KONTRADIKSI PERHIASAN TUBUH WANITA; TELAAH PENAFSIRAN MUHAMMAD SYAHRUR
Muhammad Syahrur merupakan salah satu tokoh kontemporer yang mengkaji penafsiran teks al-Qur’an. Meskipun pola berfikirnya dianggap kontroversi, namun tetap mencoba untuk merumuskan konsepnya sendiri. Menurutnya, produktivitas umat Islam mandul di era modern karena masih dipenuhi oleh taqlid, fanatisme dan indoktrinasi pemikiran di masa klasik, padahal Allah SWT telah meninggikan posisi akal supaya selalu bisa menghasilkan karya yang relevan dengan perkembangan zaman. Oleh karena itu, Syahrur melakukan pembacaan ulang terhadap kitab suci dengan merumuskan pembagian perhiasan tubuh wanita menjadi tiga, yaitu perhiasan benda, perhiasan tempat dan perhiasan gabungan antara keduanya. Baginya, perhiasan tubuh wanita menjadi pembahasan penting yang akan membawa pada pemahaman tentang aurat wanita. Akan tetapi, pembagian ini menunjukkan kelonggaran dan kerancuan berfikir Syahrur tanpa didasari keilmuan yang memadai. Selain itu, penafsirannya juga dianggap bertentangan dengan pendapat mayoritas ulama. Abstract: Muhammad Syahrur is a contemporary figure who studies the interpretation of the Qur’anic text. Although the mindset is considered controversial, he still tries to formulate his own concept. According to him, the productivity of Muslims is barren in the modern era because it is still filled with taqlid, fanatism and indoctrination of thught in the classical period, whereas Allah SWT has elevated the position of mind so that it can always produce work that is relevant to the times. Therefore, Syahrur re-read the holy book by formulating the divisions of women’s body jewelry into three, namely jewelry, place jewelry and combined between the two. For him, women’s body jewelry became an important discussion that would lead to an understanding of women’s genitalia. However, this divisions show the laxity and ambiguity of Syahrur’s thought without being based on adequate knowledge. In addition, his interpretation is also considered contradict the opinions of the majority of scholars.