Pemanfaatan Daun Kelor (Moringa oleifera Lam) sebagai Bahan Obat Tradisional dan Bahan Pangan

2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
Author(s):  
Marina Silalahi

Moringa oleifera (MO) merupakan salah satu tumbuhan nutrasetikal karena selain memiliki nilai nutrisi juga berfungsi dalam penyembuhan penyakit. Bila dibandingakan dengan Zingiberaceae, polularitas MO jauh tertinggal, oleh karena itu diperlukan kajian mendalam mengenai manfaat MO sehingga potensi pemanfaatannya bisa dikembangkan. Kajian ini bertujuan membahas secara konfrehensif mengenai pemanfaatan MO sebagai bahan pangan dan obat yang didasarkan pada studi literature. Literature diperoleh secara online di Google scholar dengan menggunakan kata kunci Moringa oleifera, uses MO, dan bioactivities MO. MO memiliki berbagai efek terapi sebagai antimikroba, antikanker, hepetoprotektif, anti diabetes mellitus, dan antioksidan, menghambat menopause. MO kaya nutrisi mengandung berbagai senyawa penting terutama di daun dan dapat digunakan untuk mengatasi malnutrisi. Kandungan gizi MO sebanyak 7 kali lebih banyak vitamin C dari jeruk, 10 kali lebih banyak vitamin A dari pada wortel, 17 kali lebih banyak kalsium daripada susu, 9 kali lebih banyak protein daripada yoghurt, 15 kali lebih banyak pisang dan 25 kali lebih banyak zat besi daripada bayam. MO merupakan salah satu alternatif bahan pangan yang sangat potensial untuk mengatasi malnutrisi sekaligus memiliki efek pharmaceutikal.

2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 109-118
Author(s):  
Dara Puspita Jati Windoro ◽  
Kasiyati Kasiyati ◽  
Muhammad Anwar Djaelani ◽  
Sunarno Sunarno

Daun kelor (Moringa oleifera Lam.) mengandung antioksidan, vitamin C, vitamin A, kalsium, protein, dan berbagai macam asam amino. Semua kandungan nutrien tersebut berperan penting dalam menunjang produktivitas itik pengging, baik daging maupun organ dalam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh imbuhan tepung daun kelor pada pakan terhadap bobot organ dalam dan lemak abdominal itik pengging. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 kali ulangan, yaitu kelompok kontrol dan perlakuan pakan basal yang diberi suplemen tepung daun kelor 2,5; 5; 7,5 dan 10%. Pemberian pakan dan minum dilakukan secara ad libitum. Data dianalisis dengan pola distribusi normal dan homogenitas data, kemudian untuk mengetahui perbedaan antarkelompok, data dianalisis dengan ANOVA-satu arah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa imbuhan suplemen tepung daun kelor pada pakan itik pengging tidak berpengaruh signifikan (P>0,05) terhadap bobot jantung, limpa, lambung, dan lemak abdominal itik pengging. Kesimpulan dari penelitin ini adalah imbuhan tepung daun kelor pada pakan tidak meningkatkan bobot jantung, limpa, dan lambung, serta tidak menurunkan lemak abdominal itik pengging. Kata kunci: daun kelor, jantung, limpa, lambung, lemak abdominal, itik pengging.


2017 ◽  
Vol 6 (10) ◽  
pp. 5535
Author(s):  
Sachin Umesh Dubey ◽  
Madhu Kanta Kapoor

Moringa oleifera Lam., commonly found tree in sub-Himalayan tracts of India, Pakistan, Bangladesh and Afghanistan has a high nutrition value. The leaves, flowers and immature pods of Moringa are used as a vegetable in many countries. The leaves are highly nutritious and medicinal in nature. They are a rich source of iron, calcium, vitamin A, vitamin C, proteins, and essential amino acids. Hence Moringa leaves can be a good source of protein for the vegetarians and the under-nourished population. Present investigation deals with the study of monthly variation in the nutritional value of Moringa leaves from the month of June 2015 to January 2016. Impact of urban sewage pollution and roadside vehicular pollution on the amount of reducing and total sugars, chlorophylls (a, b and total), proteins, vitamin-C and pH of the leaves, was also studied. Results revealed that the highest amounts of reducing sugars, total sugars, chlorophyll b and total chlorophyll during October 2015 whereas proteins, chlorophyll a, vitamin C and pH were highest during January 2016. Leaf samples collected from all the study sites exhibited minimum amounts of reducing sugars, chlorophylls (a, b and total) and pH during July 2015 whereas total sugars were lowest during December 2015. Proteins and vitamin C values were lowest during August and June 2015 respectively. Sewage and vehicular pollution showed an adverse effect on the nutritional contents of Moringa oleifera leaves. Of the two polluted sites, samples from near the sewage flow showed higher impact.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 125
Author(s):  
Rizkayanti Rizkayanti ◽  
Anang Wahid M. Diah ◽  
Minarni Rama Jura

Moringa (moringa oleifera Lam) leaves contains many molecules as inhibitors for free radicals such as phenolic compounds (phenolic acids, flavonoids, quinones, coumarins, lignans, stilbenes, tannins), nitrogen compounds (alkaloids, amines, betalain), vitamins, terpenoids (including carotenoids), and several other endogenous metabolites as antioxidants. This study aimed to determine the antioxidant potency of water and ethanol extracts of moringa (moringa oleifera Lam) leave obtained by maceration and dekok. The concentration of free radical 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) was analyzed using UV-Vis spectrophotometer after addition of various concentrations of Moringa leaves extracts. Various concentrations of moringa leave extracts used were 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm and 80 ppm. Vitamin C solutions as the positive control were prepared on similar various concentrations. The negative control was prepared using DPPH solutions dissolved in absolute ethanol. The results indicated that the ethanol extract of moringa leaves prepared by maceration method showed the antioxidant potency with an IC50 value of 22.1818 ppm, but the IC50 value of water extract of moringa leaves prepared by dekok was 57.5439 ppm. While, the IC50 value of Vitamin C was 8.8084 ppm. Based on the IC50 data it can be concluded that Vitamin C is a stronger antioxidant than moringa leaves extracts.


2019 ◽  
Vol 8 (5) ◽  
pp. 41 ◽  
Author(s):  
Yuanita Indriasari ◽  
Fitriani Basrin ◽  
Miming Berlian Hi. Salam

Moringa oleifera leaves have been used as food material because it has high nutritional value. Many research have been conducted on moringa leaves extract as functional food and the additional material of nutrient for some food products (biscuit, bread, jelly drink), which it looked that adding moringa leaves extract above 5% decrease the consumer acceptance level toward the product because of the strongest unpleasant aroma and bitter taste, which is caused by saponins content in moringa leaves extract is still high enough.This study aimed to obtain the optimal temperature and time of blanching process to reduce saponin level, and the appropriate solvents to extract nutrients from Moringa oleifera leaves so that Moringa leaves flour is obtained with no bitter taste (low saponin) and nutritious (water, protein, optimal vitamin C and vitamin A) as fortification ingredients for various food products. The results showed that the blanching treatment at 75 ° C for 5 minutes (T1W1) combined with 70% ethanol (P1) solvent was able to produce Moringa leaves flour with the lowest saponin content of 0.790%, but with nutrients that still met the requirements, namely water 6.508%, protein 28.705%, Vitamin C 90.77 mg 100 g-1 and Vitamin A 3590 µg 100 g-1.


Author(s):  
Edi Erwan ◽  
Santika Yulia Wulandari ◽  
Evi Irawati

Abstract  Moringa leaves (Moringa oleifera Lam) is one of the potential local feed ingredients of broiler rations due to its nutrient contents such as carbohydrate (57,01%), crude protein (30,30%), crude fat (2,74%) as well as a source of vitamin C, carotenoids and flavonoids. This study aimed to determine the effect of using different levels of Moringa oleifera Lam leaf meal (MOLM) in basal ration on plasma metabolites, including total cholesterol (TCHO), triglycerides (TG), glucose (GLU), and total protein (TP). The research design of this study was a completely randomized design (CRD) with four treatments and five replications. The treatments were 4 levels of MOLM (0%, 5%, 10% and 15%), in basal ration. The parameters measured were TCHO, TG, Glu, and TP of in blood plasma. The results showed that inclusion of MOLM up to 15% of in basal ration very significantly (P<0.01) lowering levels TG and decreasing Glu. However, the inclusion of MOLM had no effect (P>0.05) on TCHO and TP. It is concluded that moringa leaf flour addition to the basal ration up to 15% could be used to decrease plasma metabolites especially TG and GLU in broiler chickens.  Key words:Broilers; Moringa oleifera meal; total cholesterol, triglycerides, glucose  and total protein   Abstrak  Daun kelor (Moringa oleifera Lam) merupakan salah satu bahan pakan lokal yang berpotensi dapat dimanfaatkan sebagai bahan penyusun ransum ayam ras pedaging karena mengandung nutrisi yang tinggi diantaranya karbohidrat (57,01%), protein kasar (30,30%), lemak kasar (2,74%) dan sebagai sumber vitamin C, karotenoid serta flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan beberapa level tepung daun kelor  dalam ransum basal terhadap plasma metabolit ayam ras pedaging yang meliputi total kolesterol (TCHO), trigliserida (TG), glukosa (Glu) dan total protein (TP). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan yang diberikan terdiri dari 4 level tepung daun kelor di dalam ransum basal yakni 0%, 5%, 10% dan 15%. Parameter yang diukur meliputi TCHO, TG, Glu dan TP pada plasma darah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan tepung daun kelor hingga 15% dalam ransum berpengaruh nyata (P<0,05) menurunkan kadar TG dan berpengaruh sangat nyata (P<0,01) menurunkan Glu. Akan tetapi, pemanfaatan tepung daun kelor hingga 15% tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap TCHO dan TP. Kesimpulan penelitian ini adalah penggunaan tepung daun kelor dalam ransum basal hingga 15% dapat dimanfaatkan untuk menurunkan plasma metabolit khususnya TG dan Glu pada  plasma darah ayam broiler.   Kata kunci : Ayam ras pedaging; tepung daun kelor; plasma metabolit


Author(s):  
Wa Ode Sitti Zubaydah ◽  
Wa Fia ◽  
Sitti Adawia ◽  
N Novitasari ◽  
R Rahmasari ◽  
...  
Keyword(s):  

Sehat merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai oleh semua orang. Di Indonesia, terdapat tanaman yang mengandung banyak manfaat bagi kesehatan masyarakat dan mengandung zat gizi yang sangat tinggi mulai dari zat gizi makro hingga zat gizi mikro. Tanaman tersebut adalah Moringa oleifera atau yang lebih sering disebut pohon kelor oleh masyarakat Indonesia. Namun, tidak banyak orang mengetahui akan manfaat-manfaat pohon kelor sehingga pemanfaatannya masih sangat rendah di masyarakat. Salah satu manfaat yang dapat diambil dari pohon kelor terdapat pada daunnya. Daun kelor merupakan salah satu bagian dari tanaman kelor yang telah banyak diteliti kandungan gizi dan kegunaannya. Penelitian lain menyatakan bahwa menunjukkan bahwa daun kelor mengandung vitamin C setara vitamin C dalam 7 jeruk, vitamin A setara vitamin A pada 4 wortel, kalsium setara dengan kalsium dalam 4 gelas susu, potassium setara dengan yang terkandung dalam 3 pisang, dan protein setara dengan protein dalam 2 yoghurt. Daun kelor merupakan tanaman lokal yang mengandung zat gizi yang tinggi, namun pemanfaatannya sebagai bahan pangan masih sangat rendah. Agar zat gizi yang terkandung dalam daun kelor dapat dimanfaatkan tubuh, maka perlu diolah menjadi minuman yang digemari oleh masyarakat seperti minuman effervescent dengan sensasi rasa yang menyegarkan di mulut.Kata kunci: kelor, serbuk, nutrisi, effervescent


Author(s):  
Riya Purwaningtyastuti ◽  
Esti Nurwanti ◽  
Nurul Huda

<p><strong>ABSTRACK</strong></p><p><em><strong>Background:</strong> High sugar levels in people with diabetes mellitus causes changes in the body. One of its detrimental process called oxidation reaction that causes the increased formation of harmful substances called free radicals. Antioxidant vitamin A, C, and E helpful to reduce oxidative damage in people with diabetes mellitus and prevent complications.</em></p><p><em><strong> Objectives:</strong> The know relationship intake antioxidant with blood glocuse level outpatient type 2 diabetes mellitus in RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.</em></p><p><em><strong> Methods:</strong> This study was observasional with of cross sectional. The subjects in this study were outpatients with diabetes mellitus type 2 with sampels of 89 respondents. Purposive sampling technique. Data consumption pattern of antioxidant, used semi quantitative food frequency (SQFFQ) laboratories to examination and blood glucose levels. Data analysis used Fisher’s Exact Test. </em></p><p><em><strong>Results:</strong> There is significant association between vitamin C intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.004. The existence of a no signifi cant association between vitamin E intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.073 and there is no signifi cant association between vitamin A intake with blood sugar levels in patients diabetes mellitus the value of p = 0.252. </em></p><p><em><strong>Conclusion:</strong> There is a relationship between vitamin C intake with blood sugar levels, while the intake of vitamin A and E are not related to blood sugar levels</em></p><p><em><strong> KEYWORDS:</strong> type 2 diabetes mellitus, blood glucose level, vitamin C intake, vitamin A intake, vitamin E intake. </em></p><p><strong>ABSTRAK </strong></p><p><em><strong>Latar Belakang :</strong> Kadar glukosa yang tinggi pada penderita kencing manis/DM menyebabkan berbagai perubahan di dalam tubuh. Salah satu proses merugikan dinamakan reaksi oksidasi yang menyebabkan peningkatan pembentukan zat berbahaya yang disebut radikal bebas. Antioksidan vitamin A,C dan E bermanfaat dapat menurunkan kadar glukosa darah.</em></p><p><em><strong> Tujuan:</strong> Untuk mengetahui hubungan antara asupan antioksidan dengan kadar glukosa darah pada pasien rawat jalan DM tipe 2 di RSUD Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.</em></p><p><em><strong> Metode:</strong> Penelitian ini bersifat observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah pasien rawat jalan diabetes melitus tipe 2 dengan jumlah sampel 89 responden. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling. Data asupan antioksidan menggunakan semi quantitative food frequency (SQFFQ) dan hasil pemeriksaan laboratorium untuk kadar glukosa darah. Analisis data menggunakan Fisher’s Exact Test. </em></p><p><em><strong>Hasil :</strong> Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan vitamin C dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan p value 0,004, tidak ada hubungan asupan vitamin E dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan p value 0,073 dan tidak ada hubungan asupan vitamin A dengan kadar glukosa darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 dengan nilai p value 0,252. </em></p><p><em><strong>Kesimpulan:</strong> Ada hubungan antara asupan vitamin C dengan kadar glukosa darah sedangkan vitamin A dan E tidak ada hubungan dengan kadar glukosa darah. </em></p><p><em><strong>KATA KUNCI:</strong> diabetes melitus tipe 2, kadar glukosa darah, vitamin A, vitamin E dan vitamin C</em></p>


2019 ◽  
Vol 29 (2) ◽  
pp. 143-152 ◽  
Author(s):  
Lucie Widowati ◽  
Ani Isnawati ◽  
Sukmayati Alegantina ◽  
Fifi Retiaty

Abstract The proportion of stunting in children under 5 years old in Indonesia was approximately 30,8% in 2018. One of the things that is presumably related to the occurrence of stunting is lack of nutrition that can be attributed to exclusive breastfeeding. Fenugreek seeds have properties as laktogoga and moringa leaves in addition to having efficacy as lactagoga, also have advantage in nutritional content, particularly high protein content, groups of minerals and vitamins. The aim of the study was to assess the potential of the formula fenugreek seed extract (Trigonella foenum-graecum L) and moringa leaves (Moringa oleifera Lamk.) as a supplement to release milk while at the same having nutrient content. Methods using the test weighting method in pregnant female rats by measuring the volume of milk taken by baby rats. Test were carried out on five groups of mother rats namely groups than were given : fenugreek and moringa extract (1: 1) with different doses I, II and III; comparison group (moloco) and control group (distilled water). Each mother fed five rats, provision of extract was carried out starting the first day after the mother gave birth, and measurement were take on 6th, 11th, 16th to 21st day The volume of milk consumed by five rats was counted as difference of body weight after and before breastfeeding. Moringa nutritional assessment is carried out using standard methods on, iron, calcium and potassium content; vitamin A and vitamin C content and protein level. Fenugreek-moringa extract (1: 1) dose of 30 mg/200g bb, can increase the volume of breast milk of female rat larger than the untreated group (p≤0.05). The cumulative weight gain of rat infants was greater than the control group (p≤0.05), according to the nutrients obtained from the fenugreek-moringa extract. Moringa leaves as a component of extract, have high nutritional value of minerals, vitamins and proteins and have advantages as lactogogum. Conclusion: The administration of moringa leaf and fenugreek seed extract (1: 1) dose of 30 mg / 200 g bb in breastfeeding female rats has a 2.4 times greater potential in increasing milk expenditure compared to breastfeeding female rats who did not get the same extract. Fenugreek-moringa extract has superior potential as laktagogum and at the same time a high nutritional supplement. Abstrak Proporsi kejadian stunting pada anak usia di bawah 5 tahun (balita) di Indonesia tercatat sekitar 30,8% pada tahun 2018. Salah satu hal yang diduga berkaitan dengan terjadinya stunting adalah gizi kurang yang dapat dikaitkan dengan pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif. Biji klabet memiliki khasiat sebagai laktagoga dan daun kelor selain mempunyai khasiat sebagai laktagoga, juga mempunyai keunggulan pada kandungan gizinya, terutama kandungan protein yang tinggi, golongan mineral dan vitamin. Penelitian bertujuan untuk menilai potensi formula ekstrak biji klabet (Trigonella foenum-graecum L.) dan daun kelor (Moringa oleifera Lamk.) sebagai suplemen pelancar pengeluaran air susu sekaligus memiliki kandungan nutrisi yang tinggi. Metode menggunakan test weighting method pada tikus betina hamil, dengan cara mengukur volume air susu yang diminum oleh bayi tikus. Dilakukan uji pada lima kelompok induk tikus yaitu: kelompok yang diberi ekstrak klabet dan kelor (1:1) dengan dosis I, II dan III yang berbeda; kelompok pembanding (moloco) dan kelompok kontrol (akuades). Tiap induk tikus menyusui lima ekor anak tikus. Pemberian bahan uji dilakukan mulai hari pertama setelah induk tikus melahirkan, dan pengukuran dilakukan pada hari ke-6, 11, 16 sampai 21. Volume air susu yang diminum lima ekor anak tikus dihitung sebagai selisih berat badan sesudah dan sebelum disusui induknya. Penilaian gizi kelor dilakukan menggunakan metoda standar, terhadap kandungan mineral besi, kalsium dan kalium; kandungan vitamin A dan vitamin C, serta kadar protein. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak klabet-kelor (1:1) dosis 30 mg/200g bb, dapat memperbanyak pengeluaran volume air susu induk tikus lebih besar dari kelompok yang tidak diberi perlakuan (p≤0,05). Pertambahan berat kumulatif bayi tikus, lebih besar dibandingkan kelompok kontrol (p≤0,05), sesuai dengan gizi yang didapat dari ekstrak klabet-kelor. Daun kelor sebagai komponen ekstrak, mempunyai nilai gizi mineral, vitamin, dan protein yang tinggi serta memiliki keunggulan sebagai laktogogum. Kesimpulan penelitian adalah pemberian ekstrak biji klabet-daun kelor (1:1) dosis 30 mg/200g bb pada tikus betina menyusui mempunyai potensi 2,4 kali lebih besar dalam meningkatkan pengeluaran air susu dibandingkan kelompok tikus betina menyusui yang tidak mendapatkan ekstrak yang sama. Ekstrak biji klabet-kelor mempunyai potensi unggul sebagai laktagogum dan sekaligus suplemen dengan gizi tinggi.


Author(s):  
Uswatun Hasanah ◽  
Yusriadi Yusriadi ◽  
Akhmad Khumaidi

Senyawa antioksidan dapat mengurangi efek buruk radikal bebas terhadap kulit. Daun kelor (Moringa oleifera Lam) mengandung senyawa antioksidan dengan potensi aktivitas yang kuat. Penelitian ini bertujuan untuk membuat sediaan gel antioksidan dengan menggunakan karbomer sebagai basis gel dan ekstrak etanol daun kelor dengan konsentrasi untuk F0, F1, F2 dan F3 adalah 0%, 1%, 2% dan 3%, yang kemudian dievaluasi dan diuji aktivitas antioksidannya. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode penentuan IC50 menggunakan reaksi DPPH (Difenil-2-pikrilhidrazil). Hasil uji aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun kelor adalah 89,305 ppm dan vitamin C sebagai senyawa pembanding adalah 8,374 ppm. Evaluasi sediaan gel meliputi pengamatan homogenitas, organoleptis (warna, aroma dan konsistensi), viskositas dan pH selama 28 hari. Aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun kelor dalam sediaan gel dihari pertama adalah 129,245 ppm (F1), 116,875 ppm (F2) dan 97,484 ppm (F3), sedangkan dihari ke-28 adalah 178,236 ppm (F1), 148,589 ppm (F2) dan 143,333 ppm (F3). Hasil uji sifat fisik sediaan gel menunjukkan bahwa semua sediaan gel homogen dan tidak mengalami perubahan warna dan aroma, sedangkan konsistensi dari hasil uji viskositas mengalami perubahan signifikan setelah 28 hari dan hasil uji pH semua sediaan selain F3 juga mengalami perubahan signifikan setelah 28 hari. Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun kelor dapat diformulasi dalam sedian gel antioksidan dengan konsentrasi terbaik adalah 3%


2021 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 242
Author(s):  
Indah Permata Rendi ◽  
Gabriella Josephine Maranata ◽  
Hasna Chaerunisa ◽  
Nurulita Nugrahaeni ◽  
Siti Sarah Alfathonah

Background: Diabetes mellitus (DM) type 2 is a metabolic disorder that needs special attention because it can damage several organs if the severity increases. One of the treatments for diabetes mellitus (DM) type 2 is by inhibiting Dipeptidyl peptidase 4 (DPP-IV) with vildagliptin to prolong the hypoglycemic effect of GLP-1 and GIP. Objective: In the search for candidate compounds as new antidiabetic compounds, an in silico test with molecular docking was carried out to predict the antidiabetic activity of 10 Moringa oleifera Lam (MO) plant compounds at the DPP-IV receptor (PDB ID: 6B1E). Method: The study was conducted using the molecular docking method. Result: Validation of the vildagliptin DPP-IV ligand obtained free energy values of -9.27 kcal/mol and RMSD 1.49 Å (RMSD < 2 Å), then tested with 10 test compounds obtained 8 test compounds that have the potential to be antidiabetic. Conclusion: Serpentine compounds have better potential as an antidiabetic drug than other target compounds because they have the closest Gibbs energy (∆G) value to the natural ligand of Vidaglibtin, which is -7.90 kcal/mol. This value is still lower than the free energy of vildagliptin, which is -9.37 kcal/mol. Therefore further testing is needed to ensure the potential of the compound as a candidate for antidiabetic drugs.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document