scholarly journals Pengaruh Kebisingan terhadap Ambang Pendengaran Karyawan Arena Bermain

2020 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
Author(s):  
Cintia P. Septianingsih ◽  
Ora Et Labora I. Palandeng ◽  
Olivia C. P. Pelealu

Abstract: Noise at a certain level and time can cause human health problems and environmental discomfort. These conditions occur if the noise intensity exceeds the threshold level related to time and place. This study was aimed to obtain the influence of noise intensity at work to hearing disturbance among the employees of game arenas. This was an analytical study with a cross-sectional design. Data were obtained by questionnaire filling, noise measurement by using a sound level meter, physical examination, and auditory function examination by using audiometry and then were analyzed by using the Fisher exact test. There were three game arenas in this study, as follows: Amazing Zone Star Square Manado, Amazone, and Timezone Manado Town Square. The results showed that there were 18 respondents in this study. The mean noise intensity at the game arenas were 85.5 dBA at Timezone, 89.8 dBA at Amazone, and 85.4 dBA at Amazing Zone. Hearing disturbance was found ian 72% of the total employees. The Fisher exact test showed a p-value of 0.294 (p>0.05) for the influence of noise intensity to hearing disturbance. In conclusion, the noise intensity at the game arenas did not affect the hearing threshold of the game arena employees.Keywords: noise, hearing threshold, playing area employees Abstrak: Kebisingan dalam tingkat dan waktu tertentu dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Hal ini terjadi jika intensitas bising melebihi nilai ambang batas yang ditetapkan berdasarkan waktu dan tempatPenelitian ini bertujuan untuk mendapatkan hubungan antara intensitas kebisingan di tempat kerja dengan gangguan fungsi pendengaran pada karyawan arena bermain. Jenis penelitian ialah analitik dengan desain potong lintang. Data diperoleh melalui pengisian kuisioner, pengukuran kebisingan dengan sound level meter, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan fungsi pendengaran dengan audiometri. Analisis data menggunakan uji Fisher exact. Terdapat 3 arena bermain yang diikutsertakan dalam penelitian ini, yaitu: Amazing Zone Star Square Manado, Amazone, dan Timezone Manado Town Square. Hasil penelitian mendapatkan intensitas kebisingan arena bermain sebagai berikut: Timezone 85,5 dBA, Amazone 89,8 dBA, dan Amazing Zone 85,4 dBA. Gangguan pendengaran didapatkan pada 72% dari total responden. Hasil uji Fisher exact mendapatkan nilai p=0,294 (p>0,05) untuk pengaruh kebisingan terhadap gangguan pendengaran. Simpulan penelitian ini ialah kebisingan di arena bermain tidak memengaruhi ambang pendengaran karyawan arena bermain.Kata kunci: bising, ambang pendengaran, karyawan arena bermain

Author(s):  
Machfudz Eko Arianto ◽  
Julian Dwi Saptadi

ABSTRAKKebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai di lingkungan kerja. PT. Adi Satria Abadi merupakan industri di bidang penyamakan kulit yang berlokasi di Yogyakarta memiliki tingkat kebisingan yaitu ruang Spray (89,2 dB), ruang Stacking (87,1 dB), mesin Setter (88,6 dB), mesin milling (90,8 dB), mesin Shaving (86,6 dB), risiko kebisingan yang melebihi NAB dapat berakibat menurunnya tingkat pendengaran. Tujuan dari penelitian ini mengetahui faktor yang berhubungan dengan Hearing Loss pada pekerja di bagian Produksi PT. Adi Satria Abadi Kota Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan jenis penelitian observasional analitik menggunakan desain cross sectional untuk mencari hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Jumlah sampel sebesar 70 orang. Sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling dengan dasar pertimbangan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini lembar data responden, checklist observasi dan sound level meter untuk mengukur kebisingan. Teknik analisis data ini menggunakan analisis univariat dan bivariat menggunakan uji korelasi Spearman. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,000 dan rs = 0,531). Ada hubungan yang signifikan antara umur dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,001 dan rs = 0,433). Ada hubungan yang signifikan antara pemakaian alat pelindung telinga dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value= 0,001 dan rs = 0,433). Ada hubungan yang signifikan antara perilaku merokok dengan gangguan fungsi pendengaran (p-value 0,021 dan rs = 0,221). Kesimpulan terdapat hubungan antara intensitas kebisingan, umur, pemakaian APD dan perilaku merokok dengan kejadian hearing loss pada pekerja di bagian produksi PT. Adi Satria Abadi, Yogyakarta.Kata-kata kunci: Instensitas kebisingan, Umur, APD, Perilaku merokok, Hearing LossABSTRACTNoise is one of the physical hazard factors that are often encountered in the work environment. PT. Adi Satria Abadi is an industry in the field of leather tanning located in Yogyakarta that has noise levels namely Spray room (89.2 dB), Stacking room (87.1 dB), Setter machine (88.6 dB), milling machine (90.8 dB), Shaving machines (86.6 dB), the risk of noise exceeding the NAB can result in decreased hearing levels. The purpose of this study is to find out the factors associated with Hearing Loss in workers in the Production of PT. Adi Satria Abadi City of Yogyakarta. This study uses a quantitative method with an analytic observational type using a cross sectional design to find the relationship between the independent variable and the dependent variable. The number of samples is 70 people. The sample is done by using a purposive sampling technique on the basis of consideration of fulfilling inclusion and exclusion criteria. The instruments used in this study were respondent data sheets, observation checklist and sound level meter to measure noise. This data analysis technique uses univariate analysis, and bivariate using the Spearman correlation test. The results of the analysis showed that there was a significant relationship between noise intensity and hearing impairment (p = 0,000 and rs = 0,531). There was a significant relationship between age and hearing impairment (p = 0.001 and rs = 0.433). There is a significant relationship between the use of ear protectors with hearing impairment (p = 0.001 and rs = 0.433). There was a significant relationship between smoking behavior and hearing impairment (p = 0.021 and rs = 0.221). Conclusion there is a relationship between noise intensity, age, use of PPE and smoking behavior with the incidence of hearing loss in workers in the production of PT. Adi Satria Abadi, Yogyakarta.Keywords: noise intensity, age, PPE, smoking behavior, hearing loss


PROMOTOR ◽  
2019 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 191
Author(s):  
Indri Putri Pratiwi ◽  
Andi Asnifatima ◽  
Rubi Ginanjar

<p>Pada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, Gangguan dapat berupa peningkatan tekanan darah (� 10 mmHg). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa hubungan antara paparan<br />kebisingan dengan peningkatan tekanan darah karyawan di Stasiun Bojong Gede. Penelitian menggunakan obsevasional analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian berjumlah 97<br />dengan menggunakan teknik pengambilan non probability sampling (sampel jenuh) dimana seluruh populasi dijadikan sampel. Pengukuran tingkat kebisingan dilakukan di ruang terbuka dan ruang<br />tertutup di Stasiun Bojong Gede, dengan menggunakan sound level meter. Pengumpulan data karakteristik dan kebiasaan karyawan dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran tekanan darah di lakukan pada saat sebelum dan sesudah bekerja menggunakan sphygmomanometer.<br />Tingkat bising di ruang terbuka melebihi Nilai Ambang Batas dan tingkat bising di ruang tertutup sesuai NAB. Dari hasil pengukuran 76% responden bekerja dengan kebisingan melebihi NAB dan 72% responden mengalami peningkatan tekanan darah. Karyawan laki-laki 91% perempuan 9%, usia<br />&lt;30 tahun 81%, masa kerja &lt;8 tahun 96%, ruang tertutup 83% dan ruang terbuka 17%, karyawan yang memiliki riwayat hipertensi 4%, yang mengonsumsi kafein 81%, merokok 53%, mengalami<br />gangguan fisiologis 86%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara karakteristik individu (jenis kelamin (p-value=0,998), usia (p-value=0,147), masa kerja (pvalue=1,000), riwayat hipertensi<br />(p-value=1,000) dengan peningkatan tekanan darah). Dantidak ada hubungan antara kebiasaan individu (konsumsi kafein (p-value=0,385), kebiasaan merokok (pvalue= 0,094), pola istirahat (p-value=0,135), gangguan psikologis (p-value=0,798). Serta ada</p><p>hubungan antara lokasi kerja (p-value=0,002), kebisingan (p-value=0,007) dengan peningkatan<br />tekanan darah. Dikarenakan jarak sumber bising dengan karyawan hanya � 2 meter. Kesimpulannya<br />adalah ada hubungan antara kebisingan kereta api terhadap peningkatan tekanan darah karyawan di<br />Stasiun Bojonggede. Disarankan agar dilakukan sosialisasi berupa penyuluhan atau pamflet tentang<br />keselamatan dan kesehatan kerja di area Stasiun Bojong Gede.</p>


PROMOTOR ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
pp. 338
Author(s):  
Nanda Fitriyani Ainiyyah ◽  
Anissatul Fathimah ◽  
Andi Asnifatima

Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering di jumpai di lingkungan kerja, dimana kebisingan tersebut dapat menyebabkan gangguan psikologis serta stress kerja. Menurut NIOSH (2010), penyakit akibat kebisingan kerja ditemukan pada 17.00 kasus dari 59.100 kasus, yaitu sejumlah 1 dari 9 penyakit akibat kerja yang dilaporkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebisingan terhadap stress kerja pada pekerja di bagian <em>mixing </em>PT. ElangPerdana  tyre industry. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif. Teknik pengambilan sampel menggunakan <em>total sampling </em>dengan jumlah sampel 68 responden. Pengambilan data kebisingan dengan menggunakan alat <em>sound level meter </em>wawancara mendalam mengenai alat pelindung telinga serta penyebaran kuesioner. Analasis data penelitian menggunakan aplikasi statistik dengan menggunakan uji <em>Chi-Square. </em>Diketahui nilai <em>p-value </em>Beban kerja mental (<em>p-value=</em>0,022) artinya <em>p- value</em>&lt;0,05 menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara beban kerja mental terhadap stress kerja pada pekerja di bagian <em>mixing</em>. Hasil uji statistik <em>Chi-Square Test </em>diperoleh nilai kebisingan (<em>p-value=</em>0,575), usia (<em>p-value=</em>1,000), tingkat pendidikan (<em>p-value=</em>1,000), masa kerja (<em>p-value=</em>0,680) dari ketiga variable tersebut tidak ada hubungan yang signifikan terhadap stress kerja pada pekerja di bagian <em>mixing </em>PT. Elangperdana Trye Industry, dan hasil penelitian ini menunjukan  51 pekerja (75,0%) tidak mengalami stress kerja dan 17 pekerja (25,0%) mengalami stress kerja. Pengukuran kebisingan pada pekerja di bagian <em>mixing </em>PT. Elangperdana Tyre Industry terdapat 3 titik yang memiliki nilai ambang batas &gt;85 dBA yaitu Feeding CV MIX 2 (93,7 dBA), Mill 2 MIX 2 (89,1 dBA), Cement House (88,1 dBA). Kesimpulan dari penelitian yang memiliki hubungan antara kebisingan terhadap stress kerja yaitu beban kerja mental dan yang tidak memiliki hubungan yaitu, kebisingan, usia, tingkat Pendidikan, dan masa kerja. Saran Melakukan safety talk kepada pekerja sebagai bentuk sosialisasi tentang bahaya kebisingan di tempat kerja kepada pekerja, Tenaga kerja yang bekerja di area bising dapat saling mengawasi, mengingatkan dan menegaskan rekan kerja sehingga dapat membangun kedisiplinan dan konsisten dalam penggunaan Alat Pelindung Telinga.


2021 ◽  
Author(s):  
NAHDHA SYARIFAH ◽  
Dwi Septiawati

Hipertensi adalah suatu peningkatan abnormal dari tekanan darah dalam pembuluh darah arteri yang mengangkut darah dari jantung dan memompa keseluruh jaringan dan organ-organ tubuh secara terus-menerus. Intensitas kebisingan dapat menjadi faktor risiko terjadinya kejadian hipertensi pada masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara intensitas kebisingan dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di pemukiman Kelurahan 26 Ilir Kecamatan Bukit Kecil Kota Palembang. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain studi cross sectional dengan teknik pengambilan sampel secara Purposive Sampling sebanyak 105 responden. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Mini InScience Pro SQ-100 Sound Level Meter dan Aneroid Sphygmomanometer. Data dianalisis secara univariat, bivariat dengan menggunakan uji Chi Square, dan multivariat dengan menggunakan uji regresi logistik ganda dan model faktor risiko. Hasil bivariat menunjukan ada hubungan antara intensitas kebisingan (p-value 0,000), usia (p-value 0,032), aktivitas fisik (pvalue 0,038), jarak rumah (p-value 0,004), barrier (p-value 0,001), dan tidak ada hubungan antara riwayat keluarga (p-value 0,828), merokok (p-value 0,782), serta keberadaan tanaman hias (p-value 0,058) terhadap kejadian hipertensi, dan pada analisis multivariat menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara intensitas kebisingan dengan kejadian hipertensi pada masyarakat (p-value = 0,013) setelah dikontrol dengan variabel usia, riwayat keluarga, jarak rumah, dan barrier. Dapat disimpulkan bahwa masyarakat yang terpapar kebisingan tinggi secara terus menerus dapat meningkatkan risiko untuk mengalami hipertensi. Saran yang dapat diberikan adalah diharapkan masyarakat rutin beraktivitas fisik setidaknya 10 menit setiap harinya, menambah barrier serta menanam tanaman hias.


Author(s):  
Tri Okta Ratnaningtyas ◽  
Nurwulan Adi Ismaya ◽  
Lela Kania Rahsa Puji ◽  
Nur Hasanah ◽  
Mirta Sepi Afriyani

Bising, salah satu masalah utama kesehatan di negara-negara industri dan merupakan sumber utama dari stres. Data WHO menyebutkan bising melebihi 90 dB di tempat kerja memapar tenaga kerja di negara industri dengan total hampir 14% dan bising lebih dari 85dB juga diperkirakan memapar 20 juta orang Amerika. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kebisingan dengan stres kerja pada pekerja di PT. X tahun 2020. Jenis penelitian ini adalah analitik observasional dengan pendekatan kuantitatif serta desain studi cross sectional. Besar sampel penelitian berjumlah 82 pekerja. Purposive sampling merupakan teknik pengambilan sampel dalam studi ini. Sound Level Meter dan kuesioner merupakan alat pengumpulan data dalam studi ini. Univariat dan bivariat (dengan uji chi square) adalah analisis data yang digunakan dalam studi ini. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa ada hubungan antara kebisingan dengan stres kerja (p-value = 0,018 < α = 0,05).


2018 ◽  
Vol 17 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
Wahyu Ikhwan Nanda Mukhlish ◽  
Yohanes Sudarmanto ◽  
Muhammad Hasan

Latar belakang: Kebisingan merupakan bunyi yang memiliki intensitas di atas batas normal dan dapat mengganggu kesehatan pada orang yang terpapar. Paparan kebisingan terjadi dalam proses produksi pada industri pabrik kayu, sehingga pekerja menjadi pihak utama yang terdampak. Dampak yang terjadi utamanya pada sistem kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kebisingan terhadap tekanan darah dan denyut nadi pada pekerja pabrik kayu PT. Muroco Jember.   Metode: Penelitian ini berjenis analitik observasional dengan desain penelitian cross sectional. Responden penelitian berjumlah 24 orang yang diambil dengan teknik total sampling. Pengukuran kebisingan menggunakan alat sound level meter. Pengumpulan data karakteristik pekerja menggunakan kuesioner. Responden penelitian diukur sebelum dan setelah bekerja, dengan menggunakan sphygmomanometer air raksa untuk tekanan darah dan penghitungan manual denyut nadi pada arteri brachialis. Analisis data menggunakan uji komparasi paired t-test pada level signifikansi 5%.  Hasil: Intensitas kebisingan dari 4 sektor kerja menunjukkan hasil yang beragam. Intensitas kebisingan terendah pada sektor produksi A yaitu 82,9 dB(A), sedangkan tertinggi pada sektor sawmill B yaitu 98,1 dB(A). Sebagian besar responden (66,7%) berusia 29-40 tahun dengan masa kerja responden (62,5%) kurang dari 2 tahun. Sebanyak 91,7% responden tidak memakai APT pada saat bekerja. Berdasarkan uji komparasi paired t-test, didapatkan pengaruh paparan kebisingan akut antara sebelum dan setelah bekerja terhadap tekanan darah sistolik (p= <0,001), diastolik (p=0,049), dan denyut nadi (p=0,020).Simpulan: Terdapat peningkatan yang signifikan terhadap tekanan darah sistolik, diastolik, denyut nadi antara sebelum dan setelah bekerja dalam paparan kebisingan akut pada pekerja pabrik kayu PT. Muroco Jember. Diperlukan penelitian dengan mengendalikan variabel lain yang mengganggu untuk kesempurnaan penelitian selanjutnya. ABSTRACT Title: The Effect of Noise on Blood Pressure and Pulse Rate in Workers at PT. Muroco Jember Wood FactoryBackground: Noise is a sound that has an intensity above the normal limit and may interfere with the health of the exposed person. Exposure to noise often occurs in the production process at the wood processing factory, so that workers become the main person affected. The impact mainly occurs in cardiovascular system. This study aims to analyze the effect of noise on blood pressure and pulse rate in workers at PT. Muroco Jember wood factory.Method: This is an observational analytic research with cross sectional design. The respondents amounted to 24 people taken with total sampling technique. The measurement of noise intensity was using sound level meter. Data collecting of worker characteristics was using questionnaires. Respondents were measured before and after work, using a mercury sphygmomanometer for blood pressure and manual palpation of pulse rate in the brachial artery. Data was analyzed with paired t-test comparative at 5% significance level.Result: The noise intensity of 4 sectors of the factory showed diverse results. The lowest noise intensity is in production sector A, 82.9 dB (A), while the highest is in sawmill B sector, 98.1 dB (A). Most of the respondents (66.7%) were 29-40 years old with respondents working period (62.5%) were less than 2 years. As many as 91.7% of respondents did not use ear protection device while working. Based on paired t-test, there was an effect of acute exposure between before and after working on systolic blood pressure (p < 0,001), diastolic (p = 0.049), and pulse rate (p = 0.020)Conclusion: There was a significant increase in systolic, diastolic blood pressure, and pulse rate between before and after work in an acute noise exposure in worker at PT. Muroco Jember wood factory. Further research is required by controlling other disturbing variables for a better research.


2013 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Lily Wongso ◽  
Vennetia R. Danes ◽  
Wenny Supit

Abstract: Excessive use of headsets for a long period of time may cause hearing loss. While using a headset, the ears receive sound waves which are converted into electrical pulses transmitted to the auditory cortex via the auditory nerve. Exposures to noises can damage the cochlea hair cells that worsen the degenerative process of the auditory nerve. Radio announcing is one of the professions with a frequent use of a headset. This study aimed to find  the difference of the auditory functions between people who used headsets frequently and those who did not use headsets. This was a case-control study consisting of a group of people frequently using headsets (radio announcers, the case group) and a group without using headsets (non-radio announcers, the control group). Each group consisted of 20 respondents aged 20-40 years. Hearing functions were measured by using an audiometer while the noise levels generated by the headsets were measured with a sound level meter. The results showed that by using the Fisher exact test, there was a highly significant relationship between the usage of headsets and the hearing loss of the respondents’ left ears  (P = 0.001 <0.01) and right ears (P = 0.010 <0.05). Conclusion: There was a difference of hearing in both ears between the radio announcers and non-radio announcers. Keywords: noise exposure, headset, hearing function, radio announcer.     Abstrak: Pemakaian headset berlebih dalam kurun waktu yang lama dapat menimbulkan gangguan pendengaran. Pada penggunaan headset, telinga menerima gelombang suara yang kemudian diubah menjadi pulsa listrik yang diteruskan ke korteks pendengaran melalui saraf pendengaran. Pada telinga yang terpapar bising untuk waktu lama dapat terjadi kerusakan sel-sel rambut di koklea saraf pendengaran yang memperburuk proses degenerasi saraf pendengaran. Penyiar radio merupakan salah satu profesi dengan tingkat pengunaan headset yang cukup tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan perbedaan fungsi pendengaran antara pengguna headset dan yang tidak menggunakan headset. Penelitian ini merupakan studi kasus-kontrol (case-control study) dengan melakukan perbandingan antara kelompok yang memakai headset (penyiar radio, kelompok kasus) dan kelompok lainnya yang tidak memakai headset (bukan penyiar radio, kelompok kontrol). Masing-masing kelompok terdiri dari 20 responden berusia 20-40 tahun. Fungsi pendengaran diukur dengan audiometer sedangkan tingkat kebisingan yang ditimbulkan oleh headset di ukur dengan sound level meter. Analisis statistik menggunakan uji Fisher exact menunjukkan terdapat hubungan yang sangat bermakna antara penggunaan headset dan gangguan pendengaran pada telinga kiri (P = 0,001 <0,01) dan telinga kanan (P = 0,010 <0,05). Simpulan: Terdapat perbedaan fungsi pendengaran kedua telinga antara penyiar radio dan yag bukan penyiar radio. Kata kunci: paparan bising, headset, fungsi pendengaran, penyiar radio.


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 23
Author(s):  
Erni Dwiyanti ◽  
Marji Marji ◽  
Erianto Fanani

Abstract: Long term noise exposure is a stressor to human body that associated with hormonal system and cardiovascular responses that can cause hypertension and cardiovascular diseases. Measurement of blood pressure and heart rate are well established methods for measuring overall cardiovascular responses. The purpose of this research is to analyze effect of noise on blood pressure and heart rate in participant of Welding Practicum II at State University of Malang. This research is an analytic survey with cross sectional approach  and conduct on 31 participant of Welding Practicum II who were taken by purposive sampling technique. Noise intensity was measured by using sound level meter. Blood pressure was measured by using mercury sphygmomanometer and heart rate was measured by using pulse oxy meter. Data analysis of mean arterial pressure and  heart rate was performed by using paired t test meanwhile systole and diastolic blood pressure was performed by Wilcoxon test. The result of this research indicate that noise intensity in Welding Laboratory was 92.54 dB(A). When the student uses earmuff, noise intensity was 83.89 dB. From the statistical test, it was found that there is a significantly difference systolic, diastolic blood pressure, mean arterial pressure and heart rate when the student  use earmuff and when the student didn’t use earmuff. The advice for the student participant of Welding Practicum II should be aware to use personal protective equipment during the work correctly to prevent the effect noise in health. Keywords: noise, blood pressure, heart rate, MAPAbstrak: Paparan kebisingan merupakan stressor yang berhubungan dengan sistem hormon dan respon kardiovaskular yang dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Pengukuran tekanan darah dan denyut nadi merupakan metode yang tepat untuk mengukur respon kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intensitas kebisingan terhadap tekanan darah dan denyut nadi pada mahasiswa peserta praktikum pengelasan II di Universitas Negeri Malang. Penelitian menggunakan rancangan cross sectional yang melibatkan 31 sampel yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran intensitas kebisingan menggunakan sound level meter. Pengukuran tekanan darah menggunakan tensimeter raksa sedangkan pengukuran denyut nadi menggunakan pulse oxy meter. Data penelitian mean arteri pressure (MAP) dan denyut nadi dianalisis menggunakan paired t-test sedangkan analisis tekanan darah sistol dan diastol menggunakan uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan intensitas kebisingan di Laboratorium Pengelasan mencapai 92,54 dB(A). Saat mahasiswa menggunakan earmuff, intensitas kebisingan yang diterima oleh mahasiwa sebesar 83,89 dB(A). Hasil uji statitistik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan secara signifikan tekanan darah sistolik, diastolik, mean arteri pressure (MAP) dan denyut nadi pada saat mahasiswa tidak menggunakan earmuff dengan saat mahasiswa menggunakan earmuff. Para mahasiwa pratikum pengelasan II disarankan untuk menggunakan alat pelindung telinga untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat kebisingan.Kata Kunci: kebisingan, tekanan darah, denyut nadi, MAP


2019 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 184-190
Author(s):  
Mona Lestari ◽  
Desheila Andarini ◽  
Dwi Septiawati ◽  
Poppy Fujianti ◽  
Novrikasari

Palembang – Indralaya highway is a cross-provincial road where motor vehicle activity is constant, causing noise and affecting settlements along the road. Constant exposure to the noise that exceeds quality standards (55 dB) stipulated in Environmental Ministerial Decree (KEP.48/MENLH/11/1996), can cause a variety of health problems, such as hearing loss and psychological disorders. Therefore, this study is conducted to determine the noise level along the Palembang-Indralaya road. This study used an observational approach through direct observations and measurements using the Mini InScienPro SQ-100 sound level meter. The noise level is measured at two locations, i.e., on the curb and in houses located along the highway. Based on the observations and measurements, the highest noise intensity was during the daytime (78.0 - 102.4 dB). The highest intensity of noise inside and outside the house are 74 and 90 dB, respectively. This is due to the high volume and activity of vehicles crossing the highway. The intensity of the noise received by the residents along the highway is above the quality standards, so as to handle the noise, trees need to be planted around the housing (barrier plants). Keywords: Noise intensity, highway, sound level Meter


Jurnal MIPA ◽  
2016 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 95
Author(s):  
Selfina Levina Ukru ◽  
Seni H.J. Tongkukut ◽  
Ferdy -

Telah dilakukan penelitian untuk mengukur dan menganalisis tingkat kebisingan yang ada di lingkungan Rumah Sakit Siloam jalan Sam Ratulangi Manado. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan Sound Level Meter DB 200 pada dua lokasi pengukuran (5 titik). Data yang diperoleh adalah nilai tingkat intensitas kebisingan pada masing-masing titik pengukuran. Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kebisingan tertinggi di lokasi 1 yaitu 74,5 dB dan 59,01 dB untuk lokasi 2. Hasil ini menunjukkan Rumah Sakit Siloam Manado memiliki tingkat kebisingan yang melebihi batas kebisingan yang diperkenankan di Rumah Sakit yaitu sebesar 55 dB Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 48 Tahun 1996.The Research was conducted to measure and analyze the level of noice in Siloam Hospital at Sam Ratulangi street. The collection of data are made by using the Sound Level Meter DB 200 on two locations of measurement (5 points). The result of data is the value level of noise intensity on each measuring point. The analysis show that the highest noise level in the first location is 74.5 dB and 59.01 dB for the second location. These results indicate that the noise level of Siloam Hospital Manado exceeds noise limits that are allowed for the hospital equal to 55 dB according to the decision of the Minister of Environment No. 48 of 1996.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document