Mengembangkan Desa Wisata Kreatif Perdamaian Sebagai Upaya Menghadirkan Shalom di tengah Ancaman Disintegrasi Bangsa
This paper is an analytical study of the "Peace Creative Tourism Village" initiated by the Creative and Peace Srumbung Gunung Society (CPSS). The analysis is carried out using sustainable tourism theory and socio-theological perspective through exploring the meaning of shalom. Srumbung Gunung Hamlet has the potential, both physically and non-physically, to be developed into a Peace Tourism Village. The physical potential of Srumbung gunung hamlet includes beautiful mountain views, traditional arts, and historical sites. Meanwhile, the non-physical potential is having local traditions and culture, having local wisdom, still living the values of harmony and mutual cooperation in the plural Srumbung Gunung community. All of these potentials are synergized into the capital to build a peace tourism village with an emphasis on the dimension of peace as its branding. The research results show that DWK "P" can be a model for a tourist village to bring peace (shalom) in the midst of the threat of national disintegration. Abstrak Tulisan ini adalah kajian analisis “Desa Wisata Kreatif Perdamaian” yang diinisiasi oleh Creative and Peace Srumbung Gunung Society (CPSS). Analisis dilakukan dengan menggunakan teori sustainable tourism dan perspektif sosio-teologis melalui menggali makna shalom. Dusun Srumbung Gunung mempunyai potensi, baik secara fisik maupun non-fisik untuk dikembangkan menjadi Desa Wisata Perdamaian. Potensi fisik yang dimiliki dusun Srumbung Gunung, antara lain pemandangan pegunungan yang indah, kesenian-tradisional, dan situs-situs bersejarah. Sedangkan potensi non-fisiknya adalah memiliki tradisi dan budaya lokal, memiliki kearifan lokal, masih hidupnya nilai-nilai kerukunan dan kegotongroyongan dalam masyarakat Srumbung Gunung yang plural. Semua potensi tersebut disinergikan menjadi modal untuk membangun desa wisata perdamaian dengan penekanan pada dimensi perdamaian sebagai branding. Hasil analisis menunjukkan, DWKP dapat menjadi salah satu model desa wisata sebagai sebuah upaya untuk menghadirkan damai (shalom) di tengah-tengah ancaman disintegrasi bangsa.