Jurnal Pattingalloang
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

62
(FIVE YEARS 48)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Negeri Makassar

2355-2840

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 110
Author(s):  
Sumardiansyah Perdana Kusuma

Berbicara mengenai sejarah, maka kita dapat melihatnya melalui dua dimensi, yaitu dimensi ilmu dan dimensi pengajaran. Dimensi ilmu dibangun dari sebuah metodologi yang bertujuan untuk mencari, menemukan, dan menyampaikan kebenaran secara apa adanya. Sedangkan dimensi pengajaran dibangun dari pertimbangan-pertimbangan terutama berkaitan dengan nilai-nilai ideologis yang dianut oleh sebuah negara.Tampak terjadi persinggungan disini ketika sesuatu yang seharusnya disampaikan secara apa adanya, namun justru tidak tersampaikan dikarenakan ada pertimbangan tertentu. Situasi yang semula objektif malah bergeser menjadi subjektif, demikian kita bisa menafsirkan hal tersebut. Dalam pandangan esensialis sejarah diarahkan untuk pengembangan aspek intelektual semata, tujuan pengajaran sejarah yang mengarah kepada nilai-nilai dianggap sebagai pencemaran terhadap kemurnian sejarah.Mengenai pengajaran sejarah maka tidak dapat dilepaskan dari keberadaan guru sejarah, yang secara profesi tugasnya adalah melakukan diseminasi berkenaan dengan konten materi sejarah sebagaimana termuat dalam kurikulum. Daya jangkau serta pengaruh official history yang menggunakan saluran pendidikan lebih nyata daripada alternative history yang biasanya tersebar pada lingkup yang terbatas berupa hasil-hasil penelitian sejarawan yang kadang agak sulit untuk diakses oleh publik.Kata Kunci :  perspektif pengajaran sejarah di Indonesia AbstractTalking about history, we can see it through two dimensions, namely the dimension of science and the dimension of teaching. The dimension of knowledge is built from a methodology that aims to find, find, and convey the truth as it is. Whereas the teaching dimension is built from considerations mainly related to ideological values held by a country.There appears to be an intersection here when something is supposed to be delivered as is, but it is not conveyed because there are certain considerations. The situation that was originally objective even shifted to subjective, so we can interpret that. In the historical essentialist view directed at the mere development of intellectual aspects, the purpose of teaching history that leads to values is considered to be a pollution of the purity of history.Speaking of the teaching of history, it cannot be separated from the existence of a history teacher, whose profession is the task of disseminating information regarding the content of historical material as contained in the curriculum. The reach and influence of official history using educational channels are more evident than alternative history, which is usually spread over a limited scope in the form of the results of historian research, which is sometimes rather difficult for the public to access.Keywords: perspective of teaching history in Indonesia


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Nurhayati Nurhayati

Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan tujuan yang akan di capai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan mengajar guru-guru sejarah dengan menggunakan salah satu model pembelajaran yaitu model kooperatif tipe STAD. Pada kedua guru sejarah yang menjadi responden dalam penelitian ini mengikuti pembimbingan/ pembinaan tentang bagaimana strategi model-model pembelajaran kooperatif diterapkan kedalam RPP termasuk model kooperatif Tipe STAD, sekaligus mampu menerapkan dengan baik didalam Kelas.Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yaitu siklus I dilakukan 2 kali pertemuan dan siklus II juga dilakukan 2 kali pertemuan, yang dilakukan selama 2 bulan dan ditambah dengan merangkum semua hasil penelitian yang ada. Hasilnya peningkatan belajar peserta didik melalui model kooperatif tipe STAD ini adalah dilihat dari  1) Persepsi awal dan akhir siswa bahwa (a).  Pada guru yang mengajar dikelas X.I  yakni Ada perubahan sikap belajar siswa terhadap cara mengajar gururnya dari tidak senang sekitar 62,08 persen pada siklus I menjadi sangat senang sekitar 75,86 persen pada siklus II. Ada kenaikan sekitar 13,78 persen. (b). Pada guru yang mengajar dikelas XI.IPA.1 yakni Ada perubahan sikap belajar siswa terhadap cara mengajar gurunya dari tidak senang sekitar 52,77 persen pada sekitar 52,77 persen pada siklus I, menjadi sangat senang sekitar 75 persen pada siklus II, ada kenaikan sekitar 22,23 persen. 2) Kemampuan Mengajar Guru dimana (a). ada perubahan sikap dan cara mengajar guru dikelas X.I dari kategori kurang sekitar 29,5 pada siklus I, menjadi kategori baik sekitar 53,5 pada siklus II. Ada kenaikan skor sekitar 24. Dan (b)  ada perubahan sikap dan cara mengajar guru di kelas XI.IPA.1 dari kategori cukup sekitar 35,5 pada siklus I, menjadi kategori baik sekitar 62. Pada siklus II ada kenaikan skor sekitar 26,5.Kata Kunci :  Peningkatan, Kemampuan Mengajar Guru Sejarah, model kooperatif tipe STAD. Abstract          This research is a classroom action research that aims at the objectives to be achieved in the implementation of this research is to determine the ability of teaching history teachers by using one of the learning models, namely the STAD cooperative model. The two history teachers who were respondents in this study followed the guidance / coaching on how the strategies of cooperative learning models were applied into the lesson plans, including the STAD Type cooperative model, as well as being able to apply well in the classroom.          This research was conducted in two cycles, namely cycle I conducted 2 meetings and cycle II also held 2 meetings, conducted for 2 months and supplemented by summarizing all existing research results. The result is an increase in student learning through the STAD type cooperative model is seen from 1) the students' initial and final perceptions that (a). In teachers who teach in class X.I namely There is a change in student learning attitudes toward the way of teaching the teacher from not happy about 62.08 percent in the first cycle to very happy about 75.86 percent in the second cycle. There was an increase of around 13.78 percent. (b). In the teacher who teaches in class XI.IPA.1 ie There is a change in students' learning attitudes towards how to teach their teacher from not happy about 52.77 percent to about 52.77 percent in the first cycle, to be very happy about 75 percent in the second cycle, there was an increase around 22.23 percent. 2) Teachers' Ability to Teach where (a). there is a change in the attitudes and ways of teaching teachers in class X.I from the lack of about 29.5 in the first cycle, to a good category around 53.5 in the second cycle. There was an increase in scores of about 24. And (b) there was a change in attitude and way of teaching teachers in class XI.IPA.1 from enough categories around 35.5 in cycle I, to a good category of about 62. In cycle II there was an increase in scores of about 26, 5 In connection with the above results.Keywords: Improvement, History Teacher Teaching Ability, STAD type cooperative model.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Bunga Oktaveanry Nagara ◽  
Lelly Qodariah ◽  
Jumardi Jumardi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran talking stick terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas X di SMK Grafika Yayasan Lektur. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif eksperimen. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelas XA sebagai kelas eksperimen dan kelas XB sebagai kelas kontrol. Pada uji validitas instrumen menggunakan korelasi biserial dengan 25 butir soal pilihan ganda dengan 15 butir soal valid an 10 butir soal yang tidak valid. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) terdapat perbedaan hasil belajar yang diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran talking stick lebih tinggi daripada hasil belajar yang diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran konvensional, dari analisis data diperoleh rata-rata kelas eksperimen 87,16 dan kelas kontrol 66,85, (2) hasil pengujian hipotesis yang diperoleh thitung>ttabel yaitu  2,107>2,002 pada taraf signifikan α=0,05. Hal tersebut berarti hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima dan dinyatakan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran talking stick terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas X di SMK Grafika Yayasan Lektur. Kesimpulannya bahwa terdapat pengaruh dari model pembelajaran talking stick terhadap hasil belajar peserta didik pada mata pelajaran sejarah kelas X di SMK Grafika Yayasan Lektur.Kata kunci: model pembelajaran talking stick, hasil belajar AbstractThis study aims to determine the effect of the talking stick learning model on student learning outcomes in class X history subjects at the SMK Grafika Foundation for Literature.  The research method used was an experimental quantitative research method.  The sample used in this study is class XA as an experimental class and class XB as a control class. In the validity test the instrument uses biserial correlation with 25 multiple choice questions with 15 valid items and 10 invalid items.  Data analysis techniques used were normality test, homogeneity test and hypothesis testing using t test. The results showed that: (1) there were differences in learning outcomes that were treated using the talking stick learning model higher than learning outcomes that were treated using conventional learning models, from the analysis of the data obtained an experimental class average of 87.16 and a control class 66,  85, (2) the results of testing the hypothesis obtained tcount> ttable is 2.107> 2.002 at a significant level α = 0.05.  This means that the hypothesis in this study can be accepted and it is stated that there is an effect of the talking stick learning model on student learning outcomes in class X history subjects at SMK Grafika Literature Foundation. The conclusion that there is an influence of the talking stick learning model on student learning outcomes in classs X history subjects at SMK Grafika Literature Foundation.Keywords: talking stick learning model, learning outcomes


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 40
Author(s):  
Jumardi Jumardi ◽  
Ruli R ◽  
Abdulhadi Abdulhadi ◽  
Atika Siska ◽  
Viki A ◽  
...  

Transportasi kereta api di Indonesia umumnya dan Jakarta khususnya memiliki sejarah yang cukup panjang. Kereta Rel Listrik (KRL), Mass Rapid Transit (MRT) dan Light Rail Transit (LRT) merupakan perkembangan moda transportasi kereta api masa kini. Perkembangan transportasi tidak terlepas dari kepentingan penjajah dalam mengeksploitasi hasil bumi Indonesia. Hingga pada masanya kereta api menjadi angkutan massal yang murah. Metode penelitian menggunakan metode historis dan wawancara. Hasil penelitian diperoleh bahwa kereta api di Jakarta dimulai pada tahun 1869 hingga 1873. Pembangunan jalur kereta api diperuntukkan bagi pengangkutan hasil bumi di wilayah Buitenzorg ke batavia atau sebaliknya. Pada perkembangannya, kereta api dianggap mampu juga berperan sebagai angkutan tenaga kerja dan kemudian berkembang lagi menjadi angkutan massal di DKI Jakarta.Kata Kunci : Transportasi, Kereta Api  AbsractRail transportation in Indonesia in general and Jakarta in particular has a fairly long history. Electric Rail Trains (KRL), Mass Rapid Transit (MRT) and Light Rail Transit (LRT) are the development of today's rail transportation modes. The development of transportation is inseparable from the interests of the colonizers in exploiting Indonesian agricultural products. Until the time the train became a cheap mass transportation. The research method uses historical methods and interviews. The results were obtained that the railroad in Jakarta began in 1869 until 1873. The construction of the railroad was intended for transportation of agricultural products in the Buitenzorg region to Batavia or vice versa. In its development, the train is considered capable of also acting as a transportation of labor and then developing again into mass transportation in DKI Jakarta.Keywords : Transportation, Train


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Yusuf Yusuf

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang Jepang di Bima dan reaksi Sultan dan masyarakat Bima terhadap kedatangan Jepang serta dampaknya terhadap masyarakat. Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu sejarah, sehingga tahap penelitian yang dilakukan adalah (1) Heuristik atau pengumpulan data, (2) Kritik (3) Interprtasi dan (4) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bahwa Berdasarkan  pada pembagian wilayah kontrol pendudukan Jepang di Bima bahwa kawasan Indonesia bagian timur berada di bawah kontrol Armada (Angkatan) Laut yang berpusat di Makassar. Setelah menduduki Sulawesi Selatan pada tanggal 9 Februari 1942, Jepang terus melakukan gerak invasinya ke Nusa Tenggara, antara lain Kupang di Nusa Tenggara Timur (NTT) serta Bima di Kepulauan Sumbawa. Armada Laut Jepang dibawah pimpinan Kolonel Saito mendarat di Pelabuhan Bima pada tanggal 17 Juli 1942. Kedatangannya di sambut baik oleh penduduk setempat, sekalipun mereka (masyarakat Bima) di selimuti rasa khawatir atas rencana Asisten Residen Belanda, H.E. Haak untuk kembali berkuasa di Bima, karena itu dengan mudah Jepang menduduki Bima. Dampak keberadaan Jepang di Bima dibidang sosial diantaranya terjadi keresahan sosial dan porak-porandanya tata kehidupan sosial masyarakat. Agama dan adat yang selama ini dijunjung tinggi oleh masyarakat “terpaksa” harus dilanggar. Sementara dampak dibidang Ekonomi, berupa keterpurukkan Ekomomi, sebab masyarakat tidak lagi mencurahkan perhatian sepenuhnya untuk mengolah lahan pertaniannya. Penderitaan masyarakat berakhir setelah Jepang kalah dan menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada bulan Agustus 1945. Sejak itu, pemerintahan pendudukan Jepang berakhir di Bima khususnya dan Indonesia pada umumnya. Kata Kunci: Pendudukan, Japang di BimaAbstractThis study aims to describe the background of Japan in Bima and the reaction of the Sultan and the people of Bima to the arrival of Japan and its impact on society. This study uses a historical science approach, so the stages of research carried out are (1) Heuristics or data collection, (2) Criticism (3) Interpretation and (4) Historiography. The results showed that based on the division of the Japanese occupation control area in Bima that the eastern part of Indonesia was under the control of the Naval Fleet (Force) based in Makassar. After occupying South Sulawesi on February 9, 1942, Japan continued to make its invasion moves to Nusa Tenggara, including Kupang in East Nusa Tenggara (NTT) and Bima in the Sumbawa Islands. The Japanese Sea Fleet under the leadership of Colonel Saito landed at the Port of Bima on July 17, 1942. His arrival was welcomed by local residents, even though they (the Bima people) were shrouded in worry over the plan of the Assistant Resident of the Netherlands, H.E. Haak to return to power in Bima, because it easily Japan occupied Bima. The impact of the existence of Japan in Bima in the social field included social unrest and ruins of the social order of the community. Religion and customs that have been upheld by the community are "forced" to be violated. While the impact on the economy, in the form of deterioration in the economy, is because the community no longer pays full attention to cultivate its agricultural land. The suffering of the people ended after Japan's defeat and surrender unconditionally to the allies in August 1945. Since then, the Japanese occupation government ended in Bima in particular and Indonesia in general. Keywords: Occupation, Japanese in Bima


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 89
Author(s):  
Mariana Mariana ◽  
Muh Rasyid Ridha

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang terbentuknya pergudangan di Dusun Patte’ne Desa Temmapadduae Kabupaten Maros, perkembangan Pergudangan serta dampaknya  terhadap masyarakat di kabupaten Maros. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa latar belakang terbentuknya Gudang di Patte’ne dikarenakan letak geografis yang dekat dengan pusat kota dan kepadatan penduduk kota serta banyaknya lahan kosong untuk pembangunan gudang dan banyaknya bahan baku dari luar yang membutuhkan tempat penyimpanan. Kehadiran pergudangan bagi pemerintah memberikan keuntungan terhadap Pajak serta membantu Pemerintah Setempat untuk mengurangi Pengangguran. Kemudian bagi masyarakat membantu dalam hal peningkatan kualitas peluang usaha yang dulunya hanya mendirikan warung-warung kecil kini menjadi cukup besar. Masyarakat juga terbantu dalam hal menunaikan ibadah haji dan umrah dari penjualan lahan mereka. Ratusan orang telah menunaikan haji dan umrah karena dari penjualan tersebut. Penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan metodologi sejarah yang memiliki tahap yaitu, heuristik (pengumpulan data), kritik (verifikasi), interpretasi (penafsiran), dan historiografi (penulisan sejarah). Kata Kunci:Perkembangan, Pergudangan dan Desa Patte’ne AbstractThis research aims to find out the background of warehousing formation in the village of Patte'ne Temmapadduae, Maros Regency, development of warehouse and its impact on people in Maros district. The results of this study showed that the background was formed by the warehouse in Patte'ne because of the geographical location that is close to the city center and city population density as well as the number of vacant land for warehouse development and many raw materials from outside Requiring a storage space. The presence of warehousing for the government provides benefits to taxes and helps the local government to reduce unemployment. Then for the community to help in terms of improving the quality of business opportunities that used to only set up small stalls now become large enough. People are also helped in doing Hajj and Umrah from the sale of their land. Hundreds of people have performed Hajj and Umrah because of the sale. This research is a historical study with historical methodologies that have the stage that is, heuristics (data collection), criticism (verification), interpretation (interpretation), and historiography (historical writing). Keywords:  Developments, Warehousing and Patte'ne Village.


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 68
Author(s):  
Irwansya Saputra ◽  
Patahuddin Patahuddin ◽  
Bahri Bahri

Penelitian  ini membahas mengenai latar belakang penerapan politik etis di Kerajaan Soppeng, bentuk penerapan dan dampak dari politik etis di Kerajaan Soppeng.  Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahapan, yaitu heuristik (mencari dan mengumpulkan sumber), kritik sumber (kritik intern dan ektern), interpretasi (penafsiran sumber) dan historiografi (penulisan sejarah). Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan penelitian lapangan terdiri dari wawancara dan mengumpulkan sumber arsip serta literatur-literatur  yang berhubungan. Berdasarkan hasil pelitian ini menunjukkan bahwa masuknya pengaruh Hindia Belanda di Kerajaan Soppeng pertama kali Pada tanggal 25 September 1905 dan menenpatkan diri sebagai penguasa di Kerajaan Soppeng. Semenjak berkuasa, Belanda Menerapkan kebijakan politik etis, dimana kebijakan ini meliputi pembangunan 14 sekolah dan dibangunya 12 irigasi di Wilayah Kerajaan Soppeng. Wilayah ini menjadi perhatian pihak Belanda karena kondisi  masyarakat yang terbelakang dalam bidang pengetahuan dan potensi pertanahan dan pertanian yang subur di wilayah ini patut  untuk dikembangkan. Dari hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa masuknya Belanda di Kerajaan Soppeng telah memeberikan dampak positif bagi kaum pribumi, hal ini dikarenakan masuknya Belanda telah mengajarkan konsep pendidikan formal serta tata cara mengelola pertanian dengan moderen seperti, membangun irigasi di Kerjaan Soppeng pada saat itu. Adapun dampak negatif ialah banyaknya kebiasaan lokal yang berubah.             Kata Kunci : Politik, Etis, Kerajaan, dan Soppeng Abstract This research is discuss about the background of the application of Ethical Politics in the Kingdom of Soppeng, the terms of application and the impact of ethical politics in the Soppeng Kingdom. This research is using historical research method which consists of four stages, which is heuristics (searching and gathering sources), source criticism (internal and external criticism), interpretation (source interpretation) and historiography (history writing). The method of data collection is done by conducting field research consisting of interviews and collecting archives and related literatures. Based on the results of this research shows that the entry of the influence of the Dutch East Indies in the Kingdom of Soppeng was the first time on September 25th, 1905 and established itself as a ruler in the Kingdom of Soppeng. Since coming to power, the Netherlands has implemented an ethical political policy, which includes the construction of 14 schools and the construction of 12 irrigation systems in the Soppeng Kingdom Area. This region is concern to the Dutch because the backward condition of the community in the field of knowledge and the potential for fertile land and agriculture in this region deserves to be developed.From the results of this study, it can be concluded that the entry of the Netherlands in the Kingdom of Soppeng had a positive impact on the natives, this is because the Dutch entry had taught the concept of formal education and procedures for managing agriculture in a modern way, such as building irrigation in the Soppeng Work at that time. The negative impact is that many local habits have changed. Keyword : politics, Ethical, Kingdom, and Soppeng


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 79
Author(s):  
Azrianti Azrianti ◽  
Amirullah Amirullah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kondisi awal pemerintahan Danny Pomanto, bagaimana pelaksanaan kebijakan-kebijakan dari Danny Pomanto dalam mengembangkan Kota Makassar tahun 2009-2014 dan tahun 2014-2018, dan bagaimana dampak kebijakan pemerintahan Danny Pomano di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi Kota Makassar sebelum pemerintahan Danny Pomanto memiliki permasalahan yang perlu di tangani baik itu di bidang pendidikan, bidang infrastruktur dan pembangunan, bidang  kesehatan dan bidang ekonomi. Pada periode awal Danny Pomanto memerintah dilakukan berbagai gerakan seperti Gerakan Makassar Bersih (Lisa). Penelitian ini bersifat  desktiptif analisis dengan menggunakan metode historis melalui tahapan: heuristik atau pengumpulan data, kritik, interpretasi, dan tahap penulisan atau historiografi Kata Kunci: Pemerintahan, Dampak, Kebijakan dan Makassar AbstractThis study aims to determine how the initial conditions of the administration of Danny Pomanto, how the implementation of policies from Danny Pomanto in developing Makassar City in 2009-2014 and 201 4-2018, and how the impact of Danny Pomano's government policies in Makassar City. The results showed that the condition of Makassar City before the administration of Danny Pomanto had problems that needed to be addressed either in the fields of education, infrastructure and development, health and the economic sector. In the early period Danny Pomanto governed various movements such as the Makassar Clean Movement (Lisa). This research is a descriptive analysis using historical methods through stages: heuristics or data collection, criticism, interpretation, and writing or historiography stages. Keywords: Governance, Impact, Policy and Makassar 


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 31
Author(s):  
Muh. Faiz ◽  
Jumadi Jumadi ◽  
Muh Rasyid Ridha

Penelitian Penelitian ini merupakan hasil penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan sejarah dan perkembangan Pondok Pesantren Al Urwatul Wutsqaa di Kelurahan Benteng, Kecamatan Biranti, Kabupaten Sidrap. Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yang menjelaskan sesuatu berdasarkan perspektif sejarah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pondok Pesantren Al Urwatul merupakan pondok pesantren tertua di Kabupaten Sidrap. Penelitian ini juga mengungkapkam faktor penyebab didirikannya Pondok Pesntren ini yaitu : Kurangnya sekolah berlatar belakang agama, masih kentalnya kepercayaan animisme, dan adanya cita-cita para tokoh agama dan pendidik. Kata Kunci : Pondok Pesantren, tertua, tokoh agama, Kabupaten Sidrap. AbstractThis research is the result of research aimed at describing the history and development of Al Urwatul Wutsqaa Islamic boarding school in Benteng Village, Biranti Sub-districk, Sidrap regency. The method use in the research is historical research  that explain a problem based on historical perspective. The result showed that the Al Urwatul Wutsqaa Islamic boarding school is oldest boarding school in Sidrap Regency. This Study also revealed the factor causing the establishment of this islami boarding school, namely : lack of school with religious backgrounds, strong animism beliefs and ideals of religious leaders and educators. Keywords : Islamic boarding school, the oldest, religious leader, Sidrap Regency


2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Haerul Akmal ◽  
Patahuddin Patahuddin ◽  
Bahri Bahri

Penelitian dan penulisan skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan latar belakang kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan, menguraikan kondisi kehidupan sosial ekonomi masyarakat nelayan di Kecamatan Pulau Sembilan sebelum dan sesudah modernisasi. Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu sejarah, sehingga tahap penelitian yang dilakukan adalah (1) Heuristik atau pengumpulan data, (2) Kritik (3) Interprtasi dan (4) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik, pola hubungan kerja dan interaksi masyarakat antar pulau adalah bagian yang sangat penting dalam kehidupan sosial ekonomi  masyarakat nelayan di kecamatan pulau sembilan. Sebelum masuknya pengaruh modernisasi, kehidupan nelayan tradisional di Kecamatan Pulau Sembilan memiliki banyak keterbatasan baik dari segi alat tangkap yang masih sangat sederhana begitupun dengan daerah jangkauan penangkapan yang masih terbatas. Alat tangkap yang digunakan berupa pancing, panah, bubuh,bagang tancap dan bagang rakit dengan orientasi penangkapan yang masih bersifat subsisten. Kondisi seperti ini mulai berubah ketika nelayan mulai mengenal modernisasi pada tahun 1970 yang di tandai dengan pengunaan mesin sebagai alat penggerak perahu yang pada akhirnya menyebabkan daerah jangkauan penangkapan menjadi lebih luas. Pengaruh modernisasi telah mengubah pola pikir masyarakat nelayan di Kecamatan Pulau Sembilan untuk beralih mejadi nelayan pembudidaya rumput laut. Peralihan ini memberikan dampak yang sangat besar terhadap kehidupan sosial ekonomi nelayan, yang ditandai dengan perubahan orientasi ekonomi dari subsiten menjadi komersil.Kata Kunci : Nelayan, Pulau Sembilan, Modernisasi  Abstract The research and writing of this thesis aims to describe the background of the socio-economic life of the fishing community, describing the socio-economic living conditions of the fishing communities in Pulau Sembilan District before and after modernization. . This study uses a historical science approach, so the stages of research carried out are (1) Heuristics or data collection, (2) Criticism (3) Interpretation and (4) Historiography. The results showed that the characteristics, patterns of work relationships and community interaction between islands are a very important part in the socio-economic life of fishing communities in Pulau Nine sub-district. Before the influx of modernization, the life of traditional fishermen in Pulau Sembilan Subdistrict had many limitations both in terms of fishing gear which was still very simple as well as the limited fishing range. Fishing gear that is used in the form of fishing rods, arrows, bubuh, stepang and stepang raft with a fishing orientation that is still subsistence. Conditions like this began to change when fishermen began to recognize modernization in 1970 which was marked by the use of engines as a means of driving a boat which ultimately led to a wider catchment area. The influence of modernization has changed the mindset of the fishing community in Pulau Sembilan Sub-district to turn into seaweed cultivating fishermen. This transition has a very big impact on the socio-economic life of fishermen, which is marked by a change in economic orientation from subsistence to commercial Keywords: Fisherman, Pulau Sembilan, Modernization 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document