scholarly journals Formulasi Minuman Effervescent Mix Serbuk Daun Kelor (Moringa oleifera)

Author(s):  
Wa Ode Sitti Zubaydah ◽  
Wa Fia ◽  
Sitti Adawia ◽  
N Novitasari ◽  
R Rahmasari ◽  
...  
Keyword(s):  

Sehat merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai oleh semua orang. Di Indonesia, terdapat tanaman yang mengandung banyak manfaat bagi kesehatan masyarakat dan mengandung zat gizi yang sangat tinggi mulai dari zat gizi makro hingga zat gizi mikro. Tanaman tersebut adalah Moringa oleifera atau yang lebih sering disebut pohon kelor oleh masyarakat Indonesia. Namun, tidak banyak orang mengetahui akan manfaat-manfaat pohon kelor sehingga pemanfaatannya masih sangat rendah di masyarakat. Salah satu manfaat yang dapat diambil dari pohon kelor terdapat pada daunnya. Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Penelitian lain menyatakan bahwa menunjukkan bahwa daun kelor mengandung vitamin C setara vitamin C dalam 7 jeruk, vitamin A setara vitamin A pada 4 wortel, kalsium setara dengan kalsium dalam 4 gelas susu, potassium setara dengan yang terkandung dalam 3 pisang, dan protein setara dengan protein dalam 2 yoghurt. Daun kelor merupakan tanaman lokal yang mengandung zat gizi yang tinggi, namun pemanfaatannya sebagai bahan pangan masih sangat rendah. Agar zat gizi yang terkandung dalam daun kelor dapat dimanfaatkan tubuh, maka perlu diolah menjadi minuman yang digemari oleh masyarakat seperti minuman effervescent dengan sensasi rasa yang menyegarkan di mulut.Kata kunci: kelor, serbuk, nutrisi, effervescent

2019 ◽  
Vol 8 (5) ◽  
pp. 41 ◽  
Author(s):  
Yuanita Indriasari ◽  
Fitriani Basrin ◽  
Miming Berlian Hi. Salam

Moringa oleifera leaves have been used as food material because it has high nutritional value. Many research have been conducted on moringa leaves extract as functional food and the additional material of nutrient for some food products (biscuit, bread, jelly drink), which it looked that adding moringa leaves extract above 5% decrease the consumer acceptance level toward the product because of the strongest unpleasant aroma and bitter taste, which is caused by saponins content in moringa leaves extract is still high enough.This study aimed to obtain the optimal temperature and time of blanching process to reduce saponin level, and the appropriate solvents to extract nutrients from Moringa oleifera leaves so that Moringa leaves flour is obtained with no bitter taste (low saponin) and nutritious (water, protein, optimal vitamin C and vitamin A) as fortification ingredients for various food products. The results showed that the blanching treatment at 75 ° C for 5 minutes (T1W1) combined with 70% ethanol (P1) solvent was able to produce Moringa leaves flour with the lowest saponin content of 0.790%, but with nutrients that still met the requirements, namely water 6.508%, protein 28.705%, Vitamin C 90.77 mg 100 g-1 and Vitamin A 3590 µg 100 g-1.


2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Marina Silalahi

Moringa oleifera (MO) merupakan salah satu tumbuhan nutrasetikal karena selain memiliki nilai nutrisi juga berfungsi dalam penyembuhan penyakit. Bila dibandingakan dengan Zingiberaceae, polularitas MO jauh tertinggal, oleh karena itu diperlukan kajian mendalam mengenai manfaat MO sehingga potensi pemanfaatannya bisa dikembangkan. Kajian ini bertujuan membahas secara konfrehensif mengenai pemanfaatan MO sebagai bahan pangan dan obat yang didasarkan pada studi literature. Literature diperoleh secara online di Google scholar dengan menggunakan kata kunci Moringa oleifera, uses MO, dan bioactivities MO. MO memiliki berbagai efek terapi sebagai antimikroba, antikanker, hepetoprotektif, anti diabetes mellitus, dan antioksidan, menghambat menopause. MO kaya nutrisi mengandung berbagai senyawa penting terutama di daun dan dapat digunakan untuk mengatasi malnutrisi. Kandungan gizi MO sebanyak 7 kali lebih banyak vitamin C dari jeruk, 10 kali lebih banyak vitamin A dari pada wortel, 17 kali lebih banyak kalsium daripada susu, 9 kali lebih banyak protein daripada yoghurt, 15 kali lebih banyak pisang dan 25 kali lebih banyak zat besi daripada bayam. MO merupakan salah satu alternatif bahan pangan yang sangat potensial untuk mengatasi malnutrisi sekaligus memiliki efek pharmaceutikal.


2019 ◽  
Vol 29 (2) ◽  
pp. 143-152 ◽  
Author(s):  
Lucie Widowati ◽  
Ani Isnawati ◽  
Sukmayati Alegantina ◽  
Fifi Retiaty

Abstract The proportion of stunting in children under 5 years old in Indonesia was approximately 30,8% in 2018. One of the things that is presumably related to the occurrence of stunting is lack of nutrition that can be attributed to exclusive breastfeeding. Fenugreek seeds have properties as laktogoga and moringa leaves in addition to having efficacy as lactagoga, also have advantage in nutritional content, particularly high protein content, groups of minerals and vitamins. The aim of the study was to assess the potential of the formula fenugreek seed extract (Trigonella foenum-graecum L) and moringa leaves (Moringa oleifera Lamk.) as a supplement to release milk while at the same having nutrient content. Methods using the test weighting method in pregnant female rats by measuring the volume of milk taken by baby rats. Test were carried out on five groups of mother rats namely groups than were given : fenugreek and moringa extract (1: 1) with different doses I, II and III; comparison group (moloco) and control group (distilled water). Each mother fed five rats, provision of extract was carried out starting the first day after the mother gave birth, and measurement were take on 6th, 11th, 16th to 21st day The volume of milk consumed by five rats was counted as difference of body weight after and before breastfeeding. Moringa nutritional assessment is carried out using standard methods on, iron, calcium and potassium content; vitamin A and vitamin C content and protein level. Fenugreek-moringa extract (1: 1) dose of 30 mg/200g bb, can increase the volume of breast milk of female rat larger than the untreated group (p≤0.05). The cumulative weight gain of rat infants was greater than the control group (p≤0.05), according to the nutrients obtained from the fenugreek-moringa extract. Moringa leaves as a component of extract, have high nutritional value of minerals, vitamins and proteins and have advantages as lactogogum. Conclusion: The administration of moringa leaf and fenugreek seed extract (1: 1) dose of 30 mg / 200 g bb in breastfeeding female rats has a 2.4 times greater potential in increasing milk expenditure compared to breastfeeding female rats who did not get the same extract. Fenugreek-moringa extract has superior potential as laktagogum and at the same time a high nutritional supplement. Abstrak Proporsi kejadian stunting pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) di Indonesia tercatat sekitar 30,8% pada tahun 2018. Salah satu hal yang diduga berkaitan dengan terjadinya stunting adalah gizi kurang yang dapat dikaitkan dengan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Biji klabet memiliki khasiat sebagai laktagoga dan daun kelor selain mempunyai khasiat sebagai laktagoga, juga mempunyai keunggulan pada kandungan gizinya, terutama kandungan protein yang tinggi, golongan mineral dan vitamin. Penelitian bertujuan untuk menilai potensi formula ekstrak biji klabet (Trigonella foenum-graecum L.) dan daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) sebagai suplemen pelancar pengeluaran air susu sekaligus memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Metode menggunakan test weighting method pada tikus betina hamil, dengan cara mengukur volume air susu yang diminum oleh bayi tikus. Dilakukan uji pada lima kelompok induk tikus yaitu: kelompok yang diberi ekstrak klabet dan kelor (1:1) dengan dosis I, II dan III yang berbeda; kelompok pembanding (moloco) dan kelompok kontrol (akuades). Tiap induk tikus menyusui lima ekor anak tikus. Pemberian bahan uji dilakukan mulai hari pertama setelah induk tikus melahirkan, dan pengukuran dilakukan pada hari ke-6, 11, 16 sampai 21. Volume air susu yang diminum lima ekor anak tikus dihitung sebagai selisih berat badan sesudah dan sebelum disusui induknya. Penilaian gizi kelor dilakukan menggunakan metoda standar, terhadap kandungan mineral besi, kalsium dan kalium; kandungan vitamin A dan vitamin C, serta kadar protein. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak klabet-kelor (1:1) dosis 30 mg/200g bb, dapat memperbanyak pengeluaran volume air susu induk tikus lebih besar dari kelompok yang tidak diberi perlakuan (p≤0,05). Pertambahan berat kumulatif bayi tikus, lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (p≤0,05), sesuai dengan gizi yang didapat dari ekstrak klabet-kelor. Daun kelor sebagai komponen ekstrak, mempunyai nilai gizi mineral, vitamin, dan protein yang tinggi serta memiliki keunggulan sebagai laktogogum. Kesimpulan penelitian adalah pemberian ekstrak biji klabet-daun kelor (1:1) dosis 30 mg/200g bb pada tikus betina menyusui mempunyai potensi 2,4 kali lebih besar dalam meningkatkan pengeluaran air susu dibandingkan kelompok tikus betina menyusui yang tidak mendapatkan ekstrak yang sama. Ekstrak biji klabet-kelor mempunyai potensi unggul sebagai laktagogum dan sekaligus suplemen dengan gizi tinggi.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 94-104
Author(s):  
Evi Setyawati ◽  
Nurasmi Nurasmi ◽  
Irnawati Irnawati

Pengantar; salah satu bahan local di Kabupaten Sigi adalah Kelor (Moringa oleifera) dan Ikan Gabus (Channa striata). Tujuan; menghasilkan produk biskuit PMT-P dengan subtitusi tepung kelor dan tepung ikan gabus dan menganalisis kandungan gizinya. Metode; Jenis penelitian yang digunakan yaitu eksperimental murni dengan 5 formula perlakuan 0%, 20%, 40%, 60%, dan 80%. Analisis data dengan Uji Kruskal-Wallis. Uji sifat fisik menggunakan uji organoleptic meode hedonic dan uji kadar proksimat. Hasil; bahwa formula memiliki warna hijau kecoklatan, sedikit beraroma daun kelor dan ikan gabus, rasa manis dan tekstur renyah. Kadar Air 0,6929%, Kadar Abu 1,862%, Protein 26,69 %, Karbohidrat 18,5 mg/100g, Lemak 31,422%. Vitamin A 10,22 µg/100 gr, Vitamin C 3.128,8 mg/100gr, Zat Besi 2,108 mg/100gr, Kalsium 7,403 mg/100gr, Fosfor 151,331 mg/100gr, Zink 9,5 mg/100gr, Natrium 361.339 mg/100gr. Kesimpulan; produk biskuit fungsional berbahan dasar tepung kelor dan tepung ikan gabus telah memenuhi persyaratan standar SNI dan pemberian makanan tambahan (PMT) pada ibu hamil


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 109-118
Author(s):  
Dara Puspita Jati Windoro ◽  
Kasiyati Kasiyati ◽  
Muhammad Anwar Djaelani ◽  
Sunarno Sunarno

Daun kelor (Moringa oleifera Lam.) mengandung antioksidan, vitamin C, vitamin A, kalsium, protein, dan berbagai macam asam amino. Semua kandungan nutrien tersebut berperan penting dalam menunjang produktivitas itik pengging, baik daging maupun organ dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh imbuhan tepung daun kelor pada pakan terhadap bobot organ dalam dan lemak abdominal itik pengging. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan pakan basal yang diberi suplemen tepung daun kelor 2,5; 5; 7,5 dan 10%. Pemberian pakan dan minum dilakukan secara ad libitum. Data dianalisis dengan pola distribusi normal dan homogenitas data, kemudian untuk mengetahui perbedaan antarkelompok, data dianalisis dengan ANOVA-satu arah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imbuhan suplemen tepung daun kelor pada pakan itik pengging tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) terhadap bobot jantung, limpa, lambung, dan lemak abdominal itik pengging. Kesimpulan dari penelitin ini adalah imbuhan tepung daun kelor pada pakan tidak meningkatkan bobot jantung, limpa, dan lambung, serta tidak menurunkan lemak abdominal itik pengging. Kata kunci: daun kelor, jantung, limpa, lambung, lemak abdominal, itik pengging.


Jurnal Ners ◽  
2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
Author(s):  
YENNY SAFITRI

Kelor (Moringa oleifera)merupakan salah satu tanaman yang telah dimanfaatkan masyarakat dalam pengobatan tradisional.Tanaman kelor memiliki khasiat sebagai obat sesak nafas, encok, biri-biri, mengurangi rasa nyeri (analgetik) dan obat rematik. Daun kelor mengandung antioksidan seperti flavonoid, vitamin C, vitamin E, vitamin A dan juga mengandung selenium yang membantu menurunkan kadar glukosa darah. Kandungan senyawa flavonoid dalam bentuk terpenoid dalam daun kelor sangat efektif dan lebih aman dalam penurunan kadar gula darah. Berbagai alternatif pengobatan telah dilakukan untuk menanggulangi penyakit diabetes, di antaranya dengan tanaman herbal, seperti ekstrak daun Moringa oleifera atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan nama KelorTujuan Penelitian ini untuk menganalisispengaruh pemberian rebusan daun kelor terhadap penurunan kadar gula darah. Penelitian ini bersifatkuasi eksperimen dengan rancangan one group pretest-posttest. Populasi pada penelitian ini adalah penderita DM type II di wilayah kerja puskesmas bangkinang kota dengan jumlah sampel 17 orang dipilih secara purposive sampling. Analisis data yang yang digunkan pada penelitian ini adalah uji T. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh pemberian rebusan daun kelor terhadap penurunan kadar gula darah dengan P-value 0.000.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan baru dan menambah ilmu pengetahuan bagi petugas puskesmas Bangkinang Kota tentang penggunaan obat herbal dalam menanggulangi penyakit DM Type II.


2017 ◽  
Vol 6 (10) ◽  
pp. 5535
Author(s):  
Sachin Umesh Dubey ◽  
Madhu Kanta Kapoor

Moringa oleifera Lam., commonly found tree in sub-Himalayan tracts of India, Pakistan, Bangladesh and Afghanistan has a high nutrition value. The leaves, flowers and immature pods of Moringa are used as a vegetable in many countries. The leaves are highly nutritious and medicinal in nature. They are a rich source of iron, calcium, vitamin A, vitamin C, proteins, and essential amino acids. Hence Moringa leaves can be a good source of protein for the vegetarians and the under-nourished population. Present investigation deals with the study of monthly variation in the nutritional value of Moringa leaves from the month of June 2015 to January 2016. Impact of urban sewage pollution and roadside vehicular pollution on the amount of reducing and total sugars, chlorophylls (a, b and total), proteins, vitamin-C and pH of the leaves, was also studied. Results revealed that the highest amounts of reducing sugars, total sugars, chlorophyll b and total chlorophyll during October 2015 whereas proteins, chlorophyll a, vitamin C and pH were highest during January 2016. Leaf samples collected from all the study sites exhibited minimum amounts of reducing sugars, chlorophylls (a, b and total) and pH during July 2015 whereas total sugars were lowest during December 2015. Proteins and vitamin C values were lowest during August and June 2015 respectively. Sewage and vehicular pollution showed an adverse effect on the nutritional contents of Moringa oleifera leaves. Of the two polluted sites, samples from near the sewage flow showed higher impact.


2019 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 39-48
Author(s):  
Enggar Wijayanti ◽  
Ulfa Fitriani

Latar Belakang. Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak terjadi di negara berkembang. Faktor gizi yang turut berkontribusi terhadap kejadian anemia diantaranya adalah kurangnya asupan zat gizi yang memengaruhi pembentukan Hemoglobin (Hb) pada penderita anemia. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin C, vitamin A, dan seng pada subjek penderita anemia dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang diduga menjadi faktor penyebab anemia. Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dan merupakan bagian dari penelitian “Observasi Klinik Formula Jamu Anemia” yang dilakukan pada bulan Maret-Desember 2018. Jumlah subjek sebanyak 83 orang dengan rentang usia 16-49 tahun. Data konsumsi makanan dikumpulkan dengan wawancara menggunakan food recall 24 jam dan selanjutnya dianalisis dengan program Nutrisurvey. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki status gizi normal. Tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng subjek kurang dari AKG, konsumsi energi dalam kategori cukup, dan konsumsi protein, vitamin A serta vitamin C lebih dari AKG. Hasil uji bivariat chi-square menunjukkan tidak ada korelasi yang bermakna antara status anemia dengan konsumsi zat gizi (p>0,05). Kesimpulan. Wanita usia subur (WUS) yang menderita anemia rata-rata memiliki tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng kurang dari AKG


2021 ◽  
Vol 8 ◽  
pp. 2333794X2110217
Author(s):  
Indah K. Murni ◽  
Endy P. Prawirohartono ◽  
Rina Triasih

Background. Vitamin C, E, D, A, zinc are considered to be essential in preventing and treating of acute respiratory infections (ARI) including COVID-19. Methods. We reviewed published studies evaluating the potential roles of these vitamin and zinc for ARIs and COVID-19 using Medline database, medRxiv, and bibliographic references. Results. Vitamins C, D, and E did not reduce incidence of common cold in general, but vitamin C reduced by half in population with physical and environment stresses. Vitamins C and E shortened duration and reduced severity of common cold. A large-dose vitamin A had no effect on recovery from pneumonia. Zinc improved clinical deterioration and pneumonia duration in under five. The effect on preventing COVID-19 morbidity and related-death was lacking. Conclusions. Although the effects of vitamins and zinc on ARIs including COVID-19 were inconclusive, taking these for a short period during pandemic may be beneficial when there is risks of deficiency.


Author(s):  
Hanna Górska-Warsewicz ◽  
Krystyna Rejman ◽  
Joanna Kaczorowska ◽  
Wacław Laskowski

The aim of our study was to analyse vegetables, potatoes and their products as sources of energy and nutrients in the average diet in Poland. Representative data of the 2016 Household Budget Survey from 36,886 households were used. This is the largest study sample in Poland, so we generalized the conclusions to the whole population using the statement ‘average diet’. We analysed three main product groups: vegetables, vegetable products, and potatoes and potatoes products, dividing them into 14 subgroups (e.g., tomatoes, cabbage, carrots, other vegetables, and mushrooms). The percentages of energy, protein, carbohydrates, total fat, nine vitamins (thiamine, riboflavin, niacin, vitamin B6, folate, vitamin C, vitamin A, vitamin D, and vitamin E), seven minerals (calcium, phosphorus, sodium, potassium, iron, magnesium and zinc), and fibre from the analysed food subgroups are presented. Additionally, the influence of household characteristics on the supply of energy and nutrients from each subgroup of vegetables, potatoes, and their products was evaluated using cluster analysis. In the analysis, R programme and Kohonen neural networks were applied. Our study showed that vegetables, potatoes, and their products provide 7.3% of daily dietary energy supply. Vegetables contribute more than 20% of the supply of six nutrients: vitamin C (51.8%), potassium (32.5%), folate (31.0%), vitamin A (30.6%), vitamin B6 (27.8%), and magnesium (20.2%), as well as fibre (31.8%). Cluster analysis distinguished three clusters that differed in nutritional supply from vegetables, potatoes, and their products. Educational level, income measured by quintile groups, village size, socio-economic characteristics, urbanization degree, and land use were the most important factors determining differences between clusters.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document