Bakti Budaya
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

96
(FIVE YEARS 76)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Gadjah Mada

2655-9846, 2620-2980

Bakti Budaya ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 209-212
Author(s):  
Tim Editorial

Kilas Kegiatan PKM Resiliensi dengan Shalawat: Pembuatan Buku Shalawat untuk Masyarakat Muslim Pekalongan Selatan dan Timur Revitalisasi Bahasa Jawa Bagi Siswa SLTA di Kabupaten Gunungkidul Penguatan Pemahaman Gaya hidup sesuai Protokol Kesehatan di SMA Negeri 1 Sleman Visualisasi Belajar di Rumah BDR bagi Siswa-Siswi Sekolah Dasar Selama Pandemi Sinergi Melawan Covid-19


Bakti Budaya ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 152-160
Author(s):  
Gusti Eva Tavita ◽  
Warsidah Warsidah ◽  
Anthoni B. Aritonang ◽  
Asri Mulya Ashari

Entikong is one of Indonesia's land border areas with Sarawak Malaysia, which is the gateway for economic and business activities. Despite being the front porch of a country, the fact is that the border areas of the State are very conditioned with lag. Limited access to public service resources and the inadequate community ability in processing natural resources including agriculture and plantations are the dominant factors influencing the lag of a border area. Bamboo is one of the abundant forest products in Entikong. The use of bamboo in the community is still limited to its use as building materials (scaffolding) and as a protective fence for plants in the gardens of the citizens. Bamboo Rope (Gigantochloa hasskarliana Kurz) species of bamboo found in the Entikong region, where elsewhere it generally makes it as a household handicraft material, but has not been used effectively in the entikong region. Community service activities aim to improve the skills of the Entikong community in processing bamboo plants as handicrafts of household goods of economic value so that it can be an additional source of income for the people on the border ===== Entikong adalah wilayah perbatasan darat Indonesia dengan Sarawak Malaysia, yang menjadi gerbang kegiatan ekonomi dan perniagaan. Meskipun menjadi beranda depan dari suatu negara, kenyataannya bahwa wilayah batas negara sangat sarat dengan ketertinggalan. Keterbatasan mengakses sumber-sumber pelayanan masyarakat dan kemampuan masyarakat yang tidak memadai dalam mengolah sumber daya alam termasuk pertanian dan perkebunan merupakan faktor yang dominan memengaruhi ketertinggalan sebuah wilayah perbatasan. Bambu adalah salah satu hasil hutan yang kelimpahannya besar di daerah Entikong. Pemanfaatan bambu dalam masyarakat masih terbatas pada penggunaannya sebagai bahan bangunan (perancah) dan sebagai pagar pelindung tanaman di kebun-kebun warga. Bambu tali (Gigantochloa hasskarliana Kurz.) adalah salah satu spesies bambu yang terdapat di wilayah Entikong. Di tempat lain umumnya menjadikannya sebagai bahan kerajinan rumah tangga, tetapi belum dimanfaatkan secara efektif di wilayah Entikong. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat bertujuan untuk meningkatkan keterampilan warga masyarakat Entikong dalam mengolah tanaman bambu sebagai kerajinan alat-alat rumah tangga yang bernilai ekonomis sehingga dapat menjadi sumber penghasilan tambahan masyarakat di perbatasan tersebut.


Bakti Budaya ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Ikha Safitri ◽  
Warsidah ◽  
Mega Sari Juane Sofiana ◽  
Agus Yuliono

The waters of Lemukutan Island have the potential of natural resources, including seaweed. Since 2011, Lemukutan Island has been the largest seaweed cultivation center in West Kalimantan. However, the Covid-19 pandemic has attacked all sectors and caused a decline in prices for fishery-based food commodities. This condition causes the farmers to suffer losses and the seaweed cultivation activity also decreases. Training on making snacks and seaweed jelly boba has been carried out to revive the economy of the coastal communities of Lemukutan Island. This activity involves all levels of the community through representatives of each RT using a hybrid method. Training is carried out with strict health protocols. This activity aims to improve the skills of coastal communities in processing seaweed-based foods. The training participants were very enthusiastic, from the presentation about the benefits of consuming seaweed for human health to the practice of making seaweed snacks and jelly. ===== Perairan Pulau Lemukutan memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah termasuk rumput laut. Sejak 2011, Pulau Lemukutan menjadi sentra usaha budi daya rumput laut terbesar di Kalimantan Barat. Namun, pandemi Covid-19 telah menyerang semua sektor kehidupan dan menyebabkan kemerosotan harga pada komoditas pangan berbasis perikanan. Kondisi ini mengakibatkan pembudi daya mengalami kerugian dan usaha budi daya rumput laut di Pulau Lemukutan juga menurun. Pelatihan pembuatan snack krenyes dan jelly boba rumput laut telah dilaksanakan untuk menumbuhkan kembali perekonomian masyarakat pesisir Pulau Lemukutan. Kegiatan ini melibatkan seluruh lapisan masyarakat Pulau Lemukutan melalui perwakilan tiap RT dengan metode hibrid. Pelatihan dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang tegas. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat pesisir dalam mengolah makanan berbasis rumput laut. Peserta pelatihan sangat antusias mengikuti kegiatan, mulai dari pemaparan materi tentang manfaat dari mengonsumsi rumput laut bagi kesehatan manusia hingga praktik pembuatan snack dan jelly rumput laut.


Bakti Budaya ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 106-125
Author(s):  
Wiwik Sushartami ◽  
Yulita Kusuma Sari ◽  
Karlina Maizida ◽  
Intan Purwandani

Following the announcement by the national government of the cases of the Covid-19 pandemic in March 2020, tourism activities in various destinations in Indonesia, including the Pancoh Ecotourism Village, as one of the partners of the UGM Tourism Studies Program, were immediately postponed. This condition impacted the local economic circulation as the income of the population decreased. In the background of this pandemic scenario, tourism operations will hopefully be resumed as soon as possible. The Community Service Program was therefore carried out in order to achieve the key objective; to create a promotional video for the Pancoh Ecotourism Village in preparation for re-operation under a new health protocol via collaborative work. The other goal of this Community Service Program is to fulfill the commitment to higher education through Tridarma. In addition, a Community Partnership was formed to assist the Pancoh Ecotourism Team in particular and the Village Community in general in the planning of post-pandemic tourism activities to encourage the sustainability of tourism in the village concerned. This program used Community-Based Participatory Action Research (CBPAR) which consists of five stages, from project design to reporting, as an approach. The results of the program include a video training program and a virtual video promotion of the Pancoh Ecotourism Village. Public engagement and institutional collaboration have been important and considered to be the key to success of this program. By the end of the program, video promotion will be released via the social media of Pancoh. ===== Menyusul pengumuman pemerintah pusat tentang kasus pandemi Covid-19 pada Maret 2020, kegiatan pariwisata di berbagai destinasi di Indonesia, termasuk Desa Ekowisata Pancoh, sebagai salah satu mitra Program Studi Pariwisata UGM, langsung ditunda. Kondisi ini berdampak pada peredaran ekonomi lokal seiring dengan penurunan pendapatan penduduk. Dengan latar belakang situasi pandemi ini, kegiatan pariwisata diharapkan dapat segera dilanjutkan. Oleh karena itu, Program Pengabdian kepada Masyarakat dilaksanakan untuk mencapai tujuan utama; membuat video promosi untuk Desa Ekowisata Pancoh dalam persiapan untuk beroperasi kembali di bawah protokol kesehatan baru melalui kerja kolaboratif. Tujuan lain dari Program Pengabdian kepada Masyarakat ini adalah untuk memenuhi komitmen pendidikan tinggi melalui Tridarma. Selain itu, kerjasama komunitas dibentuk untuk membantu Tim Ekowisata Pancoh pada khususnya dan Masyarakat Desa pada umumnya dalam perencanaan kegiatan wisata pasca pandemi untuk mendorong keberlanjutan pariwisata di desa yang bersangkutan. Program ini menggunakan Community-Based Participatory Action Research (CBPAR) yang terdiri dari lima tahap, mulai dari desain proyek hingga pelaporan, sebagai pendekatan. Hasil dari program ini antara lain program pelatihan video dan promosi video virtual Desa Ekowisata Pancoh. Keterlibatan publik dan kolaborasi kelembagaan menjadi penting dan dianggap sebagai kunci keberhasilan program ini. Di akhir program, video promosi akan dirilis melalui media sosial Pancoh.


Bakti Budaya ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 182-193
Author(s):  
Suray Agung Nugroho

This paper recounts the implementation of our department’s community service to the teachers and owners of LPK Bahasa Korea (private institutions teaching Korean language to prospective migrant workers). Based on our preliminary survey prior to conducting the community service, we learned that a lot of LPK were facing dilemmas in implementing online classes. They found it difficult to adjust themselves into online classes during the Covid-19 pandemic. Although some knew that running the LPK would mean the livelihood of their household, they even had to stop operating simply due to their lack of knowledge in conducting online classes. At this point, they needed assistance in making the best use of online platforms and in preparing online contents of Korean language teaching. Based on this, we designed a two-day community service fully implemented online which attracted as many as 55 enthusiastic participants from various LPK across Indonesia. During the program, participants learned from our experiences and from others about the endless possibilities of using free online platforms so as to maintain their LPK’s livelihood and existence. Despite its limited time, participants managed to finally learn and choose the types of online platforms that suited their respective need. In particular, they also managed to learn practical ways in preparing Korean language-related online content to keep the enthusiasm and spirit of LPK students during and hopefully in the post-Covid19. ===== Paper ini mengulik ulang pelaksanaan program Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) yang dilakukan oleh Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea kepada para pengajar dan pemilik LPK (Lembaga Pendidikan dan Ketrampilan) Bahasa Korea. Berdasarkan hasil survei awal sebelum PkM dilaksanakan, diketahui banyaknya LPK yang menghadapi dilema dalam menerapkan kelas daring. Mereka kesulitan menyesuaikan lembaganya dengan kelas-kelas daring selama pandemi Covid-19. Bahkan beberapa LPK berhenti beroperasi karena kurangnya pengetahuan terkait kelas daring, walaupun menjalankan LPK merupakan sumber penghasilan utama mereka. Pada titik itulah diketahui bahwa mereka memerlukan pendampingan untuk memanfaatkan platform pembelajaran daring yang tersedia serta untuk mempersiapkan konten-konten bahasa Korea secara daring. Berangkat dari keadaan inilah, Prodi Bahasa dan Kebudayaan Korea mendesain PkM 2 hari yang secara penuh diselenggarakan secara daring. PkM ini berhasil menarik minat 55 peserta dari berbagai LPK yang tersebar dari berbagai daerah di Indonesia Selama program berlangsung, para peserta belajar dari Prodi dan saling belajar dari peserta lain terkait berbagai macam platform online yang bisa mereka gunakan serta belajar juga cara membuat berbagai konten bahasa Korea secara praktis demi keberlangsungan keberadaan LPK mereka. Terlepas dari pendeknya waktu, para peserta berhasil belajar dan akhirnya memilih platform online yang cocok dengan LPK masing-masing. Yang lebih penting lagi, mereka tahu cara mempersiapkan konten bahasa Korea yang praktis untuk mempertahankan semangat belajar para peserta kursus di LPK baik selama masa pandemi maupun nanti di pasca-Covid19.


Bakti Budaya ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 173-181
Author(s):  
B. R. Suryo Baskoro ◽  
Subiyantoro Subiyantoro ◽  
Ali Shahab

During the Covid-19 pandemic, almost all economic sectors economy were affected, included the tourism sector (area of hospitality). Welcoming a new stage of normality, the sector needs to prepare. Therefore, French Literature Program FIB provides a basic French language learning to tourism players in Ponggok village, Klaten and health awareness during the pandemy in Kuningan village, Sleman. Since business was being halted at the time, the training program was carried out with team visits to the site and the provision of basic French language training materials and modules in Ponggok village and online discussions on health awareness during the pandemy with food stall owners and students in Kuningan village. The tourism players in Ponggok village seem enthusiastic about receiving French language materials and modules and in the near future the team will come to the site to monitor its development. Meanwhile, stall owners and students in Kinanti realize that this pandemic can only be faced together by maintaining each other’s health protocols. ===== Pada masa pandemi Covid-19, hampir semua sektor ekonomi terkena dampaknya, tak terkecuali sektor pariwisata (bidang hospitality). Menyambut tahap kenormalan baru, sektor tersebut perlu mempersiapkan diri. Untuk itu Prodi Sastra Prancis FIB memberikan pelatihan bahasa Prancis kepada para pelaku pariwisata di desa Ponggok, Klaten dan pembekalan menghadapi new normal di kampung Kuningan, Sleman. Berhubung bisnis sedang dihentikan saat itu, program pelatihan dilaksanakan dengan kunjungan tim ke lokasi dan pemberian bahan dan modul pelatihan bahasa Prancis dasar di desa Ponggok dan diskusi daring untuk pembekalan menghadapi pandemi dengan para pemilik warung makan dan mahasiswa di kampung Kuningan. Para pelaku pariwisata di desa Ponggok tampak antusias menerima bahan dan modul bahasa Prancis dan dalam waktu dekat tim akan datang ke lokasi untuk memantau perkembangannya. Sementara itu, para pemilik warung dan mahasiswa di Kinanti menyadari bahwa pandemi ini hanya dapat dihadapi bersama-sama dengan saling menjaga protokol kesehatan.


Bakti Budaya ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Tjahjono Prasodjo

Sidang pembaca Jurnal Bakti Budaya. Edisi Vol. 4, No. 2 Tahun 2021 ini terbit di kala pandemi Covid-19 masih berlangsung dalam kehidupan keseharian kita. Pandemi ini membawa dampak yang besar dalam kegiatan-kegiatan program pengabdian kepada masyarakat (PkM) yang telah kita lakukan secara rutin dari tahun ke tahun. Dampak pandemi mempersulit kita untuk bebas bergerak dalam menjalankan kegiatan PkM, terutama ketika pemerintah mengeluarkan kebijakan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Namun, di sisi lain pandemi ini juga membuat kita berupaya keras untuk berkreasi dalam penyusunan dan pelaksanaan program PkM, dalam usaha yang lebih besar untuk berkontribusi terhadap pengurangan dan penanggulangan dampak negatif pandemi.


Bakti Budaya ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 143-151
Author(s):  
Shinta Puspasari ◽  
M.I. Herdiansyah

The program carried out to introduce the existence and use of AR technology-based applications for the Palembang cultural education media at the Sultan Mahmud Badaruddin II Museum which was effectively used during the Covid-19 pandemic. During the pandemic, the SMB II museum was closed to the public. The Program consisted of application socialization and application testing carried out with the target of the public society, namely visitors to the SMB II Museum and the Educational environment such a campus for wider dissemination among Millennials. After being implemented, it was found that the activity was effective for increasing public knowledge and understanding about the existence and usefulness of the AR Museum SMB II application. Hopefully, with the support of the Palembang City Culture Department, the application can be widely used by the public society and support the role of the SMB II museum in Palembang cultural education to maintain the resilience and preservation of regional culture especially in Palembang. ===== Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilakukan dengan tujuan untuk memperkenalkan keberadaan dan kegunaan aplikasi berbasis teknologi augmented reality untuk media edukasi budaya Palembang di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II yang efektif dimanfaatkan pada saat pandemic Covid -19. Pada masa pandemi museum SMB II ditutup untuk umum.  Agenda kegiatan terdiri dari sosialisasi aplikasi dan pengujian aplikasi yang dilaksanakan dengan sasaran masyarakat umum, yaitu pengunjung Museum SMB II dan lingkungan kampus untuk penyebaran yang lebih luas di kalangan generasi Milenial. Setelah dilaksanakan diperoleh hasil bahwa kegiatan tersebut efektif meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang keberadaan dan kegunaan aplikasi AR Museum SMB II. Dengan dukungan dari Dinas Kebudayaan Kota Palembang, diiharapkan aplikasi AR dapat dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat serta mendukung peran museum SMB II khususnya dalam pendidikan budaya Palembang sehingga dapat menjaga ketahanan dan kelestarian budaya daerah khususnya Palembang.


Bakti Budaya ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 126-133
Author(s):  
Shifa Helena

Kabung Island, which is located in the Bengkayang Regency Government area, is one of 226 small islands in West Kalimantan. Busy visits to the island during the school holidays and weekends have resulted in a large distribution of garbage in the waters and coasts of the island, and if it is not addressed promptly, it can cause global water problems. The Lecturer Team of the Department of Marine Affairs at the University of Tanjungpura as the implementation team of PKM activities to clean the beaches of Kabung Island, together with all the islanders and students of the Department of Marine Affairs, dive in cleaning the beaches and waters close to residential areas, sorting and collecting garbage, then burning and stockpiling it so that it does not get worse. accumulate and more and more enter the water bodies and can reduce the quality of the waters on the island. As many as 25 students were directly involved in the activity, and 20 residents from the island were directly involved in beach cleaning activities. From this activity, which is centered on the island of South Kabung, 100 kg of garbage has been collected consisting of plastic materials in the form of used drink bottles, stereoforms, pampers, and some trash carried from the middle of the sea, which may be carried away from the mainland coast. This activity is very necessary and is expected to continue as an annual routine activity of the Department of Marine Affairs, as a participation in preserving the sea and maintaining good water quality so that the diversity of species and population of a marine biota is not affected by the presence of these wastes. ===== Pulau Kabung yang berada dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu dari 226 pulau kecil yang berada di Kalimantan Barat. Kunjungan yang ramai ke pulau tersebut pada musim liburan sekolah dan weekend, menyebabkan banyaknya sebaran sampah yang terdapat di perairan dan pesisir pulau tersebut, dan jika tidak diatasi dengan segera dapat menimbulkan masalah perairan secara global. Tim Dosen Jurusan Kelautan Universitas Tanjungpura sebagai tim pelaksana kegiatan PKM pembersihan pantai pulau Kabung, bersama dengan segenap masyarakat pulau tersebut dan mahasiswa Jurusan Kelautan, terjun membersihkan pantai dan perairan yang dekat dengan permukiman penduduk, memilah dan mengumpulkan sampah, kemudian membakar dan menimbunnya agar tidak semakin menumpuk dan semakin banyak yang masuk dalam badan perairan dan dapat menurunkan kualitas perairan di pulau tesebut. Sebanyak 25 orang mahasiswa terjun langsung dalam kegiatan dan 20 warga masyarakat dari pulau tersebut terlibat langsung dalam kegiatan pembersihan pantai. Dari kegiatan tersebut, yang dipusatkan pulau Kabung Selatan, terkumpul sampah sebesar 100 kg yang terdiri atas bahan plastik berupa botol bekas minuman, styrofoam, popok, dan beberapa sampah bawaan dari tengah laut, yang mungkin terbawa arus dari pesisir daratan. Kegiatan ini sangat perlu dan diharapkan berlanjut sebagai kegiatan rutin tahunan dari Jurusan Kelautan, sebagai peran serta dalam melestarikan laut dan menjaga kualitas perairan tetap baik sehingga keanekaragaman jenis dan populasi suatu biota laut tidak terpengaruh oleh keberadaan sampah-sampah tersebut.


Bakti Budaya ◽  
2021 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 161-172
Author(s):  
Yulianto ◽  
Teuku Fahmi ◽  
Selvi D. Meilinda ◽  
Dewi A. Hidayati ◽  
Astiwi Inayah

The purpose of this community service activity was to increase the knowledge and experience of local communities at village potential mapping based on Asset Based Community Development in Kotabatu Village. The activities carried out are in the form of focus group discussion (FGD), training that accompanied by assistance in the context of mapping of village potential and increasing the institutional capacity of community groups, namely: Community Forestry Group and Tourism Awareness Group. The methods used in this activity included: the cognitive aspect enhancement stage, the mentoring and empowerment stage, and the advocacy stage. In particular, this community service activity has led to several objectives, including: building a commitment among village officials to focus on village development of the three potential Kotabatu Village has had, including (1) optimizing the potential of natural resources, (2) potential agricultural products, and (3) tourism potential. ===== Tujuan pelaksanaan kegiatan pengabdian ini ialah meningkatkan pengetahuan dan pengalaman masyarakat lokal dalam memetakan potensi desa berbasiskan asset based community development di Desa Kotabatu, Kec. Pubian, Kab. Lampung Tengah. Kegiatan yang dilakukan berbentuk forum group discussion (FGD), pelatihan, dan dibarengi dengan pendampingan dalam rangka pemetaan (eksplorasi) potensi desa, serta peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok masyarakat, yakni Kelompok Hutan Kemasyarakatan-HKm dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Metode yang digunakan dalam kegiatan ini di antaranya adalah tahap peningkatan aspek kognitif, tahap pendampingan dan pemberdayaan, serta tahap advokasi. Secara khusus, kegiatan pengabdian ini telah mengarah pada beberapa capaian tujuan, di antaranya, yakni terbangunnya komitmen di antara aparatur desa untuk memfokuskan pengembangan desa pada tiga potensi yang dimiliki oleh Desa Kotabatu, di antaranya, yakni (1) optimalisasi potensi SDA, (2) potensi hasil bumi, dan (3) potensi pariwisata.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document