scholarly journals Efektivitas Kangaroo Mother Care Dalam Menstabilkan Suhu Tubuh Bayi Prematur : Literature Review

2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 266-272
Author(s):  
Okvadwinanda Kusumawardani ◽  
Benny Arief Sulistyanto

AbstractIt is commonly known, premature babies are at risk of experiencing body temperature instability, so that a specialcare is needed. One of the ways to overcome this problem is by applying Kangaroo Mother Care method. This study aims to examine the effectiveness of the method in stabilizing premature baby’s body temperature. This study has conducted a literature review used database of PubMed with Kangaroo mother care, premature baby, and body temperature as the keywords. Garuda and Google Scholar were other searching spurces which have been used with ‘bayi prematur’, ‘perawatan metode kanguru’. And ‘suhu tubuh’. There were 5 articles in the research criteria and from 154 samples, it obtained paired t-test with p-value <0,01, (95% CI [-0.66338, -0.49246]). The results stated there is a sifnificant different pre and post treatment. Kangaroo mother care was proven more effectively in stabilizing premature baby’s body temperature than other treatment method. Mothers who have the baby with the condition stated above suggested applying this treatment. However, the further study is expected to be conducted considering this study did not analyze the articles used RCT (Randomized Control Trials) method. Keywords: Premature Baby; Kangaroo Mother Care; Body temperature. AbstrakBayi prematur beresiko mengalami ketidakstabilan suhu tubuh sehingga diperlukan perawatan yang khusus. Salah satu upaya untuk menjaga kestabilan suhu tubuh bayi prematur dengan menggunakan metode Kangaroo Mother Care. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Kangaroo Mother Care dalam menstabilkan suhu tubuh bayi prematur. Penelitian ini menggunakan penelusuran artikel (literature review) menggunakan databasePubMed dengan menggunakan kata kunci “Kangaroo mother care,” “Premature baby,” and “Body temperature.” Garba Rujukan Digital (Garuda) dan Google Scholar pencarian dilakukan dengan menggunakan kata kunci kata kunci ”Bayi prematur,” “perawatan metode kanguru,” dan ‘suhu tubuh.” Terdapat 5 artikel yang memenuhi kriteria penelitian. Dari total 154 sampel, didapatkan hasil paired t-test dengan p-value<0,01, (CI 95% [-0,66338, -0.49246]). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan Kangaroo Mother Care. Kangaroo mother care lebih efektif dibandingkan dengan perawatan standar untuk menstabilkan suhu tubuh bayi prematur.Kata Kunci : Bayi Prematur; Kangaroo Mother Care; Suhu Tubuh

2021 ◽  
Vol 1 ◽  
pp. 1383-1392
Author(s):  
Devita Listiani ◽  
Rita Dwi Hartanti

AbstractFatigue is an unpleasant and terrible experience in life. Fatigue often occurs in hemodialysis patients, the cause of fatigue in hemodialysis patients occurs due to several factors, namely physiological and psychological factors of the patient. Foot Reflexology is a non-pharmacological therapy. Foot Reflexology is a massage that is carried out in the foot by applying pressure and massaging movements of the feet that are connected to other organs through the nervous system, foot reflexology creates relaxation, increases blood flow to the feet, brain, kidneys, and intestines. Therefore it is useful for overcoming fatigue. The purpose of this literature review was to determine the effect of foot reflexology on reducing fatigue in chronic kidney failure patients undergoing hemodialysis therapy. The method used in this study was a literature review, by looking for articles related to the theme taken from Pubmed, Science Direct and Google Scholar. The articles were selected according to the research inclusion criteria, then analyzed using the Hawker Checklist critical review instrument. The results of the literature review of the five articles, showed that the average score of fatigue in the intervention group after receiving footreflexology was decreased. The results of the analysis of the five articles proved that there was a significant reduction in fatigue in the intervention group, as evidenced by the bivariate value (p – value) was less than 0.05. Foot Reflexology can reduce fatigue in hemodialysis patients and can be used as an alternative treatment method in nursing because it is safe and non-invasive.Key words : Fatigue, Foot Reflexology,Hemodialysis Patients AbstrakKelelahanmerupakan pengalaman tidak menyenangkan dan menyulitkan dalam kehidupan. Kelelahan sering terjadi pada pasien hemodialisa, penyebab kelelahan pada pasien hemodialisa terjadi karena beberapa faktor, yaitu faktor fisiologi maupun psikologis pasien. Foot Reflexology merupakan terapi non farmakologi. Foot Reflexology merupakan pemijatan yang dilakukan di area kaki, dengan penerapan tekanan dan gerakan memijat kaki yang terhubung dengan organ lain melalui sistem saraf, foot reflexology menciptakan relaksasi, meningkatkan aliran darah ke kaki, otak, ginjal, dan usus sehingga bermanfaat untuk mengatasi kelelahan. Tujuan dari literatur review ini adalah untuk mengetahui pengaruh foot reflexology terhadap penurunan kelelahan pada pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah literatur review, dengan mencari artikel yang berkaitan dengan tema yang diambil dari beberapa search engine yaitu Pubmed, Science Direct dan Google Scholar. Artikel dipilih sesuai dengan kriteria inklusi penelitian, kemudian dianalisa menggunakan instrument telaah kritis Hawker Cheklist. Hasil literatur review dari kelima artikel, skor rata – rata kelelahan pada kelompok intervensi setelah mendapat footreflexology mengalami penurunan. Hasil dari analisa dari kelima artikel membuktikan bahwa terdapat penurunan kelelahan yang signifikan pada kelompok intervensi, dibuktikan dengan nilai bivariate ( p – value) p > 0,05. Foot Reflexology dapat menurunkan kelelahan pada pasien hemodialisa dan dapat dijadikan sebagai metode pengobatan alternatif dalam keperawatan karena aman dan non invasif.Kata Kunci : Kelelahan , Pasien Hemodialisa, Pijat Refleksi Kaki


2019 ◽  
Vol 11 (4) ◽  
pp. 277-284
Author(s):  
Vitrianingsih Vitrianingsih ◽  
Sitti Khadijah

Studi memperkirakan emesis gravidarum terjadi pada 50-90% kehamilan. Mual muntah pada kehamilan memberikan dampak yang signifikan bagi tubuh dimana ibu menjadi lemah, pucat dan cairan tubuh berkurang sehingga darah menjadi kental (hemokonsentrasi). Keadaan ini dapat memperlambat peredaran darah dan berakibat pada kurangnya suplay oksigen serta makanan ke jaringan sehingga dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin. Salah satu terapi yang aman dan dapat dilakukan untuk mengurangi keluahan mual muntah pada ibu hamil adalah pemberian aromaterapi lemon. Penelitian bertujuan untuk mengetahui efektifitas aroma terapi lemon untuk menangani emesis gravidarum. Penelitian ini menggunakan rancangan Quasi experiment  dengan  one group pre-post test design. Populasi penelitian adalah ibu hamil yang mengalami emesis gravidarum di Kecamatan Berbah, Sleman. Jumlah sampel 20 ibu hamil trimester pertama yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengukuran mual muntah dilakukan debelum dan setelah  pemberian aromaterapi lemon menggunakan Indeks Rhodes. Analisa data menggunakan uji Paired t-test. Hasil penelitian didapatkan rata-rata skor mual muntah sebelum pemberian aromaterapi lemon berdasarkan Indeks Rhodes pada Ibu Hamil dengan emesis gravidarum yaitu 22,1 dan terjadi penurunan skor setelah pemberian aromaterapi lemon menjadi 19,8. Ada pengaruh pemberian aromaterapi lemon dengan pengurangan mual muntah pada ibu hamil (p-value = 0.017). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian aromaterapi lemon efektif untuk mengurangi emesis gravidarum pada ibu hamil trimester pertama.  Kata kunci: aromaterapi lemon, emesis gravidarum THE EFFECTIVENESS OF LEMON AROMATHERAPY FOR HANDLING EMESIS GRAVIDARUM   ABSTRACT Studies estimate that nausea and vomiting (emesis gravidarum) occur in 50 – 90% of pregnancies. Nausea and vomiting of pregnancy have a significant impact on the body in which it makes a mother becomes weak, pale, and decreasing body fluid so that the blood becomes thick (hemoconcentration). This situation can slow down blood circulation and inflict the lack of oxygen and food supplies to the body tissues so that it can endanger the health of the mother and fetus. One of the therapies that is safe and can be conducted to reduce nausea and vomiting of pregnancy is by giving the lemon aromatherapy treatment. The research aims to determine the effectiveness of the aroma of lemon therapy to deal with emesis gravidarum. This study applied quasi-experimental research with one group pretest-posttest design. The population of this study was pregnant women who experienced emesis gravidarum. Furthermore, samples were 20 mothers from Berbah, Sleman taken by using a purposive sampling technique. Nausea and vomiting were assessed between before and after giving lemon aromatherapy using the Rhodes Index. The data were analyzed using the paired t-test. The mean score of nausea and vomiting before giving lemon aromatherapy on mother with emesis gravidarum based on the Rhodes Index was 22.1. However, it decreased after given lemon aromatherapy treatment to 19.8. Therefore, there was an effect on giving lemon aromatherapy treatment toward the decrease of nausea and vomiting for pregnant women (p-value = 0.017). Lemon aromatherapy is effective to reduce emesis gravidarum.  Keywords: lemon aromatherapy, emesis gravidarum


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Tatiana Siregar ◽  
Nelly Febriani

Latar belakang: Kondisi sasaran pencapaian Indonesia Sehat 2015 dari program MDG’s yang belum tercapai, sehingga dilanjutkan dengan program SDGs menjadikan Indonesia harus banyak berperan dalam semua kegiatan khsusnya di bidang kesehatan. Proses pencapaian cakupan program kesehatan sangat dipengaruhi oleh Health education yang dilakukan petugas kesehatan kepada warga, kesehatan masyarakat. Tujuan: Penelitain ini bertujuan untuk mengetahui perubahan perilaku hidup bersih sehat yang  dilaksanakan warga setelah diberikan intervesi health education.  Metode: Metode penelitian dilaksanakan secara quasi experiment pre dan post test.  Teknik mengambil sampel secara purposive Sampling pada 30 reponden kelompook intervensi dan 26 responden kelompok kontrol. Analisa data dilakukan secara paired t test. Hasil: Hasil di dapat ada perbedaan yang bermakna antara pengetahuan dan perubahan perilaku hidup bersih sehat repsonden sebelum dan sesudah diberi penyuluhan p value = 0,000. Saran: Diharapkan pemerintah setempat menggerakkan petugas kesehatan bersama-sama dengan warga melakukan perilaku hidup bersih sehat dalam kehidupan sehari-hari dengan memfasilitasi  sarana penunjang untuk menjalankan perilaku hidup bersih sehat, dengan maksimal pada warga. Kata kunci: Health eduation,  Perilaku Hidup Bersih Sehat


Author(s):  
Pooja A Mulchandani ◽  
Trupti Warude ◽  
Amrutkuvar Pawar

Objectives: To compare the effect of gluteal muscle strengthening along with conventional exercises versus conventional exercises alone on flat foot.Method: An experimental study conducted at Physiotherapy Department of Krishna Institute of Medical Sciences, Karad. A total of 52 subjects were equally divided into two groups using convenient sampling with random allocation (Groups A and B). Baseline treatment was given to both groups (intrinsic muscle strengthening). Group A was given intrinsic muscle strengthening alone while Group B was given gluteal muscle strengthening along with intrinsic muscle strengthening.Result: Statistical analysis was performed using paired t-test and unpaired t-test. In pre-intervention there was no statistically significant difference seen with p values for the navicular drop was 0.3563 and for Ink test was 0.7342. While on comparing the post-interventional values, the results between the two groups using paired t-test revealed that there was extremely significant difference seen with p-value for the navicular drop was <0.0001 and for Ink test was <0.0001.Conclusion: From the study, it can be concluded that there was a significant effect of gluteal muscle strengthening on the flat foot.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Desi Emiliasari Sabari ◽  
Mira Agusthia ◽  
Rachmawaty M. Noer

Penggunaan”tanaman mahkota dewa merupakan alternatif untuk mencegah efek radikal bebas pada DM. Selain itu dikenal juga beberapa obat anti diabetes seperti brotowali, mimba, daun salam dan lain-lain. Mahkota dewa sebagai obat asli indonesia banyak digunakan untuk berbagai penyakit diantaranya sebagai anti diabetes. Tujuan dari  penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh air rebusan buah mahkota dewa terhadap penurunan gula darah pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas Dabo Lama Kabupaten Lingga Penelitian. Rancangan penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode pengambilan sampel ini adalah purposive sample. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 18 orang dan data dianalisis menggunakan uji paired t-test. Hasil diketahui sebesar 88,9% sampel memiliki perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah pemberian air rebusan mahkota dewa, dan 11.1 % tidak memiliki perbedaan sebelum dan sesudah diberikan air rebusan makota dewa. Kesimpulan dari analisa data diketahui p-value bernilai 0,000 (p=<0,05), menunjukkan ada pengaruh air rebusan mahkota dewa terhadap penurunan gula darah pada pasien diabetes mellitus tipe II di Puskesmas Dabo Lama Kabupaten Lingga. Adanya pengaruh air rebusan buah mahkota dewa terhadap penurunan kadar gula darah dapat digunakan sebagai salah satu pengobatan alternatif non”farmakologi.


2022 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 157-167
Author(s):  
Siti Rohimah ◽  
Novia Puspita Dewi

Hipertensi merupakan faktor penyebab utama kematian akibat stroke dan jantung coroner. Salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah adalah aktivitas fisik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh aktivitas fisik jalan kaki terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Sindangkasih Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis. Penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen pre-test post-test control group design. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling lansia  hipertensi derajat 1 dan diperoleh 30 responden yang terbagi menjadi 2 kelompok. Instrumen dalam penelitian ini menggunakan tensimeter. Analisis data menggunakan  paired t-test. Hasil penelitian menunjukan adanya penurunan rata-rata tekanan darah sistolik pada responden kelompok intervensi sebesar 15 mmHg, sedangkan untuk penurunan rata-rata tekanan darah diastolic sebesar 13 mmHg. Pada kelompok kontrol terjadi penurunan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 4,3 mmHg dan penurunan rata-rata tekanan darah diastolik sebesar 4 mmHg. Hasil analisa data  menggunakan uji Independen Sample T-test didapatkan nilai signifikan p-value kelompok intervensi = 0,000 dengan ? = 0,05 .Karena p-value < 0,05 maka ada pengaruh aktivitas fisik jalan kaki terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Desa Sindangkasih Kecamatan Sindangkasih Kabupaten Ciamis Tahun 2021. Kesimpulan penelitian ini adanya pengaruh aktivitas jalan kaki selama 30 menit terhadap tekanan darah sistolik dan diastolik pada lansia hipertensi.


Author(s):  
Riska Putri Meiyana ◽  
Cornelia Dede Yoshima Nekada ◽  
Adi Sucipto

Abstrak Terapi komplementer merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah kesehatan. Hidroterapi dan relaksasi Benson merupakan terapi komplementer yang efektif terhadap tekanan darah dan nadi, namun masih jarang masyarakat yang memanfaatkannya. Diketahui ada pengaruh kombinasi hidroterapi dan relaksasi Benson (disebut hidroson) terhadap tekanan darah dan nadi. Metode penelitian pra-eksperimen, pre- and post- design dengan teknik purposive sampel pada 32 responden usia 26-65 tahun. Penelitian dilakukan dari tanggal 1-18 Maret 2019 di RT 19 dan 20, Sungapan V Desa Wahyuharjo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo dengan tiap responden diberikan intervensi selama 3 hari berturut-turut. Instrumen yang digunakan adalah sphygmomanometer digital untuk mengukur tekanan darah dan nadi 5 menit sebelum dan sesudah pemberian terapi. Tekanan darah dianalisis dengan wilcoxon test dan paired t-test untuk nadi. Hasil analisis menunjukkan tekanan darah sistolik sebelum terapi sebesar 118,25 mmHg dan setelah terapi sebesar 111,00 mmHg, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 7,25 mmHg dengan ρ Value 0,0001. Tekanan darah diastolik sebelum terapi sebesar 81,25 mmHg dan setelah terapi sebesar 78,75 mmHg, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 2,50 mmHg dengan ρ value 0,002. Nadi sebelum terapi sebesar 82,30 x/menit dan setelah terapi sebesar 80,64 x/menit, sehingga disimpulkan terjadi penurunan sebesar 1,66 x/menit dengan ρ value 0,003. Ada pengaruh yang signifikan terhadap pemberian kombinasi hidroterapi dan relaksasi Benson (hidroson) terhadap penurunan tekanan darah dan nadi di RT 19 dan 20, Sungapan V. Kata kunci: hidroterapi, Relaksasi Benson, tekanan darah, nadi Abstract Complementary therapy is one alternative to solving health problems. Hydrotherapy and Benson's relaxation are effective complementary therapies for blood pressure and pulse, but still few patients utilize it. There is a known effect of hydrotherapy and Benson relaxation combination (called hydrosol) on blood pressure and pulse. The study method was pre-experimental with pre and post design with a purposive sampling technique on 32 respondents aged 26-65 years. The study was conducted from 1-18 March 2019 in neighborhood 19 and 20, Sungapan V, Wahyuharjo Village, Lendah District, Kulon Progo. Regency Each respondent was given intervention with hydrosol therapy for 3 consecutive days. The instrument used was a digital sphygmomanometer to measure blood pressure and pulse 5 minutes before and after the administration of therapy. Blood pressure was analyzed by the Wilcoxon test while pulsing by paired t-test. The analysis showed that systolic blood pressure before therapy was 118.25 mmHg and after therapy became 111,00 mmHg, so there was a decrease of 7,25 mmHg with a p-value of 0,0001. The diastolic blood pressure before treatment was 81,25 mmHg and after therapy became 78,75 mmHg, so there was a decrease of 2,50 mmHg with a p-value of 0,002 mm. The pulse before therapy was 82,30 x / min and after therapy became 80,64 x / min, so there was a decrease of 1,66 x / min with ρ-value 0,003. There is a significant effect of giving a combination of hydrotherapy and Benson relaxation (hydrosol) on reducing blood pressure and pulse among 32 subjects in neighborhood 19 and 20, Sungapan V. Keywords: hydrotherapy, Benson Relaxation, blood pressure, pulse


2017 ◽  
Vol 3 (6) ◽  
pp. 693-696
Author(s):  
Muhaji Muhaji ◽  
Bedjo Santoso ◽  
Putrono Putrono

Background: Endotracheal suctioning is one of the common supportive measures in intensive care units (ICU), which may be related to complications such as hypoxia. However, a questionable efficacy is still identified to choose suctioning pressure between 130 mmHg and 140 mmHg that is effective for patients with endotracheal tube.Objective: To compare the effectiveness of 130 mmHg and 140 mmHg suctioning pressure on oxygen saturation in patients with endotracheal tube.Methods: This research used a quasy experimental design with pretest and posttest group. The study was conducted from 31 January to 1 March 2017 in the Hospital of Panti Wilasa Citarum and Hospital of Roemani Muhammadiyah Semarang. There were 30 samples recruited using consecutive sampling, with 15 assigned in the 130 mmHg and 140 mmHg suctioning pressure group. Pulse oximetry was used to measure oxygen saturation. Paired t-test and Independent t-test were used for data analysis.Results: Findings showed that there was a statistically significant effect of 130 and 140 mmHg suctioning pressure on oxygen saturation in patients with ETT with p-value <0.05. There was a significant mean difference of oxygen saturation between 130 mmHg and 140 mmHg suctioning pressure group with p-value 0.004 (<0.05). The mean difference of oxygen saturation between both groups was 13.157.Conclusion: The 140 mmHg suctioning pressure is more effective compared with 130 mmHg suctioning pressure in increasing oxygen saturation in patients with ETT.


2019 ◽  
Vol 9 (1) ◽  
pp. 56-61
Author(s):  
Asti Nuraeni ◽  
Sri Hartini

Proses menua merupakan proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan perbaikan kerusakan yang diderita. Masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia salah satunya adalah muskuloskeletal, yaitu penurunan massa dan tonus otot, serat otot berkurang ukurannya, kekuatan otot berkurang. Insiden jatuh di Indonesia tercatat dari 115 penghuni panti sebanyak 30 lansia atau sekitar 43,47%. Salah satu upaya mencegah terjadinya jatuh pada lansia yaitu dengan cara latihan keseimbangan fisik. Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh latihan keseimbangan fisik dengan penilaian Tinetti POMA terhadap penurunan kejadian lansia jatuh. Desain penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan metode one group pretest posttest design. Teknik sampling pada penelitian ini menggunakan metode simple random sampling dan besar sampel menggunakan Roschoe dengan jumlah sampel 30 responden. Hasil penelitian menunjukan bahwa Sebelum diberikan intervensi, menunjukan hasil bahwa responden lansia  yang memiliki risiko jatuh tinggi sebanyak 9 responden (30,0%), dan responden dengan risiko jatuh sedang sebanyak 21 responden (70,0%). Sedangkan setelah diberikan intervensi menunjukan hasil yang sama besar yaitu sebanyak 15 responden (50%) memiliki risiko jatuh sedang dan 15 responden (50%) memiliki risiko jatuh rendah. Hasil statistik dengan uji paired t test menunjukkan ada pengaruh latihan keseimbangan fisik lansia dengan kajian jatih pada lansia dengan P value 0,000. Perawat diharapkan mampu mencegah risiko jatuh pada lansia dengan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada petugas panti/ kader tentang pengkajian lansia yang beresiko jatuh yang kemudian untuk melakukan pencegahan pada lansia dengan diberikan latihan keseimbangan fisik.   Kata kunci : Tinetti POMA, latihan keseimbangan fisik   RISK DECREASING FALLS THROUGH TINETTI PERFORMANCE ORIENTED MOBILITY ASSESSMENT (POMA) ASSESSMENT WITH EXERCISEPHYSICAL BALANCE IN ELDERLY   ABSTRACT Aging is a process of slowly disappearing the ability of tissue to repair itself or replace and maintain its normal function so it cannot withstand infections and repair damage suffered. Health problems that often occur in the elderly, one of which is musculoskeletal, which is a decrease in muscle mass and tone, muscle fiber decreases in size, muscle strength decreases. The falling incident in Indonesia was recorded by 115 orphanage residents as many as 30 elderly or around 43.47%. One effort to prevent falls in the elderly is by physical balance training. The purpose of this study was to analyze the effect of physical balance training with the Tinetti POMA assessment of the decline in the incidence of elderly falls. The design of this study used a pre-experimental method with one group pretest posttest design. The sampling technique in this study used a simple random sampling method and the sample size used Roschoe with a sample of 30 respondents. The results showed that before the intervention was given, the results showed that elderly respondents who had a high risk of falling were 9 respondents (30.0%), and respondents with a moderate risk of falling were 21 respondents (70.0%). Whereas after being given the intervention showed the same results as many as 15 respondents (50%) had a risk of moderate fall and 15 respondents (50%) had a risk of falling low. Statistical results with paired t test showed that there was an effect of elderly physical balance training with a jatih study on the elderly with P value 0,000. Nurses are expected to be able to prevent the risk of falling on the elderly by providing knowledge to nursing staff / cadres about the study of elderly people who are at risk of falling who then to prevent the elderly by being given physical balance training. Keywords: POMA Tinetti, physical balance training


Author(s):  
Ifa Nurhasanah

Latar Belakang: Anemia merupakan keadaan tubuh seseorang yang memiliki kadar hemoglobin dibawah normal. Salah satu syarat untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu hamil dengan memberikan zat besi sebanyak 90 tablet selama kehamilan. Selain itu, dengan mengkonsumsi bahan makanan seperti kurma dan ubi jalar juga membantu untuk ibu hamil mendapatkan zat besi yang cukup. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian stik kurma ubi jalar terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil. Metode: Penelitian ini menggunakan eksperimen semu (quasi experiment) dengan jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 ibu hamil yang dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Jangkar. Hasil: Hasil uji statistik yang digunakan adalah uji paired T-test dimana terdapat perbedaan kadar hemoglobin sebelum dan setelah diberikan intervensi (konsumsi “stik kurma ubi jalar) dalam 5 hari dengan nilai rata-rata (mean) yaitu 0,31 gr/dL dan p-value 0,010<0,05. Simpulan: Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian stik kurma ubi jalar berpengaruh terhadap peningkatan kadar Hb pada ibu hamil.   Kata Kunci : Pemberian stik kurma ubi jalar, peningkatan kadar hemoglobin, ibu hamil


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document