scholarly journals AN OVERVIEW OF DEPRESSION ON FEMALE INMATES’ IN CORRECTIONAL SETTING IN MALANG

2020 ◽  
Vol 7 (2) ◽  
pp. 28-38
Author(s):  
Mei Sinaga ◽  
Megah Andriany ◽  
Artika Nurrahima

Kondisi di lapas memaksa WBP perempuan harus mampu melakukan penyesuaian dikarenakan bila tidak akan mempengaruhi terjadinya depresi.  Depresi pada WBP perempuan akan berdampak pada aspek lain yaitu keluarga, anak, dan komunitas serta adanya pandangan negatif terhadap diri sendiri, orang lain, dan masa depan, dapat berpengaruh buruk secara berkelanjutan memicu terjadinya perilaku negatif seperti melukai diri sendiri bahkan bunuh diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguraikan masalah depresi yang dialami WBP perempuan selama menjalani masa pidana di Lapas. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Subjek penelitian sebanyak 103 WBP perempuan yang dipilih menggunakan teknik purposive random sampling dengan kriteria inklusi usia 18 tahun ke atas, sudah mendapatkan putusan vonis menjalani masa pidana dan kriteria eksklusi adalah WBP perempuan yang berada di ruang isolasi, tidak memiliki penyakit kronis, dan residivisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat depresi WBP perempuan kategori ringan. Kata kunci: Depresi; Lembaga Pemasyarakatan; Warga Binaan Pemasyarakatan Perempuan

2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Mei Elfrida Sinaga ◽  
Megah Andriany ◽  
Artika Nurrahima

Meningkatnya jumlah  warga binaan pemasyarakatan (WBP) perempuan di lapas menyebabkan munculnya masalah psikologis termasuk depresi. Depresi yang dialami WBP perempuan berdampak pada aspek lain yaitu keluarga, anak, dan komunitas. Kondisi ini menjadi beban tambahan bagi WBP perempuan selama di lapas dikarenakan terpisah dari anak, masalah hak asuh anak, larangan kontak dengan anak, kegagalan peran menjadi ibu maupun istri sehingga memiliki pandangan negatif terhadap diri sendiri, orang lain, dan masa depan, dapat berpengaruh buruk secara berkelanjutan memicu terjadinya perilaku negatif seperti melukai diri sendiri bahkan bunuh diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan masalah depresi yang dialami WBP perempuan selama menjalani masa pidana di Lapas. Metode penelitian yang digunakan deskriptif kuantitatif. Pengumpulan data dilakukan menggunakan kuesioner Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Subjek penelitian sebanyak 159 WBP perempuan yang dipilih menggunakan teknik purposive random sampling dengan kriteria inklusi usia 18 tahun ke atas, sudah mendapatkan putusan vonis menjalani masa pidana dan kriteria eksklusi adalah WBP perempuan yang berada di ruang isolasi, tidak memiliki penyakit kronis, dan residivisme. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat depresi WBP perempuan kategori ringan sampai sedang. Kata kunci: depresi, warga binaan pemasyarakatan perempuan THE INCIDENCE OF DEPRESSION ON FEMALE INMATES IN CORRECTIONAL SETTING ABSTRACTThe increasing number of female inmates in Prison led to the emergence of psychological problems including depression. Depression experienced by female inmate’s impact on other aspects, namely family, children, and community. This condition becomes an additional burden for the female inmates in Prison due to separate from the child, the issue of child custody, a ban on contact with children, the failure of the role of being a mother and wife and so have a negative view of themselves, others, and future can be a bad influence in a sustainable trigger the occurrence of negative behaviors such as self-mutilation and even suicide. The purpose of this study is to describe the problem of depression experienced by female inmates during a period of criminal in Prison. The research method used descriptive quantitative. Data collection was done using Beck Depression Inventory-II (BDI-II) questionnaires. The subject of the study a total of 159 female inmates selected using purposive random sampling with the inclusion criteria of age 18 years and above, already get the verdict undergo a criminal past and an exclusion criterion is a female inmate who are in isolation, do not have a chronic illness, and recidivism. The results showed that the level of depression female inmate's category of mild to moderate. Keywords: depression, female inmates


2015 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
L.N. Bunker ◽  
Vishnu Narayan

The present study aims to study depression and death anxiety among long route and short route truck drivers. The sample size (n=60) truck drivers 30 short-route drivers and 30 long route drivers were selected using random sampling technique. The data was collected using Thakur Death- Anxiety Scale and Beck Depression Inventory. Results shows that significant difference exist on measures of depression and death anxiety scales among long and short route truck drivers. Significant difference was found among death anxiety and depression of short route drivers and long route drivers and all truck drivers. High Pearson correlation was found among death anxiety and depression among truck drivers.


1999 ◽  
Vol 26 (1) ◽  
pp. 107-124 ◽  
Author(s):  
JENNIFER L. BOOTHBY ◽  
THOMAS W. DURHAM

As part of the admission process to the North Carolina state prison system, 1,494 prisoners completed the Beck Depression Inventory (BDI). The mean BDI score for this population was 12.57 ( SD=8.51), which corresponds to the “mild depression” range on the instrument. While overall BDI scores for prisoners were elevated relative to general population norms for the test, female inmates, younger prisoners, close custody inmates, and those serving their first period of incarceration produced even higher BDI scores. Thus, reports of generalized feelings of depression are common among prisoners. Results suggest that a score of 20 might serve as an appropriate cutting score to determine the need for further assessment and mental health intervention in this population. Factor analysis of the inmates' responses yielded four distinct, interpretable factors labeled (a) cognitive symptoms, (b) vegetative symptoms, (c) emotional symptoms, and (d) feelings of punishment. These factors may suggest different components of the response to incarceration.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 69-77
Author(s):  
Eqia Arum Azzahro ◽  
Jayanti Dian Eka Sari

ABSTRACTThe psychosocial factor is one of the factors that caused depression in adolescents. The adolescent group is one group that has the potential for depression. The impact of depression caused psychosocial factor can affect mental health. The purpose of this study was to examine the relationship between psychosocial factor with depression in 12th grade XY high school student Jember. This study is an observasional study with a cross – sectional approach. The sample of this research is 158 samples and the samples use simple random sampling. Data were collected by conducting an online survey using a questionnaire are BDI - II (Beck Depression Inventory - II) and Y PSC - 17 (Youth The Pediatric Symptom- 17) in the google form. The research data were analyzed using the Chi-square test. The results showed that, there was a relationship between the psychosocial factor and the incidence of depression (p value = 0,000). The result of this research can be used as the basis for other research and can be used to make mental health regulations or programs appropriate to the problem.Keywords: Depression, Psychcosocial Factor, Adolescent. ABSTRAKFaktor psikososial merupakan salah satu faktor penyebab depresi pada remaja. Kelompok remaja merupakan salah satu kelompok yang berpotensi mengalami depresi. Dampak depresi yang ditimbulkan faktor psikososial dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor psikososial dengan depresi pada siswa kelas 12 SMA XY Jember. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 158 sampel dan pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data dikumpulkan dengan melakukan survei online menggunakan kuisioner BDI - II (Beck Depression Inventory - II) dan Y PSC - 17 (Youth The Pediatric Symptom-17) melalui google form. Data penelitian dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor psikososial dengan kejadian depresi (p value = 0,000). Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian lain dan dapat digunakan untuk membuat regulasi atau program kesehatan mental yang sesuai dengan permasalahannya.Kata Kunci: Depresi, Faktor Psikososial, Remaja.


2021 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
Author(s):  
Faza Nurul Wardhani ◽  
Susanti Dharmmika ◽  
Hilmi Sulaiman Rathomi

Beta-thalassemia major (BTM) is difficult to treat chronic disease, causing physical and psychological burdens for the patient. Several studies have confirmed a decrease in physical activity and depression in thalassemia patients, but limited studies examine the relationship between these two conditions. This study aims to analyze the relationship between depression and physical activity in BTM patients in Bandung city. It was analytical observational research with a cross-sectional design. Data were collected during September–December 2018 by interviewing 65 patients selected by simple random sampling from 300 thalassemia patients registered at the Association of Parents with Thalassemia Indonesia/Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassemia Indonesia (POPTI) Bandung city. The instruments used were the Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) to measure physical activity and the Beck Depression Inventory (BDI) to assess depressive symptoms. Data were analyzed by chi-square test using SPSS for Windows ver. 23.0. The results showed that most BTM patients in Bandung city were depressed (52%) and had low physical activity levels (65%). Furthermore, there was a statistically significant relationship between depression and physical activity in thalassemia patients in Bandung city (p=0.04, p<0.05). Therefore, it can be concluded that BTM patients in Bandung city with depression have lower physical activity. DEPRESI BERDAMPAK PADA AKTIVITAS FISIK YANG RENDAH PADA PASIEN TALASEMIA BETA MAYORTalasemia beta mayor merupakan penyakit kronis yang sulit disembuhkan sehingga menimbulkan beban fisik dan psikologis bagi pasien. Beberapa penelitian telah mengonfirmasi penurunan aktivitas fisik dan depresi pada pasien talasemia, namun studi yang mengkaji hubungan antara kedua kondisi ini masih terbatas jumlahnya. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan antara kondisi depresi dan tingkat aktivitas fisik pada penderita talasemia beta mayor di Kota Bandung. Desain penelitian bersifat observasional analitik dengan rancangan potong lintang. Pengambilan data dilakukan selama September–Desember 2018 dengan mewawancarai 65 pasien yang dipilih secara simple random sampling dari 300 pasien talasemia yang terdaftar di Perhimpunan Orangtua Penderita Thalassemia Indonesia (POPTI) Kota Bandung. Instrumen yang digunakan adalah Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ) untuk mengukur aktivitas fisik dan Beck Depression Inventory (BDI) untuk menilai gejala depresi. Data dianalisis dengan uji chi-square menggunakan SPSS for Windows ver. 23.0. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas penderita talasemia beta mayor di Kota Bandung mengalami depresi (52%) dan memiliki tingkat aktivitas fisik rendah (65%). Selanjutnya, terdapat hubungan bermakna secara statistik antara depresi dan aktivitas fisik pada penderita talasemia di Kota Bandung (p=0,04; p<0,05). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penderita talasemia beta mayor di Kota Bandung yang mengalami depresi memiliki aktivitas fisik yang lebih rendah.


2019 ◽  
Vol 26 (3) ◽  
pp. 152
Author(s):  
Nura Eky Vikawati ◽  
Anggari Linda Destiana ◽  
Hesty Wahyuningsih

<p><em>Anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan perhatian lebih di segala bidang, tak jarang mereka mendatangkan masalah tersendiri bagi keluarganya. Beberapa penelitian menunjukan hubungan positif antara orang tua ABK dengan gejala psikopatologi termasuk depresi. SLB Negeri Kendal merupakan SLB terbesar di Kabupaten Kendal yang memiliki kurang lebih 183 siswa dengan ABK baik tuna grahita, tuna netra, tuna rungu, dan tuna daksa. Penelitian tentang pengukuran tingkat depresi pada keluarga dengan ABK di SLB Negeri Kendal belum pernah dilakukan sebelumnya. </em></p><p><em>Tingkat depresi diukur menggunakan Beck depression inventory (BDI). Sampling dilakukan dengan metode purposive random sampling dari wali murid (ayah, ibu, nenek, tante) Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB). Data demografi berupa hubungan responden dengan ABK, tingkat pendidikan dan pekerjaan, serta tingkat depresi ditampilkan dalam bentuk tabel dan pie chart. </em></p><p><em>Penelitian ini melibatkan 54 responden yang memenuhi kriteria inklusi. Dari 54 responden didapatkan 46.3% (25/54) memiliki skor BDI normal, 29.6% (16/54) dengan gangguan mood ringan, 9.3% (5/54) dengan depresi borderline, 11.1% (6/54) dengan depresi moderat, dan 3.7% (2/54) dengan depresi berat. Mayoritas responden merupakan first degree relative (66.7% ibu dan 24.1% ayah). Kebanyakan dari responden merupakan lulusan SD (33.3%) dan mayoritas bekerja sebagai IRT (55.6%).</em></p><em>Mayoritas keluarga ABK di SDLB Kabupaten Kendal pada penelitian ini tidak mengalami gejala depresi.</em>


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 3-9
Author(s):  
Sari Riastiningsih ◽  
Nuryani Sidarta

LATAR BELAKANG Prevalensi penderita depresi pada usia remaja meningkat sangat tinggi dibandingkan dengan usia  kanak‐kanak dan dewasa. Prevalensi gangguan mental emosional pada penduduk berumur 15 tahun ke atas di Indonesia mencapai 6%. Remaja rentan terkena depresi karena banyaknya proses adaptasi terhadap berbagai stressor kehidupan yang ada, bila tidak diawasi dapat menimbulkan gangguan perilaku anti sosial yang dapat menetap menjadi gangguan kepribadian antisosial pada saat dewasa. Studi ini dilakukan untuk menilai hubungan antara tingkat depresi dengan perilaku anti sosial pada pelajar SMA. METODE Studi ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain potong lintang yang  dilakukan dari bulan Agustus hingga Desember 2017. Populasi penelitian adalah pelajar SMAN 6 Bogor dengan total sampel sebanyak 350 responden. Cara pengambilan sampel digunakan teknik Consecutive Non random sampling dan pengambilan data primer didapatkan dari pengisian kuesioner The Mansion Evaluation untuk menilai ada tidaknya perilaku anti sosial dan kuesioner Beck Depression Inventory-II guna mengukur tingkat depresi pada respondents.  Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan tes Chi Square guna menilai hubungan antara tingkat depresi dengan munculnya perilaku antisosial. HASIL Dari 350 responden didapatkan 193 responden (55,1%) yang mengalami depresi dari tingkat ringan sampai berat. Sebanyak 222 respoden (63,4%) memiliki kecenderungan untuk berperilaku anti sosial dan lebih banyak didapatkan pada pelajar laki-laki. Hasil analisis  menunjukkan adanya hubungan bermakna antara tingkat depresi dengan perilaku anti sosial dimana makin tinggi tingkat depresi maka makin besar kejadian perilaku anti sosial (p value = 0,000). Selain itu didapatkan pula bahwa jenis kelamin juga memiliki hubungan bermakna dengan munculnya perilaku anti sosial (p value = 0,020). KESIMPULAN Terdapat hubungan antara tingkat depresi dan jenis kelamin dengan perilaku anti sosial pada pelajar SMA.


2004 ◽  
Vol 31 (6) ◽  
pp. 734-751 ◽  
Author(s):  
Maureen S. Black ◽  
Johnathan D. Forbey ◽  
Yossef S. Ben-Porath ◽  
John R. Graham ◽  
John L. McNulty ◽  
...  

Approximately 1.3 million men and 93,000 women are currently detained in state and federal correctional facilities. The ability to identify upon admission to a correctional facility those individuals who either have or are at an increased risk for developing significant psychological difficulties is crucial in order to allow early detection of inmates requiring mental health services. This study investigates the frequency with which 34,281 male and 6,878 female inmates from a state corrections facility reported significant levels of distress and dysfunction upon intake to the correctional system as measured by various clinical scales of the Minnesota Multiphasic Personality Inventory-2 (MMPI-2). Results indicate that a substantial proportion of incarcerated adults reported significant levels of distress across a variety of psychological, social, and behavioral domains.


2020 ◽  
Vol 6 (4) ◽  
pp. 116-121
Author(s):  
Mei Rianita Elfrida Sinaga ◽  
Megah Andriany ◽  
Artika Nurrahima

Background: Life in prison may cause negative feelings and thoughts which triggers depression for female inmates. This results in difficulty in finding purpose in life and loss of interest or motivation. Group-based hope intervention seems to be effective in decreasing depression, but it has not yet been applied in female inmates in a prison.Objective: To determine the effect of group-based hope intervention on depression level in female inmates.Methods: This study used a quasi-experimental study with pre-test post-test and control group design. Eighty-eight participants were selected using proportionate stratified random sampling, with 44 assigned into intervention and control groups. Data were collected from September to November 2019.  The level of depression was measured using Beck Depression Inventory-II (BDI-II). Mann Whitney U and Wilcoxon tests were used for data analyses.Results: Both group-based hope intervention in the intervention group and routine intervention in the control group has a significant effect on depression level (p<.01). However, further analysis showed that the group-based hope intervention was much more effective than the routine group in decreasing depression level in female inmates (p<.01).Conclusion: Group-based hope intervention is effective in lowering the depression in female inmates. Therefore, this therapy can be used as a valuable intervention in nursing practice, especially in a correctional setting.


Author(s):  
C. C. Clawson ◽  
L. W. Anderson ◽  
R. A. Good

Investigations which require electron microscope examination of a few specific areas of non-homogeneous tissues make random sampling of small blocks an inefficient and unrewarding procedure. Therefore, several investigators have devised methods which allow obtaining sample blocks for electron microscopy from region of tissue previously identified by light microscopy of present here techniques which make possible: 1) sampling tissue for electron microscopy from selected areas previously identified by light microscopy of relatively large pieces of tissue; 2) dehydration and embedding large numbers of individually identified blocks while keeping each one separate; 3) a new method of maintaining specific orientation of blocks during embedding; 4) special light microscopic staining or fluorescent procedures and electron microscopy on immediately adjacent small areas of tissue.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document