scholarly journals Kecemasan dan motivasi belajar

2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 240-257
Author(s):  
Vivin Vivin

AbstractThis study aims to determine the relationship between anxiety with learning motivation and the hypothesis of this study stated that there is a negative correlation between anxiety with learning motivation, assuming the higher anxiety, the lower the learning motivation will be and conversely the lower anxiety, the higher learning motivation will be. The subject population of this study was 1.241 students, and the number of samples used was 275 students of 13th State Senior High School Medan selected by disproportionate stratified random sampling. Data were obtained from the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) to measure anxiety and learning motivation scale. The analysis of the data was performed by Pearson Product Moment Correlation with SPSS 17 for Windows. The results of this research showed that there is a negative relationship between anxiety with learning motivation. Students who have no acute anxiety feelings would be able to cope with difficult learning situations with prepare through learning activities. Conversely, the students who have excessive anxiety would tend to have a negative perception that there is no motivation and passion for learning. Keywords: Anxiety; Learning motivation AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kecemasan dengan motivasi belajar dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan negatif antara kecemasan dengan motivasi belajar, asumsinya bahwa semakin tinggi kecemasan, maka semakin rendah motivasi belajar dan sebaliknya semakin rendah kecemasan maka semakin tinggi motivasi belajar. Populasi subjek penelitian ini sebanyak 1.241 orang, dan jumlah sampel yang digunakan adalah 275 orang siswa-siswi SMA Negeri 13 Medan yang dipilih dengan metode disproportionate stratified random sampling. Data diperoleh dari Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) untuk mengukur kecemasan dan skala motivasi belajar. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan korelasi Pearson Product Moment melalui bantuan SPSS 17 for Windows. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan negatif antara kecemasan dengan motivasi belajar. Siswa-siswi yang tidak memiliki perasaan cemas berlebihan, akan mampu mengatasi situasi pembelajaran yang sulit dengan mempersiapkan diri melalui kegiatan belajar. Sebaliknya siswa-siswi yang mengalami perasaan cemas berlebihan akan cenderung memiliki persepsi negatif sehingga tidak memiliki motivasi dan gairah untuk belajar. Kata kunci: Kecemasan; Motivasi belajar

2016 ◽  
Vol 5 (3) ◽  
Author(s):  
Tomas Apriady ◽  
Amel Yanis ◽  
Yulistini Yulistini

AbstrakAnsietas atau kecemasan adalah perasaan difus, yang sangat tidak menyenangkan dan tidak menentu tentang sesuatu yang akan terjadi. Ujian tulis merupakan salah satu bentuk evaluasi terhadap kemampuan mahasiswa. Hampir semua mahasiswa pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK Unand) yang tidak lulus dalam blok yang sedang mereka jalani diakibatkan karena tidak lulus di ujian tulis. Hal ini menyebabkan mahasiswa cenderung merasa cemas ketika akan menghadapi ujian tulis. Tujuan penelitian ini adalah menentukan prevalensi ansietas pada mahasiswa kedokteran menjelang ujiantulis. Penelitian ini bersifat deskriptif terhadap  266 orang yang dipilih secara stratified random sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). Hasil yang didapatkan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi ansietas pada mahasiswa kedokteran FK Unand tahap akademik menjelang ujian tulis sebesar 46,99%, ansietas ringan prevalensinya sebesar 30,45%, ansietas sedang sebesar 12,78% dan ansietas berat sebesar 3,76%. Pada tingkat angkatan, maka yang terbanyak adalah Angkatan 2012 yaitu sebanyak 57,78%. Berdasarkan jenis kelaminnya, maka terbanyak pada perempuan yaitu 50,81%. Berdasarkan tempat tinggalnya, prevalensi ansietas yang terbanyak adalah yang tinggal bersama orang tua, yaitu 55,17%.Kata kunci: ansietas, ujian tulis, mahasiswa kedokteran AbstractAnxiety is a feeling diffuse, very unpleasant and uncertain about something that will happen. Written test is one form of evaluation of student ability. Almost all medical students of Andalas University who do not pass the blocks which they were living caused by not passed on the written test. This causes students tend to feel anxious when going to face a written test. The objective of this study was to determine the prevalence of anxiety in medical students before the written test. This was a descriptive study on 266 subjects were collected by stratified random sampling. The instrument used was a questionnaire HARS (Hamilton Anxiety Rating Scale). The results  were presented in  frequency distribution tables. The results of this study showed that the prevalence of anxiety in medical students of Andalas University at academic stage before written test is 46.99%, which prevalence of mild anxiety is 30.45%, 12.78% for moderate anxiety, and severe anxiety  is 3.76%. The highest prevalence of class were 2012 class  as 57,78%. The gender was highest in females 50.81%. Based on place of residence, the highest prevalence of anxiety are living with their parents, which is 55,17%.Keywords: anxiety, written test, medical student


MEDISAINS ◽  
2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 67
Author(s):  
Lisa Mutiara Anissa ◽  
Suryani Suryani ◽  
Ristina Mirwanti

Latar Belakang: Kemajuan teknologi yang semakin canggih dalam dunia pendidikan keperawatan membuat Computer Based Test (CBT) dijadikan sebagai salah satu metode ujian. Dalam menghadapi ujian mahasiswa keperawatan rentan mengalami kecemasan. Kecemasan yang dialami memiliki tingkatan yang berbeda-beda pada setiap individu. Kecemasan dapat memberikan dampak pada berbagai aspek.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran dan faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan dalam menghadapi ujian berbasis Computer Based TestMetode: Penelitian ini menggunakan rancangan deksriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan di salah satu institusi keperawatan di Jawa Barat. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 239 orang responden yang dipilih menggunakan metode stratified random sampling. Data dikumpulkan menggunakan instrumen Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Analisa data dengan univariat menggunakan distribusi frekuensi dalam bentuk persentase dan bivariat untuk menguji korelasi dengan menggunakan uji Chi Square dan Rank SpearmanHasil: Hasil penelitian menunjukkan 26.4% mahasiswa tidak mengalami kecemasan, 27.6% mahasiswa mengalami kecemasan ringan, 32,2% mahasiswa mengalami kecemasan sedang, 13.0% mahasiswa mengalami kecemasan berat, dan 0.8% mahasiswa mengalami kecemasan sangat berat. Masa studi/tingkat semester mahasiswa berhubungan dengan tingkat kecemasan mahasiswa (p<0.05).Kesimpulan: Tingkat kecemasan mahasiswa keperawatan dalam menghadapai ujian berbasis CBT sangat beragam namun pada umumnya mengalami kecemasan sedang. Semakin tinggi tingkat semester maka semakin rendah tingkat kecemasan mahasiswa dalam menghadapi ujian CBT


2017 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1 ◽  
Author(s):  
Mona Yulia Zulfa ◽  
Daharnis Daharnis ◽  
Syahniar Syahniar

<p>The background of this research was the lack of  student’s learning motivation. Locus of control and student’s perception about education became factors that can predict student’s learning motivation. This research is aimed to describe: (1) locus of control, (2) student’s perception about education, (3) learning motivation, and examine: (4) the relationship between locus of control with learning motivation, (5) the relationship between student’s perception about education with learning motivation, and (6) the relationship between locus of control and student’s perception about education with learning motivation. This research applied quantitative method with a descriptive correlational. The populations of this research were 623 students of SMA Pertiwi 1 Padang in grade X and XI and the samples were 243 students, that were chosen by using proportional stratified random sampling technique. The instrument of the research was a model likert scale. The implication of this research can be made as a need assessment to make a program of guidance dan counseling service in SMA Pertiwi 1 Padang.</p>


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 14
Author(s):  
Mutiara Eka Putri ◽  
Herman Nirwana ◽  
Indah Sukmawati

<p><em>This research is motivated by the number of students who have a tendency to behave aggressively. One of the factors that is thought to influence is the ability to manage emotions. The purpose of this study is to describe (1) the tendency to behave aggressively, (2) the ability to manage emotions, and (3) test the relationship between the ability to manage emotions and the tendency to behave aggressively in students. The population of the study was 205 students of SMP N 1 X Koto Singkarak in the July-December semester of the 2018/2019 academic year and a sample of 138 students was selected by Stratified Random Sampling. The instrument used is the Aggressive Behavior Trending questionnaire with a reliability of 0.942 and the Emotion Management Ability questionnaire with a reliability of 0.741. Data were analyzed by descriptive techniques and Pearson Product Moment. The research findings are: (1) the tendency of aggressive behavior of students in the high category, (2) the ability to manage students' emotions in the very low category, and (3) there is a significant negative relationship between the ability to manage emotions and the tendency to behave aggressively in students.</em></p>


2019 ◽  
Vol 2 (3) ◽  
pp. 16-21
Author(s):  
Putriatri Krimasusini Senudin ◽  
Saidah Syamsuddin ◽  
Andi Armyn Nurdin

Pregnancy anxiety is a common problem with a prevalence of 14-54% and is the highest in the third trimester. Pregnancy anxiety is associated with neurotransmitter dysregulation and endocrine changes in the Hypothalamus Pituitary Adrenal (HPA) axis pathway through the increase of synthesis and the release of corticotropin-releasing hormone (CRH), Adrenocorticotropic Hormone (ACTH) and cortisol to suppress endorphin hormone production. This study aims to determine the relationship of endorphin hormone levels to pregnancy anxiety. This study was an observational study using a cross-sectional approach to 57 pregnant women. The anxiety level was measured by using the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) and the ELISA kit with plasma specimens was employed to examine the endorphin hormone levels. The results showed that endorphin hormone levels acted as predictors of pregnancy anxiety (p = 0,000). Keywords: Anxiety, Pregnancy, Endorphin  


2021 ◽  
Vol 7 (3) ◽  
pp. 426-431
Author(s):  
Riska Diana Putri ◽  
Asri Mutiara Putri ◽  
Ratna Purwaningrum

Background Coronavirus Disease 2019 is currently a pandemic in almost all countries in the world. This pandemic outbreak can increase anxiety especially in pregnant women. One of the factors that can reduce the level of anxiety of pregnant women is knowledge. Purpose This study was conducted to find out the relationship of knowledge with the level of anxiety of pregnant women ahead of childbirth in the era of the Covid-19 pandemic. Methods The type of research used is Observational Analytics using Cross Sectional design. Respondets in this study were 59 pregnant women with a gestational age of 27-35 weeks before childbirth who checked their pregnancy to posyandu in Rajadesa Subdistrict, Ciamis Regency. The measuring instrument used is hamilton anxiety rating scale (HARS) and knowledge scale. The data was analyzed using Pearson Product Moment correlation tests. The results of this study showed a significant negative relationship of -0.635 between knowledge and anxiety levels of pregnant women ahead of childbirth with a significance (p) of 0.000. Further research can expand research samples from various regions in Indonesia so that a more comprehensive picture of anxiety in pregnant women in the era of the Covid-19 pandemic.The conclusion is that there is a significant negative relationship between knowledge and anxiety in pregnant women before delivery and most pregnant women have good knowledge and do not experience anxiety. Suggestions for health workers to be more intensive in providing counseling to pregnant women about the anxiety of pregnant women before delivery and optimizing referral services if there are complications during delivery in order to obtain appropriate action. Keyword : Covid-19 pandemic, Knowledge, Anxiety ABSTRAK Latar Belakang Coronavirus Disease 2019 saat ini menjadi pandemi hampir di seluruh negara di dunia. Wabah pandemi ini dapat meningkatkan kecemasan terutama pada ibu hamil.Salah satu faktor yang dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu hamil adalah pengetahuan.Tujuan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu hamil menjelang persalinan di era pandemi Covid-19.Metode Jenis penelitian yang digunakan adalah Analitik Observasional dengan menggunakan desain Cross Sectional. Responden dalam penelitian ini adalah 59 ibu hamil dengan usia kehamilan 27-35 mimggu yang memeriksakan kehamilannya ke posyandu di Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis. Alat ukur yang digunakan adalah Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS) dan skala pengetahuan. Data dianalisis menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment.Hasil penelitian ini menunjukan adanya hubungan negatif yang signifikan sebesar -0,635 antara pengetahuan dengan tingkat kecemasan ibu hamil menjelang persalinan dengan signifikansi (p) sebesar 0,000. Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel penelitian dari berbagai daerah di Indonesia sehingga diperoleh gambaran lebih menyeluruh tentang kecemasan pada ibu hamil di era pandemic Covid-19.Kesimpulan ada hubungan negative signifikan antara pengetahuan dengan kecemasan pada ibu hamil menjelang persalinan dan  sebagian besar ibu hamil memiliki pengetahuan baik dan tidak mengalami kecemasan.Saran bagi tenaga kesehatan agar lebih intensif dalam memberikan penyuluhan pada ibu hamil mengenai kecemasan ibu hamil menjelang persalinan dan mengoptimalkan pelayanan rujukan bila terdapat komplikasi pada saat persalinan agar dapat memperoleh tindakan yang tepat Kata Kunci : Pandemi Covid-19, Pengetahuan, Kecemasan


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 60
Author(s):  
Tasnim Tasnim ◽  
Ferdy Lainsamputty

Tuberculosis (TB) is a major health problem in many countries worldwide, ranked at the same level as Human Immunodeficiency Virus (HIV). In patients with TB, anxiety comes from the worsening of disease that created feeling of distress and fatigue. This study aimed to examine the relationship between anxiety and fatigue domains among tuberculosis patients. This study used a descriptive correlation design with cross-sectional approach. Consecutive sampling technique was used to recruit 70 participants from a general hospital in Central Sulawesi Province, Indonesia. The questionnaires used were Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) and Multidimensional Assessment of fatigue (MAF). Descriptive statistics and Spearman Correlation used to examine the relationship between variables. Anxiety had a significant correlation with distress domain of fatigue (r = 0,24, p < 0,05). Those who experienced greater anxiety suffered more mental fatigue. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan utama di berbagai negara di dunia, berada diperingkat sama dengan penyakit HIV yang mematikan. Kecemasan pada pasien TB bersumber dari progress memburuknya penyakit sehingga membuat pasien tertekan secara psikologis dan mengalami kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kecemasan dan domain kelelahan pada pasien tuberkulosis. Penelitian ini berjenis deskriptif korelasi dengan pendekatan potong lintang menggunakan 70 sampel, yang direkrut dengan teknik consecutive sampling dari salah satu rumah sakit umum daerah di Sulawesi Tengah. Kuesioner yang digunakan yaitu Hamilton Anxiety Rating Scale (HAM-A) dan Multidimensional Assessment of Fatigue (MAF). Statistik deskriptif dan korelasi Spearman digunakan untuk mencari hubungan antar variabel. Kecemasan memiiki korelasi yang siginifikan dengan domain tekanan kelelahan (r = 0,24, p < 0,05). Partisipan dengan kecemasan berat, menderita kelelahan mental yang lebih parah.


Author(s):  
Yelly Marliana Patu ◽  
Audry Devisanty Wuysang ◽  
Nadra Maricar

   RELATIONSHIP BETWEEN LOCATION OF CEREBRAL HEMISPHERE LESION AND CLINICAL DEGREES OF ANXIETY IN ISCHEMIC STROKE PATIENTSABSTRACTIntroduction: Stroke is the leading cause of disability and the third cause of death in the world. The lesion in the right hemisphere is most often associated with anxiety.Aim: Knowing the relationship between the location of the lesion and the degree of anxiety in patients with acute ischemic post-stroke.Method: Cross-sectional study of 40 ischemic post-stroke patients at Wahidin Sudirohusodo Hospital and network- ing hospitals in January-April 2018.  The degree of anxiety was measured by the Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Chi-square and Mann-Whitney tests were used to analyze the relationship between variables with a p value <0.05 consid- ered significant.Result: There was a significant relationship between the location of the lesion in the hemisphere and the HARS score (p=0.01); and between the location of infarction lesions (cortical and subcortical) with the degree of anxiety in patients with ischemic stroke (p=0.012).Discussion: Moderate-severe anxiety levels occur higher in the lesions in the right hemisphere. The clinical instru- ments used cannot eliminate the element of subjectivity.Keywords: Anxiety in stroke, ischemic stroke, left hemisphere, lesion location, right hemisphereABSTRAKPendahuluan: Stroke merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian ketiga terbanyak di dunia. Lokasi lesi di hemisfer kanan merupakan lokasi lesi yang paling sering dikaitkan dengan timbulnya kecemasan.Tujuan: Mengetahui hubungan antara lokasi lesi dan derajat kecemasan pada penderita pascastroke iskemik akut.Metode: Desain potong lintang pada 40 sampel penderita pascastroke iskemik di RS Wahidin Sudirohusodo dan rumah sakit jejaring pada bulan Januari-April 2018. Derajat kecemasan diukur dengan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS). Uji Chi-square dan Mann-Whitney digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan nilai p<0,05 dianggap bermakna.Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan antara lokasi lesi di hemisfer dengan skor HARS (p=0,01); dan antara lokasi lesi infark (kortikal dan subkortikal) dengan derajat kecemasan pada penderita stroke iskemik (p=0,012).Diskusi: Derajat kecemasan sedang-berat lebih tinggi terjadi pada lesi di hemisfer kanan.  Instrumen klinis yang digunakan tidak dapat menghilangkan unsur subjektifitas.Kata kunci: Cemas pada stroke, hemisfer kanan, hemisfer kiri, letak lesi, stroke iskemik


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 45-51
Author(s):  
La ode Tamsir ◽  
Rifki Sakinah Nompo

Pendahuluan: Fraktur adalah patah tulang atau terganggunya kesinambungan jaringan tulang disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur memerlukan perlakuan dengan segera dan tindakan pembedahan adalah salah satu tindakan yang bisa dilakukan,  namun tindakan pembedahan tersebut bisa menyebabkan kecemasan. Kecemasan dapat dicegah dan diminimalisirkan dengan pemberian discharge planning seperti obat-obatan, perawatan luka, nutrisi, tindakan non farmakologi dan kontrol kembali. Metode: menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan pre-post test tanpa kelompok kontrol. Sebanyak 30 responden yang diambil dengan metode teknik random sampling. Pengukuran kecemasan menggunakan kuesioner Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), serta analisis data menggunakan uji Wilcoxon.                  Hasil: sebelum dilakukan discharge planning dengan kriteria kecemasan berat 8 orang atau (26,7%), kecemasan sedang 22 orang atau (73,3%), sedangkan kecemasan sesudah dilakukan discharge planning responden mengalami kriteria kecemasan sedang 8 orang atau (26,7%), kecemasan ringan 22 orang atau (73,3%). Dan pengaruh discharge planning ρ =0,000. Kesimpulan: dari hasil penelitian diketahui terdapat pengaruh sebelum dan setelah dilakukan discharge planning terhadap penurunan kecemasan pasien post orif fraktur. Diharapkan discharge planning dapat menjadi salah satu cara dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien. Kata kunci: Discharge planning, Kecemasan, Fraktur


Biomedika ◽  
2015 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Ayunia Adha Henanda Putri

Perubahan fisik dan psikologis pada wanita premenopause sering membuat mereka cemas. Dan kecemasan juga bisa menimbulkan gejala-gejala fisik. Gejala-gejala premenopause ini alami oleh banyak wanita hampir di seluruh dunia yaitu sekitar 70-80% wanita Eropa, 60% di Amerika dan 57% di Malaysia, 18% di Cina dan10% di Jepang dan Indonesia. Perubahan fisik dan psikologis ini juga dapat mempengaruhi kesejahteraan hidup dan kesehatan mental mereka.Penelitian ini adalah observational dengan metode analisis analitik dan dengan pendekatan cross sectional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Simple Random Sampling dengan 68 responden. Instrument penelitian untuk persepsi menggunakan quesionare persepsi tentang menopause dan untuk kecemasan menggunakan quesionare Hamilton Anxiety Rating Scale. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan tes korelasi, dan hasil perhitungan di dapatkan hasil korelasinya 0,296 dimana p>0,05, maka tidak ada hubungan yang signifikan. Hasil yang didapat antara persepsi dengan usia yaitu 0,002 sedangkan persepsi dengan pekerjaan diperoleh hasil 0,017. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara persepsi tentang menopause dengan kecemasan pada wanita premenopause. Tetapi ada hubungan antara persepsi dengan usia dan pekerjaan sehingga bisa mempengaruhi hubungan dengan kecemasan.Keywords: persepsi menopause, kecemasan, wanita premenopause


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document