merawat orang dengan gangguan jiwa.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document