scholarly journals Alpha Lipoic Acid Effect on Collagen of Extra Cellular Matrix β Cell Pancreas in Type 2 Diabetic Rats

2020 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. 68
Author(s):  
Ismawati Ismawati ◽  
Ilhami Romus ◽  
Dhea Ayu Kartini Surya Putri

Kelainan pulau Langerhans (isletopathy) merupakan salah satu komplikasi DM tipe 2. Penelitian mengenai  efek asam alfa lipoat (ALA) terhadap matriks ekstraseluler pankreas (ECM) pada DM tipe 2 masih  terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek ALA terhadap ketebalan kolagen ECM sel β pankreas pada tikus diabetes melitus tipe 2. Penelitian eksperimental dengan design post test only control group design  ini menggunakan 15 ekor tikus Rattus novergicus galur Wistar jantan yang dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok diabetes melitus tipe 2, dan kelompok diabetes melitus tipe 2 yang diberi ALA. Induksi diabetes melitus tipe 2 dilakukan dengan pemberian streptozotosin (50 mg/kgBB) diikuti nikotinamid (110 mg/kgBB) intraperitoneal. Dosis ALA yang digunakan 60 mg/kgBB/hari diberikan selama 3 minggu. Ketebalan kolagen matriks ekstraseluler sel β pankreas dinilai dengan pewarnaan Verhoeff's van Gieson (VvG) dengan sistem skoring. Hasil penelitian menunjukkan ketebalan kolagen matriks ekstraseluler pulau Langerhans pankreas tetap normal pada semua kelompok penelitian. Pemberian ALA 60 mg/kgbb selama 3 minggu pada tikus DM tipe 2 tidak memiliki efek terhadap ketebalan kolagen ECM pankreas. Dengan demikian perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai efek ALA terhadap kolagen matriks ekstra seluler pankreas DM tipe 2 tahap lanjut.

2014 ◽  
Vol 3 (3) ◽  
Author(s):  
Ega Purnamasari ◽  
Eti Yerizel ◽  
Efrida Efrida

AbstrakAspartam merupakan gula pengganti rendah kalori yang sering dikonsumsi oleh pengidap diabetes, tetapi keamanannya masih kontroversi. Intensitas rasa manis aspartam yang tinggi diduga dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian lain menyebutkan hasil metabolisme aspartam berupa asam aspartat dan fenilalanin dapat menjadi prekursor glukosa melalui glukoneogenesis. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh pemberian aspartam terhadap kadar glukosa darah tikus diabetes melitus diinduksi aloksan. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan post-test only control group design. Sampel penelitian ini terdiri dari 20 ekor tikus Wistar jantan yang dibagi menjadi kelompok kontrol negatif (KN), kontrol positif (KP), perlakuan 1 (P1), perlakuan 2 (P2). Aloksan 150 mg/kgBB diinduksikan pada kelompok KP dan P2, aspartam 315 mg/kgBB diberikan pada kelompok P1 dan P2 selama 4 minggu. Kadar glukosa darah puasa diukur setelah 4 minggu menggunakan spektrofotometer. Hasil penelitian ini didapatkan rerata kadar glukosa darah puasa kelompok KN (88,39 mg/dL), KP (134,11 mg/dL), P1 (93,95 mg/dL), dan P2 (66,66 mg/dL). Analisis data dengan Uji ANOVA nilai p= 0,000 (p<0,05), terdapat perbedaan kadar glukosa darah puasa yang bermakna pada semua kelompok. Keimpulan penelitian ini adalah terdapat pengaruh pemberian aspartam terhadap penurunan kadar glukosa darah puasa tikus diabetes melitus diinduksi aloksan.Kata kunci: aspartam, kadar glukosa darah, diabetes melitus, aloksanAbstractAspartame is a low-calorie sugar substitute that is often consumed by people with diabetes, but the safety of aspartame is still controversial. The high intensity of aspartame sweetness could be expected to lower blood glucose levels. Other study said the results of the metabolism of aspartame such aspartic acids and phenylalanine which can be a precursor of glucose through gluconeogenesis. The purpose of this study was to determine the effect of aspartame on blood glucose levels of alloxan induced diabetic rats. This study is an experimental study with a post-test only control group design. Twenty male Wistar rats were divided into 4 groups: negative control (KN), positive control (KP), treatment 1 (P1), treatment 2 (P2). Alloxan 150 mg/kg body weight induced in KP and P2 groups, aspartame 315 mg/kg body weight administered on P1 and P2 groups for 4 weeks. Fasting blood glucose levels were measured after 4 weeks using a spectrophotometer. The results of this study, the mean fasting blood glucose levels KN group (88.39 mg/dL), KP (134.11 mg/dL), P1 (93.95 mg/dL), and P2 (66.66 mg/dL). Data were analyzed using ANOVA test, p-value=0.000 ( p<0.05 ), there are differences in fasting blood glucose levels were significant in all groups. The conclusions of this study is the provision of aspartame in alloxan induced diabetic rats can cause a decrease in blood glucose levels significantly.Keywords: aspartame, blood glucose levels, diabetes mellitus, alloxan


2020 ◽  
Vol 47 (2) ◽  
pp. 33-59
Author(s):  
T Ronasky ◽  
Jufriady Ismy ◽  
Dasrul Dasrul

Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Penyakit ini dilaporkan terjadi pada 9% laki-laki dan 7,9% wanita. Laporan Center of disease control (CDC) menyebutkan tahun 2014 terdapat 8,1 juta orang tidak terdiagnosa DM dan 29,1 juta mengalami penyakit ini di Amerika Serikat. Pada penderita diabetes dapat terjadi kerusakan jangka panjang, disfungsi, dan kegagalan organ yang berbeda, terutama mata (diabetes retinopathy), ginjal (nefropati diabetik), saraf (neuropati diabetes), jantung (infark miokard) dan pembuluh darah (aterosklerosis) dan infertilitas. Laporan insiden infertilitas terkait DM terjadi pada 9% orang dewasa berusia >18 tahun mengalami akibat difungsi endokrin spermatogenesis. Vitamin E berperan sebagai antioksidan eksogen (non-enzimatis) yang dapat melindungi kerusakan membran biologis akibat radikal bebas. Vitamin E melindungi asam lemak tidak jenuh pada membran fosfolipid. Secara partikular, vitamin E juga penting dalam mencegah peroksidasi membran asam lemak tak jenuh. Metode. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan post-test only control group design secara laboratorium eksperimental. Rancangan penelitian ini dipilih berdasarkan konsep bahwa setiap unit dari populasi adalah homogen dan memiliki karakteristik yang sama. Pembagian sampel dilakukan secaraacak (random assignment). Pada kelompok eksperimen perlakuanlangsung diberikan stimulus dan pengamatan akhir sementara pada kelompok kontrol digunakan sebagai pembanding dari kelompok perlakuan. Hasil. Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada masing-masing kelompok perlakuan menunjukkan angka yang bervariasi. Rata-rata diamater tubulus seminiferus testes tikus pada perlakuan kontrol negatif (KN) adalah 261,57± 5,72 μm, kemudian mengalami penurunan menjadi 241,18 ± 18,53 μm, pada perlakuan tikus DM yang  diinduksi aloksan (KP),  dan mengalami peningkatan kembali pada perlakuan tikus DM yang dinduksi aloksan dan vitamin E dengan dosis 100 mg/kgbb/hari (P1), dan 200 mg/kgbb/hari (P2), secara berturut-turut adalah 265,92 ± 15,97 μm dan 271,41 ± 24,79 μm. Kesimpulan. Berdasarkan uji statistik Analysis of variance (ANOVA) one way didapatkan nilai signifikannya p 0,039 <0,05, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perlakuan pemberian vitamin E (P1 dan P2) berpengaruh secara signifikan terhadap diameter tubulus seminiferus testis tikus putih diabetes. Kata Kunci :  Vitamin E, Histomorfometri Testis Tikus Putih (strain wistar), Dm Tipe 1.


2020 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 61-69
Author(s):  
Tamrin Tamrin ◽  
Tri Sakti Widyaningsih ◽  
Windiyastuti Windiyastuti

Latar Belakang: Adanya pergeseran pola penyakit dari penyakit yang menular menjadi penyakit tidak menular salah satunya adalah diabetes melitus. Di Indonesia diabetes merupakan penyebab kematian tertinggi setelah stroke dan jantung koroner, hampir 85 sampai 90% orang dengan diabetes tipe 2 penyakit yang paling banyak dialami oleh lansia. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh terapi dzikir terhadap kadar gula darah sewaktu pada lansia diabetesi. Metode: Penelitian quasi experiment dengan desaign pre test dan post-test without control group design. Pengambilan sampel 36 responden, kemudian dianalisis menggunakan uji paired t-test. Hasil: Sebelum diberikan terapi dzikir rerata kadar gula darah sewaktu pada lansia diabetesi yaitu 176,25 mg/dl, sedangkan setelah diberikan terapi dzikir rerata kadar gula darah sewaktu pada lansia diabetesi 163,55 mg/dl. Hasil uji paired t-test menunjukkan bahwa nilai P value sebesar 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya ada penurunan kadar gula darah secara bermakna. Kesimpulan: Ada pengaruh terapi dzikir terhadap kadar gula darah pada lansia Diabetesi di Wilayah Kerja Puskesmas Lebdosari Semarang. Setelah mengetahui manfaat terapi dzikir diharapkan masyarakat dapat mengaplikasikan secara mandiri terutama bagi mereka yang terkena diabetes.


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Taufan Citra Darmawan

Pendahuluan: Diabetes Melitus (DM) adalah salah satu jenis penyakit degenerative yang mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh dunia. Di Indonesia fenomena diabetes melitus terkini tidak hanya menyerang lansia tapi juga rentang usia lainnya. Salah satu solusi alternatif yang dapat dicoba yaitu pengobatan tradisional dengan daun jambu biji. Penelitian sebelumnya terkait daun jambu biji mengatakan bahwa dalam daun jambu biji terdapat zat yang berdampak menurukan gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara langsung pengaruh rebusan daun jambu biji terhadap kadar glukosa darah. Metode: penelitian ini adalah true experiment Desain penelitian yang digunakan yakni pre post test control group design. Lokasi penelitian dilakukan di laboratorium biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya. Populasi dalam penelitian ini adalah hewan mencit sebanyak 32 ekor yang dibagi menjadi 2 kelompok perlakuan dan kontrol. Hasil dan Analisa: Dengan menggunakan uji chi - square didapatkan hasil yang signifikan ρ < α = 0,00 < 0,05 yang artinya terdapat pengaruh pada rebusan air daun jambu biji terhapat penurunan glukosa darah pada mencit. Hasil penelitian 16 ekor mencit yang dilakukan uji coba didapatkan bahwa seluruh mencit mengalami penurunan kadar glukosa darah. Kesimpulan: air rebusan daun jambu biji (psidium guajava) dapat menurunkan kadar gula darah pada mencit jenis (mus muculus). Penelitian ini masih merupakan penelitian tahap awal dimana perlu dilakukan uji coba lebih lanjut terhadap spesimen hewan mamalia jenis lainnya sebelum dilakukan kepada manusia.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 408-414
Author(s):  
Yesi Nurmalasari ◽  
Rakhmi Rafie ◽  
Efrida Warganegara ◽  
Indah Mulia Herwisdiane

Latar Belakang:Hiperglikemia adalah suatu kondisi medis berupa peningkatan kadar glukosa darah melebihi kadar normal yang menjadi karakteristik beberapa penyakit terutama diabetes melitus. Salah satu cara untuk menurunkan kadar glukosa darah yaitu dengan ekstrak alami tanaman habbatussauda (Nigella sativa). Habbatussauda (Nigella sativa) mengandung thymoquinone yang dapat meningkatkan sensitivitas insulin di dalam jaringan tubuh dan juga dapat memperbaiki kerusakan sel-β pankreas sehingga meningkatkan sekresi insulin. Tujuan:Mengetahui pengaruh pemberian ekstrak habbatussauda (Nigella sativa) terhadap kadar glukosa darah tikus putih (Rattus norvegicus) galur Wistar jantan yang diinduksi aloksan sebagai upaya preventif hiperglikemia. Metode : Penelitian eksperimental murni pre and post test with control group design. Sampel yang digunakan sebanyak 25 ekor tikus jantan dibagi menjadi 5 kelompok. Hasil : Nilai rerata ± SD GDP sebelum perlakuan, setelah diinduksi aloksan dan setelah perlakuan pada KM (126 ± SD 3,53), (128 ± SD 3,24), dan (124,6 ± SD 8,47), pada KN (121,6 ± SD 7,12), (182,2 ± SD 18,11), dan (149 ± SD 14,90), pada KP (122 ± SD 3,536), (161,8 ± SD 6,76), dan (108,4 ± SD 9,52), pada P1 (123,80 ± SD 4,65), (139,8 ± SD 1,48), dan (100,8 ± SD 5,40), dan pada P2 (122,6 ±SD 3,36), (164 ±SD 9,13), dan (112,2 ± SD 4,71). Uji Paired T-test menunjukkan peningkatan kadar glukosa darah yang bermakna (p


Author(s):  
Suwanto Suwanto ◽  
Rita Rahmawati

<p>Pangan berpengaruh terhadap kesehatan tubuh, sehingga pangan dapat mencegah dan mengobati penyakit seperti penyakit diabetes melitus. Pencegahan dan pengobatan diabetes melitus salah satunya dengan memanfaatkan biji labu kuning (<em>Cucurbita moschata</em> Duch). Kandungan biji labu kuning kaya akan protein, rendah lemak dan kalori. Protein biji labu kuning dapat dimanfaatkan sebagai diet hipoglikemik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas pemberian diet pakan ekstrak biji labu kuning terhadap peningkatan berat badan mencit dan untuk mengetahui aktivitas hipoglikemiknya pada mencit diabetes melitus terpapar streptozotocin. Metode penelitian<strong> </strong>menggunakan rancangan acak kelompok dengan desain penelitian <em>post test only control group design</em>. Mencit sebanyak 21 ekor dibagi menjadi 6 kelompok, kelompok I sebagai kontrol normal, kelompok II sebagai kontrol diabetes, kelompok III sebagai kontrol diabetes diberi metformin, kelompok IV-VI sebagai kelompok perlakuan diet pakan ekstrak biji labu kuning dengan konsentrasi 10%, 20%, dan 40%. Pengamatan dilakukan terhadap pengukuran  berat badan dan kadar glukosa darah. Data hasil penelitian dilakukan analisis statistik menggunakan ANOVA. Hasil penelitian menunjukkan<strong> </strong>bahwa pemberian diet pakan ekstrak biji labu kuning konsentrasi 10% berpengaruh terhadap peningkatan berat badan mencit sebanyak 0,25 gram serta lebih efektif menurunkan kadar glukosa darah sebanyak -29,25 mg/dl. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian diet pakan ekstrak biji labu kuning berpengaruh terhadap peningkatan berat badan dan penurunan glukosa darah mencit diabet terpapar streptozotocin.</p>


2020 ◽  
Vol 5 (6) ◽  
pp. 64
Author(s):  
Devi Yava Rony ◽  
Prih Sarnianto ◽  
Yusi Anggriani

 Asuhan kefarmasian pada pasien Diabetes Melitus tipe 2 diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan minum obat sehingga glukosa darah terkendali dan kualitas hidup optimal. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh asuhan kefarmasian dalam meningkatkan kepatuhan minum obat, pengendalian kadar glukosa darah dan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Penelitian bersifat prospektif menggunakan desain kuasi eksperimental komparatif (control group design withpre-test-post-test). Sebanyak 80 pasien terdiri dari 40 pasien non-Prolanis Puskesmas Talun (intervensi, diberi asuhan kefarmasian) dengan total sampling dan 40 pasien non-Prolanis Puskesmas Karangsari (kontrol, tanpa asuhan kefarmasian) dengan consecutive sampling. Data diperoleh dari kuesioner MMAS-8 (kepatuhan), SF-36 (kualitas hidup) dan kadar GDP, GDPP dari hasil laboratorium. Hasil Uji Wilcoxon menunjukkan peningkatan signifikan (p < 0,005) sebelum dan sesudah asuhan kefarmasian terhadap tingkat kepatuhan, kadar GDP, GDPP dan kualitas hidup pasien kelompok intervensi.Hasil Uji Mann Whitnney menunjukkan peningkatan signifikan (p < 0,05) tingkat kepatuhan, kadar GDP, GDPP dan kualitas hidup akibat asuhan kefarmasian pada pasien kelompok intervensi. Asuhan kefarmasian dapat meningkatkan kepatuhan, keterkendalian kadar GDP, GDPP dan kualitas hidup pasien non-Prolanis DM tipe 2 pada puskesmas tertentu di Kabupaten Cirebon. Kata kunci: Asuhan kefarmasian, Kualitas hidup dan Pasien DM.


2020 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 113
Author(s):  
Satrio Kusnanda Murdiqi Kusaeri ◽  
Nutrisia Nu’im Haiya ◽  
Iwan Ardian

Diabetes Melitus merupakan hilangnya toleransi karbohidrat dan hiperglikemia yang menimbulkan penurunan berat badan, guladarah yang tinggi bisa mengakibatkan rusaknya organ-organ tubuh,seperti kebutaan mata, glomerulosklerosis neuropati, ginjal, dan stroke, gagal jantung pada kardiovaskular, serta penyakit kaki diabetic, penggunaan promosi kesehatan metode FGD untuk meningkatkan pengetahuan pada penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh  pengetahuan pada diabetes melitus di Puskesmas Bangetayu Semarang. Jenis penelitian eksperimen semu (quast experimental) with control group design dengan pre - test – post – test. teknik consecutive sampling, consecutive sampling (berurutan), total sempel ada 55 responden, sebanyak 28 untuk kelompok perlakuan dan sebanyak 27 untuk kelompok kontrol. Berdasarkan hasil analisis terdapat pengaruh promosi kesehatan dengan metode Focus Group Discussion terhadap pengetahuan masyarakat tentang diabetes melitus. Terdapat pengaruh promosi kesehatan dengan metode Focus Group Discussion terhadap pengetahuan masyarakat tentang diabetes mellitus.


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 42
Author(s):  
Ebigail Daeli ◽  
Martha Ardiaria

ABSTRAKLatar belakang : Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu keadaan dimana tubuh tidak mampu memproduksi atau tidak dapat menggunakan insulin dan ditandai dengan meningkatnya kadar glukosa darah dan trigliserida. Beras merah dan beras hitam diketahui kaya akan serat dan antosianin yang mampu meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar glukosa darah dan trigliserida.Metode: Jenis penelitian ini adalah true experimental dengan pre-post test control group design. 24 tikus wistar jantan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu kontrol negatif, kontrol positif, kelompok perlakuan nasi beras merah, dan nasi beras hitam. Sebelum dan sesudah perlakuan selama 28 hari, kadar glukosa dan trigliserida diukur. Kadar glukosa dianalisis dengan menggunakan metode GOD-PAP dan kadar trigliserida dianalisis dengan menggunakan metode GPO-PAP.Hasil: Terdapat perbedaan signifikan kadar glukosa antar kelompok sebelum (p=0.000) dan sesudah intervensi (p=0.000). Selisih penurunan glukosa kelompok perlakuan nasi beras merah sebesar -161.4±4.35 (p=0.000) sedangkan pada nasi beras hitam sebesar -165.2±4.48 (p=0.000). Terdapat perbedaan signifikan kadar trigliserida antar kelompok sebelum (p=0.000) dan sesudah intervensi (p=0.000). Selisih penurunan trigliserida kelompok perlakuan nasi beras merah sebesar -41.8±5.75 (p=0.000) sedangkan pada nasi beras hitam sebesar -64.1±9.74 (p=0.000).Simpulan: Nasi beras merah dan nasi beras hitam dapat menurunkan kadar glukosa darah dan trigliserida secara signifikan.Kata kunci: Beras merah, beras hitam, diabetes mellitus tipe 2, kadar trigliserida


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
pp. 94
Author(s):  
Sitti Rahmatia ◽  
Rusni Mato ◽  
Yosephin Sari Pairunan ◽  
Yeni Nofiani Langkadja

ABSTRAKDiabetes Mellitus Tipe 2 merupakan salah satu penyakit degeneratif yang diakibatkan oleh berkurangnya sensitifitas insulin terhadap proses metabolisme tubuh. Komplikasi dari DM yakni hipoglikemia, diabetes ketoasidosis, sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik. Sehingga penderita harus menjaga agar kadar gula darahnya terkontrol, sebab Penderita DM rentan untuk mengalami penurunan kualitas hidup.  Tujuan penelitian ini menjelaskan pengaruh terapi Benson dan murottal Al-Qur’an terhadap penurunan kadar gula darah pada lansia dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas Jongaya Kota Makassar. Penelitian ini menggunakan quasy experiment dengan pre post test control group design. Jumlah sampel penelitian 18 responden untuk kelompok intervensi 18 responden kelompok kontrol. Kelompok kontrol mendapatkan terapi benson selama 7 hari, sedangkan kelompok intervensi diberi terapi benson + murottal Al-Qur’an (surah Al-Fatihah) selama 7 hari. Berdasarkan hasil analisis Wilcoxone pada terapi pada kelompok kontrol nilai diperoleh nilai p=0,293lebih besar dari 0,005 (>0,005) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara penurunan kadar gula darah klien dengan DM Tipe 2 dan terapi benson. Dan pada kelompok intervensi diperoleh nilai p=0,001 lebih kecil dari 0,005 (<0,005) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara penurunan kadar gula darah klien dengan DM Tipe 2 dan terapi benson + murottal Al-Qur’an. Kesimpulan: terapi relaksasi benson + murottal dapat menurunkan kadar gula darah klien dengan DM Tipe 2Kata Kunci: DM Tipe 2, Terapi Benson, Terapi Relaksasi Murottal ABSTRACTDiabetes Mellitus Type 2 is a degenerative disease caused by a decrease in insulin sensitivity to the body's metabolic processes. Complications of DM are hypoglycemia, diabetes ketoacidosis, hyperosmolar nonketotic hyperglycemic syndrome. So the patients must keep their blood sugar levels still in control because DM sufferers are prone to experience a decrease in quality of life. The purpose of this study was to explain the effect of Benson and murottal Al-Qur'an therapy to decrease elderly DM type 2 blood sugar level at the work area of Jongaya Public Health CenterMakassar. This research used quasi-experiment with pre and post-test control group design. The number of research were18 respondents for the intervention group and  18 respondents in the control group. The control group received Benson therapy for 7 days, while the intervention group was given Benson + Al-Qur'an (Al-Fatihah) for 7 days. Based on the results of Wilcoxone's analysis of therapy in the control group, the value of p = 0.293 was greater than 0.005 (> 0.005), which mean there was no significant correlation between decreasing patients’ blood sugar level with DM Type 2 and Benson therapy. And in the intervention group, the value of p = 0,001 was less than 0,005 (<0,005) which mean that there was a significant correlation between patients’ blood sugar level with DM Type 2 and Benson + murottal Al-Qur'an therapy. Keywords: DM Type 2, Benson Therapy, Murottal Relaxation Therapy


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document