LOKABASA
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

161
(FIVE YEARS 50)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Pendidikan Indonesia

2528-5904, 2338-6193

LOKABASA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 29-37
Author(s):  
Eneng Nuraeni Fitri ◽  
Dingding Haerudin ◽  
Oleh Solehudin

”Basa téh cicirén bangsa, leungit basana ilang bangsana”. This proverb explains that language is the national identity if the language is lost the people will also disappear. The function of the language itself is a tool for communication. In line with that, the Sundanese people should maintain their language. As has been done by AKTV which provides programming in Sundanese. Efforts to maintain language are closely related to language attitudes. This research is motivated by the importance of Sundanese language skills in the broadcaster AKTV. This study aims to find out how the attitude of AKTV announcer language towards Sundanese and what factors influence it. To achieve this, a qualitative descriptive method is used. The technique used is observation and questionnaire techniques. Data sources were obtained from the broadcaster AKTV. The instruments used include recording equipment, cameras, and questionnaire guidelines. Where the data from this study will be described using the theories of Garvin and Mathiot. The results of this study are 1) the language loyalty of broadcasters AKTV towards Sundanese is 81.1%; 2) the pride of the language announcer AKTV to Sundanese is 59.1%; 3) awareness of the language norms of AKTV announcers towards Sundanese is 61.1%, and; 4) factors that influence the attitude of AKTV broadcasters' language. Thus it can be concluded that the broadcaster AKTV has a positive language attitude towards Sundanese. AbstrakBasa  téh  cicirén  bangsa, leungit basana ilang bangsana. Peribahasa tersebut menjelaskan bahwa bahasa adalah jati diri bangsa, jika hilang bahasanya hilang juga bangsanya. Fungsi dari bahasa sendiri adalah alat untuk komunikasi. Sejalan dengan hal itu, sudah seharusnya masyarakat Sunda mempertahankan bahasanya. Seperti  yang  telah  dilakukan  oleh  AKTV  yang  menyediakan  program  acara dengan pengantar bahasa Sunda. Upaya mempertahankan bahasa erat kaitannya dengan sikap bahasa. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya kemampuan berbahasa Sunda pada penyiar AKTV. Penelitian ini  bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap bahasa penyiar AKTV terhadap bahasa Sunda dan faktor apa saja yang memepengaruhinya. Untuk mencapai hal itu, digunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan adalah teknik observasi dan angket. Sumber data diperoleh dari penyiar AKTV. Instrumen yang digunakan meliputi alat rekam, kamera, dan pedoman angket. Data penelitian ini dideskripsikan menggunakan  teori  Garvin  dan  Mathiot.  Hasil  dari  penelitian  ini  yaitu  1) kesetiaan berbahasa penyiar AKTV terhadap bahasa Sunda sejumlah 81.1%; 2) kebanggaan berbahasa penyiar AKTV terhadap bahasa Sunda sejumlah 59.1%; 3) kesadaran  norma  berbahasa  penyiar  AKTV  terhadap  bahasa  Sunda  sejumlah 61.1%; dan 4) faktor yang mempengaruhi sikap bahasa penyiar AKTV. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penyiar AKTV memiliki sikap bahasa yang positif terhadap bahasa Sunda.


LOKABASA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 10-21
Author(s):  
Danan Darajat ◽  
Ruhaliah Ruhaliah ◽  
Retty Isnendes

This research is motivated by the assumption that the Sundanese leadership is still weak, whereas in history recorded the names of great Sundanese leaders and can be used as example for others, such as Prabu Wangi, Niskala Wastu Kancana, and Sri Baduga Maharaja. Likewise in works of fiction, one of which is the main character in the historical novel Mantri Jero. The theories used in this study are Robert Stanton's structural theory, Sundanese leadership theory based on the ancient Sundanese manuscript Sanghyang Siksa Kandang Karesian, and the etnopedagogy theory of R. Hidayat Suryalaga's delay. This study aims to analyze and describe: 1) the story structure of the historical novel Mantri Jero, 2) the characteristics of Sundanese leadership in the historical novel Mantri Jero, and 3) the value of ethnopedagogy in the historical novel Mantri Jero by R. Memed Sastrahadiprawira. The data source of this research is the historical novel Mantri Jero by R. Memed Sastrahadiprawira. The methods and techniques used in this research are descriptive methods, literature review techniques, and documentary studies, while the way to analyze them is using a qualitative approach. The instrument used was divided into two, namely the instrument for collecting data (checklist of source books) and the instrument for processing data (data cards). The results of this study indicate that the historical novel Mantri Jero has a complete story structure, good Sundanese leadership characteristics, and ethnopedagogic values grouped from the characteristics of good Sundanese leadership. AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan yang menyebutkan bahwa kepemimpinan orang Sunda masih lemah, padahal dalam sejarah dicatat nama-nama pemimpin Sunda yang hebat dan bisa dijadikan contoh untuk yang lainnya, seperti Prabu Wangi, Niskala Wastu Kancana, dan Sri Baduga Maharaja. Demikian juga dalam karya fiksi, salah satunya yaitu tokoh utama dalam novel sejarah Mantri Jero. Teori yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu teori struktural Robert Stanton, teori tata krama kepemimpinan Sunda berdasarkan naskah Sunda kuno Sanghyang Siksa Kandang Karesian, dan teori etnopedagogi kesundaan R. Hidayat Suryalaga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan: 1) struktur cerita novel sejarah Mantri Jero, 2) karakteristik kepemimpinan Sunda dalam novel sejarah Mantri Jero, dan 3) nilai etnopedagogi dalam novel sejarah Mantri Jero karya R. Memed Sastrahadiprawira. Sumber data penelitian ini, yaitu novel sejarah Mantri Jero karya R. Memed Sastrahadiprawira. Metode dan teknik yang dipakai dalam penelitian ini, yaitu metode deskriptif, teknik telaah pustaka, dan studi dokumentasi, sedangkan cara menganalisisnya menggunakan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan terbagi dua, yaitu instrumen untuk mengumpulkan data (ceklis buku sumber) dan instrumen untuk mengolah data (kartu data). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam novel sejarah Mantri Jero terdapat karakteristik kepemimpinan Sunda yang ada pada diri Yogaswara selaku tokoh utamanya. Karakter-karakter tersebut yaitu parigeuing, dasa pasanta, pangimbuhning twah, dan opat panyaraman. Dengan begitu dapat disimpulkan bahwa novel sejarah Mantri Jero mempunyai struktur cerita yang lengkap, karakteristik kepemimpinan Sunda yang baik, dan nilai-nilai etnopedagogi yang dikelompokkan dari karakteristik kepemimpinan Sunda yang bagus.


LOKABASA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 61-72
Author(s):  
Maolidda Auliya ◽  
Hernawan Hernawan

The background of this research is the lack of students' understanding of Sundanese sentences, they are considered confused in selecting the spelling, words or appropriate sentence patterns. This research aims to describe the form and structure of sentences in articles written by students. The method used in this study is descriptive with a qualitative approach, with the techniques used in data collecting are test technique and record keeping technique. The result of this research are, first, there is a description of the sentence forms in the article. Second, the structure of Sundanese sentences found in student articels. The result of this research can be used as learning material for teachers to introduce Sundanese grammar to students especially 12th grade in twelve senior high school students IPS 2. AbstrakLatar belakang penelitian ini yaitu kurangnya pemahaman siswa terhadap kalimat-kalimat bahasa Sunda dalam memilih ejaan, kata, ataupun struktur kalimat yang sesuai. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan bentuk dan struktur kalimat dalam artikel karangan siswa. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dengan pendekatan kualitatif, dengan teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data yaitu teknik tes dan studi pustaka. Hasil penelitian ini yaitu pertama, adanya deskripsi tentang bentuk-bentuk kalimat yang terbagi menjadi kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Kedua, struktur kalimat bahasa Sunda yang ditemukan pada artikel siswa SMA kelas XII terdiri atas fungsi dan kategori. Penelitian ini dapat dijadikan bahan pembelajaran guru untuk mengenalkan tata bahasa Sunda kepada siswa khususnya di SMAN 12 Bandung kelas XII IPS 2.


LOKABASA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 50-60
Author(s):  
Leni Maryanika ◽  
Yayat Sudaryat

The research aims to analyze and describe exocentric phrase that include the form, stucture, and semantics (the relation between grammatical elements) that contained in the novel Kembang Kembang Petingan by Holisoh M.E. In this study used descriptive method with a qualitative approach. Technique used in collecting data is a literature study. The data analysis technique used in this study is direct elemental analysis techniques. The data source used in this study is Novel Kembang Kembang Petingan by Holisoh M.E. The results of this research have 1133 phrase with 1658 frekuesi and describe three things, (1) exocentric phrase divided into two types of phrase, direktif phrase and relative phrase, (2) stucture of exocentric phrase have four general stucture and eleven substucture, and (3) semantics (the  relation between grammatical elements) have twelve relation gramatical of direktif phrase and two relation gramatical of relative phrase in the Kembang novel Kembang Petingan by Holisoh ME. Based on research can be concluded phrase exocentric in Kembang Kembang Petingan novel by Holisoh M.E can be examined in aspects form, stucture, and relation grammatical elements. AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan frasa eksosentrik yang meliputi bentuk, struktur, dan semantik (hubungan antarunsur gramatikal) yang terdapat dalam novel Kembang Kembang Petingan karya Holisoh M.E. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah tehnik studi pustaka, dan teknik analisis yang digunakan yaitu teknik analisis unsur langsung. Sumber data yang digunakan adalah novel Kembang Kembang Petingan karya Holisoh M.E. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat 1133 frasa eksosentrik dengan frekuensi 1658 kali, lalu mendeskripsikan tiga hal yaitu (1) bentuk frasa eksosentik yang terdiri atas data 2 jenis frasa yaitu frasa direktif dan relatif, (2) struktur frasa eksosentrik yang memiliki 4 pola utama dan 11 subpola, dan (3) semantik (hubungan makna antarunsur gramatikal) yang terdiri atas 12 hubungan makna antarunsur gramatikal frasa direktif dan 2 hubungan makna antarunsur gramatikal frasa relatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa frasa eksosentrik mempunyai bentuk, struktur, dan hubungan gramatikal antarunsurnya yang berkaitan dengan kajian struktur dan semantik.


LOKABASA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 102-114
Author(s):  
Zulfikar Alamsyah ◽  
Dede Kosasih

This research is based on psychological conflict experienced by children when experiencing fatherless. This case is reflected in a children's literary work with the title Budak Teuneung by Samsoedi. The purpose of this study is to describe the facts of the story, the characteristics of the main character, and the forms of psychological conflict that occur in children who experience fatherless and its causes and consequences. The method in this study is a descriptive method of reading and note-taking techniques to describe the facts of the story, the character of the main character, the psychological conflict of the main character, and their causes and consequences. The results of this study include three things, the first is the facts of the story and theme. The facts of the story include the characters, plot, and setting. The theme of this novel is orphans who have the courage to uphold the truth. The protagonist in this novel is Warji, while the main antagonist is Utun. The plot in this novel is a forward plot with 23 place settings, 7 time settings, and 5 socio-cultural backgrounds. Second, the main character of this novel is included in the character of the formal operational stage children with 11 characteristics. Third, psychological conflicts experienced by the main characters are four kinds, one of  the most dominant is approach-avoidance conflict with eight causative factors and six effects experienced. In conclusion, the facts of the story in this novel are mutually sustainable. The main character in this novel is at the formal operational stage. Then, aproach-avoidance conflict is more dominant experienced by the main character after experiencing fatherless. This indicates that the fatherless effect does not have much effect on Warji because he still has a mother figure who always educates and helps him. AbstrakPenelitian ini didasari oleh konflik psikologis yang dialami anak yang ditinggalkan ayahnya (yatim). Kasus ini tercermin dalam sebuah karya sastra anak dengan judul Budak Teuneung karya Samsoedi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan fakta cerita, karakteristik tokoh utama, dan bentuk konflik psikologis yang terjadi pada anak yatim beserta sebab dan akibatnya. Metode dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik membaca dan mencatat untuk mendeskripsikan fakta cerita, karakter tokoh utama, konflik psikologis tokoh utama, beserta sebab dan akibatnya. Hasil dari penelitian ini meliputi tiga hal, yang pertama adalah  fakta cerita dan tema. Fakta cerita tersebut meliputi tokoh, alur, dan latar. Tema novel ini adalah anak yatim yang memiliki keberanian untuk menegakkan kebenaran. Tokoh protagonis dalam novel ini yaitu Warji, sedangkan tokoh antagonis utamanya adalah Utun. Alur dalam novel ini adalah alur maju dengan 23 latar tempat, 7 latar waktu, dan 5 latar sosial budaya. Kedua, tokoh utama novel ini termasuk kedalam karakter anak tahapan oprasional formal dengan 11 karakteristik. Ketiga, konflik psikologis yang dialami tokoh utama terdpat empat macam, salah satu yang paling dominan adalah approach-avoidance conflict dengan delapan faktor penyebab dan enam akibat yang dialami. Kesimpulannya, fakta cerita dalam novel ini saling berkesinambungan. Tokoh utama dalam novel ini berada pada tahapan oprasional formal. Lalu, konflik aproach-avoidance lebih dominan dialami oleh tokoh utama setelah ditinggalkan ayahnya. Hal ini menandakan bahwa efek kehilangan sosok ayah tidak begitu banyak berpengaruh terhadap Warji karena ia masih memiliki sosok ibu yang selalu mendidik juga membantunya.


LOKABASA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 92-101
Author(s):  
Zaenal Abidin ◽  
Dedi Koswara

Sundanese poetry of the period 1949-1962 was influenced by social events at that time, often the problems conveyed in poetry were irony, open, open, serious, satirical, and sentimental. Therefore, the aim of the research is to describe (1) the tone of the author, and (2) the fact of humanity that is reflected in his poems. This research is a qualitative research using analytic descriptive method. The technique of collecting data uses the study of documentation and contemporary author interviews. Poetry data was chosen 25 poems from 40 poems collected based on the year of publication, theme, and the poetry of the poem. The results of the study are based on the themes of the 1949-1962 Period poetry, namely (1) love for the motherland, (2) love for fellow human beings, (3) humanity, (4) mobs, (5) philosophical reflections, and (6) death. The tone analyzed in poetry includes formal attitudes in 11 poems, intimate attitudes in 11 poems, and arrogant attitudes in 3 poems. The conclusion of this study is the Sunda poem Period 1949-1962 raised about (1) love in the land of water / land Sunda, (2) love for fellow human beings, (3) humanity, philosophical contemplation, (3) hordes, (5) philosophical reflections, and (6) death. AbstrakSajak Sunda periode 1949-1962 dipengaruhi oleh kejadian sosial pada masa itu, seringkali masalah yang disampaikan dalam sajak yaitu ironi, terbuka, terbuka, serius, satir, dan sentimental. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan (1) tone/nada pengarang, dan (2) fakta kemanusiaan yang tergambar dalam sajak-sajaknya. Penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif analitik. Teknik mengumpulkan data menggunakan studi dokumentasi dan wawancara pengarang sezaman. Data sajak dipilih 25 sajak dari 40 sajak yang dikumpulkan berdasarkan pada tahun terbit, tema, dan titimangsa sajak. Hasil penelitian berdasarkan tema sajak Periode 1949-1962 yaitu (1) cinta tanah air, (2) cinta sesama manusa, (3) kemanusiaan, (4) gerombolan, (5) renungan falsafah, dan (6) kematian. Tone/nada yang dianalisis dalam sajak mecakup dalam sikap formal dalam 11 sajak, sikap intim dalam 11 sajak, dan sikap angkuh dalam 3 sajak. Kesimpulan dari penelitian ini adalah sajak Sunda Periode 1949-1962 mengangkat tentang (1) rasa cinta pada tanh air/tanah Sunda, (2) rasa cinta pada sesama manusia, (3) kemanusiaan, renungan falsafah, (3) Gerombolan, (5) renungan falsafah, dan (6) kematian.


LOKABASA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 38-49
Author(s):  
Fina Yuni Sriana ◽  
Trisakti Trisakti ◽  
Setyo Yanuartuti

This study discusses the relevance of character education through traditional arts in Indonesia, in this case, Reog in Ponorogo Regency. Furthermore, this research also explores character education through the phenomenology of the body and the transformation of experience into character education that occurs when individuals appreciate the performance of Reog Ponorogo. This research method uses naturalistic qualitative, with a phenomenological approach to the Reog Ponorogo phenomenon and its relationship to character education. The limitations of this research are asphalt in this study are Ponorogo Regency, temporal limits in July-December 2019, and the content limit lies in the aspect of aesthetic experience and transformation that occurs in its relevance to character education. Data obtained from observations, interviews, and subsequent documentation studies were analyzed descriptively about the history of Reog Ponorogo, its performances, experiences, and its relevance to character education. The results show that the phenomenological experience of the Reog Ponorogo show has relevance to character education and cultural education through education which plays a major role in cultural transmission. The education of local wisdom nationalism can also be well explained by the Reog Ponorogo show through the metaphors in the show as a symbol of aspects that will be explained to the public. There is character education in the Reog Ponorogo performance which creates an atmosphere of the transformation of cultural arts and culture towards character education by developing an environment in which cultural approaches are highly considered and prepared with cultural skills and practices as supporting the learning media of the younger generation. AbstrakPenelitian ini membahas tentang relevansi pendidikan karakter melalui seni tradisi di Indonesia, dalam hal ini adalah Reog di Kabupaten Ponorogo. Lebih lanjut, penelitian ini juga mengeksplorasi pendidikan karakter melalui fenomenologi penubuhan dan transformasi pengalaman ke dalam pendidikan karakter yang terjadi ketika individu mengapresiasi pertunjukan Reog Ponorogo. Metode penelitian ini menggunakan kualitatif naturalistik, dengan pendekatan fenomenologis terhadap fenomena Reog Ponorogo dan keterkaitannya dengan pendidikan karakter. Batasan penelitian ini aspasial dalam penelitian ini adalah Kabupaten Ponorogo; batasan temporal pada bulan Juli-Desember 2019; dan batasan isi terletak pada aspek pengalaman estetik dan transformasi yang terjadi dalam relevansinya terhadap pendidikan karakter. Data yang didapatkan dari observasi, wawancara, dan studi dokumentasi selanjutnya dianalisis secara deskriptif tentang kesejarahan Reog Ponorogo, pertunjukannya, pengalaman-pengalaman, dan relevansinya terhadap pendidikan karakter. Hasil menunjukkan bahwa pengalaman fenomenologis atas pertunjukan Reog Ponorogo memiliki relevansi terhadap pendidikan karakter dan pendidikan budaya melalui pendidikan yang memainkan peran utama dalam transmisi budaya. Pendidikan nasionalisme kearifan lokal juga dapat dijelaskan dengan baik oleh pertunjukan Reog Ponorogo melalui metafor-metafor dalam pertunjukannya sebagai simbol aspek yang akan dijelaskan kepada masyarakat. Terdapat pendidikan karakter di dalam pertunjukan Reog Ponorogo yang menciptakan suasana transformasi seni budaya menuju pendidikan karakter dengan mengembangkan lingkungan di mana pendekatan budaya sangat dipertimbangkan dan dipersiapkan dengan keterampilan serta praktik budaya sebagai pendukung media belajar generasi muda.


LOKABASA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 22-28
Author(s):  
Elis Suryani Nani Sumarlina ◽  
Rangga Saptya Mohamad Permana ◽  
Undang Ahmad Darsa

Cosmologically, humans are seen as the microcosm of the universe whose entire life must always carry out all the torments or teachings of the Sanghyang Darma. That is the ideal human who can reach eternal heaven or nirvana according to the Sanghyang Raga Dewata (SRD) manuscript, one of the lontar manuscripts and the ancient Sundanese language of the sixteenth century AD. The cosmological concept of spatial Sundanese society, based on several Sundanese manuscripts of the XVI century AD, is triad, triune or triumvirate. Sundanese people have a view of parallels between the macrocosm and the microcosm, between the universe and the human world. This order seeks to find the meaning of the world according to its existence. This paper presents the cosmological layout of the Kampung Naga indigenous people, based on the Ancient Sundanese XVI century AD, which is examined through descriptive analysis research methods, and philological and cultural studies methods. The cosmological concept of the Kampung Naga community is closely related to the concept known as Tri Tangtu Di Bumi, which includes ‘tata wilayah', 'tata wayah', and 'tata lampah', all of which are interconnected with one another, according to their customs and traditions. AbstrakSecara kosmologis, manusia dipandang sebagai mikrokosmosnya jagat raya, seluruh kehidupannya harus selalu menjalankan segala siksa atau ajaran Sanghyang Darma.  Itulah manusia ideal yang kelak dapat mencapai surga abadi atau nirwana menurut naskah Sanghyang Raga Dewata (SRD), salah satu naskah lontar beraksara dan berbahasa Sunda kuno abad ke-16 Masehi. Konsep tata ruang masyarakat Sunda secara kosmologis, berdasarkan beberapa naskah Sunda abad  ke-16 Masehi, bersifat tiga serangkai, tritunggal atau triumvirate. Masyarakat Sunda memiliki pandangan tentang kesejajaran antara makrokosmos dan mikrokosmos, antara jagat raya dan dunia manusia. Dalam tatanan ini, berupaya mencari makna dunia menurut eksistensinya. Tulisan ini menyajikan kosmologis tata ruang masyarakat adat Kampung Naga, berbasis naskah Sunda Kuno abad ke-16 Masehi, yang dikaji melalui metode penelitian deskriptif analisis, dan kajian filologi dan budaya. Konsep kosmologis masyarakat Kampung Naga seperti itu, berkaitan erat dengan konsep yang dikenal dengan sebutan Tri Tangtu di Bumi, yang meliputi ‘tata wilayah’, ‘tata wayah’,  dan‘tata lampah’, yang ketiganya saling berhubungan satu sama lain, sesuai dengan adat dan tradisi mereka.


LOKABASA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 1-9
Author(s):  
Cica Zahra Nadia ◽  
Rahman Rahman

This research is motivated by the lack of students' abilities in Sundanese. The purpose of this study is to describe the ability of ngawih before and after using the Explicit Intruction model, whether or not increasing after using the Explicit Intruction model, as well as describing the difference between the ngawih ability before and after using the Explicit Intruction model. The method used in this study is a quasi-experimental method, to students of class XI KPU-2 SMK Negeri 12 Bandung by using a pre-test and post-test design. Based on the results of research conducted, the average before using the Explicit Intruction model is (30.14) which proves that students are not capable of being incompetent, while the average after using the Explicit Intruction model is (75.88) which proves students are capable of being incompetent. Based on the statistical test results the significance value (Sig.2-tailed) is (0,000 0.5) or less than 0.5. Thus, H1 is accepted and H0 is rejected. This means that there is a significant difference between the ability to appear before and after using the Explicit Instruction model. This shows that the Explicit Intruction learning model can improve the Sundanese ngawih ability of class XI KPU-2 students of SMK Negeri 12 Bandung in Academic Year 2018/2019. AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan siswa dalam ngawih Sunda. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan kemampuan ngawih sebelum dan setelah menggunakan model Explicit Intruction, meningkat atau tidaknya setelah menggunakan model Explicit Intruction, serta mendeskripsikan perbedaan antara kemampuan ngawih sebelum dan setelah menggunakan model Explicit Intruction. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuasi eksperimen, kepada siswa kelas XI KPU-2 SMK Negeri 12 Bandung dengan menggunakan desain pre-test dan post-test. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan, rata –rata sebelum menggunakan model Explicit Intruction adalah (30,14) yang membuktikan bahwa siswa belum mampu ngawih, sedangkan rata-rata setelah menggunakan model Explicit Intruction adalah (75,88) yang membuktikan siswa mampu ngawih. Berdasarkan hasil uji statistika nilai signifikansi (Sig.2-tailed) yaitu (0,0000,5) atau kurang dari 0,5. Dengan demikian, H1 diterima serta H0 ditolak. Artinya ada perbedaan yang signifikan anatar kemampuan ngawih sebelum dan setelah menggunakan model Explicit Intruction. Hal ini menunjukan bahwa model pembelajaran Explicit Intruction dapat meningkatkan kemampuan ngawih Sunda siswa kelas XI KPU-2 SMK Negeri 12 Bandung Tahun Ajaran 2018/2019.


LOKABASA ◽  
2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 73-81
Author(s):  
Vika Destivani ◽  
Usep Kuswari ◽  
Yatun Romdonah Awaliah

This research based on the quality of mid-semester test questions in Sundanese language subject which is proposed by the teacher is still not meeting the criteria of validity , reliability, and questions properness,. This research aims to describe the validity level, content validity, and empirical validity (difficulty level and differentiator power), reliability, and questions appropriateness level  of Sundanese language subject in SMPN 2 Leuwisadeng Bogor. This research uses descriptive method, specifically, descriptive and inferential statistics. This methods used descriptive method of quantitative approach.The data for this research are Sunadanese subject mid-term questions and the answer sheets of the first and second semester student year 2018/2019. Furthermore, this research uses documentation study as the technique of the research. Based on the 11 analyzed aspects, the result shows that mid-semester test question content validity of 110 questions that 44 questions are valid, 21 questions are obliged to be revised, and 45 questions should be changed. Empirical Validity based on difficulty level shows that 62 questions are proper, 40 questions should be revised and 8 questions should be changed. Based on the differentiator power shows that 49 questions are proper, 31 questions should be revised, and 30 questions should be substituted. Based on the reliability level, 50% is in good category, 30% is in middle category, and 20% is in the bad category. Therefore, based on validity, either contect valididty or empirical validity (questions’difficulty level and differentiator poer), as well as reliability level, there are 35 proper questions (32%), 50 questions should be revised (45%), and 25 questions should be changed (23%). The conclusion is mid-semester test questions of Sundanese subject in SMPN 2 Leuwisadeng Bogor has’good’ standard of questionsappropriateness. AbstrakPenelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya kualitas soal penilaian tengah semester mata pelajaran bahasa Sunda yang dibuat oleh guru masih belum memenuhi kriteria tingkat validitas, reliabilitas, dan kelayakan soal penilaian tengah semester. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan validitas, baik validitas isi maupun validitas empiris (tingkat kesukaran dan daya pembeda), tingkat relibilitas, dan tingkat kelayakan soal-soal penilaian tengah semester basa Sunda di SMPN 2 Leuwisadeng Bogor. Metode yang digunakan yaitu metode deksriptif dengan pendekatan kuantitatif.  Sumber data dalam penelitian ini didapat dari pengumpulan soal-soal penilaian tengah semester bahasa Sunda dan lembar jawaban siswa semester 1 dan semester 2 taun ajar 2018/2019. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik studi dokumentasi. Berdasarkan hasil penelitian 11 aspek yang telah dianalisis ini yaitu validitas isi soal penilaian tengah semester dari 110 soal yaitu 44 soal valid, 21 soal harus direvisi, dan 45 soal harus diganti. Validitas empiris, berdasarkan kesukaran soal ada 62 soal yang layak, 40 soal direvisi, dan 8 soal harus diganti. Berdasarkan tingkat daya pembeda ada 49 soal layak, 31 soal direvisi, dan 30 soal harus diganti. Berdasarkan tingkat reliabilitas soal Penilaian Tengah Semester ada 50% kategori tinggi, 30% kategori sedang, dan 20% kategori rendah. Oleh sebab itu, berdasarkan validitas,  baik validitas isi maupun validitas empiris (tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal), serta tingkat reliabilitas terdapat kelayakan soal yaitu ada 35 soal yang layak (32%), 50 soal harus direvisi (45%),  dan 25 soal harus diganti (23%). Jadi, soal-soal penilaian tengah semester bahasa Sunda di SMPN 2 Leuwisadeng Bogor mempunyai tingkat kelayakan soal yang “cukup”.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document