Hubungan Pengetahuan Terkait Gizi, Asupan Karbohidrat, dan Aktivitas Fisik Dengan Kebugaran Jasmani Pada Atlet Cabang Olahraga Permainan

Author(s):  
Siti Tumanina Triandari ◽  
Iin Fatmawati ◽  
Taufik Maryusman ◽  
Ikha Deviyanti Puspita

Abstrak Latar belakang: Kebugaran di Indonesia masih termasuk kategori yang rendah. Berdasarkan data Sport Development Index (SDI) kebugaran jasmani di Indonesia sebesar 21% dan pada DKI Jakarta sebesar 25%. Sedangkan menurut data Pusat Pelatihan Olahraga Pelajar (PPOP) DKI Jakarta ditemukan sebesar 47% atlet cabang olahraga permainan memiliki kebugaran jasmani kurang.  Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan pengetahuan terkait gizi, asupan karbohidrat, dan aktivitas fisik dengan kebugaran jasmani pada atlet cabang olahraga permainan Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional dengan jumlah sampel 51 atlet cabang olahraga permainan dari kelas 10, 11, dan 12 di SMA Ragunan Jakarta. Pengambilan dan pengumpulan data pengetahuan terkait gizi menggunakan kuesioner, data asupan karbohidrat dengan metode food recall 2x24 jam, data aktivitas fisik dengan kuesioner IPAQ-SF, dan data kebugaran jasmani dengan metode Cooper Test. Data yang diperoleh dilakukan uji Chi Square. Hasil: Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan pengetahuan terkait gizi (p = 0,000), asupan karbohidrat (p = 0,044) dengan kebugaran jasmani, dan tidak ada hubungan aktivitas fisik (p = 0,727) dengan kebugaran jasmani. Kesimpulan: Pengetahuan gizi dan asupan karbohidrat berhubungan dengan kebugaran jasmani. Kata kunci: Aktivitas fisik; asupan karbohidrat; kebugaran jasmani; pengetahuan terkait  gizi.   Abstract Background: Physical fitness in Indonesia is still on a low category. Based on Sport Development Index (SDI), Indonesia’s Physical Fitness is 21% and 25% on Jakarta. Meanwhile, based on DKI Jakarta’s Pusat Pelatihan Olah Raga Pelajar (PPOP), it is found that 47% of sports games athlete have a low physical fitness. This research purpose is to find out the correlation of nutrition knowledge, carbohydrate intake, and physical activity to physical fitness on sports games athlete. Methods: This research use a cross sectional design, the samples of this research are 51 gaming sports athlete from class 10, 11, and 12 in Jakarta’s Ragunan Senior High School. Nutritional knowledge data are collected through a questionare, carbohydrate intake data are collected with 2x24 hours food recall method, physical activity data are collected through IPAQ-SF questionare, and physical fitness data are collected with Cooper Test method. The collected data are processed through Chi Square test. Result: After data analysis, it is found that there are a correlation of nutritional knowledge (p= 0,000) and carbohydrate intake (p=0,044) to physical fitness, but there is no correlation of physical activity (p=0,727) to physical fitness. Conclusion: There is a correlation between nutritional knowledge and carbohydrate intake with physical fitness Keywords: Carbohydrate intake, nutritional knowledge,  physical activity, physical fitness.

Nutrients ◽  
2020 ◽  
Vol 12 (4) ◽  
pp. 1142
Author(s):  
Marina Camblor Murube ◽  
Elena Borregon-Rivilla ◽  
Gonzalo Colmenarejo ◽  
Elena Aguilar-Aguilar ◽  
J. Alfredo Martínez ◽  
...  

The aim of this study was to evaluate the distribution of energy intake and macronutrients consumption throughout the day, and how its effect on nutritional status can be modulated by the presence of the rs3749474 polymorphism of the CLOCK gene in the Cantoblanco Platform for Nutritional Genomics (“GENYAL Platform”). This cross-sectional study was carried out on 898 volunteers between 18 and 69 years old (65.5% women). Anthropometric measurements, social issues and health, dietary, biochemical, genetic, and physical activity data were collected. Subsequently, 21 statistical interaction models were designed to predict the body mass index (BMI) considering seven dietary variables analyzed by three genetic models (adjusted by age, sex, and physical activity). The average BMI was 26.9 ± 4.65 kg/m2, 62.14% presented an excess weight (BMI > 25 kg/m2). A significant interaction was observed between the presence of the rs3749474 polymorphism and the evening carbohydrate intake (% of the total daily energy intake [%TEI]) (adjusted p = 0.046), when predicting the BMI. Participants carrying TT/CT genotype showed a positive association between the evening carbohydrate intake (%TEI) and BMI (β = 0.3379, 95% CI = (0.1689,0.5080)) and (β = 0.1529, 95% CI = (−0.0164,0.3227)), respectively, whereas the wild type allele (CC) showed a negative association (β = −0.0321, 95% CI = (−0.1505,0.0862)). No significant interaction with the remaining model variables was identified. New dietary strategies may be implemented to schedule the circadian distribution of macronutrients according to the genotype. Clinical Trial number: NCT04067921.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 33
Author(s):  
Sonya Rosa ◽  
Lolita Riamawati

Background: Central obesity is a condition where there is a lot of fat accumulating in the body especially around the abdomen. Intake of micronutrients such as calcium and water that are lacking and low physical activity in office workers can cause central obesity.Objectives: This study aims to analyze the relationship between micronutrient intake (calcium and water) and physical activity with central obesity in office workers in PT X, Lamongan.Methods: This study was carried out using a analytic observational method using a cross sectional study design with a quantitative approach. The research sample was 44 office workers in PT X, Lamongan who were taken randomly. Data collected included measurements of waist circumference, measurements of body weight and height, 3x24 hour food recall and physical activity questionnaire. Analysis of the data in this study used a Chi-square test with 95% CI (α = 0.05).Results: This study showed that micronutrient intake consisting of calcium intake (p = 0.486) and water intake (p = 1.000) was not associated with central obesity. Meanwhile, there is a relationship between physical activity and central obesity in office workers (p = 0.028, OR = 5.40).Conclusions: Central obesity in office workers has a relationship with physical activity. However, micronutrient intake (calcium and water) is not associated with central obesity in office workers. Workers should routinely monitor their weight and abdominal circumference together with physical activities such as exercise to prevent central obesity.ABSTRAKLatar Belakang: Obesitas sentral adalah suatu keadaan dimana terdapat banyak lemak yang menumpuk di dalam tubuh khususnya di sekitar perut. Asupan zat gizi mikro seperti kalsium dan air yang kurang serta rendahnya aktivitas fisik pada pekerja bagian perkantoran dapat menyebabkan terjadinya obesitas sentral.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara asupan zat gizi mikro (kalsium da air) dan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada pekerja bagian perkantoran di PT X, Lamongan.Metode: Penelitian ini dilaksanakan dengan metode observasional analitik menggunakan desain studi cross sectional dengan pendekatan kuantitatif. Sampel penelitian sebesar 44 pekerja bagian perkantoran di PT X, Lamongan yang diambil secara acak. Data yang dikumpulkan meliputi pengukuran lingkar perut, pengukuran berat badan dan tinggi badan, food recall 3x24 jam dan kuesioner aktivitas fisik. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-s     quare dengan CI sebesar 95% (α = 0.05).Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa asupan zat gizi mikro yang terdiri dari asupan kalsium (p=0,486) dan asupan air (p=1,000) tidak berhubungan dengan kejadian obesitas sentral. Sementara  itu, terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kejadian obesitas sentral pada pekerja bagian perkantoran (p=0,028, OR=5,40).Kesimpulan: Obesitas sentral pada pekerja bagian perkantoran memiliki hubungan dengan aktivitas fisik. Akan tetapi, asupan zat gizi mikro (kalsium dan air) tidak berhubungan dengan obesitas sentral pada pekerja bagian perkantoran. Pekerja sebaiknya melakukan pemantauan terhadap berat badan dan lingkar perut secara rutin bersamaan dengan melakukan aktivitas fisik seperti berolahraga untuk mencegah terjadinya obesitas sentral.


Author(s):  
Dian Nur Khalifah ◽  
Alfi Fairuz Asna ◽  
Afrinia Eka Sari

<p><strong>ABSTRAK</strong></p><p><strong></strong> <em><strong>Latar belakang:</strong></em> Kegemukan terjadi akibat dari asupan energi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengeluaran energi. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kegemukan sering diabaikan oleh masyarakat seperti kebiasaan sarapan yang kurang baik dan rendahnya aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak sekolah dasar.</p><p><em><strong>Tujuan:</strong> </em>Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan konsumsi sarapan dan aktivitas fisik dengan kejadian kegemukan pada anak sekolah dasar.</p><p><strong>Metode:</strong> Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan cross sectional dengan 130 subjek dan menggunakan uji chi square pada tingkat kemaknaan 95% (α=0,05).Pengambian data kebiasaan sarapan menggunakan kuesioner ang sudah divalidasi, pengambilan data aktivitas fisik menggunakan kuesioner PAQ-C (Physical Activity Questionaire for Children) dan data status gizi diambil dengan melakukan penimbangan serta pengukuran tinggi badan kemudian diklasifikasikan menggunakan indikator IMT/U.</p><p><em><strong>Hasil:</strong> </em>Hasil analisis menggunakan uji chi square menunjukkan terdapat hubungan antara kebiasaan konsumsi sarapan dengan kegemukan pada subjek (p=0,009) dan terdapat hubungan antara aktivitas fisik dengan kegemukan pada subjek (p=0,000).</p><p><em><strong>Kesimpulan:</strong></em> Kesimpulan penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan konsumsi sarapan dan aktivitas fisik dengan kegemukan pada anak usia sekolah dasar.</p><p><strong>KATA KUNCI:</strong> aktivitas fisik; kebiasaan sarapan; kegemukan</p><p><strong><br /></strong></p><p><strong>ABSTRACT</strong></p><p><em><strong>Background:</strong> </em>Overweight occurs as a result of higher energy intake compared to energy expenditure. Many people often underestimate about factors that can lead to overweight, such as bad breakfast habits and low physical activity in elementary school children.</p><p><em><strong>Objectives:</strong></em> The purpose of this study is to determine a correlation between breakfast habits and physical activity of students in elementary school with overweight.</p><p><em><strong>Methods:</strong></em> This study was an observational study with a cross-sectional design with 130 of the students and tests of the significance level of 95% (α=0.05). Breakfast habits data obtained using a validated questionnaire, physical activity data collection using the PAQ-C (Physical Activity Questionnaire for Children) and nutritional status data were taken by weighing and measuring height then classified using BMI/U indicators.</p><p><em><strong>Results:</strong></em> The result of the analysis using a chi-square test showed that there was a correlation between breakfast habits and overweight (p=0,009) and there was a correlation between physical activity with overweight (p=0.000).</p><p><em><strong>Conclusions:</strong></em> The conclusion, there are correlations between breakfast habits and physical activity with overweight among primary school children.</p><p><strong>KEYWORDS</strong>: physical activity, breakfast habits, overweight</p>


2021 ◽  
Vol 10 (3) ◽  
pp. 207-217
Author(s):  
Bela Daniartama ◽  
Etisa Adi Murbawani ◽  
Hartanti Sandi Wijayanti ◽  
Ahmad Syauqy

Latar Belakang: Pre Menstrual Syndrome (PMS) dapat menyebabkan masalah berupa gangguan fisik, kesehatan mental, dan gangguan fungsional dalam konteks sosial dan pekerjaan perempuan. Faktor yang dapat mempengaruhi PMS yaitu status gizi.Tujuan: Mengetahui hubungan status gizi dengan risiko dan tingkat intensitas PMS pada mahasiswi dengan beberapa pengukuran antropometri.Metode: Penelitian cross sectional yang melibatkan 77 mahasiswi Universitas Diponegoro. Pengukuran status gizi dilakukan dengan pengukuran berat badan, tinggi badan, Indeks Massa Tubuh (IMT), lingkar pinggang, lingkar panggul, rasio lingkar pinggang panggul, dan persen lemak tubuh. Shortened Premenstrual Assesment Form (sPAF) untuk mengukur intensitas gejala PMS. International Physical Activity Questionaire-Short Form (IPAQ-SF) untuk mengukur aktivitas fisik. Food recall 3×24 untuk mengukur rata-rata asupan. Data dianalisis dengan uji Chi Square dan uji Regersi Logistik.Hasil: Obesitas dengan IMT ≥23 kg/m2 (OR 3,944; 95% CI 1,091-14,251; p<0,05), persen lemak tubuh ≥32% (OR 3,289; 95% CI 1,022-10,584; p<0,05), dan lingkar pinggang ≥80 cm (OR 4,696, 95% CI 1,201-18,360; p<0,05) dapat meningkatan risiko dan intensitas PMS.Simpulan: Peningkatan IMT, persen lemak tubuh, lingkar pinggang dapat meningkatkan risiko dan intensitas PMS.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Ari Arty Abriani ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan    


Author(s):  
Afrida Nur Hidayati ◽  
Hamam Hadi ◽  
Dewi Astiti

<p><strong>ABSTRACT</strong></p><p><strong>Background: </strong>Riskesdas 2013 stated that 15 provinces had a prevalences of Diabetes Melitus disease above national prevalence. DIY province is one province with high prevalence of DM disease as many as 3,0%. Hyperglicemia is a sign of DM disease. Physical activity is one of the management programs in hyperglycemia patients. Physical activity plays a role in controlling the body’s blood glucose by turning glucose into energy.</p><p><strong>Objectives:</strong> To know the correlation between physical activity and hyperglikemia on Kyai and teacher in Islamic Boarding School in Special Region Yogyakarta (DIY).</p><p><strong>Methods:</strong> The study was an observational analytic study with Cross Sectional design. Population in this research was Kyai and teacher at Islamic Boarding School of DIY which amount 579 people. The minimum number of samples obtained was 184 respondents with probability proportional to size (PPS) sampling technique. Bllod Glucose data using <em>Easy Touch </em> and physical activity data using International Physical Activity Questionaire (IPAQ) questionnaire. Data analysis in the form of frequency distribution, mean different test (<em>T-</em>test) and Chi Square test is done by using SPSS software.</p><p><strong>Results:</strong> Based on <em>T-test </em>showed that there was a difference of blood glucose between group of physical activity less with group activity enought but the difference was not significant with t-value = 0,446, p-value = 0,656, and mean different = 3,127,  and result of <em>Chi Square </em>test showed no significant correlation between physical activity and hyperglycemia with p-value = 0,969.</p><p><strong>Conclusions:</strong> There was no correlation between physical activity and hiperglikemia.</p><p><strong>KEYWORDS:</strong> hyperglicemia, Islamic Boarding School, Kyai, physical activity teacher</p>


2020 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-6
Author(s):  
Ari Arty Abriani ◽  
Farida Wahyu Ningtyias ◽  
Sulistiyani Sulistiyani

Latar Belakang: Pubertas pada remaja putri ditandai dengan menstruasi yang terdapat beberapa gangguan, salah satunya  Pre Menstrual Syndrome (PMS). Studi pendahuluan yang dilakukan menunjukkan bahwa 95,24% remaja putri di SMK Negeri 1 Jember mengalami PMS. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium), status gizi, dan aktivitas fisik dengan kejadian PMS pada remaja putri di SMK Negeri 1 Jember. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik analisis menggunakan uji chi-square. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner Food Frequency Questionnaire  (FFQ) , kuesioner Food  Recall, angket PMS (Lembar Catatan Harian), angket Physical Activity Level (PAL), dan lembar observasi pengukuran status gizi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (77,1%), kalsium (74,7%), dan magnesium (72,3%) adalah defisit, status gizi normal (55,4%), aktivitas fisik ringan (57,8%), dan mengalami PMS ringan (61,5%). Kesimpulan: Terdapat hubungan antara tingkat konsumsi makanan sumber vitamin B6 (p=0,000), kalsium (p=0,000), magnesium (p=0,020), dan aktivitas fisik (p=0,000) dengan kejadian PMS. Sebagian besar remaja putri termasuk usia remaja menengah, memiliki tingkat konsumsi makanan (vitamin B6, kalsium, magnesium) yang defisit, status gizi normal, aktivitas fisik ringan, dan mengalami PMS ringan   


2020 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 46
Author(s):  
Nurlita Kurnia Wijaya ◽  
Elida Ulfiana ◽  
Sylvia Dwi Wahyuni

Introduction: The aging process in the course of human life is a natural thing. Elderly with age> 60 years who can maintain functional physical fitness will slow down degenerative processes. However, the fact found in the community is that there are still many older people who experience physical deterioration because they do not maintain the physical fitness of the elderly. This study aims to determine the level of physical fitness in the elderly.Method: This study used a cross-sectional study. The total sample in this study was 108 respondents who were determined based on inclusion and exclusion criteria. The independent variables in this study were individual characteristics (gender, age, marital status, and several dependents), physical activity, and lifestyle. The dependent variable in this study is the level of physical fitness in the elderly. The instruments in this study used questionnaires and physical fitness tests for the elderly. The analysis in this study used the chi-square test.Result: The results of this study indicate an association between age (0,000), marital status (0,027), physical activity (0,508), and lifestyle (0,034) with physical fitness levels.Conclusion:  The elderly do physical activities according to their abilities and diligently exercise and live a good lifestyle; their physical fitness will also be functional.


2019 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 11-22
Author(s):  
Elok Dwi Anggitasari ◽  
Fillah Fithra Dieny ◽  
Aryu Candra

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan somatotype dengan kesegaran jasmnai atlet sepak bola. Desain penelitian cross sectional dengan sampel sebanyak 42 subjek dipilih secara random sampling. Data somatotype didapatkan dari pengukuran antropometri terdiri dari berat badan, tinggi badan, trisep, suprailiaca, subscapular, calf skinfold, humerus width, fumerus width, dan flixed arm girth yang dihitung dengan metode antropometri Heath-Carter untuk menghasilkan skor somatotype yaitu endomorph, mesomorph, dan ectomorph. Data kesegaran jasmani diperoleh dengan tes ACSPFT (Asian Committee on the Standarization of Physical Fitness Test) terdiri dari tes kecepatan, daya ledak otot, ketangkasan, kelenturan, dan kekuatan. Data asupan zat gizi diperoleh dengan metode food recall 3x24 jam. Data dianalisis menggunakan uji chi-square dan kolmogorov-smirnov. Dari semua subjek diperoleh 19% memiliki tipe tubuh endomorph, 26.2% mesomorph, dan 54.8% ectomorph. Secara keseluruhan subjek memiliki kesegaran jasmani 73.8% baik, 21.4% sedang, dan 4.8 % kurang. Ada hubungan somatotype dengan kecepatan (p=0,034), daya ledak otot (p=0.0001), ketangkasan (p=0.0001), kelenturan (p=0.041), kekuatan (p=0.003) dan kesegaran jasmani (p=0.045). Tipe ectomorph dan dan mesomorph memiliki komponen kesegaran jasmani lebih baik dibandingkan tipe endomorph. Asupan energi (p=0.035) dan somatotype (p=0.045) merupakan variabel yang paling berpengaruh terhadap kesegaran jasmani  Correlation of Somatotype with Physical Fitness of Football AthletesAbstractThe aim of this study is to analyze the correlation of somatotype with physical fitness in football athletes. A cross sectional study with 42 subjects was selected by random sampling. Somatotype assessed with anthropometric measurements consists of weight, height, tricep, suprailiaca, subscapular, skinfold calf, humerus width, fumerus width, flixed arm girth. The somatotype components were calculating Heath-Carter anthropometric method to obtained somatotype score endomorph, mesomorph, and ectomorph. Physical fitness were obtained by the ACSPFT (Asian Committee on the Standarization of Physical Fitness Test) consists of speed, muscular explosive power, agility, flexibility, and strength. Data of nutrient intake were obtained by food recall method 3x24 hours. Data analyzed by chi-square and kolmogorov-smirnov test. Subjects were 19% endomorph, 26.2% mesomorph, and 54.8% ectomorph. Overall subjects had a good physical fitness 73.8%, 21.4% moderate, and 4.8% less. There were various somatotype correlation with speed (p=0.034), muscle explosive power (p=0.0001), agility (p=0.0001), flexibility (p=0.041), strength (p=0.003) and physical fitness (p=0.045). The ectomorph and mesomorph types had better physical fitness components than the endomorph type. Energy intake (p=0.035) and somatotype (p=0.045) were the most influential variables on physical fitness.


2019 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 39-48
Author(s):  
Enggar Wijayanti ◽  
Ulfa Fitriani

Latar Belakang. Anemia merupakan salah satu permasalahan gizi yang banyak terjadi di negara berkembang. Faktor gizi yang turut berkontribusi terhadap kejadian anemia diantaranya adalah kurangnya asupan zat gizi yang memengaruhi pembentukan Hemoglobin (Hb) pada penderita anemia. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran konsumsi energi, protein, zat besi, asam folat, vitamin C, vitamin A, dan seng pada subjek penderita anemia dibandingkan dengan angka kecukupan gizi (AKG) yang diduga menjadi faktor penyebab anemia. Metode. Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross-sectional dan merupakan bagian dari penelitian “Observasi Klinik Formula Jamu Anemia” yang dilakukan pada bulan Maret-Desember 2018. Jumlah subjek sebanyak 83 orang dengan rentang usia 16-49 tahun. Data konsumsi makanan dikumpulkan dengan wawancara menggunakan food recall 24 jam dan selanjutnya dianalisis dengan program Nutrisurvey. Hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar subjek memiliki status gizi normal. Tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng subjek kurang dari AKG, konsumsi energi dalam kategori cukup, dan konsumsi protein, vitamin A serta vitamin C lebih dari AKG. Hasil uji bivariat chi-square menunjukkan tidak ada korelasi yang bermakna antara status anemia dengan konsumsi zat gizi (p>0,05). Kesimpulan. Wanita usia subur (WUS) yang menderita anemia rata-rata memiliki tingkat konsumsi zat besi, asam folat, dan seng kurang dari AKG


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document