Jurnal Penelitian Pendidikan Sejarah UHO
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

58
(FIVE YEARS 58)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By FKIP Universitas Halu Oleo

2502-6674, 2502-6666

2020 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
Author(s):  
Nurwan Nurwan ◽  
Ali Hadara ◽  
La Batia

ABSTRAK: Inti pokok masalah dalam penelitian ini meliputi latar belakang gerakan sosial masyarakat Kampung Labaluba Desa Kontumere Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna, Faktor-faktor yang mendorong gerakan sosial masyarakat Kampung Labaluba Desa Kontumere Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna, proses gerakan sosial masyarakat Kampung Labaluba Desa Kontumere Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna dan akibat gerakan sosial masyarakat Labaluba Desa Kontumere Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna? Latar belakang gerakan sosial masyarakat Kampung Labaluba yaitu keadaan kampungnya yang hanya terdiri dari beberapa kepala keluarga tiap kampung dan jarak yang jauh masing-masing kampung membuat keadaan masyarakatnya sulit untuk berkomnikasi dan tiap kampung hanya terdiri dari lima sampai dengan tujuh kepala keluarga saja. Kampung ini letaknya paling timur pulau Muna terbentang dari ujung kota Raha sekarang sampai kampung Wakuru yang saat ini. Kondisi ini juga yang menjadi salah satu faktor penyebab kampung ini kurang berkembang baik dibidang ekonomi, sosial politik, pendidikan maupun di bidang kebudayaan. Keadaan ini diperparah lagi dengan sifat dan karakter penduduknya yang masih sangat primitif. Faktor yang mendorong adanya gerakan sosial masyarakat Kampung Labaluba Desa Kontumere Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna adalah adanya ketidaksesuaian antara keinginan pemerintah setempat dan masyarakat yang mendiami Kampung Labaluba pada waktu itu. Sedangkan proses gerakan sosial masyarakat Kampung Labaluba Desa Kontumere Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna bermula ketika pemerintah seolah memaksakan kehendaknya kepada rakyat yang menyebabkan rakyat tidak setuju dengan kebijakan tersebut. Akibat yang ditimbulkan dari adanya gerakan sosial masyarakat Kampung Labaluba Desa Kontumere Kecamatan Kabawo Kabupaten Muna terbagi dua yaitu akibat positif dan akibat negatif.Kata Kunci: Gerakan Sosial, Factor dan Dampaknya ABSTRACT: The main issues in this study include the background of the social movement of Labaluba Village, Kontumere Village, Kabawo Sub-District, Muna District, Factors that encourage social movements of Labaluba Kampung Sub-village, Kontumere Village, Kabawo Sub-District, Muna District, the social movement process of Labaluba Village, Kontumere Village, Kabawo Sub-District Muna Regency and due to Labaluba community social movements Kontumere Village Kabawo District Muna Regency? The background of the Labaluba Kampung community social movement is that the condition of the village consists of only a few heads of households per village and the distance of each village makes it difficult for the community to communicate and each village only consists of five to seven households. This village is located east of the island of Muna stretching from the edge of the city of Raha now to the current village of Wakuru. This condition is also one of the factors causing the village to be less developed in the economic, social political, educational and cultural fields. This situation is made worse by the very primitive nature and character of the population. The factor that motivated the existence of the social movement of Labaluba Village in Kontumere Village, Kabawo Subdistrict, Muna Regency was the mismatch between the wishes of the local government and the people who inhabited Labaluba Village at that time. While the process of social movements in Labaluba Village, Kontumere Village, Kabawo District, Muna Regency began when the government seemed to impose its will on the people, causing the people to disagree with the policy. The consequences arising from the existence of social movements in Labaluba Village, Kontumere Village, Kabawo District, Muna Regency are divided into two, namely positive and negative effects. Keywords: Social Movements, Factors and their Impacts


2020 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
Author(s):  
Murtia Murtia ◽  
Pendais Hak

ABSTRAK: Permasalahan yang dikaji dalam Penelitian ini adalah; 1) apakah penyebab anak putus sekolah di Desa Lambelu Kecamatan Pasikolaga Kabupaten? 2) bagaimana upaya mengatasi anak putus sekolah di Desa Lambelu Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif kualitatif dengan tahapan-tahapan sebagai berikut; 1) Observasi 2) wawancara 3) Dokumentasi. Tinjauan pustaka dalam penelitian ini yaitu menggunakan konsep teori perubahan sosial, konsep pendidikan, konsep pendidikan formal, konsep putus sekolah, dan faktor-faktor penyebab anak putus sekolah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; 1. penyebab anak putus sekolah yang terjadi di Desa Lambelu yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal yang berasal dari diri anak  yaitu; kurangnya minat anak untuk sekolah dan rendahnya motivasi anak merupakan penyebab anak putus sekolah di Desa Lambelu Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna. b. Faktor eksternal yang berasal dari luar diri anak yaitu; Kondisi ekonomi orang tua, lingkungan pergaulan yang kurang baik, dan Perkawinan Usia Muda. 2. upaya mengatasi anak putus sekolah di Desa Lambelu Kecamatan Pasikolaga Kabupaten Muna dalam penelitian ini adalah : 1) Adanya upaya orang tua dalam memberikan motivasi bagi anaknya untuk melanjutkan pendidikan, 2) Adanya upaya dari sekolah untuk memperhatikan pendidikan siswa dan bahkan diayomi atau mendekatkan diri dan memberikan arahan serta dukungan akan arti pentingnya pendidikan dan upaya pemerintah yaitu dengan memberikan bantuan PIP dan BOS serta bekerja sama dengan pemerintah desa untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat, orang tua siswa tentang pentingnya pendidikan. Kata Kunci : Upaya, Penyebab, Metode, Anak putus sekolah ABSTRACT: The problems examined in this study are; 1) what is the cause of children dropping out of school in Lambelu Village, Pasikolaga District, Regency? 2) how to deal with school dropouts in Lambelu Village, Pasikolaga District, Muna Regency? The method used in this research is a qualitative descriptive approach with the following stages; 1) Observation 2) interview 3) Documentation. Literature review in this study is to use the concept of social change theory, the concept of education, the concept of formal education, the concept of dropping out of school, and the factors causing dropouts. The results of this study indicate that; 1. causes of school dropouts that occur in Lambelu Village are internal and external factors. a. Internal factors originating from the child, namely; lack of children's interest in schooling and low motivation of children are the causes of school dropouts in Lambelu Village, Pasikolaga District, Muna Regency. b. External factors originating from outside the child, namely; The economic condition of parents, unfavorable social environment, and Early Marriage. 2. efforts to overcome dropout children in Lambelu Village, Pasikolaga District, Muna Regency in this study are: 1) There is an effort by parents to provide motivation for their children to continue their education, 2) There is an effort from schools to pay attention to the education of students and even protect them or get closer and provide direction and support for the importance of education and government efforts, namely by providing PIP and BOS assistance and working with village governments to provide understanding to the community, students' parents about the importance of education. Keywords: Efforts, Causes, Methods, Children dropping out of school


2020 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
Author(s):  
Siti Nurlana ◽  
Darnawati Darnawati

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk perilaku belajar sosiologi akibat pemanfaatan internet. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan prosedur mengacu pada Sugiyono dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1) mengumpulkan data melalui sumber tertulis yaitu kegiatan peneliti untuk memperoleh data yang sesuai dengan pokus kajian. 2) sumber lisan yakni memperoleh data melalui keterangan lisan (wawancara) dengan para siswa dan siswi serta para guru yang telah memberikan penilaian dalam pembelajaran. 3) triangulasi berupaya untuk mengecek dari kebenaran data dan membandingkan dengan data yang di peroleh dari sumber lain pada berbagai fase penelitian lapangan. 4) kecukupan referensi yaitu mengumpulkan berbagai bahan-bahan catatan-catatan atau rekaman yang dapat di gunakan sebagai referensi. Hasil penelitian yaitu : bentuk-bentuk perilaku belajar sosiologi siswa IPS SMA Negeri 1 Lasolo akibat pemanfaatan internet yaitu : 1) kebiasaan siswa dan siswi saat mengikuti pelajaran, dimana saat proses belajar siswa masih sering berbicara dengan teman sebangku, menyontek hasil pekerjaan teman, mmengantuk dalam kelas saat guru sedang mengajar, dan kadang masih ada siswa yang malu bertanya atau menjawab karena takut salah. 2) cara mengatasi kesulian dalam belajar, biasanya siswa dan siswi menggunakan internet untuk solusi saat mengalami kesulitan dalam belajar, karena internet dapat memudahkan untuk mencari materi pelajaran yang diinginkan serta tidak cepat jenuh dalam membaca materi. 3) kebiasaan siswa dalam mengatasi ulangan/ujian, biasanya saat akan megatasi ujian/ulangan siswa mencari materi dari awal hingga akhir untuk dirangkum dalam buku catatan agar mudah dipelajari dan dipahami dan biasa siswa juga memanfaatkan internet untuk mencari sebagian materi yang kurang lengkap dibuku paket. Hasil belajar siswa mata pelajaran sosiologi setelah menggunakan media internet setiap tahunnya meningkat dengan nilai rata-rata 93 ditahun 2018 dan 98 ditahun 2019. Penggunaan media internet dalam pembelajaran sosiologi sebesar 80%. Apabila guru sosiologi hanya masuk menjelaskan guru tidak memperbolehkan menggunakan media internet dan memfouskan siswa terhadap penjelasan guru. Kata Kunci : Bentuk, Perilaku, Belajar, Internet. ABSTRACT: This study aims to describe the forms of sociological learning behavior due to the use of the internet. The method used in this study is a qualitative research method with procedures referring to Sugiyono with the following steps: 1) collecting data through written sources, namely the researcher's activities to obtain data in accordance with the focus of the study. 2) oral sources, i.e. obtain data through oral information (interviews) with students and students and teachers who have provided assessments in learning. 3) triangulation seeks to check the truth of the data and compare it with data obtained from other sources at various phases of field research. 4) adequacy of references, namely collecting various materials notes or records that can be used as a reference. The results of the study are: the forms of sociology learning behavior of Social Studies students of SMA Negeri 1 Lasolo due to the use of the internet, namely: 1) the habits of students and students when attending lessons, where during the learning process students still often talk to their peers, copy the results of friends' work, drowsiness in class when the teacher is teaching, and sometimes there are students who are embarrassed to ask or answer for fear of being wrong. 2) how to overcome difficulties in learning, usually students and students use the internet for solutions when experiencing difficulties in learning, because the internet can make it easier to find the desired subject matter and not quickly get bored in reading material. 3) students' habits in dealing with tests / exams, usually when they are going to take examinations / tests students look for material from beginning to end to be summarized in a notebook so that it is easy to learn and understand and ordinary students also use the internet to find some incomplete material in the package book. Student learning outcomes in sociology after using internet media every year increases with an average value of 93 in 2018 and 98 in 2019. The use of internet media in learning sociology is 80%. If the sociology teacher only enters explaining the teacher is not allowed to use internet media and makes students focus on the teacher's explanation.Keywords: Form, Behavior, Learning, Internet. 


2020 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
Author(s):  
Kiki Zaskia ◽  
Mursidin T Mursidin T ◽  
Hayari Hayari

ABSTRAK: Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan efektivitas mengajar pada guru sosiologi kelas XI IPS MA Annur Azzubaidi? 2) Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan aktivitas belajar sosiologi pada siswa kelas XI IPS MA Annur Azzubaidi? 3) Apakah penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dapat meningkatkan hasil belajar sosiologi pada siswa kelas XI IPS MA Annur Azzubaidi?. Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Subyek penelitian ini adalah siswa kelas  XI IPS MA Annur Azzubaidi Kecamatan Meluhu, Kabupaten Konawe yang berjumlah 26 orang siswa putri. Aspek yang diteliti adalah guru, siswa dan hasil belajar. Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari 2 siklus pelaksanaan penelitian tindakan tiap siklus dilakukan melalui empat tahap yaitu : 1) Perencanaan, 2) Pelaksanaan Tindakan, 3) Observasi dan Evaluasi serta 4) Refleksi. Indikator keberhasilan proses tindakan  yaitu : 1) Indikator efektivitas mengajar guru dikatakan tuntas apabila 90% telah melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) 2) Indikator aktivitas siswa dikatakan tuntas apabila 90% telah melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) 3) Indikator hasil belajar sosiologi dikatakan tuntas apabila 80% siswa telah tuntas dengan perolehan nilai 72 atau lebih, sesuai dengan KKM yang ditetapkan sekolah sebesar 72. Penelitian menunjukkan bahwa 1) Efektivitas mengajar guru dalam melaksanakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) yaitu pada siklus I sebesar 84,61% siklus II  sebesar 100%, 2) Aktivitas belajar siswa juga meningkat dengan skor perolehan siklus I sebesar 83,33% siklus II sebesar 100% 3) Hasil belajar sosiologi siswa kelas XI IPS MA Annur Azzubaidi Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), hal ini terlihat pada siklus I nilai rata-rata siswa 79,56 dengan persentase ketuntasan 61,53% adapun pada siklus II nilai rata-rata siswa 88,12 dengan persentase ketuntasan 82,60% sehingga ketuntasan belajar siswa tercapai. Kata Kunci: Efektivitas, Aktivitas, Hasil Belajar         ABSTRACT: The problems in this study are 1) Does the application of the problem based learning model can improve the effectiveness of teaching in class XI IPS MA Annur Azzubaidi sociology teachers? 2) Can the application of the problem based learning model improve sociology learning activities for students of class XI IPS MA Annur Azzubaidi? 3) Does the application of the problem based learning model can improve sociology learning outcomes in class XI IPS MA Annur Azzubaidi ?. This research is a Classroom Action Research (CAR) by applying a problem based learning model. The subjects of this study were students of class XI IPS MA Annur Azzubaidi, Meluhu District, Konawe District, totaling 26 female students. The aspects studied were teacher, student and learning outcomes. Classroom action research procedure consists of 2 cycles of action research implementation each cycle carried out through four stages, namely: 1) Planning, 2) Implementation of Actions, 3) Observation and Evaluation and 4) Reflection. Indicators of the success of the action process are: 1) Indicators of teaching effectiveness of teachers are said to be complete if 90% have implemented problem based learning models 2) Indicators of student activities are said to be complete if 90% have implemented problem based learning models (problem based learning) 3 ) Indicators of sociology learning outcomes are said to be complete if 80% of students have completed with 72 or more, in accordance with the KKM set by schools by 72. Research shows that 1) The effectiveness of teaching teachers in implementing problem-based learning models, namely on cycle I amounted to 84.61% cycle II amounted to 100%, 2) Student learning activities also increased with the acquisition score of cycle I amounted to 83.33% cycle II amounted to 100% 3) Sociology learning outcomes of students of class XI IPS MA Annur Azzubaidi District Meluhu District Konawe can be improved through the application of problem based learning models (problems based learning), this can be seen in the first cycle the average value of students 79.56 with a percentage of completeness 61.53% as for the second cycle the average value of students 88.12 with a percentage of completeness 82.60% so that students' mastery learning is achieved. Keywords: Effectiveness, Activities, Learning Outcomes


2020 ◽  
Vol 4 (4) ◽  
Author(s):  
Iskandar Iskandar ◽  
Rifai Nur

Abstrak: Latar belakang pembuatan kapal di Desa Santiri adalah karena letak geografis Desa Santiri yang merupakan pulau kecil yang indah dan untuk menunjang aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup, maka mereka membuat sarana/ transportasi untuk menjangkau dari satu pulau ke pulau lainnya, yaitu dengan membuat kapal kayu yang digunakan untuk pelayaran dan perdagangan. Dan keahlian  pembuatan kapal diperoleh secara turun temurun.  Proses pembuatan kapal di Desa Santiri yaitu memiliki tahapan dari awal hingga akhir. Adapun tahapan dalam pembuatan kapal yaitu tahap perencanaan, tahap pemasangan papan dan rangka, tahap pendempulan, dan tahap penyelesaian. Dalam pembuatan kapal memiliki ukuran-ukuran tertentu, sedangkan jenis kayu yang digunakan tidak sembarangan karena dalam pembuatan kapal kayu diperlukan kayu yang tahan terhadap kedap air, dan tahan terhadap tembelu atau rutos, seperti kayu  Biti, Beropa, Tampate, Amaracoppo dan lain-lain. Faktor pendukung dan penghambat dalam pembuatan Kapal kayu di Desa Santiri yaitu faktor pendukung dalam pembuatan kapal kayu adalah adanya tekat dan keinginan yang kuat untuk meningkatkan ekonomi masyarakat, adanya orang-orang yang ahli dalam pembuatan kapal kayu, perkembangan teknologi yang bersifat modern, letak geografis Desa Santiri, adanya pengetahuan tentang dunia pelayaran dan perdagangan dan bertambahnya orang yang ahli dalam pembuatan kapal kayu. Sedangkan faktor penghambat adalah keterbatasan modal, terbatasnya jumlah kayu, adannya kerusakan pada alat yang digunakan, kondisi alam, dan lain-lain. Sedangkan.  Nilai-nilai yang tekandung dalam pembuatan kapal di Desa Santiri adalah nilai ekonomi, nilai gotong royong, nilai budaya, nilai pendidikan dan nilai kemaritiman. Kata kunci: Sejarah, pembuatan kapal kayu, teknologi, perubahanAbstract: The background of shipbuilding in Santiri Village is due to the geographical location of Santiri Village which is a beautiful small island and to support the activities of fulfilling the needs of life, so they make facilities / transportation to reach from one island to another, namely by making wooden ships that used for shipping and trade. And ship building expertise is hereditary. The shipbuilding process in Santiri Village has stages from beginning to end. The stages in shipbuilding are the planning stage, the board and frame installation stage, the landing stage, and the completion stage. In shipbuilding has certain sizes, while the type of wood used is not arbitrary because in shipbuilding wood is needed wood that is resistant to watertight, and resistant to copper or rutos, such as Biti, Beropa, Tampate, Amaracoppo and others. Supporting and inhibiting factors in wooden shipbuilding in Santiri Village are supporting factors in wooden shipbuilding are determination and a strong desire to improve the community's economy, the presence of people who are experts in making wooden ships, technological developments that are modern, geographical location of the Village Santiri, there is knowledge about the world of shipping and commerce and the increasing number of people skilled in shipbuilding. While the inhibiting factors are limited capital, the limited amount of wood, the damage to the tools used, natural conditions, and others. While. Values contained in shipbuilding in Santiri Village are economic values, mutual cooperation values, cultural values, educational values and maritime values.Keywords: History, wooden shipbuilding, technology, change


2020 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
Author(s):  
Dade Prat Untarti

ABSTRAK: Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah: (1) Apa latar belakang terbentuknya Desa Talaga Besar Kecamatan Talaga Raya Kabupaten Buton Tengah? (2) Bagaimana berkembangan Desa Talaga Besar Kecamatan Talaga Raya Kabupaten Buton Tengah Tahun 1977-2017? Metode sejarah tersebut adalah: (a) Pemilihan topik (b) Heuristik (Pengumpulan Data) (c) Verifikasi (Kritik Sejarah) (d) Interpretasi (e) Historiografi (kritik sejarah). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Desa Talaga Besar awalnya hanya dijadikan tempat untuk berkebun atau bercocok tanam, misalnya menanam jagung dan ubi kayu sebagai makanan pokok masyarakat setempat dan pada umumnya masyarakat Buton. Karena seiring berjalannya waktu dan peradaban serta jumlah penduduk semakin bertambah banyak. Pemerintah daerah berinisiatif memekarkan desa Talaga Besar menjadi desa definitif. Faktor-faktor yang mendukung terbentuknya Desa Talaga Besar ini ialah: (a) Adanya peranan pemimpin yang selalu memberikan motivasi kepada warga untuk aktif dalam setiap kegiatan yang sifatnya membangun. (b) Faktor pendukung diantaranya faktor geografis (wilayah), faktor demografi (penduduk), dan faktor ekonomi. (2) Perkembangan Desa Talaga Besar dalam bidang ekonomi, sebagian besar masyarakat Talaga Besar menggantungkan hidupnya di bidang pertanian dan perdagangan yang telah dilakukan dan dikembangkan secara turun temurun. Di bidang sosial, hubungan sosial kemasyarakatan antara warga Desa Talaga Besar cukup harmonis. Di bidang pendidikan, perkembangan pendidikan di Desa Talaga Besar pada khususnya dan Kecamatan Talaga Raya pada umumnya mengalami perkembangan pendidikan yang boleh dikatakan sudah cukup baik dan infrastruktur lebih baik bila dibandingkan dengan keadaan sebelumnya. Kata Kunci: Sejarah, Desa, Talaga BesarABSTRACT: The main problems in this study are: (1) What is the background of the formation of Talaga Besar Village, Talaga Raya District, Buton Tengah Regency? (2) How did the development of Talaga Besar Village, Talaga Raya District, Buton Tengah Regecy Year 1977-2017? The historical methods are: (a) Selection of topics (b) Heuristics (Data Collection) (c) Verification (Historical Criticism) (d) Interpretation (e) Historiography (historical criticism). The results of this study indicate that: (1) Talaga Besar Village was originally only used as a place for gardening or farming, for example planting corn and cassava as a staple food for the local community and in general the Buton people. Because over time and civilization as well as the population increases. The regional government took the initiative to split the village of Talaga Besar into a definitive village. The factors that support the formation of the Talaga Besar Village are: (a) There is a role of leaders who always motivate citizens to be active in any constructive activity. (b) Supporting factors include geographical factors (region), demographic factors (population), and economic factors. (2) The development of Talaga Besar Village in the economic field, most of the Talaga Besar people depend their lives on agriculture and trade which have been carried out and developed for generations. In the social field, social relations between the people of Talaga Besar Village are quite harmonious. In the field of education, the development of education in the village of Talaga Besar in particular and the Talaga Raya sub-district in general experienced a development of education which was arguably quite good and the infrastructure was better when compared to the previous situation. Keywords: History, Village, Great Talaga


2020 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Wa Ode Arini Maut

ABSTRAK: Masalah pokok penelitian ini adalah apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada mata pelajaran IPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aktivitas ekonomi dan potensi sumber daya alam di kelas IV SDN 8 Tongkuno Kabupaten Muna? Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada materi aktivitas ekonomi dan potensi sumber daya alam melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Stick pada mata pelajaran IPS di kelas IV SDN 8 Tongkuno Kabupaten Muna. Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 8 Tongkuno Kabupaten Muna pada semester genap Tahun Pelajaran 2018/2019 dengan jumlah siswa 23 orang, yang terdiri dari 10 orang laki-laki  dan 13 orang perempuan. Data penelitian ini diperoleh dari tes hasil belajar untuk melihat keberhasilan belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran Talking Stick,  lembar observasi untuk guru dan siswa untuk melihat kondisi pelaksanaan tindakan. Prosedur penelitian ini terdiri dari: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan evaluasi, dan (4) refleksi. Sumber data penelitian ini adalah guru dan siswa. Jenis data  dalam penelitian ini adalah data kuantitatif  adalah hasil belajar siswa yang diambil dengan menggunakan tes hasil belajar, dan data kualitatif diambil dari hasil  observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa. Data hasil penelitian pada siklus I siswa tuntas berjumlah 14 siswa dengan persentase 60,9% dan siswa tidak tuntas berjumlah 9 siswa dengan persentase 39,1% dengan nilai rata-rata siswa 70,2. Keberhasilan aktivitas mengajar guru pertemuan pertama sebesar 63,64% dan pertemuan kedua sebesar 72,73%. Data hasil penelitian pada siklus II siswa tuntas berjumlah 20 siswa dengan persentase 87% dan siswa tidak tuntas berjumlah 3 siswa dengan persentase 13% dengan nilai rata-rata siswa 81. Keberhasilan aktivitas mengajar guru pertemuan pertama sebesar 90,91% dan pertemuan kedua sebesar 100%. Kata Kunci: Model, Hasil Belajar, Talking Stick ABSTRACT: The main problem of this research is whether the use of the Talking Stick type cooperative learning model in social studies subjects can improve student learning outcomes on economic activity material and natural resource potential in class IV SDN 8 Tongkuno Muna Regency? The research objective is to improve student learning outcomes on economic activity material and natural resource potential through the use of a Talking Stick type cooperative learning model in social studies subjects in class IV SDN 8 Tongkuno Muna Regency. This research was conducted in class IV SDN 8 Tongkuno Muna Regency in the even semester of the 2018/2019 Academic Year with a total of 23 students, consisting of 10 men and 13 women. The data of this study were obtained from the learning achievement test to see the success of student learning after the application of the Talking Stick learning model, observation sheets for teachers and students to see the conditions of action implementation. The procedure of this research consists of: (1) planning, (2) implementing actions, (3) observation and evaluation, and (4) reflection. Data sources of this research are teachers and students. The type of data in this study is quantitative data is the learning outcomes of students taken using learning outcomes tests, and qualitative data taken from observations of teacher activities and student activities. The results of research in the first cycle of students complete 14 students with a percentage of 60.9% and 9 students who did not complete the number of students with a percentage of 39.1% with an average value of 70.2 students. The success of the teaching activities of the first meeting teachers was 63.64% and the second meeting was 72.73%. The results of the research in the second cycle of students completed 20 students with a percentage of 87% and students who did not complete numbered 3 students with a percentage of 13% with an average value of students 81. The success of teaching activities of the first meeting teacher was 90.91% and the second meeting was 100 %. Keywords: Model, Learning Outcomes, Talking Stick


2020 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Sultan Sultan

ABSTRAK : Penilaian ini berisi proses pembelajaran IPS pada siswa kelas VI yang dilakukan di SD Negeri 18 Kendari. Tujuan dan karya tulis ini, adalah membuktikanbahwa kegiatan bermain dan membuat display dapat memberikan keberhasilan pada proses pembelajaran siswa dalam rangka pencapaian mastery learning. Dalam penelitian ini penulis melibatkan 12 siswa kelas VI yang ada di SD Negeri 18 Kendari yaitu siswa kelas VI untuk tahun pelajaran 2014/2015. Alat penilaian yang digunakan berbentuk tes dan non tes. Penelitian ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Antara lain siklus I, siklus II dan siklus III merupakan rangkaian kegiatan yang saling berkaitan. Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran siswa yakni mengamati kelancaran pembelajaran, suasana dan aktivitas pembelajaran serta hasil belajar siswa. Rubrik penilaian dilakukan pada saat siswa terlibat dalam kegiatan kelompok ketiga membuat display dan melakukan permainan. Rubrik bertujuan untuk melihat keterampilan-keterampilan yang diharapkan pada paradigma pembelajaran dalam pedoman KTSP yaitu,1) learning to know, 2) Learning to do, 3) leraning to be, dan 4) learning to live togather telah dicapai oleh siswa. Perbandingan hasil pre-test, siklus I, siklus II, dan siklus III, serta rubrik penilaian saat pembuatan display dan permainan menunjukan bahwa keterampilan yang diharapkan dari setiap kriteria penilaian dapat dilalui dengan nilai yang baik oleh semua kelompok. Meskipun penilaian rubrik dilakukan dalam kelompok, namun keterampilan itu tetap menjadi tanggung jawab setiap individu siswa. Hal penelitian ini menunjukan bahwa penerapan tehnik permainan dan display dapat meningkatkan hasil belajar IPS karena suasana belajar dirasakan menyenangkan dan siswa lebih aktif menyelesaikan tugas serta terjadi peningkatan prestasi belajar. Kata Kunci: Aktivitas, Prestasi Belajar, STADABSTRACT: This assessment contains the social studies learning process for grade VI students conducted at SD Negeri 18 Kendari. The purpose and this paper, is to prove that playing activities and making displays can provide success in the learning process of students in order to achieve mastery learning. In this study the authors involved 12 grade VI students in 18 Public Elementary School Kendari, namely grade VI students for the 2014/2015 school year. Assessment tools used in the form of tests and non-tests. This research was conducted in three cycles. Among other cycles I, cycle II and cycle III is a series of interrelated activities. The factors examined in this study were the students' learning processes, namely observing the smooth learning, the atmosphere and learning activities and student learning outcomes. The assessment rubric is done when students are involved in third group activities making displays and playing games. The rubric aims to look at the skills expected in the learning paradigm in the SBC guidelines, namely, 1) learning to know, 2) learning to do, 3) learning to be, and 4) learning to live togather has been achieved by students. Comparison of pre-test results, cycle I, cycle II, and cycle III, as well as the assessment rubric when making displays and games shows that the skills expected from each assessment criteria can be passed with good grades by all groups. Although the rubric assessment is done in groups, the skill remains the responsibility of each individual student. This study shows that the application of game and display techniques can improve social studies learning outcomes because the learning atmosphere is felt to be fun and students are more active in completing assignments and there is an increase in learning achievement. Keywords: Activities, Learning Achievement, STAD


2020 ◽  
Vol 3 (4) ◽  
Author(s):  
Miftahul Khoirun Nisa ◽  
Mursidin T. Mursidin T.

ABSTRAK: Rumusan tujuan dalam skripsi ini adalah: (1) Untuk menjelaskan latar belakang berdirinya Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi di Desa Larowiu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe (2) Untuk menjelaskan perkembangan Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi di Desa Larowiu Kecamatan Meluhu Kabupaten Konawe (1997-2017)? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah menurut Helius Sjamsuddin yaitu bahwa tata kerja dalam metode sejarah terdiri dari 3 (tiga) tahap, yaitu (1). Pengumpulan Sumber (Heuristik), (2). Kritik Sumber yang terdiri dari kritik eksternal dan kritik internal, dan(3). Penulisan Sejarah (Historiografi). Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Latar belakang berdirinya Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi adalah kondisi anak-anak di sekitar Desa Larowiu yang sangat sulit untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA karena pengaruh faktor sarana dan prasarana transportasi yang sulit, tingkat pendapatan masyarakat yang rendah, jarak yang ditempuh untuk melanjutkan sekolah di SMA sangat jauh. (2) Perkembangan Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi (1992-2017) adalah: (a) Perkembangan Sarana dan Prasarana Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi tahun 1992-2017 adalah diawali dengan 3 ruang kelas dan pada tahun 2017 menjadi 6 ruang kelas, 1 ruang kantor, 1 ruang laboratorium komputer, 1 ruang perpustakaan, 1 gedung terbuka, dan 1 lapangan basket. (b) Perkembangan pendidik dan tenaga kependidikan Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi adalah: pada awal didirikannya Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi hanya berjumlah 7 orang itupun berstatus honorer, dan pada saat ini jumlah pendidik meningkat karena sudah berjumlah 21 orang yang terdiri dari 2 orang PNS, 1 orang yang sudah sertifikasi, dan 18 orang honorer dan tenaga kependidikan berjumlah 3 orang. (c) Perkembangan peserta didik di Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi pada tahun awal berdirinya berjumlah 8 orang, pada tahun 2017-2018 meningkat menjadi 172 orang. Kata Kunci: Perkembangan, Madrasah, Annur Azzubaidi[[ABSTRACT: The purpose of this thesis is: (1) To explain the background of the establishment of Aliyah Annur Azzubaidi Madrasah in Larowiu Village, Meluhu District, Konawe District (2) To explain the development of Aliyah Annur Azzubaidi Madrasah in Meluhu Village, Meluhu District, Konawe District (1997-2017) ? The method used in this study is the historical method according to Helius Sjamsuddin, namely that the work procedure in the historical method consists of 3 (three) stages, namely (1). Collection of Sources (Heuristics), (2). Source criticism consisting of external criticism and internal criticism, and (3). Historical Writing (Historiography). The results showed that: (1) The background of the establishment of Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi is the condition of children around Larowiu Village that is very difficult to continue their education to the high school level due to the influence of difficult transportation facilities and infrastructure, low income levels of the community, low distance taken to continue school in high school is very far. (2) The development of Annur Azzubaidi Aliyah Madrasa (1992-2017) is: (a) Development of Facilities and Infrastructure Annur Azzubaidi Aliyah Madrasa in 1992-2017 was started with 3 classrooms and in 2017 became 6 classrooms, 1 office space, 1 computer laboratory room, 1 library room, 1 open building, and 1 basketball court. (b) The development of Educators and Education Personnel of Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi are: at the beginning of the establishment of Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi there were only 7 people who were also honorary status, and at this time the number of educators increased because there were already 21 people consisting of 2 civil servants, 1 person who have been certified, and 18 honorary and educational staff totaling 3 people. (c) The development of students in Madrasah Aliyah Annur Azzubaidi in the initial year of its establishment numbered 8 people, in 2017-2018 it increased to 172 people.Keywords: Development, Madrasas, Annur Azzubaidi


2020 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
Author(s):  
Anggi Puspita Sari Dewi Ningsi ◽  
Darnawati Darnawati

ABSTRAK: Tujuan  utama dalam  penelitian  ini adalah: (1)  Untuk  mendeskripsikan  latar belakang  etnopedagogi pada masyarakat Moronene di Kelurahan Taubonto,  (2) Untuk mendeskripsikan implementasi etnopedagogi dalam lingkungan keluarga masyarakat Moronene di lingkungan sekitarnya, (3) Untuk  mendeskripsikan karakter yang  dikembangkan  etnopedagogi  dalam  budaya masyarakat Moronene. Prosedur penelitian ini terdiri atas 3 tahap yaitu:  (1)  Heuristik, yang terdiri dari a) penelitian kepustakaan, b) pengamatan, c) wawancara (2)  Kritik sumber, yang terdiri dari a) kritik eksternal b) kritik internal dan  (3)  Historiografi, yang terdiri dari a) penafsiran (interpretasi), b) penjelasan (eksplanasi), dan c) penyajian (ekspose). Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) Latar belakang etnopedagogi pada Masyarakat Moronene, etnopedagogi merupakan landasan dalam pendidikan sejalan dengan salah satu landasan filosofi pengembangan pendidikan yang berakar pada budaya bangsa masa kini dan masa yang akan datang. (2) Implementasi etnopedagogi dalam lingkungan keluarga masyarakat Moronene yaitu: a) Pendidikan  dalam bidang agama, dalam hal agama suku Moronene mayoritas memeluk agama islam, adapun ajaran agama yang diberikan pada anaknya yaitu mengaji, sholat, menghafal ayat-ayat Al-Quran. b) Pendidikan dalam bidang bertata krama, dalam budaya masyarakat Moronene ada yang disebut Moko Anu dan Upalli, inilah yang membangun semangat manusia ketika ia pergi untuk menuntut ilmu maupun bekerja. c) Pendidikan dalam bidang bertutur kata, bertutur kata adalah sesuatu yang kita ucapakan dengan baik dan santun yang mencerminkan tingkah laku yang baik. dan d) Pendidikan bidang sosial agar memahami norma-norma yang ada dalam keluarga maupun dalam masyarakat. (3) Karakter yang dikembangkan pada etnopedagogi dalam budaya masyarakat Moronene yaitu: 1) Kejujuran, dimana anak sejak kecil sudah mulai diajarkan jujur kepada orang tuanya. 2) Disiplin, anak sejak masih kecil sudah mulai di ajarkan disiplin waktu agar kelak dewasa nanti ia bias lebih dispilin lagi dalam hal apa saja.. 3) Kemandirian, anak diajarkan mandiri agar kelak ia dapat mengurus dirinya sendiri tidak bergantung pada orang lain lagi.  4) Demokratis, ini ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anaknya, mereka membuat aturan-aturan yang di setujui bersama. dan 5) Tanggung jawab, tanggung jawab keluarga merupakan pusat pendidikan yang tidak hanya menyelenggarakan pendidikan diri dan sosial saja. Kata Kunci: Latar Belakang, Implentasi, Etnopedagi, Karakter ABSTRACT: The main objectives in this study are: (1) To describe the ethnopedagogical background of the Moronene community in the Taubonto Village, (2) To describe the implementation of ethno-agogy in the family environment of the Moronene community in the surrounding environment, (3) To describe the character developed by the ethnopedagogist in Moronene community culture. This research procedure consists of 3 stages, namely: (1) Heuristics, which consists of a) library research, b) observations, c) interviews (2) Critical sources, which consist of a) external criticism b) internal criticism and (3) Historiography, which consists of a) interpretation (interpretation), b) explanation (explanation), and c) presentation (exposure). The results showed that: (1) Ethnopedagogical background in the Moronene Society, ethnopedagogy is the foundation in education in line with one of the philosophical foundations of educational development that is rooted in the nation's culture today and in the future. (2) Implementation of ethnopedagogy in the Moronene community family environment, namely: a) Education in the field of religion, in terms of the majority Moronene religion embraces Islam, as for the religious teachings given to their children namely to recite, pray, memorize verses of the Koran. b) Education in the field of manners, in the culture of the Moronene community there is what is called Moko Anu and Upalli, this is what builds human enthusiasm when he goes to study and work. c) Education in the field of word-telling, word-telling is something that we say well and politely that reflects good behavior. and d) Social education in order to understand the norms that exist in the family and in the community. (3) The characters developed in ethnopedagogy in the culture of the Moronene community are: 1) Honesty, where children from childhood have begun to be taught honestly to their parents. 2) Discipline, children from childhood have begun to be taught the discipline of time so that later they can later be more disciplined in any case .. 3) Independence, children are taught independently so that one day they can take care of themselves not to depend on others anymore. 4) Democratic, this is marked by the open attitude between parents and children, they make rules that are agreed upon together. and 5) Responsibilities, family responsibilities are the center of education which does not only carry out self and social education. Keywords: Background, Implementation, Ethnopedagi, Character


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document