scholarly journals Karakteristik Kepemimpinan Sunda dalam Novel Sejarah Mantri Jero Karya R. Memed Sastrahadiprawira

LOKABASA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 10-21
Author(s):  
Danan Darajat ◽  
Ruhaliah Ruhaliah ◽  
Retty Isnendes

This research is motivated by the assumption that the Sundanese leadership is still weak, whereas in history recorded the names of great Sundanese leaders and can be used as example for others, such as Prabu Wangi, Niskala Wastu Kancana, and Sri Baduga Maharaja. Likewise in works of fiction, one of which is the main character in the historical novel Mantri Jero. The theories used in this study are Robert Stanton's structural theory, Sundanese leadership theory based on the ancient Sundanese manuscript Sanghyang Siksa Kandang Karesian, and the etnopedagogy theory of R. Hidayat Suryalaga's delay. This study aims to analyze and describe: 1) the story structure of the historical novel Mantri Jero, 2) the characteristics of Sundanese leadership in the historical novel Mantri Jero, and 3) the value of ethnopedagogy in the historical novel Mantri Jero by R. Memed Sastrahadiprawira. The data source of this research is the historical novel Mantri Jero by R. Memed Sastrahadiprawira. The methods and techniques used in this research are descriptive methods, literature review techniques, and documentary studies, while the way to analyze them is using a qualitative approach. The instrument used was divided into two, namely the instrument for collecting data (checklist of source books) and the instrument for processing data (data cards). The results of this study indicate that the historical novel Mantri Jero has a complete story structure, good Sundanese leadership characteristics, and ethnopedagogic values grouped from the characteristics of good Sundanese leadership. AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan yang menyebutkan bahwa kepemimpinan orang Sunda masih lemah, padahal dalam sejarah dicatat nama-nama pemimpin Sunda yang hebat dan bisa dijadikan contoh untuk yang lainnya, seperti Prabu Wangi, Niskala Wastu Kancana, dan Sri Baduga Maharaja. Demikian juga dalam karya fiksi, salah satunya yaitu tokoh utama dalam novel sejarah Mantri Jero. Teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori struktural Robert Stanton, teori tata krama kepemimpinan Sunda berdasarkan naskah Sunda kuno Sanghyang Siksa Kandang Karesian, dan teori etnopedagogi kesundaan R. Hidayat Suryalaga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan: 1) struktur cerita novel sejarah Mantri Jero, 2) karakteristik kepemimpinan Sunda dalam novel sejarah Mantri Jero, dan 3) nilai etnopedagogi dalam novel sejarah Mantri Jero karya R. Memed Sastrahadiprawira. Sumber data penelitian ini, yaitu novel sejarah Mantri Jero karya R. Memed Sastrahadiprawira. Metode dan teknik yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif, teknik telaah pustaka, dan studi dokumentasi, sedangkan cara menganalisisnya menggunakan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan terbagi dua, yaitu instrumen untuk mengumpulkan data (ceklis buku sumber) dan instrumen untuk mengolah data (kartu data). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel sejarah Mantri Jero terdapat karakteristik kepemimpinan Sunda yang ada pada diri Yogaswara selaku tokoh utamanya. Karakter-karakter tersebut yaitu parigeuing, dasa pasanta, pangimbuhning twah, dan opat panyaraman. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa novel sejarah Mantri Jero mempunyai struktur cerita yang lengkap, karakteristik kepemimpinan Sunda yang baik, dan nilai-nilai etnopedagogi yang dikelompokkan dari karakteristik kepemimpinan Sunda yang bagus.

2015 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 34-46
Author(s):  
Astrinita Anantama Marchella ◽  
Erwin Rahayu Saputra

This study focuses on the request strategies used by the female main character (Leigh Anne Tuohy) in the movie ‘The Blind Side’. In conducting her analysis, the writer is very much indebted to Trosborg, 1995, especially, through his theory of request strategies. The writer used qualitative approach by applying interpretive framework in describing the data. Leigh Anne Tuohy‘s utterances which contain request strategies are the data source of this study. The results show that there are ten types of request strategies used by the female character in the movie. In addition to finding the types of request strategies, the writer also describes the situation and condition of the main character when she is giving the requests to some body else.


2017 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 208
Author(s):  
Sahril Sahril

This study aims to obtain an objective description of cultural values. Folklore as one of the oral literature of hereditary and contain a mandate to educate the next generation of folklore is an imaginary and fantasy stories that happened did not really happen. The events are recounted in folklore as lessons tend behavior. Folklore always tuck advice and moral element to the listener. Folklore is told primarily for entertainment, illustrate moral truths, and contains valuable lessons, or even satire against injustice. Theory is used as the basis for the development of the instrument is the theory of oral literature and fairy tale Aarne and Stith Thompson, James Danandjaja, and theories about cultural values Kluckhohn. In addition, the structural theory is also used to look at the structure of folklore. The data of this study is the folklore of North Sumatra which consists of four folklore. The approach used in this study is a qualitative approach and a sociological approach, with descriptive methods, and techniques of content analysis. The results showed that there were twelve cultural values in the folklore of North Sumatra.AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk memperoleh deskripsi secara objektif tentang nilai budaya. Cerita rakyat sebagai salah satu sastra lisan yang turun-temurun dan mengandung amanat yang mendidik untuk generasi berikutnya cerita rakyat merupakan suatu cerita khayal dan fantasi yang kejadiannya tidak benar-benar terjadi. Kejadian-kejadian yang diceritakan dalam cerita rakyat cenderung sebagai pelajaran tingkah laku. Cerita rakyat selalu menyelipkan unsur nasihat dan moral bagi pendengarnya. Cerita rakyat diceritakan terutama untuk hiburan, melukiskan kebenaran moral, dan berisikan pelajaran berharga, atau bahkan sindiran terhadap ketidakadilan. Teori yang digunakan sebagai dasar pengembangan instrumen adalah teori sastra lisan dan dongeng Aarne dan Stith Thomson, James Danandjaja, dan teori tentang nilai budaya Kluckhohn. Di samping itu teori struktural juga dipakai untuk melihat struktur cerita rakyat. Data penelitian ini adalah cerita rakyat Sumatera Utara yang terdiri atas empat cerita rakyat. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan pendekatan sosiologis, dengan metode deskriptif, dan teknik analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua belas nilai budaya dalam cerita rakyat Sumatera Utara.


ALAYASASTRA ◽  
2021 ◽  
Vol 17 (1) ◽  
pp. 157-173
Author(s):  
Destyanisa Tazkiyah ◽  
Mudjahirin Thohir ◽  
Monika Herliana

AbstrakTujuan penelitian ini untuk membandingkan mitos Jaka Tarub yang berasal dari Indonesia dan mitos Niúlángzhinü yang berasal dari Tiongkok. Terdapat tigamasalah utama yang akan dibahas, yaitu (1) skema aktan dan fungsional  mitos Jaka Tarub dan Niúláng Zhinü, (2) perbandingan struktur cerita kedua mitos, dan (3) makna mitos terhadap tradisi budaya masyarakat setempat. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan objektif, dengan menggunakan teori struktural A.J. Greimas untuk menganalisis struktur cerita kedua mitos yang diteliti. Hasil penelitian menemukan bahwa terdapat persamaan pada tema cerita, ide awal permunculan konflik, dan persamaan aktansial pada subjek   tokoh utama laki-laki dan objek  tokoh utama perempuan, sedangkan perbedaan terdapat pada fungsi aktan sender (pengirim), helper (penolong), opposant (penentang), dan akhir cerita. Tradisi budaya yang ada pada masyarakat menjadi ciri khas dan warisan budaya yang terbentuk akibat pengaruh dari makna mitos yang diceritakan secara turun-temurun.Kata kunci: Jaka Tarub, Niulang Zhinu, Strukturalisme, Greimas, Tradisi Budaya AbstractThis research purpose is to compare Jaka Tarub myth that originating from Indonesia with Niúláng Zhinü myth originating from China. There are 3 main problems that will be discussed, (1) the schematic of the actan and functional myths of Jaka Tarub and Niúláng Zhinü, (2) comparison of the story structure of the two myths, and (3) The meaning of myth to the cultural traditions of the local community. The research used a objective literature approach, and using the structural theory of A.J Gerimas to analyze the structure of both myths. The results found that there are similarities in the theme of the story, the initial idea of conflict appearance, also the similarity on the subject, which is the main male character and the female main character as the object, while the differences are in the function of the sender, helper, opposant and the ending of story. Cultural traditions that exist in society become cultural heritage that was formed as an influence and significance meaning of the myth that was passed down for generations.Keywords: Jaka Tarub, Niulang Zhinu, Structuralism, Greimas, Cultural Traditions


Author(s):  
Yuliana Sari ◽  
Sarwaji Suwandi ◽  
Nugraheni Eko Wardani

The purpose of this research is to explain and describe the form of id, ego, and superego in the main character in the Mata di Tanah Melus novel by Okky Madasari. The method used in this study was a descriptive method with a qualitative approach. The data source in this study was a document in the form of Mata di Tanah Melus novel by Okky Madasari, which was published by Gramedia Pustaka in 2018. The data used in this study were dialogues in the novel. The data analysis technique used in this study was the analysis of documents to find the form of id, ego, and superego in the novel. The results of this study indicate that there were forms of id, ego, and superego in Okky Madasari's Mata di Tanah Melus novel which were reflected by the main character. The forms of id, ego, and superego were found based on Sigmund Freud's personality theory. Through the form of id, ego, and superego, it can be seen how the personality of the main character in the Mata di Tanah Melus novel by Okky Madasari.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 24-30
Author(s):  
Nia Kurniawati ◽  
Zuriyati Zuriyati ◽  
Saifurrohman Saifurrohman

Abstract: Guru Aini is a prequel to Andrea Hirata's Orang Biasa novel. This study aims to describe the forms of thought of the Guru Desi's main character and the reversal of the binary opposition hierarchy using Derrida's deconstruction theory. The data in this study were the texts taken from the novel Guru Aini which outlines the forms of thought and the reversal of the binary opposition hierarchy. Employing qualitative approach, the data source in this research is the novel of Guru Aini. Data collection methods used were reading, recording and interpretation techniques. Guru Desi as the main character in the novel Guru Aini is a bad-tempered, intolerant and apathetic person. After a reversal of the binary opposition hierarchy, Desi actually has a patient character, and she basically also has positive characters such as tolerance, and optimism within herself. Keywords: Deconstruction, binary opposition, novel, Guru Aini.


2020 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 168
Author(s):  
Rian Damariswara

ABSTRAKTokoh utama dalam dongeng Jawa Timur memiliki sisi lain yang perlu diungkap. Sisi lain tersebut, yakni kecakapan hidup yang dimiliki tokoh utama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Kecakapan hidup tersebut, memiliki relevansi dengan kecakapan hidup di abad ke-21. Jadi, dengan menganalisis kecakapan hidup tokoh utama secara otomatis peneliti dan pembaca dapat mengetahui bahwa tokoh-tokoh dongeng yang terdapat di Jawa Timur memiliki budaya hidup yang baik untuk dijadikan contoh dan motivasi.Untuk mengungkap kecakapan hidup abad ke-21 pada tokoh utama dongeng Jawa Timur menggunakan kajian antropologi sastra.Penelitian ini termasuk deskriptif kualitatif. Sumber data adalah teks dongeng Jawa Timur. Teknik yang digunakan adalah studi dokumenter. Kecakapan hidup abad ke-21 yang ditemukan pada dongeng Jawa Timur sebagai berikut. Pertama, berpikir kritis dan pemecahan masalah. Semua tokoh utama dalam dongeng memiliki pemikiran kritis sehingga dapat memecahkan masalah. Kedua, kreativitas dan inovasi yang ditemukan yakni jenis pengembangan dan sintesis. Inovasi pengembangan yang ditemukan adalah adanya alat bajak sawah dari batu menjadi kayu dan ditarik sapi serta dapat dipergunakan sebagai sarana hiburan. Alat tersebut diberi nama karapan sapi.  Inovasi sintesis adalah menggabungkan segala sesuatu yang dimiliki untuk dijadikan sesuatu yang baru. Seperti pada dongeng Asal Mula Reog Ponorogo,yakni menggabungkan kepala tokoh Singabarong dengan burung merak sehingga dinamakan reog ponorogo. Ketiga, kolaborasi antaranggota dan pemimpin dengan bawahan. Keempat, komunikasi yakni berupa diskusi, pengarahan, berkeluh kesah, dan perintah.Kata kunci: Kecakapan hidup abad ke-21, Tokoh utama, DongengABSTRACTThe main character in the East Java fable has another side that needs to be revealed. The other side, namely the life skills possessed by the main character in solving the problems they face. Life skills, have relevance to 21st century life skills. Therefore, by analyzing the life skills of the main characters automatically the researcher and reader can find out that the fairy tale figures in East Java which have a good life culture to be used as an example and motivation. To uncover 21st century life skills in the main characters of the East Javanese fable, the study of literary anthropology is used. This research is descriptive qualitative. The data source is the text of a fairy tale in East Java. The technique used is documentary study. The 21st century life skills found in the East Java fable are as follows. First, critical thinking and problem solving. All the main characters in fairy tales have critical thinking so they can solve problems. Second, the creativity and innovation found are types of development and synthesis. Development innovation that was found was the existence of a rice plow from stone to wood and pulled by cows and could be used as a means of entertainment. The tool is named Karapan Sapi. Synthesis of innovation is to combine everything that is owned to be something new. As in the fable of Reog Ponorogo, which combines the head of the Singabarong character with a peacock so it is called Reog Ponorogo. Third, collaboration between members and leaders with subordinates. Fourth, communication in the form of discussion, direction, complaints, and orders.Keyword: 21st century life skills, The main character, Fairy tale


2019 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 285
Author(s):  
Yeni Maulina ◽  
Khairul Azmi

Pengkalan Kuras, Langgam, Kuala Kampar, and Bunut Subdistrict, Pelalawan Regency. Petalangan tribe has various cultures in the traditions of life. A good introduction to cultural heritage by the next generation can strengthen the nation's tradition in responding to the increasingly severe challenges of the future in this era of globalization. Cultural heritage in the form of moral-spiritual inheritance, one of which is obtained and known through the tradition of belief in the traditional proverb that exists in the community. The traditional adage in the Petalangan community, among others, explains the perspective on community life. This study aims to describe the style of language in the customary proverb that is related to the perspective of life in society. This research uses a qualitative approach with descriptive analysis method. The data source used was the book entitled Pepatah Adat, Istilah, dan Kosa kata Masyarakat Petalangan Kabupaten Pelalawan, Riau. There are 16 traditional proverbs used as data in this study, which then obtained 3 language styles based on sentence structure and 2 language styles based on meaning. By knowing and learning the style of language in this traditional proverb, the philosophy of life and aesthetic tastes of the people of Riau can be understood. Petalangan merupakan salah satu puak asli di Provinsi Riau yang bermukim di Kecamatan Pengkalan Kuras, Langgam, Kuala Kampar, dan Bunut, Kabupaten Pelalawan. Suku Petalangan ini memiliki beraneka kebudayaan dalam kehidupan. Pengenalan yang baik terhadap warisan kebudayaan oleh generasi penerus dapat memperteguh tradisi bangsa dalam menjawab tantangan masa depan yang semakin berat dalam era globalisasi ini. Warisan kebudayaan yang berupa warisan moral-spiritual, satu di antaranya didapatkan dan diketahui keyakinan terhadap pepatah adat yang ada pada masyarakat. Pepatah adat dalam masyarakat Petalangan antara lain menjelaskan cara pandang mengenai hidup bermasyarakat. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan gaya bahasa di dalam pepatah adat yang berhubungan dengan cara pandang dalam hidup bermasyarakat. Penelitian ini menggunakanpendekatan kualitatif dengan metode analisis deskriptif. Sumber data yang digunakan adalah buku Pepatah Adat, Istilah, dan Kosa kata Masyarakat Petalangan Kabupaten Pelalawan, Riau. Terdapat 16 pepatah adat yang dijadikan data dalam penelitian ini, yang kemudian diperoleh 3 gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat dan 2 gaya bahasa berdasarkan makna. Dengan mengetahui dan mempelajari gaya bahasa dalam pepatah adat ini dapat dipahami filsafat hidup dan cita rasa estetika masyarakat Riau.


mezurashii ◽  
2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Erman Ardhi Yunanta ◽  
Cuk Yuana

Abstrak: Manga adalah cerita yang menekankan pada gerak dan tindakan yang ditampilkan lewat urutan gambar yang dibuat secara khas dengan paduan kata-kata. Manga Kuroko no Basket Extra Game adalah sekuel dari Kuroko No Basket, yang bercerita tentang pertandingan basket jalanan antara team Vorpal Swords yang terdiri dari para Miracle Generation ditambah Kuroko Tetsuya, Kagami Taiga, dan beberapa pemain lainnya dalam melawan tim street ball asal Amerika Serikat, Jabberwock. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Data diperoleh dengan metode dan teknik yang mengacu pada dokumen. Berdasarkan analisis dari 16 data dapat dikemukakan bahwa ada 3 makna kalimat imperatif yaitu fungsi perintah, fungsi permohonan, dan fungsi larangan. Oleh karena itu, dari 16 data tersebut, dikategorikan dalam 8 data memiliki fungsi perintah, 6 data memiliki fungsi permintaan, dan 5 data memiliki fungsi larangan. Makna suatu kalimat imperatif dapat dimengerti dari konteks dan penanda lingual yang digunakan. Pada situasi tertentu dan berdasarkan pada karakter yang dimiliki oleh penutur dapat mempengaruhi penggunaan penanda lingual dalam suatu kalimat.Kata kunci: Manga, Kalimat Imperatif, Makna  Abstract: Manga is a story that emphasizes motion and action that is displayed through a sequence of images that are made distinctively with a combination of words. Kuroko no Basket Extra Game manga is a sequel to Kuroko No Basket, which tells the story of a street basketball match between the Vorpal Swords team consisting of the Miracle Generation plus Kuroko Tetsuya, Kagami Taiga, and several other players against the street ball team from the United States, Jabberwock. This study uses a descriptive method with a qualitative approach. Data obtained by methods and techniques that refer to documents. Based on the analysis of 16 data it can be argued that there are 3 meanings of imperative sentences, namely the command function, the request function, and the prohibition function. Therefore, of the 16 data, 8 data has a command function, 6 data has a request function, and 5 data has a prohibition function. The meaning of an imperative sentence can be understood from the context and lingual markers used. In certain situations and based on the character possessed by the speaker, it can affect the use of lingual markers in a sentence.Keywords: Manga, Imperative Sentences, Meaning


2020 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 231-244
Author(s):  
Teuku Mahmud

This study aims to describe the cultural values ​​contained in the Hikayat Banta Amat Volume I and II by T. A. Sakti. Cultural value is very important to be studied in order to preserve the cultural heritage of the people of Aceh so that it can be known by the younger generation and re-cultivated in life in the present. The formulation of the problem raised in this study is how the cultural values ​​contained in the Hikayat Banta Amat Volume I and II by T. A. Sakti. The data source in this research is Hikayat Banta Amat Volume I and II by T. A. Sakti. The selected data is each quotation that has a relation to cultural values ​​in the saga. The approach and method used in this research is a qualitative approach and a descriptive method by describing the facts which are then followed by analysis. The cultural values ​​analyzed in Banta Amat sects are grouped according to five categories, namely (1) cultural values ​​in human relations with God, (2) cultural values ​​in human relations with nature, (3) cultural values ​​in human relations with other humans, (4) cultural values ​​in human relations with society, and (5) cultural values ​​in human relations with oneself. The results showed there were 37 quotations related to cultural values ​​that exist in the Banta Amat saga, namely: (1) Cultural values ​​in the human relationship with God there are 6 values ​​in 24 quotes; a) Give thanks to God 3 quotes, b) Give to Allah the Prophet 1 quote, c) Pray and ask God 9 quotes, d) surrender to God 8 quotes, e) Fear God 1 quote, and f) Obey to worship God 2 quotes, (2) Cultural values ​​in human relations with nature are found in 2 quotations about utilizing the forest, (3) Cultural values ​​in human relations with other humans there are 3 values ​​in 4 quotations; a) respect for others 2 quotes, b) say greetings 1 quote, and c) answer greetings 1 quote, (4) Cultural values ​​in human relations with the community there are 3 quotes namely about mutual care, and (5) Cultural values ​​in relationships humans with themselves there are 3 values ​​in 4 quotes; a) Never give up 2 quotes, b) responsibility 1 quote, and c) hard work 1 quote. Based on the results of the study it can be seen that the cultural values ​​in the human relationship with God are more numerous than the other values. This illustrates that the people of Aceh are religious and devout people who worship God. Suggestions from researchers that the people of Aceh continue to preserve cultural values ​​such as the Banta Amat saga in daily life. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai budaya yang terkandung dalam Hikayat Banta Amat Jilid I dan II Karya T. A. Sakti. Nilai budaya sangat penting untuk dikaji guna melestarikan warisan budaya masyarakat Aceh agar dapat diketahui oleh generasi muda dan kembali dibudidayakan dalam kehidupan pada masa sekarang. Rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana nilai budaya yang terkandung dalam Hikayat Banta Amat Jilid I dan II Karya T. A. Sakti. Sumber data dalam penelitian ini adalah Hikayat Banta Amat Jilid I dan II karya T. A. Sakti. Data yang dipilih adalah setiap kutipan yang ada kaitannya dengan nilai budaya dalam hikayat. Pendekatan dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan metode deskritif dengan mendeskripsikan fakta-fakta yang kemudian disusul dengan analisis. Nilai budaya yang dianalisis dalam hikayat Banta Amat dikelompokkan berdasarkan lima kategori, yaitu (1) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan, (2) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam, (3) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan manusia lain, (4) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat, dan (5) nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 37 kutipan yang terkait dengan nilai budaya yang ada dalam hikayat Banta Amat, yaitu: (1) Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan terdapat 6 nilai pada 24 kutipan; a) Bersyukur kepada Allah 3 kutipan, b) Berselawat kepada Nabi Allah 1 kutipan, c) Berdoa dan memohon kepada Allah 9 kutipan, d) menyerahkan diri kepada Allah 8 kutipan, e) Takut kepada Allah 1 kutipan, dan f) Taat beribadah kepada Allah 2 kutipan, (2) Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan alam terdapat pada 2 kutipan tentang memanfaatkan hutan, (3) Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan manusia lain terdapat 3 nilai pada 4 kutipan; a) menghormati orang lain 2 kutipan, b) mengucapkan salam 1 kutipan, dan c) menjawab salam 1 kutipan, (4) Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan masyarakat terdapat 3 kutipan yaitu tentang rasa saling peduli, dan (5) Nilai budaya dalam hubungan manusia dengan diri sendiri terdapat 3 nilai pada 4 kutipan; a) Pantang menyerah 2 kutipan, b) tanggung jawab 1 kutipan, dan c) kerja keras 1 kutipan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa nilai budaya dalam hubungan manusia dengan Tuhan lebih banyak dari nilai yang lainnya. Hal ini menggambarkan bahwa masyarakat Aceh adalah masyarakat yang religius dan taat beribadah kepada Allah. Saran dari peneliti agar masyarakat Aceh terus melestarikan nilai budaya seperti pada hikayat Banta Amat dalam kehidupan sehari-hari. Kata Kunci: Hikayat, Nilai Budaya


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 10-19
Author(s):  
Muhammad Hasyimsyah Batubara ◽  
Cut Dara Ilfa Rahila ◽  
Putri Rahmadani

This research aims to determine the students' errors in writing report text at eight grade SMP N 3 Timang Gajah students. The research was conduct using a qualitative approach with a descriptive design. The primary data source is the eighth-grade students and the teacher English at SMP N 3 Timang Gajah. The data collection instrument uses observation sheets, interview sheets, and the documentary (test) study and the researcher's data analysis using Miles and Huberman models, including data reduction, display, and verification. The percentage of grade VIII students' achievement in writing report text in the reference made is low, namely only reaching: general nouns 22.04%, at present tense 22.57%, on linking verbs 29.17% and action verbs are 26.21%. In conclusion, the students still error in writing report text at grade VIII students of SMP N 3 Timang Gajah. Therefore, they should have great motivation and interest in learning report text and get used to practicing it in everyday life.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document