NOVEL BURUNG KAYU KARYA NIDUPARAS ERLANG: REPRESENTASI BUDAYA MASYARAKAT TRADISIONAL SUKU MENTAWAI YANG TERKOYAK (Burung Kayu Novel by Niduparas Erlang: Culture Representation of Mentawai Traditional Community Thought)
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan budaya masyarakat tradisional Suku Mentawai yang terkoyak dalam novel Burung Kayu karya Niduparas Erlang. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma antropologi sastra khususnya unsur-unsur kebudayaan beserta ciri-cirinya seperti tradisi, citra primodial, citra arketipe, aspek-aspek kearifan lokal dengan fungsi dan kedudukannya masing-masing. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik kepustakaan. Metode yang digunakan untuk analisis data adalah deskriptif analisis, yakni mendeskripsikan fakta-fakta kemudian disusul analisis. Dari hasil analisis diketahui bahwa: (1) masyarakat tradisional Suku Mentawai yang tinggal di hulu masih menjalankan tradisi-tradisi warisan leluhur mereka; (2) masyarakat Suku Mentawai mengalami konflik batin ketika tinggal di barasi; (3) masyarakat Suku Mentawai kembali ke uma setelah bernegosiasi dengan budaya modern; dan (4) masyarakat Suku Mentawai kembali ke barasi dengan konsep baru. Dengan demikian disimpulkan bahwa masyarakat tradisional Suku Mentawai yang memiliki tradisi sangat kuat itu dapat bernegosiasi dengan budaya modern sehingga bisa menjalani kehidupannya yang selaras dengan jiwanya dan alamnya. This study aims to describe the traditional culture of the Mentawai Tribe which was torn apart in the novel Burung Kayu by Niduparas Erlang. The theory used in this research is the paradigm of literary anthropology, especially the elements of culture and their characteristics such as tradition, primodial images, archetypal images, aspects of local wisdom with their respective functions and positions. Data collection is done by library technique. The method used for data analysis is descriptive analysis, which is to describe the facts and then followed by analysis. From the results of the analysis, it is known that: (1) the traditional Mentawai people who live upstream still carry out their ancestral traditions; (2) the Mentawai people experience an inner conflict when living in barasi; (3) the Mentawai people return to uma after negotiating with modern culture; and (4) the Mentawai people returned to barasi with a new concept. Thus, it is concluded that the traditional Mentawai people have very strong traditions that can negotiate with modern culture so that they can live their lives in harmony with their souls and nature.