Journal of Community Mental Health and Public Policy
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

30
(FIVE YEARS 25)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By LENTERA KAJI

2622-2655

2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 92-101
Author(s):  
Adi Zayd Bintang ◽  
Ayik Mirayanti Mandagi

ABSTRACTDepression is a mental health problem that mostly occurs during adolescence. Physical, cognitive and emotional changes experienced during adolescence can cause stress. The prevalence of depression in adolescence has a very high increase compared to the age of children and adults. The main factor in being able to cure depression in adolescents is social support (Depkes, 2007). This study aims to identify depressive symptoms in adolescents and to find out the relationship between social support factors and depression incidence. This research is a quantitative research, with the type of observational analytic research with a cross sectional approach involving students at SMA XY in Jember Regency in May 2020. The analytical method uses the Chi Square test to see the relationship between independent and dependent variables with a significance level of α ≤ 0, 05. Data collection tool using google form. Determination of respondents by random sampling with a total of 158 respondents. The results of this study indicate that the distribution of women is 76.58% more than that of men. Based on the distribution of social support, 56.96% received good social support, while based on the incidence of depression, 54.43% did not experience depression. From the statistical test, the significance value of <0.05 indicates that there is a relationship between social support factors and the incidence of depression. Social support plays an effective role in overcoming depression experienced by adolescents.Keywords: Depression, Teens, social support. ABSTRAKDepresi merupakan salah satu masalah kesehatan mental yang sebagian besar terjadi pada masa remaja. Perubahan fisik, kognitif dan emosional yang dialami pada masa remaja dapat menimbulkan stress. Prevalensi depresi pada usia remaja memiliki peningkatan yang sangat tinggi dibandingkan dengan usia anak-anak dan usia dewasa. Faktor utama untuk dapat menyembuhkan depresi pada remaja yaitu dukungan sosial (Depkes, 2007). Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi gejala depresi pada remaja dan mengetahui mengenai Hubungan Faktor Dukungan Sosial dengan Kejadian Depresi. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, dengan jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional yang melibatkan siswa di SMA XY di Kabupaten Jember pada Bulan Mei tahun 2020. Metode analisis menggunakan uji Chi Square untuk melihat hubungan variabel independen dan dependen dengan tingkat kemaknaan α ≤ 0,05. Alat pengumpulan data menggunakan google form. Penentuan responden secara random sampling dengan jumlah 158 reponden. Hasil penelitian ini menunjukan distribusi perempuan 76,58% lebih banyak daripada laki-laki, berdasarkan distribusi dukungan sosial sebesar 56,96% mendapatkan dukungan sosial yang baik, sedangkan berdasarkan kejadian depresi sebesar 54,43% tidak mengalami depresi. Dari uji statistik nilai signifikansi sebesar < 0,05 menunjukkan bahwa ada hubungan antara faktor dukungan sosial dengan kejadian depresi. Dukungan sosial berperan efektif dalam mengatasi depresi yang dialami remaja.Kata Kunci: Depresi, Remaja, Dukungan Sosial.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 59-68
Author(s):  
Iftitah Amalia Rahmadani ◽  
Ayik Mirayanti Mandagi

ABSTRACTSmartphone is one of the telecommunication equipment, nowadays has become a must-have for everyone. Unfortunately, people do not realize that smartphone use have a negative impact in the form of nomophobia. Nomophobia is a person's anxiety if they cannot access their smartphone. College students are a group that can also be affected by nomophobia. This study aimed to find out the picture of nomophobia in final level students of FKM PSDKU Universitas Airlangga in Banyuwangi. The population used weres 41 people. The research design used descriptive quantitative studies with a cross sectional approach. The research was conducted by providing google form related to Nomophobia Questionnaire (NMP-Q). The results showed that students with the number of 4 people (9.76%) have mild nomophobia and 37 people (90.24%) have moderate nomophobia. The conclusion of the results obtained that all college students of the final level of FKM PSDKU Universitas Airlangga in Banyuwangi experienced nomophobia. It is recommended for students to increase physical activity and social interaction and set a daily schedule of activities in order to do more activities without using a smartphone.Keywords: Nomophobia, Smartphone, Final Students ABSTRAKPonsel pintar sebagai salah satu alat telekomunikasi, saat ini telah menjadi barang wajib untuk dimiliki setiap orang. Sayangnya manusia tidak menyadari bahwa penggunaan ponsel pintar memiliki dampak negatif berupa nomophobia. Nomophobia merupakan suatu kecemasan seseorang apabila tidak dapat mengakses ponsel pintarnya. Mahasiswa merupakan suatu kalangan yang juga bisa terdampak nomophobia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran nomophobia pada mahasiswa tingkat akhir FKM PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi. Jumlah populasi yang digunakan adalah sejumlah 41 orang. Desain penelitian menggunakan studi deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian dilakukan dengan memberikan google form terkait Nomophobia Questionnaire (NMP-Q). Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa mahasiswa dengan jumlah 4 orang (9,76%) mengalami nomophobia ringan dan 37 orang (90,24%) mengalami nomophobia sedang. Kesimpulan dari hasil yang didapatkan bahwa seluruh mahasiswa tingkat akhir FKM PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi mengalami nomophobia. Disarankan terhadap mahasiswa untuk memperbanyak aktivitas fisik dan interaksi sosial serta mengatur jadwal kegiatan harian agar dapat lebih melakukan aktivitas tanpa menggunakan ponsel pintar.Kata Kunci: Nomophobia, Ponsel pintar, Mahasiswa tingkat akhir.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 48-58
Author(s):  
Ajeng Febrianti Rahayu ◽  
Bagas Aidi ◽  
Meirna Mega Rizki ◽  
Ayik Mirayanti Mandagi

ABSTRACTFirst year student are one of the groups that are prone to depression. This is because the first year student is in a transition period or in a new condition that initially senior high school student becomes a college student. In addition, busy schedules, new learning environments and homesickness can trigger depression in college students. This study used a cross sectional study design. Respondents in this study were new students of the Study Program Outside the Main Campus (PSDKU) of Airlangga University in Banyuwangi, class 2019 with a total of 110 students. Depression levels were obtained from the Beck Depression Inventory (BDI-II) questionnaire. Meanwhile, the adaptability was obtained from the Communicative Adaptability Scale (CAS) questionnaire and the place of residence was obtained from questions about where to live during college. A total of 53 out of 110 students (49,1%) experienced low depression and students who experienced high depression were 57 out of 110 students (50,9%). The results of the chi square test regarding the relationship between residence and the level of depression of new students, obtained data p= 0.008 (p <0.05). Chi-square test results regarding the relationship between adaptation ability and depression level of new students, obtained data p = 0.001 (p <0.05). There is a relationship between residence and adaptability with the degree of depression of new students. Higher education institutions are expected to pay more attention to the psychological conditions of students and new students are expected to maintain good coping management in facing the new environment.Keywords: depression level, adaptability, place to live, new students ABSTRAKMahasiswa baru adalah salah satu kelompok yang rentan mengalami depresi. Hal ini dikarenakan mahasiswa baru berada pada masa transisi atau suatu kondisi baru yang awalnya siswa SMA menjadi mahasiswa. Selain itu, jadwal yang padat, lingkungan belajar yang baru dan homesickness dapat memicu depresi pada mahasiswa. Penelitian ini menggunakan desain penelitian crosssectional. Responden pada penelitian ini yaitu mahasiswa baru Program Studi Diluar Kampus Utama (PSDKU) Universitas Airlangga di Banyuwangi angkatan 2019 dengan jumlah 110 mahasiswa. Tingkat Depresi didapatkan dari kuisioner Beck Depression Inventory (BDI-II). Sedangkan kemampuan adaptasi didapatkan dari kuisioner Communicative Adaptability Scale (CAS) dan tempat tinggal didapatkan dari pertanyaan mengenai tempat tinggal selama kuliah. Sebanyak 49,1% (53 dari 110 mahasiswa) mengalami depresi ringan dan mahasiswa yang mengalami depresi berat sebanyak 50,9 (57 dari 110 mahasiswa). Hasil uji chisquare mengenai hubungan tempat tinggal dengan tingkat depresi mahasiswa baru, diperoleh data p=0,008 (p<0,05). Hasil uji chisquare mengenai hubungan kemampuan adaptasi dengan tingkat depresi mahasiswa baru, diperoleh data p=0,001(p<0,05). Terdapat hubungan antara tempat tinggal dan kemampuan adaptasi dengan tingkat depresi mahasiswa baru. Institusi perguruan tinggi diharapkan lebih memperhatikan kondisi psikologis mahasiswa dan mahasiswa baru diharapkan tetap mempertahankan manajemen koping yang baik dalam menghadapi lingkungan baru.Kata Kunci: tingkat depresi, kemampuan adaptasi, tempat tinggal, mahasiswa baru


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 78-91
Author(s):  
Yunita Anggraeni ◽  
Sitti Muthia Maghfirah Massinai ◽  
Rahma Dilla Arnanda

ABSTRACTSynthetic tobacco is a type of drug produced from tobacco mixed with chemical liquids. Synthetic tobacco produces a calming effect, daydreaming, hallucinations, and unconsciousness. In some individuals there is resistance to chemicals, resulting in dizziness, vomiting and unconsciousness. The basic ingredients of tobacco make synthetic tobacco difficult to distinguish from ordinary tobacco. So that the impact on the prevention and eradication of drugs is increasingly difficult. The CJ community is a community of drug users who have used synthetic tobacco for 5 months. This study aimed to determine the risk and protective factors of synthetic tobacco use in the CJ community. This research was a qualitative study on the case of the CJ community with the direct involvement of researchers in the community. The result of the research was an analysis description of the risk and protective factors in the CJ community. Medically dangerous side effects have not been communicated to users in the CJ community. Awareness of the future and responsibility are protective factors that motivate community members to stop using drugs. This research showed that the use of synthetic tobacco type drugs can be more harmful to individuals and the environment. The impact on the individual physically and psychologically will affect the individual's difficulty in interacting with the social environment. There is a need for socialization and education that takes into account various aspects of society so that prevention can take place effectively. The results of the research can become the basis for providing intervention designs with community collaboration as agents of change.Key Word: Synthetic Tobacco, Risk Factor, Protective Factor, Drugs User ABSTRAKTembakau sintetis merupakan jenis narkoba yang dihasilkan dari tembakau yang dicampur dengan cairan kimia. Tembakau sintetis menghasilkan efek tenang, melamun, halusinasi, dan tidak sadarkan diri. Pada beberapa individu terdapat penolakan terhadap zat kimia, berakibat pusing, muntah dan tidak sadarkan diri. Bahan dasar tembakau membuat tembakau sintetis sulit dibedakan dengan tembakau biasa. Sehingga berdampak kepada pencegahan dan pemberantasan narkoba yang semakin sulit. Komunitas CJ merupakan komunitas pengguna narkoba yang sudah menggunakan tembakau sintetis selama 5 bulan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risk and protective factor penggunaan tembakau sintetis pada komunitas CJ. Penelitian ini merupakan studi kualitatif pada kasus komunitas CJ dengan keterlibatan langsung peneliti pada komunitas. Hasil penelitian berupa deskripsi analisis dari risk and protective factor pada komunitas CJ. Efek samping yang berbahaya secara medis belum tersosialisasikan kepada para pengguna di komunitas CJ. Kesadaran mengenai masa depan dan tanggung jawab menjadi faktor protektif yang memotivasi anggota komunitas untuk berhenti menggunakan narkoba. Penelitian ini menunjukan bahwa penggunaan narkoba jenis tembakau sintetis dapat lebih berbahaya bagi individu dan lingkungan. Dampak kepada individu secara fisik dan psikologis akan mempengaruhi kesulitan individu berinteraksi dengan lingkungan sosial. Perlu adanya sosialisasi dan edukasi yang memperhatikan berbagai aspek di masyarakat agar pencegahan dapat berlangsung dengan efektif. Hasil penelitian dapat menjadi landasan dalam memberikan rancangan intervensi dengan kolaborasi masyarakat sebagai agen perubahan.Kata Kunci: Tembakau Sintetis, Faktor Risiko, Faktor Protektif, Pengguna Narkoba


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 69-77
Author(s):  
Eqia Arum Azzahro ◽  
Jayanti Dian Eka Sari

ABSTRACTThe psychosocial factor is one of the factors that caused depression in adolescents. The adolescent group is one group that has the potential for depression. The impact of depression caused psychosocial factor can affect mental health. The purpose of this study was to examine the relationship between psychosocial factor with depression in 12th grade XY high school student Jember. This study is an observasional study with a cross – sectional approach. The sample of this research is 158 samples and the samples use simple random sampling. Data were collected by conducting an online survey using a questionnaire are BDI - II (Beck Depression Inventory - II) and Y PSC - 17 (Youth The Pediatric Symptom- 17) in the google form. The research data were analyzed using the Chi-square test. The results showed that, there was a relationship between the psychosocial factor and the incidence of depression (p value = 0,000). The result of this research can be used as the basis for other research and can be used to make mental health regulations or programs appropriate to the problem.Keywords: Depression, Psychcosocial Factor, Adolescent. ABSTRAKFaktor psikososial merupakan salah satu faktor penyebab depresi pada remaja. Kelompok remaja merupakan salah satu kelompok yang berpotensi mengalami depresi. Dampak depresi yang ditimbulkan faktor psikososial dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor psikososial dengan depresi pada siswa kelas 12 SMA XY Jember. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 158 sampel dan pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Data dikumpulkan dengan melakukan survei online menggunakan kuisioner BDI - II (Beck Depression Inventory - II) dan Y PSC - 17 (Youth The Pediatric Symptom-17) melalui google form. Data penelitian dianalisis menggunakan uji Chi-square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara faktor psikososial dengan kejadian depresi (p value = 0,000). Hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk penelitian lain dan dapat digunakan untuk membuat regulasi atau program kesehatan mental yang sesuai dengan permasalahannya.Kata Kunci: Depresi, Faktor Psikososial, Remaja.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 31-40
Author(s):  
Desak Made Sintha Kurnia Dewi

ABSTRACTThe popularity of e-cigarette (e-cig) is increasing among adolescents, as it is promoted as a safer cigarette and a tool that can help to quit smoking. The misleading security illusion of e-cig without adequate knowledge has created a new generation of tobacco industry customers. The aim is to improve adolescent knowledge about the harmful effects e-cig. Online socialization about the electronic cigarette traps were given to junior and senior high school students in two sub districts in Banyuwangi. Education was conducted in October 2020, attended by 107 students and 15 teachers.Three educational sessions for 20 minutes were conducted using presentation and short video. Pre and post tests were conducted to measure changes in adolescent knowledge. Participants were also asked to evaluate the benefits of these activities. Paired sample t test was used to analyze adolescents’ knowledge before and after socialization. Online socialization about the harmful effect of e-cig improved adolescent knowledge. The mean score improvement was 0.88 ± 1.499 (p = 0.0004). Around 72.1% of adolescents were willing to become agents of change or peer educators. About 84.4% and 88.3% participants agreed and strongly agreed that this socialization provided new information and understanding. Online socialization about the harmful effect of e-cig using short video and texts can improve adolescents' knowledge.Keywords: E-cigarette, Adolescents, Addiction, Tobacco Control. ABSTRAKRokok elektronik (e-cig) semakin populer khususnya di kalangan remaja karena dipromosikan sebagai rokok yang lebih aman dan alat bantu untuk berhenti merokok. Keamanan palsu (ilusif) yang diberikan e-cig tanpa diimbangi pengetahuan yang cukup menciptakan generasi pelanggan baru untuk industri tembakau. Tujuan dari studi ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang bahaya rokok elektronik. Sosialisasi Jebakan Rokok Elektronik dilakukan secara daring pada pelajar SMP dan SMA di dua Kecamatan di Banyuwangi. Edukasi dilaksanakan pada Oktober 2020, diikuti oleh 107 siswa dan 15 guru. Tiga sesi edukasi selama 20 menit dilaksanakan menggunakan presentasi dan video pendek. Pre dan post-test digunakan untuk mengukur perubahan pengetahuan peserta. Peserta juga diminta untuk mengevaluasi manfaaat dari kegiatan ini. Paired sample t test digunakan untuk menganalisis pengetahuan remaja sebelum dan setelah sosialisasi. Sosialisasi secara daring tentang bahaya e-cig mampu meningkatkan pengetahuan remaja. Peningkatan skor rata rata sebesar 0.88±1.499 (p=0.0004). Sebanyak 72.1% remaja menyatakan kesediaannya menjadi agen perubahan atau peer educator. Sebanyak 84.4% dan 88.3% peserta setuju dan sangat setuju bahwa sosialisasi ini memberi informasi dan pemahaman baru. Sosialisasi daring tentang bahaya e-cig menggunakan video pendek dan text dapat meningkatkan pengetahuan remaja.Kata Kunci: Rokok Elektronik, Remaja, Kecanduan, Kontrol Tembakau.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 19-30
Author(s):  
Gayatri Rahma Dewi

ABSTRACTDepression is a feeling of emptiness and sadness that leads to decreased interest in happy activities, resting and eating irregularly, decreased concentration, guilt to yourself, and the emergence of suicidal thoughts. Adolescence is a transitional phase of children's life and adult life can be seen from the growth and development of the body's biological and psychological. Adolescents in Indonesia aged at 15-19 years experience moderate depressive symptoms reaching 22% and severe depression symptoms reaching 7.2%. The purpose of this study was to see a picture of depression in adolescents at X vocational high school in Banyuwangi. This research method uses descriptive research with a quantitative approach. The level of adolescent depression at X vocational high school in Banyuwangi was measured using the Beck Depression Inventory-II. Results: 29.4% of adolescents had mild depression, 17.6% of adolescents had moderate depression, and 2% of adolescents had major depression. The conclusion of this study is depression in adolescents at X vocational high school in Banyuwangi has the highest level of minimal depressive symptoms. Severe depression that occurs in adolescents needs to be treated immediately so that it does not threaten their future.Keywords: Depression, Adolescent, Beck Depression Invetory-II ABSTRAKDepresi adalah perasaan hampa dan sedih hingga menurunnya minat pada kegiatan yang membuat senang, istirahat dan makan tidak teratur, konsentrasi menurun, rasa bersalah dalam diri, dan munculnya keinginan untuk bunuh diri. Masa remaja adalah fase peralihan dari kehidupan anak-anak dan masa kehidupan orang dewasa dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan biologis pada tubuh dan psikologis. Remaja di Indonesia pada usia 15-19 tahun mengalami gejala depresi tingkat sedang mencapai 22% dan gejala depresi tingkat berat mencapai 7,2%. Tujuan dari penelitian ini untuk melihat gambaran tingkat depresi pada remaja yang aktif berorganisasi di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) X di Banyuwangi. Metode penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Tingkatan depresi remaja di SMK X di Banyuwangi diukur menggunakan Beck Depression Inventory-II. Hasil dari penelitian menunjukan sebanyak 29,4% remaja mengalami depresi ringan, 17,6% remaja mengalami depresi sedang, dan 2% remaja mengalami depresi berat. Kesimpulan dari penelitian ini adalah depresi pada remaja SMK X di Banyuwangi memiliki tingkat gejala depresi minimal tertinggi. Depresi berat yang terjadi pada remaja perlu segera ditangani agar tidak mengancam masa depannya.Kata kunci: depresi, remaja, Beck Depression Invetory-II


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 41-47
Author(s):  
Susytest k Sebayang

ABSTRACTGadget use among Indonesian adolescents is becoming more prevalent. Most Indonesian families own smartphones for various uses including for accessing the internet. Gadget and internet use has sharply increased during the Covid-19 pandemic. This study therefore reports a short awareness raising method on gadget addiction among adolescents and how to prevent it. Awareness raising session was held online for students of junior and senior high school students in Banyuwangi District. Socialization materials were given in the form of 20 minute lecture and a 2 minute and 19 second short animation video. Knowledge improvement was calculated from a pre-socialization and post socialization test scores and analysed using paired t-test. Participants were also asked to evaluate the impact of the socialization on providing new information and understanding of the issues. Online socialization can improve knowledge on 66.7% of the students with an average score improvement of 1.55±1.81 poin (p<0.0001). Participants stated that the socialization was well executed. Most students (85.5%) agreed to highly agreed that the socialization provided them with new information and 87.1% of students agreed to highly agreed that they understood the materials. Therefore, short online socialization through presentation and short video can improve the knowledge and understanding of gadget addiction among adolescents.Keywords: Addiction, gadget, smartphones, adolescents, socialization. ABSTRAKPenggunaan gawai di kalangan remaja semakin umum di Indonesia. Sebagian besar keluarga di Indonesia memiliki telepon pintar yang digunakan untuk berbagai hal termasuk mengakses internet. Selama masa pandemi Covid-19 penggunaan gawai dan internet semakin meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan sosialisasi mengenai kecanduan gawai di kalangan remaja dan cara mencegahnya. Sosialisasi mengenai kecanduan gawai secara daring diberikan kepada siswa setingkat sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas di Kabupaten Banyuwangi. Materi sosialisasi diberikan dalam waktu 20 menit dalam bentuk presentasi dan video pendek. Peningkatan pengetahuan diukur melalui test pengetahuan sebelum dan setelah sosialisasi dan dianalisa menggunakan t-test. Peserta juga diminta untuk mengevaluasi manfaat sosialisasi dari segi penambahan informasi dan pemahaman. Sosialisasi secara daring dapat meningkatkan pengetahuan pada 66.7% siswa dengan peningkatan skor rata-rata sebesar 1.55±1.81 poin (p<0.0001). Peserta menyatakan bahwa keseluruhan kegiatan sosialisasi dilaksanakan dengan baik. Sebagian besar siswa (85.5%) menyatakan setuju hingga sangat setuju bahwa kegiatan sosialisasi tersebut memberi tambahan informasi baru bagi mereka dan 87.1% siswa menyatakan setuju hingga sangat setuju bahwa mereka memahami materi yang disampaikan. Sosialisasi secara daring dalam waktu yang singkat melalui presentasi dan video pendek dapat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman remaja mengenai kecanduan gawai.Kata Kunci: Kecanduan, Gawai, Telepon Pintar, Remaja, Sosialisasi


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 11-18
Author(s):  
Bagas Aidi

ABSTRACTDepression is a disease characterized by prolonged sadness and loss of interest in activities that we normally do happily. A freshman is someone who is moving towards personal maturity and is still in transition, freshmen are very susceptible to increased depression. The purpose of this study was to analyze the relation between gender and pocket money with depression levels. This research was an analytical study used a cross sectional study. The data was collected online by distributing the questionnaire link to 110 students. The results of this study was indicate that the largest number of students were women, the maximum amount of pocket money among students was Rp. 500,000 - Rp. 1,000,000. minimum> Rp. 1,000,000.00. Based on the results of statistical tests used the Chi-square test data obtained ρ = 0.068. The value of ρ obtained was more than 0.05, meaning that there was no relationship between pocket money and the level of depression. Between sex and the level of depression, the data obtained ρ = 0.091, the value of ρ obtained was greater than 0.05, meaning that there was no significant relationship between gender and depression levels in new students. The conclusion ofthis study is that there was no significant relationship between gender and the level of depression in freshmen. There was no significant relationship between the allowance factor and the level of depression in new students.Keywords: New Students, Depression, Gender, Allowance. ABSTRAKDepresi adalah penyakit yang ditandai dengan kesedihan yang berkepanjangan dan hilangnya minat pada aktivitas yang biasanya kita lakukan dengan bahagia. Mahasiswa baru adalah seseorang yang bergerak menuju kedewasaan pribadi dan masih dalam masa transisi, mahasiswa baru sangat rentan terhadap peningkatan depresi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan antara jenis kelamin dan uang saku dengan tingkat depresi. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan studi cross sectional. Pengumpulan data dilakukan secara online dengan menyebarkan link kuisioner kepada 110 mahasiswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa terbanyak adalah perempuan, jumlah uang saku maksimum diantara mahasiswa adalah Rp. 500.000 - Rp. 1.000.000. minimal> Rp. 1.000.000,00. Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji Chi-square diperoleh data ρ = 0,068. Nilai ρ yang diperoleh lebih dari 0,05 artinya tidak ada hubungan antara uang saku dengan tingkat depresi. Antara jenis kelamin dengan tingkat depresi diperoleh data ρ =0,091, nilai ρ yang diperoleh lebih besar dari 0,05 artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat depresi pada mahasiswa baru. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat depresi pada mahasiswa baru. Tidak ada hubungan yang signifikan antara faktor uang saku dengan tingkat depresi pada mahasiswa baru.Kata Kunci: Mahasiswa Baru, Depresi, Jenis kelamin, Uang Saku.


2021 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-10
Author(s):  
Rahmafika Cinthya Afro

ABSTRACTThe coronavirus is a virus that spreads very quickly between humans. It can be seen from the data on the spread of COVID-19 cases were growing significantly and exponentially in society. The province that also affected was an East Java. Local transmissions still happening almost in all districts. The community must prioritize preventive measures to break the chain of transmission by implementing health protocols. This research was conducted to analyze factors that affect adherence to health protocols during the COVID-19 pandemic in East Java used health belief model approach. The design of this research was cross sectional. The data collection method used was a questionnaire survey through an online questionnaire platform. The subjects of this study were people who live in East Java with a total of 350 respondents. The study was conducted in April - September 2020. The result was explained using the logistics regression test to determine the effect of individual perceptions on compliance with the implementation of health protocols. The individual perception factor has a result, namely the perceived vulnerability variable has a p value of 0.719> 0.05, the perceived benefits variable has a p-value of 0.005 <0.05, the perceived barrier variable has a p-value of 0.001 <0, 05, the self-confidence variable has a p-value of 0.152> 0.05 and cue to action has a p-value of 0.502 >0.05. The conclusion from the results is that factors that affect compliance with health protocols during the COVID-19 pandemic are perceived benefits and perceived barriers.Keywords: COVID-19, Compliance, Health Protocols, Health Belief Model. ABSTRAKCoronavirus merupakan virus yang penyebarannya sangat cepat antar manusia. Hal ini dapat dilihat dari data persebaran kasus COVID-19 yang berkembang secara signifikan dan eksponensial di masyarakat. Salah satu provinsi yang juga terdampak adalah Provinsi Jawa Timur. Transmisi lokal masih terjadi di hampir seluruh kabupaten di JawaTimur. Masyarakat harus mengutamakan tindakan pencegahan untuk memutus rantai penularan di masyarakat dengan menerapkan protokol kesehatan. Penelitian ini dilaksanakan untuk menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan menjalankan protokol kesehatan saat pandemi COVID-19 pada masyarakat Jawa Timur dengan pendekatan health belief model. Desain studi penelitian ini adalah cross sectional. Metode pengambilan data yang digunakan adalah survei kuesioner melalui platform kuesioner online. Subjek penelitian ini adalah orang yang berdomisili di Jawa Timur dengan jumlah sebanyak 350 responden. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – September 2020. Penelitian ini menggunakan uji regresi logistik untuk menganalisis faktor persepsi individu terhadap kepatuhan protokol kesehatan. Faktor persepsi individu memiliki hasil yaitu variabel perceived susceptibility memiliki nilai p 0,719> 0,05, variabel perceived benefits memiliki nilai p 0,005 <0,05, variabel perceived barriers memiliki nilai p 0,001 <0. 05, variabel self efficacy memiliki nilai p 0,152> 0,05 dan cues to action memiliki nilai p 0,502>0,05. Kesimpulan dari penelitian faktor yang mempengaruhi kepatuhan terhadap protokol kesehatan selama pandemi COVID-19 adalah variabel perceived benefits dan perceived barriers.Kata Kunci: COVID-19, Kepatuhan, Protokol Kesehatan, Health Belief Model.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document