scholarly journals EFEKTIFITAS PENYULUHAN SEKS BEBAS MENGGUNAKAN VIDEO DAN GAMBAR TERHADAP PENGETAHUAN SEKS BEBAS PADA REMAJA

2018 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 38
Author(s):  
Eko Hendri Susilo ◽  
Sholihatul Maghfirah ◽  
Dian Laila Purwaningroom

AbstractCounseling is done to improve the knowledge of respondents. Counseling using video media has a real picture and liked the target. This study aims to determine the effectiveness of counseling using video and images of free sex knowledge in adolescents. The research method used quasi experimental design with Pretest-posttest control design design in this study there are two groups selected by simple random sampling. The population in this study is students of class XI In Vocational High School 1 Nawangan country Nawangan which amounted to 178 person. The overall sample in this study were 54 respondents, for each treatment group 27 respondents. The data were processed using computter program with paired T-Test to see the significance difference between pretest-postest of each counseling medium and Independent T-test to see the effectiveness between video and image media, significance level (p) ≤ 0.05. The result of the research shows the counseling using video media with the highest value of pretest 75, average 60,65. Posttest the highest value of 100 averages 81.02. Counseling using image media pretest value score highest score 87,5 on average 60,19. While the highest posttest value of 93.75 averaged 70.14. Pursuant to result of independent T-test obtained p value = 0,005, which mean p value smaller than α = 0,05. So there is a significant difference between video and image media extension.The conclusion of this research is counseling using video media more effective than image media in increasing free sex knowledge in adolescent. It is expected to increase the knowledge of free sex in adolescent In Vocational High School 1 Nawangan country Nawangan institutions using video as a media counseling.Keywords: Video, image, knowledge, free sex, adolescents.AbstrakPenyuluhan dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan responden. Penyuluhan menggunakan media video mempunyai gambaran yang nyata dan disukai sasaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penyuluhan menggunakan video dan gambar terhadap pengetahuan seks bebas pada remaja. Metode penelitian menggunakan rancangan quasi eksperimen dengan desain Pretest-postest control design dalam penelitian ini terdapat dua kelompok yang dipilih secara simplem random sampling. Populasi pada penelitian ini siswa siswi kelas XI SMK N 1 Nawangan yang berjumlah 178 orang. Sampel keseluruhan pada penelitian ini 54 responden, untuk setiap kelompok perlakuan 27 responden. Data diolah menggunakan Program komputer dengan uji paired T-Test untuk melihat perbedaan signifikas antara pretest-postest masing-masing media penyuluhan dan Independent T-test untuk melihat efektifitas antara media video dan gambar, tingkat kemaknaan (p) ≤ 0,05. Hasil penelitian menunjukan penyuluhan menggunakan media video iilai tertinggi pretest 75, rata-rata 60,65. Posttest nilai tertinggi 100 rata-rata 81,02. Penyuluhan menggunakan media gambar nilai pretest skor nilai tertinggi 87,5 rata-rata 60,19. Sedangkan posttest nilai tertinggi 93,75 rata-rata 70,14. Berdasarkan hasil uji T-test Independen diperoleh nilai p=0,005, yang berarti nilai p lebih kecil dari α=0,05. Sehingga Terdapat perbedaan yang signifikan yang antara penyuluhan media video dan gambar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah penyuluhan menggunakan media video lebih efektif daripada media gambar dalam meningkatkan pengetahuan seks bebas pada remaja. Diharapkan untuk meningkatkan pengetahuan seks bebas pada remaja instansi SMK N Nawangan menggunakan video sebagai media penyuluhan.Kata kunci: Video, gambar, pengetahuan,seks bebas, remaja.

Author(s):  
Pooja A Mulchandani ◽  
Trupti Warude ◽  
Amrutkuvar Pawar

Objectives: To compare the effect of gluteal muscle strengthening along with conventional exercises versus conventional exercises alone on flat foot.Method: An experimental study conducted at Physiotherapy Department of Krishna Institute of Medical Sciences, Karad. A total of 52 subjects were equally divided into two groups using convenient sampling with random allocation (Groups A and B). Baseline treatment was given to both groups (intrinsic muscle strengthening). Group A was given intrinsic muscle strengthening alone while Group B was given gluteal muscle strengthening along with intrinsic muscle strengthening.Result: Statistical analysis was performed using paired t-test and unpaired t-test. In pre-intervention there was no statistically significant difference seen with p values for the navicular drop was 0.3563 and for Ink test was 0.7342. While on comparing the post-interventional values, the results between the two groups using paired t-test revealed that there was extremely significant difference seen with p-value for the navicular drop was <0.0001 and for Ink test was <0.0001.Conclusion: From the study, it can be concluded that there was a significant effect of gluteal muscle strengthening on the flat foot.


2015 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
I Gusti Bagus Magitojaya ◽  
Jehosua S. V. Sinolungan ◽  
Lydia David

Abstract: Nowadays, phenomeneon of juvenile delinquency has been spreading widely. Particularly to students, they usually perform juvenile delinquency that would harm themselves and finally trouble their minds due to consquences they are going to face. This study aimed to investigate the comparison of anxiety levels among students who performed juvenile delinquency. This was an analytical observational study with a cross sectional design. Subjects were 86 students of Swadharma Mopugad High School and Swadharma Werdhi Agung Senior High School obtained by using simple random sampling. Data were analyzed by using T independent test with α=0.005. The T independent test showed a t value of 0.457 and a p value of 0.649 (> 0.005) which indicated that there was no significant difference of anxiety levels among students who performed juvenile delinquency in both high schools. Conclusion: There was no significant difference between anxiety levels of students who performed juvenile delinquency in Swadharma Mopugad Senior High School and Swadharma Werdhi Agung Senior High School.Keywords: juvenile delinquency, anxietyAbstrak: Fenomena kenakalan remaja makin meluas dewasa ini. Hal ini tentunya dapat menimbulkan kecemasan pada siswa yang melakukannya mengingat sanksi yang bisa diperoleh akibat perbuatannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan kecemasan siswa yang melakukan perilaku kenakalan remaja. Penelitian ini menggunakan metode analitik observasional dengan pendekatan potong lintang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu simple random sampling. Subyek penelitian ialah siswa kelas XI SMA Swadharma Mopugad dan siswa kelas XI SMA Swadharma Werdhi Agung dengan jumlah total 86 siswa. Data dianalisis dengan uji T Independent (α = 0,005). Hasil uji T Independent mendapatkan nilai t sebesar 0,457, p = 0,649, yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan pada siswa yang melakukan kenakalan remaja di SMA Swadharma Mopugad dan SMA Swadharma Werdhi Agung. Simpulan: Tidak terdapat perbedaan tingkat kecemasan yang bermakna pada siswa yang melakukan kenakalan remaja di SMA Swadharma Mopugad dan SMA Swadharma Werdhi Agung.Kata kunci: kenakalan remaja, kecemasan


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 56-61
Author(s):  
Asti Nuraeni ◽  
Sri Hartini

Proses menua merupakan proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan perbaikan kerusakan yang diderita. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia salah satunya adalah muskuloskeletal, yaitu penurunan massa dan tonus otot, serat otot berkurang ukurannya, kekuatan otot berkurang. Insiden jatuh di Indonesia tercatat dari 115 penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar 43,47%. Salah satu upaya mencegah terjadinya jatuh pada lansia yaitu dengan cara latihan keseimbangan fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh latihan keseimbangan fisik dengan penilaian Tinetti POMA terhadap penurunan kejadian lansia jatuh. Desain penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan metode one group pretest posttest design. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dan besar sampel menggunakan Roschoe dengan jumlah sampel 30 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa Sebelum diberikan intervensi, menunjukan hasil bahwa responden lansia  yang memiliki risiko jatuh tinggi sebanyak 9 responden (30,0%), dan responden dengan risiko jatuh sedang sebanyak 21 responden (70,0%). Sedangkan setelah diberikan intervensi menunjukan hasil yang sama besar yaitu sebanyak 15 responden (50%) memiliki risiko jatuh sedang dan 15 responden (50%) memiliki risiko jatuh rendah. Hasil statistik dengan uji paired t test menunjukkan ada pengaruh latihan keseimbangan fisik lansia dengan kajian jatih pada lansia dengan P value 0,000. Perawat diharapkan mampu mencegah risiko jatuh pada lansia dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada petugas panti/ kader tentang pengkajian lansia yang beresiko jatuh yang kemudian untuk melakukan pencegahan pada lansia dengan diberikan latihan keseimbangan fisik.   Kata kunci : Tinetti POMA, latihan keseimbangan fisik   RISK DECREASING FALLS THROUGH TINETTI PERFORMANCE ORIENTED MOBILITY ASSESSMENT (POMA) ASSESSMENT WITH EXERCISEPHYSICAL BALANCE IN ELDERLY   ABSTRACT Aging is a process of slowly disappearing the ability of tissue to repair itself or replace and maintain its normal function so it cannot withstand infections and repair damage suffered. Health problems that often occur in the elderly, one of which is musculoskeletal, which is a decrease in muscle mass and tone, muscle fiber decreases in size, muscle strength decreases. The falling incident in Indonesia was recorded by 115 orphanage residents as many as 30 elderly or around 43.47%. One effort to prevent falls in the elderly is by physical balance training. The purpose of this study was to analyze the effect of physical balance training with the Tinetti POMA assessment of the decline in the incidence of elderly falls. The design of this study used a pre-experimental method with one group pretest posttest design. The sampling technique in this study used a simple random sampling method and the sample size used Roschoe with a sample of 30 respondents. The results showed that before the intervention was given, the results showed that elderly respondents who had a high risk of falling were 9 respondents (30.0%), and respondents with a moderate risk of falling were 21 respondents (70.0%). Whereas after being given the intervention showed the same results as many as 15 respondents (50%) had a risk of moderate fall and 15 respondents (50%) had a risk of falling low. Statistical results with paired t test showed that there was an effect of elderly physical balance training with a jatih study on the elderly with P value 0,000. Nurses are expected to be able to prevent the risk of falling on the elderly by providing knowledge to nursing staff / cadres about the study of elderly people who are at risk of falling who then to prevent the elderly by being given physical balance training. Keywords: POMA Tinetti, physical balance training


2018 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Linlin Lindayani ◽  
Heni Purnama ◽  
Irma Darmawati ◽  
Vita Lucya

ABSTRACTThe prevalence of HIV infection in aged 15-19 years old was increased significantly every year. Adolescent is a high-risk groups for HIV infection due to high chance to try something new and having big influenced by their peer in school. There is limited intervention utilizing technology conducted in Indonesia to reduce the risk of HIV among adolescents. This study aimed to test the effectiveness of peer-led technology on knowledge and attitude towards HIV prevention among adolescent in Bandung. This research was a queasy experiment with one group conducted in a one of private senior high school in Indonesia from April to August 2018. The sample in this study was a student in one of private high school in Bandung. The inclusion criteria in this study were high school students in grade 1, 2; three sample technique used simple random sampling. The Bahasa version of knowledge and  attitude towards HIV prevention were used to measure the outcome. Paired t test used to test the mean sore of knowledge and attitude the intervention before and after. A total of 28 senior high school students agreed to join in this study. This study found that peer-led technology was useful to improve the knowledge and attitudes of high school students towards HIV prevention, mainly through sexual transmission (p-value <0.001, with a mean difference between pre-test and post-test, was 5.2 for knowledge and 3.19 for attitude). In conclusion, utilizing technology to provide health education in adolescent effectively to improve knowledge and attitude towards HIV prevention. ABSTRAKPrevalensi HIV infeksi pada umur 15-19 tahun meningkat secara signifikan setiap tahun. Remaja adalah kelompok berisiko tinggi untuk infeksi HIV, pada masa ini mereka senang mencoba sesuatu yang baru dan juga faktor tingginya pengaruh teman sebaya di sekolah. Masih sedikit intervensi pencegahan HIV  yang memanfaatkan teknologi untuk mengurangi risiko HIV kalangan remaja di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menguji efektivitas peer lead teknologi terhadap pengetahuan dan sikap dalam pencegahan HIV di antara remaja di Bandung. Penelitian ini merupakan kuasi eksperimen pada satu kelompok perlakuan yang dilakukan di salah satu SMA swasta di Indonesia dari bulan April hingga Agustus 2018. Kriteria inklusi dalam studi ini adalah siswa SMA kelas 1 dan 2. Teknik pengambilan sample dengan menggunakan simple random sampling. Instrumen versi bahasa indonesia digunakan sebagai instrumen untuk mengukur pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan HIV. Analisa data menggunakan paired T test untuk mebandingkan hasil sebelum dan sesudah intervensi. Total sejumlah  28 siswa SMA setuju untuk bergabung dalam studi ini. Studi ini menemukan bahwa peer lead technology berguna untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap siswa SMA terhadap pencegahan HIV, terutama melalui transmisi seksual (p-nilai < 0.001, dengan perbedaan yang berarti antara sebelum dan sesudah intervensi  adalah 5.2 untuk pengetahuan dan 3.19 untuk sikap). Kesimpulannya, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan kesehatan pada remaja terbukti efektif dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap terhadap pencegahan HIV.


2018 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
Author(s):  
Retno Kusuma Dewi ◽  
Yulia Adhisty ◽  
Nurul Ariningtyas ◽  
Fika Pratiwi

INTISARILatar Belakang: Perkawinan usia anak di seluruh dunia telah mengalami penurunan, namun secara keseluruhan prevelansi perkawinan usia anak tetap relatif konstan. Indonesia menempati peringkat kedua di Asia Tenggara dengan persentase pernikahan dini. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi pernikahan dini salah satunya dengan penyuluhan. Penyuluhan dapat digunakan dengan berbagai macam metode dan media. Efektifitas metode dan media tersebut perlu diketahui untuk menentukan metode dan media mana yang lebih efektif dan efisien untuk digunakan.Metode Penelitian: Metode penelitian ini adalah Experiment dengan desain penelitian Pre test-Post test with control group Design. Populasi yang digunakan adalah siswa SMA Negeri I Baturetno Wonogiri sebanyak 1037 siswa dengan sampel 90 siswa. Teknik pengambilan sampel Stratified Random Sampling. Instrumen yang digunakan yaitu kuesioner sebanyak 25 pertanyaan yang telah valid dan reliabel. Tehnik analisis data menggunakan Simple Paired TTes dan Independent T-tes. Hasil: Hasil Simple Paired T-Test kelompok leaflet, ceramah, serta leaflet dan ceramah menunjukkan nilai signifikasi 0,000 sehingga terdapat perubahan antara sebelum dan sesudah diberikan materi. Hasil analisa dengan Independent T-test pada kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol menunjukkan p-value 0,000 sehingga terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.


2013 ◽  
Vol 16 (3) ◽  
pp. 154-160 ◽  
Author(s):  
Rahmadevita S.A.M ◽  
Yeni Rustina ◽  
Elfi Syahreni

AbstrakNeonatus yang menggunakan ventilasi mekanik akibat gangguan pernapasan mengalami masalah oksigenisasi dan frekuensi denyut jantung. Berbagai upaya perlu dilakukan agar neonates tenang sehingga kebutuhan oksigen dapat diminimalkan, salah satu upaya tersebut adalah terapi musik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh terapi musik terhadap saturasi oksigen, frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernafasan neonatus yang menggunakan ventilasi mekanik. Penelitian kuasi eksperimen dengan rancangan pretest-posttest without control meibatkan 13 neonatus yang dipilih secara konsekutif. Intervensi yang diberikan adalah terapi musik dengan Brahm’s Lullaby selama 30 menit dengan headphone. Pengumpulan data menggunakan observasi dan dianalisis dengan Paired t test. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan bermakna antara rerata saturasi oksigen, frekuensi denyut jantung dan frekuensi pernafasan sebelum dan setelah pemberian terapi musik. Pada saturasi oksigen terjadi peningkatan, sedangkan pada frekuensi denyut jantung dan pernapasan mengalami penurunan. Terapi musik dapat digunakan sebagai pendamping terapi medis untuk memperbaiki oksigenisasi pada neonatus yang menggunakan ventilasi mekanik.Kata kunci: denyut jantung neonatus, pernapasan, saturasi oksigen, terapi musik, ventilasi mekanikAbstractImproving Oxygen Saturation, Heart Rate, and Respiratory Rate of Neonates Using Mechanical Ventilation with Music Therapy. Neonates using mechanical ventilation cause of respiratory disorder experience oxygenation and heart rate problems. Interventions should be made in order to calm neonates so that the need of oxygen can be minimized, one of these interventions is music therapy. This study aimed to identify the effect of music therapy on oxygen saturation, heart rate and respiratory rate of neonates using mechanical ventilation. This quasi experiment study with a pretest-posttest design without control involved 13 neonates selected by consecutive sampling. Data collected through observation and analyzed by paired t test. There was a significant difference on the average of oxygen saturation, heart rate and respiratory rate of infants using mechanical ventilation before and after music therapy (p value <0,05). Music therapy can be used as a complementary medical therapies to improve oxygenation in neonates using mechanical ventilation.Key words: heart rate, mechanical ventilation, music therapy, neonate, oxygen saturation, respiratory rate


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1-7
Author(s):  
Nia Budhi Astuti ◽  
Eka Puspita Sari ◽  
Gebby Melinda Felle

Sayur dan buah – buah dibutuhkan oleh tubuh karena mengandung vitamin dan mineral yang berfungsi membantu proses metabolisme. Data Riskesdas tahun 2018 proporsi kurang mengkonsumsi sayur dan buah untuk anak usia 9 – 14 mencapai 96,8%. Rata – rata konsumsi sayur dan buah 1- 2 porsi seminggu sekitar 67,3% dan yang mengkonsumsi lebih dari 5 porsi semingga sekitar 3,1%. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh buku cerita dan buku saku dalam meningkatkan pengetahuan sayaur dan buah. Penelitian ini merupakan penelitian quasy experiment dengan rancangan ramdomized two group design. Jumlah sampel 38 anak SD kelas 4 penentuan sampel dengan simple random sampling. Analisis yang digunakan uji Paired T- Test dan uji Independent sample T Test. Hasil penelitian nilai rata – rata pengetahun menggunakan media buku cerita, rata – rata nilai pretest 47,11 dan rata – rata nilai posttest 71,05. Peningkatan pengetahuan 50,8%. Ada perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan edukasi gizi menggunakan media buku cerita bergambar (p = 0,001). Rata – rata nilai pengetahuan menggunakan media buku saku, nilai pretest 44,74 dan nilai posttest 71,58. Peningkatan pengetahuan 59,9%. Ada perbedaan nilai pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan edukasi menggunakan media buku saku (p = 0,000). Secara signifikan tidak ada perbedaan pengetahuan sayur dan buah yang mendapatkan media buku cerita maupun yang mendapatkan buku saku (p value 0,874). Namun nilai rata – rata pengetahuan media buku saku lebih tinggi dibandingkan dengan media buku cerita. Kesimpulan buku cerita dan buku saku merupakan media edukasi gizi yang dapat meningkatakan pengetahuan sayur dan buah pada anak sekolah dasar Kata kunci : buku cerita, buku saku, sayur, buah, pengetahuan


2019 ◽  
Vol 12 (1) ◽  
pp. 21-29
Author(s):  
Annif munjidah Munjidah ◽  
Fritria dwi Anggraini

Satu dari tiga balita mengalami gangguan pertumbuhan (bayi pendek untuk rata-rata usianya / stunted) dan hampir seperlima jumlah balita mengalami mengalami berat badan kurang di bawah standar rata-rata (underweight). (UNICEF, 2011). Penyebab masalah gizi di perkotaan umumnya di sebabkan oleh gangguan penyerapan makanan. Hal ini bisa diatasi dengan pijat Tui Na. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pijat tui na terhadap status pertumbuhan pada balita dengan status KMS T di Kelurahan Wonokromo Surabaya Penelitian ini menggunakan Quasi Eksperimental dengan desain after and before with control design.  Populasi penelitian ini adalah seluruh balita dengan status KMS T. Sampel diambil dengan simple random sampling,  didapatkan besar sampel  26 orang.  Waktu penelitian pada februari-Juli 2018. Pijat Tui Na diterapkan berdasarkan standar operasional prosedur (SOP). Lembar observasi digunakan untuk mengumpulkan data secara langsung yang dianalisis dengan menggunakan uji paired t-test dan independent t test. Uji analisis pengaruh before – after  pijat tui na menggunakan uji paired t-test didapatkan nilai P = 0,019 < α = 0,05 Sedangkan pada kelompok kontrol dan perlakuan menggunakan uji independent t-test  dan didapatkan hasil nilai P = 0,065 > α = 0,05. Ada pengaruh pijat tui na terhadap status pertumbuhan pada balita dengan status KMS T. Berdasarkan hal tersebut bidan diharapkan dapat menerapkan pijat Tui Na sebagai salah satu upaya dalam mengatasi status pertumbuhan pada balita dengan status KMS T.  


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 136-139
Author(s):  
Eka Haryanti ◽  
Kamesworo - Kamesworo ◽  
Maksuk - Maksuk

ABSTRAK Latar belakang:                 Penyebab utama yang dapat menimbulkan anemia pada wanita yaitu terjadinya kehilangan darah saat menstruasi dan kurangnya zat gizi dalam pembentukan darah misalnya zat besi, protein, asam folat dan B12.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian tablet Fe dalam peningkatan kadar Hb pada remaja usia 15-18 tahun di SMAN 3 Lahat.                         Metode: Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain Quasy Eksperiment One Group Pretest Postest. Sampel diambil menggunakan purposive sampling sebanyak 46 responden. Alat ukur yang digunakan adalah Hb meter.                                                     Hasil: Hasil penelitian menunjukan sebelum pemberian tablet Fe  didapatkan bahwa dari 46 responden, yaitu sebanyak 11 responden (24%) mengalami anemia. Pada pengukuran setelah pemberian tablet Fe dari 46 responden terdapat 5 responden (10.9%) mengalami anemia.  Uji Test Dependent menunjukan hasil signifkan  (p = 0,001). Hal ini menunjukan ada pengaruh pemberian tablet Fe dalam peningkatan kadar Hb pada remaja usia 15-18 tahun.                                Kesimpulan: Sesudah pemberian Tablet Fe menggunakan uji T maka didapatkan           (P value = 0.001), dimana P value lebih kecil dari 0.05 artinya ada perbedaan yang signifikan antara  pemberian Tablet Fe terhadap kadar Hb remaja putri di SMAN 3 Lahat. Kata Kunci: Anemia, tablet Fe, remaja   ABSTRACT Background:The main causes that can cause anemia in women are blood loss during menstruation and lack of nutrients in the formation of blood such as iron, protein, folic acid and B12. This study aims to determine the effect of giving Fe Tablets in increasing Hb levels in adolescents aged 15-18 years at Senior High School 3 (SMAN 3 ) of Lahat. Method:This type of research is quantitative with the design of Quasy Experiment One Group Pretest Postest. Samples were taken using purposive sampling as many as 46 respondents. The measuring instrument used is the Hb meter. Results: The results showed that before giving Fe tablets, it was found that of 46 respondents, 11 respondents (24%) had anemia. In the measurement after giving Fe tablets from 46 respondents there were 5 respondents (10.9%) having anemia. Test Dependent Test showed significant results (p = 0.001). This shows that there is an effect of giving Fe tablets in increasing Hb levels in adolescents aged 15-18 years. Conclusion:After giving Fe Tablet using the T test, it was obtained (P value = 0.001), where P value is less than 0.05, it means that there is a significant difference between Fe tablet administration on Hb levels of girls in Senior High School 3  (SMAN 3) of Lahat Keywords:Anemia, Fe tablets,


Author(s):  
Radha Lochan ◽  
BCIT School of Health Sciences, Environmental Health ◽  
Helen Heacock

  Background: Sacrificing sleep on a daily basis has become a lifestyle for a growing number of people. This habit has been found to decrease overall cognitive health and performance. Raising awareness about benefits of a good night’s sleep and the negative effects of inadequate sleep is pertinent to shaping a healthy public conscience about sleep. It is also an important factor to consider for public health professionals since they must think critically throughout the working day and their work impacts those in their care. The purpose of this study was to assess the association between cognitive performance and sleep-related habits in a population of 31 Environmental Health students at BCIT during the Winter 2014 semester. Methods: A survey that collected subjective data on sleep-related habits and a brief cognitive test were used to assess cognitive performance. The cognitive test scores were marked with an index out of 20 and analyzed with a paired T-test to explore any differences from two study trials in January and February. Results: There was a significant decrease in cognitive index scores over the four week period. This was confirmed by a paired T-test with a p-value of 0.000005, with a significance level of α = 0.05. Average index scores were 18.91993 in January, 15.87063 in February, and the rounded average decline in scores was 3.13. Conclusion: Using an electronic device prior to going to sleep was deemed to be the most likely factor behind a significant decline in cognitive performance between January and February. Excessive exposure to light during naturally dark hours of the evening may curtail physiological processes during sleep (i.e. hormonal activities) effecting cognitive health and performance.  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document