KHARISMATA: Jurnal Teologi Pantekosta
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

44
(FIVE YEARS 44)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Alkitab Jember

2655-8645, 2655-8653

2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 147-166
Author(s):  
Wahju Kurniawan ◽  
Oral Oko

This study aims to describe the obstacles in preaching the gospel and the attitudes of church leaders in Klungkung district-Bali in dealing with these obstacles. To achieve the objectives of the study, this research was conducted qualitatively, which intends to understand the phenomenon with respect to what is experienced by the research subject. Therefore, the method used is to search for relevant literature sources (library research) and interviews with research subjects. The data obtained is then collected for processing and then described, analyzed and interpreted in such away. After the research procedure was carried out, it was found that there were obstacles, both internal and external, in preaching the gospel in Klungkung, Bali. For internal barriers, there are seven kinds of obstacles, while external barriers there are ten kinds of obstacles. Leaders of Protestant Churches in Klungkung Regency, Bali 100% understand the attitude of Church leaders in the book of Acts chapters 1-8 in dealing with internal and external obstacles. AbstrakPenelitian bertujuan untuk mendeskripsikan hambatan-hambatan dalam pemberitaan Injil dan sikap para pemimpin gereja di kabupaten Klungkung, Bali dalam menghadapi hambatan tersebut. Untuk mencapai tujuan penelitian tersebut maka penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yang bermaksud untuk memahami fenomena berkenaan dengan apa yang dialami oleh subjek penelitian. Oleh karena itu, metode yang dipakai adalah menelusuri sumber literatur yang relevan (penelitian pustaka) serta wawancara dengan subjek penelitian. Data yang diperoleh kemudian dikumpulkan untuk diolah dan kemudian dideskripsikan, dianalisis diinterpretasi sedemikian rupa. Setelah prosedur penelitian tersebut dilak-sanakan maka ditemukan bahwa terdapat hambatan-hambatan, baik internal dan eksternal dalam pemberitaan Injil di Kabupaten Klungkung, Bali. Untuk hambatan internal terdapat tujuh macam hambatan, sedangkan hambatan eksternal ada sepuluh macam hambatan. Pemimpin gereja Protestan se-Kabupaten Klungkung, Bali 100% memahami tentang sikap pemimpin gereja di kitab Kisah Para Rasul pasal 1-8 dalam menghadapi hambatan-hambatan internal dan eksternal.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 28-42
Author(s):  
Anggi Maringan Hasiholan ◽  
Andreas Budi Setyobekti

The postmodern era is closely related to pluralism and relativism. All are subject to this principle, including human salvation. Jesus, the only way of salvation, is not accepted absolutely, let alone the Extra Ecclesiam Nulla Salus principle (outside the church there is no salvation) which was coined by the church father Cyprian. This principle is considered too exclusive because it does not provide room for people outside the church to get salvation. In addition, this teaching was also declared null and void by the times. Is this true? That is why it is important to extract this Cyprian understanding that can be used as guidance for the Pente-costal church. The method used is descriptive qualitative with data collection techniques through library research. The data is then extracted and linked to the actions that have been carried out by the Pentecostal church or synod so far. The results of the study indicate that there is a close relationship between ecclesiology and Christology and soteriology. This principle also supports the authority and duty of the church in conveying salvation to men and maintaining pure teaching.AbstrakEra postmodern erat kaitannya dengan pluralisme dan relativisme. Semua dike-nakan prinsip ini, termasuk keselamatan manusia. Yesus satu-satunya jalan keselamatan saja tidak diterima secara absolute apalagi prinsip Extra Ecclesiam Nulla Salus (di luar gereja tidak ada keselamatan) yang dicetuskan oleh bapa gereja Cyprianus. Prinsip ini dianggap ter-lalu ekslusif karena tidak memberikan ruang bagi orang diluar gereja mendapatkan kese-lamatan. Selain itu ajaran ini juga dinyatakan batal oleh perkembangan zaman. Apakah benar demikian? Itu sebabnya, penting untuk mengekstraksi pemahaman Cyprianus ini yang dapat menjadi pegangan bagi gereja Pentakosta. Metode yang digunakan adalah kualitatif deskriptif dengan teknik pengumpulan data melalui studi keperpustakaan. Data selanjutnya diekstraksi dan dikaitkan dengan tindakan yang telah dilakukan oleh gereja atau sinode Pentakosta selama ini. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan erat antara eklesiologi dengan kristologi dan soteriologi. Prinsip ini juga memberikan dukungan akan otoritas dan tugas gereja dalam menyampaikan keselamatan kepada manusia dan menjaga ajaran yang murni.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 69-83
Author(s):  
Paulus Purwoto ◽  
Reni Triposa ◽  
Yusak Sigit Prabowo

The harmony that has been torn so far as a result of the ethnicity, religion, race, and inter-group relations (SARA) conflict threatens the diversity of the nation. Even the horizontal conflicts that have occurred so far have caused wounds and trauma for all communities. This study aims to provide understanding for pastors, teachers, and believers so that they can play a role in the scope of Christian religious education to be able to emphasize the value of harmony in a multicultural society. Through a descriptive qualitative method with a literature study approach, the researcher tries to answer the research problem by searching for literature sources, both books, and journals, that correlate with the research problem. The conclusion of this study is the first by understanding the value of wisdom and the importance of maintaining harmony in society, Christians can contribute to actualizing the meaning of harmony, both internally and amid religious communities within Indonesia. Second, Christian religious education can be used as a medium in instilling and actualizing the value of harmony in a biblical perspective in a multicultural society. The three people believe that they can provide education in the community and family so that they are expected to become actors of tolerance in a pluralistic society.AbstrakKerukunan yang terkoyak selama ini akibat adanya konflik SARA mengancam kemajemukan bangsa. Bahkan konflik horizontal yang terjadi selama ini menimbulkan luka dan trauma bagi semua masyarakat. Penelitian  ini bertujuan untuk  memberikan pengertian bagi gembala, guru dan orang percaya sehingga dapat berperan dalam lingkup pendidikan agama Kristen untuk dapat menanankan nilai kerukunan di tengah masyarakat multikultural. Melalui  metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi pustaka, penulis berusaha untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian dengan mencari kajian dari berba-gai sumber literatur baik buku maupun jurnal yang berkorelasi dengan masalah penelitian. Kesimpulan penelitian ini adalah yang pertama dengan memahami nilai kearifan dan pen-tingnya menjaga kerukunan dalam bermasyarakat, orang Kristen dapat berkonribusi  dalam mengaktualisasikan makna kerukunan, baik dalam lingkup intern maupun antarumat beraga-ma di Indonesia. Kedua,  Pendidikan Agama Kristen dapat dipakai sebagai media dalam me-nanamkan dan mengaktualisasi nilai  kerukunan dalam persepektif Alkitabiah di tengah ma-syarakat multikultural. Ketiga orang percaya dapat memberikan edukasi dalam komunitas maupun keluarga sehingga  diharapkan dapat menjadi pelaku toleransi dalam masyarakat  majemuk.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 84-97
Author(s):  
Fredik Melkias Boiliu ◽  
Desetina Harefa ◽  
Haposan Simanjuntak ◽  
Septianus Waruwu ◽  
Irfan F. Simanjuntak

This article discusses the model of Christian religious education with a compound insight in fostering religious tolerance in Indonesia. In the context of nationhood, society and religion in Indonesia according to the basis of Pancasila, there are six recognized religions, namely Islam, Christianity, Catholicism, Hinduism, Buddhism and Confucianism. Religious differences are supposed to acknowledge each other, respect each other, and cooperate in virtue. But in fact differences in religious beliefs become a driving factor to bring down, demean each other, or mix between religions with each other. Therefore, there needs to be a diverse religious insight in fostering religious tolerance in Indonesia. Therefore, the model of Christian religious education is inclusive, multicultural, dialogue and peaceful as the right approach to foster religious tolerance in daily life. This research uses a method of literature study that refers to concepts and theories according to literature available such as articles published in various scientific journals, books and other scientific papers.AbstrakArtikel ini membahas tentang model pendidikan agama Kristen berwawasan majemuk dalam membina sikap toleransi beragama di Indonesia. Dalam konteks berbangsa, bermasyarakat dan beragama di Indonesia sesuai dasar Pancasila, ada enam agama yang diakui yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Konghucu. Perbedaan agama seharusnya untuk saling mengakui, saling menghormati, dan bekerja sama dalam kebajikan. Namun pada faktanya perbedaan keyakinan agama menjadi faktor pendorong untuk saling menjatuhkan, saling merendahkan, atau mencampuradukkan antar agama yang satu dengan yang lain. Oleh sebab itu, perlu adanya wawasan agama yang mejemuk dalam membina sikap toleransi beragama di Indonesia. Untuk itu, model pendidikan agama Kristen yang inklusif, multikultural, dialog dan damai sebagai pendekatan yang tepat untuk membina sikap toleransi beragama dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka yang merujuk pada konsep dan teori sesuai literature yang tersedia seperti artikel-artikel yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah, buku-buku dan makalah ilmiah lainya.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 115-131
Author(s):  
Marthen Luther Mau

Some teachers carry out teaching activities that are less effective because they are still teacher-centred so that students are less active and creative in learning. The national attitude of students is very necessary, therefore Christian teachers need to make efforts to improve teaching in changing behaviour, increasing the knowledge and skills of students in school institutions. School institutions are the main choice for educating the nation's children, using a quantum teaching approach. The purpose and objective of this research are to strive for a fun, comfortable, and satisfying teaching process for students in a learning environment to increase the national attitude expected by the general public. This study uses a qualitative method with an observation approach and a semi-standard type of interview. The findings are that teaching using a quantum teaching approach in forming study groups of 2-4 student members can increase the effectiveness, creativity, and proactivity of the students when studying in the classroom. So, through study groups of 2-4 members of students when studying in class, it is very helpful for students to behave to increase motivation in learning, ability in learning, and high interest in reading so that they get enough knowledge for their own interests and build interests. people.Abstrak Sebagian guru melakukan kegiatan pengajaran yang kurang efektif karena masih berorientasi pada teacher centered sehingga peserta didik kurang aktif dan kreatif dalam pembelajaran. Sikap kebangsaan peserta didik amatlah diperlukan karena itu guru Kristen perlu berupaya untuk meningkatkan pengajaran dalam mengubah perilaku, meningkatkan pengetahuan, dan keterampilan peserta didik di lembaga sekolah. Lembaga sekolah menjadi pilihan utama untuk mencerdaskan anak bangsa, dengan menggunakan pendekatan quantum teaching. Maksud dan tujuan penelitian ini untuk mengupayakan proses pengajaran yang menyenangkan, nyaman, dan memuaskan peserta didik dalam suatu lingkungan belajar untuk meningkatkan sikap kebangsaan yang diharapkan oleh khalayak ramai. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan observasi dan jenis wawancara semi standar. Hasil temuannya ialah pengajaran dengan menggunakan pendekatan quantum teaching dalam membentuk kelompok belajar 2-4 anggota peserta didik dapat meningkatkan keefektivan, kreatif, dan proaktif dari para peserta didik saat belajar di ruang kelas. Jadi, melalui kelompok belajar 2-4 anggota peserta didik ketika belajar di kelas sangat menolong peserta didik dalam bersikap untuk meningkatkan motivasi dalam belajar, kemampuan dalam belajar, dan minat membaca yang tinggi, sehingga mendapatkan ilmu pengetahuan yang cukup untuk kepentingan diri sendiri dan membangun kepentingan orang banyak.  


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 132
Author(s):  
Irene Febriani Berimau ◽  
Jacob Daan Engel ◽  
Yulius Ranimpi

Each region certainly has its own past stories in the early church. In this case, the individual or group begins to remember something that happened in themselves and he can do memory activities while talking, listening and many other ways of remembering. Congregations in the current era, in understanding the meaning of togetherness in allied life, have begun to erode and fade. The purpose of this study is to describe the collective memory heritage of the congregation and to develop a counselling approach to promote congregational development. This study uses a qualitative approach with a descriptive-analytical pattern. From the results of the research, the authors see that the church today is in dire need of counselling assistance in church development. The integrity of a congregation is highly expected for every individual and group through fellowship that is carried out within the scope of the church and society in increasing harmonious and peaceful life. AbstrakSetiap daerah tentu memiliki cerita-cerita masa lalu tersendiri pada jemaat mula-mula. Dalam hal ini, individu atau kelompok mulai mengingat-ingat sesuatu yang terjadi dalam diri pribadinya dan ia dapat melakukan aktivitas mengingat-ingat ketika sedang berbicara, mendengarkan dan masih banyak lagi cara mengingat-ingat lainnya. Jemaat di era saat ini, dalam memahami arti kebersamaan dalam hidup bersekutu sudah mulai terkikis dan memudar. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan warisan memori kolektif jemaat Adang dan mengembangkan pendekatan konseling untuk meningkatkan pembangunan jemaat Adang. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan pola deskriptif-analitis. Dari hasil penelitian penulis melihat bahwa jemaat Adang saat ini sangat membutuhkan pendampingan konseling dalam pembangunan jemaat. Keutuhan suatu jemaat sangat di harapkan bagi setiap individu maupun kelompok melalui persekutuan yang dilakukan dalam lingkup gereja maupun masyarakat dalam meningkatkan hidup rukun dan damai.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1-15
Author(s):  
Joseph Christ Santo ◽  
Yonatan Alex Arifianto

The Covid-19 pandemic has had a very heavy impact on humans to survive. The problem that is felt by all elements of society is related to the economy and the fulfilment of the necessities of life, but also the fear of being exposed to this virus haunts believers. Therefore, governments in affected countries must enact regulations that make the economy's wheels stagnate, as a result, economic problems are a serious problem in the fight against the Coronavirus. This research aims to answer how the concept of protection guarantees for believers is applied in the study of God's word, as a basis and insight to be able to survive and continue the opportunity to live in God's prerogative amidst the threat of the Covid 19 pandemic and the continuing impact that follows. With the formulation of the problem, the literature research method is used with a descriptive qualitative approach. It can be concluded that God's protection is a guarantee of God's providence that occurred in the Old and New Testament times which became the reference for the concept of God's care and protection during the pandemic period to bring believers to become obedient individuals to God by obeying the rules made by the government as a means of maintaining believers.AbstrakPandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang sangat berat bagi manusia untuk bertahan hidup. Masalah yang dirasakan seluruh elemen masyarakat adalah berkenaan dengan ekonomi dan pemenuhan kebutuhan hidup, tetapi juga rasa kuatir akan terpapar virus ini menghantui orang percaya. Oleh sebab itu pemerintah di negara-negara terpapar harus memberlakukan peraturan yang membuat roda perekonomian tersendat, akibatnya masalah ekonomi menjadi problem yang serius dalam upaya melawan virus Corona. Peneli-tian ini bertujuan untuk menjawab bagaimana penerapankonsep jaminan perlin-dungan bagi orang percaya dalam kajian firman Tuhan, sebagai dasar dan wawasan untuk dapat bertahan dan melanjutkan kesempatan hidup dalam prerogatif Allah di tengah ancaman pandemi Covid 19 dan dampak berkelanjutan yang mengikutinya. Dengan rumusan masalah tersebut, maka digunakan metode penelitian pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Disimpulkan bahwa God’s protection adalah jaminan pemeliharaan Tuhan yang terjadi dalam masa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru yang menjadi acuan konsep pemeliharaan dan proteksi Allah pada masa pandemi untuk membawa orang percaya menjadi pribadi yang taat kepada Tuhan dengan menaati aturan yang dibuat pemerintah sebagai sarana untuk meme-lihara orang percaya.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 16-27
Author(s):  
Murni Hermawaty Sitanggang ◽  
Asatinus Laia

Since Old Testament times, fasting has been a part of the lifestyle of the Israelites, not least in Isaiah 58. However, this chapter does not contain instructions for implementation but God's stern rebuke of the Israelites' practice of fasting at that time. The Israelites at that time had the mistaken notion that piety only needed to be maintained during fasting and did not involve daily life. They ignored the true meaning of fasting. Therefore, in this paper, the author investigates fasting according to Isaiah 58:1-12 in everyday life. The research was conducted through a qualitative method with a descriptive approach by involving the active fasting participants from the forum of Esther GPdI Ekklesia Women. Data were collected through observation and interviews, which then resulted in the finding that participants had understood that the nature of fasting is not only about piety but also caring for others. They have fulfilled this in their daily life by praying, refraining from oppression, and being just. AbstrakSejak masa Perjanjian Lama, puasa telah menjadi bagian dari gaya hidup umat Israel, tidak terkecuali dalam Yesaya 58. Akan tetapi, pasal ini bukanlah berisi petunjuk pelaksanaan melainkan teguran keras Tuhan terhadap praktik puasa bangsa Israel saat itu. Bangsa Israel saat itu memiliki anggapan keliru bahwa kesalehan hanya perlu dipertahankan saat puasa dan tidak menyangkut kehidupan sehari-hari. Mereka abai akan makna puasa yang sesungguhnya. Oleh sebab itu, dalam tulisan ini penulis menyelidiki bagaimana imple-mentasi puasa menurut Yesaya 58:1-12 tersebut di dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian dilakukan melalui metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif dengan melibatkan parti-sipan yang aktif berpuasa dari Wadah Wanita Ester GPdI Ekklesia. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara yang kemudian menghasilkan temuan bahwa partisipan telah memahami bahwa hakikat puasa bukan hanya soal kesalehan melainkan juga mempedulikan sesama. Mereka telah memenuhi hal ini dalam kehidupan sehari-hari dengan cara berdoa, tidak melakukan penindasan, dan bersikap adil.


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 98-114
Author(s):  
Jellyan Alviani Awang ◽  
Iky S. P. Prayitno ◽  
Jacob Daan Engel

The main problem of adolescents in the social media era is The identity crisis. Adolescents who have an identity crisis need achievement identity to determine their self-concept. The phenomenon of social media that shows the illusion of the perfect lifestyle can make adolescents run into an identity crisis due to their inability to comply with social standards. Christian religious education is education to develop a Christian personality and will have a positive impact on adolescents to be able to solve their problems. The result of this study provided attempts to reconstruct the religious education strategy to form and improve a self-concept that shows a Christian character so that they can understanding their existence as a whole as God's creation. Abstrak Masalah utama para remaja di era media sosial adalah krisis identitas. Remaja yang mengalami krisis identitas memerlukan pencapaian identitas agar dapat menentukan konsep diri. Fenomena media sosial yang menampilkan ilusi kesempurnaan gaya hidup dapat menjadikan remaja mengalami krisis identitas akibat ketidakmampuan untuk mengikuti standar sosial. Pendidikan Agama Kristen ialah pendidikan untuk menumbuh kembangkan kepribadian Kristen yang berdampak positif dalam diri remaja agar dapat mengatasi masalah krisis identitas yang dihadapi. Penelitian ini menghasilkan strategi pendidikan Kristen untuk membentuk dan meningkatkan konsep diri yang dapat menampilkan karakter Kristen sehingga dapat memaknai eksistensi dirinya secara utuh sebagai ciptaan Allah. 


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 54-68
Author(s):  
Rita Evimalinda ◽  
Rikardo Dayanto Butar-butar ◽  
Efvi Noyita

Religious sentiment, identity, has been a major component in so many conflicts in Indonesia. Ironically, educated people and young people become perpetrators of social violence. Various conflicts have weakened diversity, solidarity as a plural country and must be stopped through the interaction of teaching religious education in schools. This paper is qualitative literature to explain how to interpret and build the spirit of national awakening through Chris-tian religious education in schools. The findings of the substance of the spirit of national awakening today are making various kinds of changes for a better condition. The learning content of multicultural Christian Religious Education contains the values of the spirit of national awakening including the following aspects: (1) PAK for peace, (2) PAK for harmony, (3) PAK for prosperity, (4) PAK for tolerance. Teachers in teaching PAK in schools should use a constructive approach where students are encouraged to take their roles for prosperity, peace, unity and national unity. So that the function of believers to be the light and salt of the world is realized and has an impact on the revival of the Indonesian nation. AbstrakSentimen agama, identitas, telah menjadi komponen utama dalam begitu banyak konflik di Indonesia. Ironisnya kaum terpelajar dan kaum muda menjadi pelaku aksi kekerasan sosial. Berbagai konflik telah melemahkan keberagaman, solidaritas sebagai negara majemuk dan harus dihentikan melalui interaksi pengajaran pendidikan agama di sekolah.  Tulisan ini merupakan kualitatif literatur untuk memaparkan bagaimana memaknai dan membangun semangat kebangkitan nasional melalui pendidikan agama Kristen di sekolah. Hasil temuan subtansi semangat kebangkitan nasional zaman sekarang adalah melakukan berbagai macam perubahan untuk suatu kondisi menjadi lebih baik. Konten pembelajaran Pendidikan Agama Kristen multikultural mengandung nilai- nilai semangat kebangkitan nasional meliputi aspek:(1) PAK untuk kedamaian, (2) PAK untuk kerukunan, (3) PAK untuk kemakmuran, (4) PAK untuk toleransi.  Guru dalam mengajar PAK di sekolah hendaknya menggunakan pendekatan konstrukif dimana peserta didik didorong mengambil perannya untuk kemakmuran, perdamaian, persatuan dan kesatuan bangsa. Sehingga fungsi orang percaya menjadi terang dan garam dunia terealisasi dan berdampak pada kebangkitan bangsa Indonesia.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document