scholarly journals EFEKTIVITAS TEKNIK JARIK SHAKING THE APPLE TREE TERHADAP PERSEPSI NYERI PADA IBU BERSALIN

2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 105-111
Author(s):  
Yusniarita Yusniarita ◽  
Heni Mahita ◽  
Yossy Utario

Ibu bersalin berespon terhadap nyerinya dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa ibu mungkin merasa takut dan cemas sementara yang lain nya bersifat toleran dan optimis. Salah satu metode non farmakologi untuk pengendalian rasa nyeri yaitu teknik jarik shaking the apple tree, teknik ini berperan dalam merileksasi otot-otot panggul sehingga memberikan rasa nyaman saat persalinan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efektivitas teknik jarik shaking the apple tree terhadap persepsi nyeri pada ibu bersalin kala 1 fase aktif di wilayah kerja Puskesmas Pasar Kepahiang. Jenis penelitian ini menggunakan rancangan praexperimental design dengan jenis pre test and post test one group design. Pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling dengan jumlah ibu bersalin sebanyak 22 sampel. Skala nyeri dinilai dengan dengan lembar observasi Numeric Rating Scale (NRS ) dan persepsi nyeri dengan lembar kuisioner serta dengan wawancara individu. Uji statistik yang digunakan uji Wilcoxon signed ranks test.  Hasil: teknik jarik efektif terhadap penurunan skala nyeri pada ibu bersalin, dengan nilai p 0,000(<0,005), dan  Metode jarik shake the apple tree efektif dalam peningkatan persepsi nyeri persalinan sebelum dan sesudah intervensi, dengan nilai p 0.000 (<0.05). Saran bagi ibu yang akan bersalin dapat menggunakan metode jarik shake the apple tree sebagai penanganan nyeri persalinan.

2019 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 217-224
Author(s):  
Tina Mawardika ◽  
Wacidatum Mutohharoh

Nyeri haid merupakan nyeri di daerah panggul akibat menstruasi dan produksi zat prostaglandin yang membuat dinding rahim berkontraksi. Salah satu cara untuk mengurangi nyeri yaitu dengan Massage Effleurage. Massage effleurage dapat menstimulasi serabut di kulit yang akan membuat nyaman, menurunkan rasa nyeri haid karena sentuhan dan nyeri yang di rangsang bersama sensasi sentuhan berjalan ke otak dan meningkatkan hormone endhorpin. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh massage effleurage terhadap intensitas nyeri haid. Penelitian ini menggunakan desain quasy eksperiment dengan rancangan non randomized pretest-post test with control group design. Pengambilan sampel dengan cara purposive sampling, jumlah populasi 126 siswi dan sampel 36 responden. Instrument penelitiannya berupa numeric rating scale dan lembar self report. Analisis data menggunakan uji statistic Independent t-test dan Dependent t-test. Hasil penelitian melalui uji statistik independent t-test didapatkan nilai p-value (0,001) < α (0,05) yang artinya ada pengaruh yang signifikan antara massage effleurage terhadap intensitas nyeri haid   Kata kunci: massage effleurage, nyeri haid THE EFFECT OF MASSAGE EFFLEURAGE ON THE BACK FOR PERIOD MENSTRUAITION PAIN   ABSTRACT Period pain is pelvis pain area because of menstruation and prostaglandin subtances production. Prostaglandin used to make cervix contraction. One of the way for reduce the pain are massage effleurage. Massage effleurage can stimulated fiber on the scalp and make comfortable. Massage effleurage can reduce period pain because touch and pain stimulated with touch sensation going to brain and increase endhorpin hormone. Analyzing Massage Effleurage influence for period pain intensity. These research are using quasy experiment research design with non randomized pretest-post test with control group design. Taking sample by purposive sampling on 126 women students in total and 36 respondents for sample. Research instrument are numeric rating scale and self report paper form. Data analyze using statistic test : Independent t-test and Dependent t-test. Research result by statistic test independent t-test show p-value (0,0001 )< α (0,05) that mean there are a significant influence on massage effleurage in period pain intensity.   Keywords: massage effleurage, menstruation pain


2021 ◽  
Vol 11 (3) ◽  
pp. 404
Author(s):  
Dewi Zolekhah ◽  
Nendhi Wahyuni Utami

Latar belakang: Nyeri menstruasi merupakan ketidaknyamanan pada saat menstruasi yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Banyak wanita yang menangani nyeri menstruasi  dengan cara  membeli kemudian mengkonsumsi  obat-obatan sendiri untuk mengurangi nyeri menstruasi yang bisa berdampak menjadi ketergantungan terhadap efek  obat penghilang nyeri.Tujuan:  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemberian coklat hitam dan jus wortel untuk mengatasi nyeri menstruasi.Metode: Rancangan dalam penelitian ini yaitu quasy eksperimen, dengan one group pre test and post test control group design dengan menggunakan lembar observasi skala pengukuran nyeri numeric rating scale (NRS) kemudian dilakukan uji normalitas dengan shapiro wilk test dan analisa data menggunakan uji Wilcoxon dan mann whitney. Penelitian dilakukan mulai bulan Februari sampai Agustus 2020. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh mahasiswa prodi kebidanan yang mengalami nyeri mentruasi. Teknik pengambilan sampel dengan consecutive sampling dan sampel  berjumlah 30 responden yang terdiri dari 15 responden untuk kelompok intervensi dan 15 responden untuk kelompok kontrolHasil: Penelitian dengan menggunakan uji Wilcoxon didapatkan hasil p value 0.001 < 0.05 maka disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian coklat hitam dan jus wortel terhadap nyeri menstruasi. Pada kelompok kontrol hasil p value 0.001 < 0.05 sehingga dapat disimpulkan terdapat pengaruh pemberian cokelat hitam terhadap nyeri menstruasi.


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 164-170
Author(s):  
Dewi Nurlaela Sari ◽  
Aay Rumhaeni

ABSTRAK Sectio caesarea merupakan tindakan alternatif dalam proses persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ibu Bersalin dengan operasi sectio caesarea dilakukan pembedahan pada dinding abdomen dan dinding rahim. Dampak yang paling sering muncul dirasakan oleh postpartum dengan post operasi sectio caesarea adalah  nyeri. Nyeri akan berdampak pada bounding attachment terganggu, mobilisasi terbatas, Activity Daily Living (ADL) terganggu serta berpengaruh  terhadap Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Asuhan yang diberikan terbatas pada terapi farmakologi dibandingkan  non farmakologi. Foot massage adalah salah satu terapi non farmakologi yang dapat membantu menutup gerbang di posterior horns dari sumsum tulang belakang dan memblokir bagian dari nyeri ke sistem saraf pusat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh foot massage terhadap skala nyeri pada klien post operasi sectio caesarea di RS AMC. Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimen dengan pendekatan one group pre test post test design. Jumlah sampel yang digunakan berjumlah 27 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Numeric Rating Scale (NRS) dan prosedur kerja foot massage. Responden dilakukan foot massage selama 20 menit selama 2 hari. Data di analisis dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah klien post operasi sectio caesarea berada di skala nyeri 6 sebelum dilakukan foot massage dan hampir setengah memiliki skala nyeri 3 sesudah dilakukan foot massage dan didapatkan nilai p value = 0.000, sehingga disimpulkan ada pengaruh foot massage terhadap skala nyeri pada klien post operasi sectio caesarea. Diharapkan rumah sakit dapat menjadikan foot massage sebagai salah satu alternatif manajemen non farmakologi dalam penanganan nyeri.   Kata kunci: Foot Massage; Post Partum; Nyeri; Sectio Caesarea      


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-14
Author(s):  
Astrid Astrid ◽  
Memed Sena Setiawan

Apendicitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis yang menyebabkan usus berhenti mengeluarkan sisa makanan yang tidak diserap oleh tubuh sehingga dilakukan Apendictomy dimana terjadi nyeri akut pada level severe. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi Guided Imagery Music terhadap intensitas nyeri post operasi apendicitis di ruang rawat inap bedah RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta. Desain penelitian menggunakan purposive sampling dengan rancangan random assignment pre test-post test with control group. Jumlah sampel adalah 36 orang (18 orang kelompok kontrol dan 18 orang kelompok intervensi). Nyeri diukur dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) dan Faces Pain Scale Resived (FPSR). Uji statistik menggunakan uji T test independen. Hasil uji menunjukkan ada pengaruh teknik relaksasi Guided Imagery Music terhadap intensitas nyeri pada klien post operasi Apendicitis. Perbedaan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok kontrol sebesar 1,55 dan pada kelompok intervensi sebesar 3,17. Variabel confounding telah dilakukan uji normalitas didapatkan hasil tidak ada hubungan usia, jenis kelamin, koping, individu pendukung, lingkungan, pengalaman nyeri sebelumnya terhadap intensitas nyeri, ini dikarenakan klien tidak mampu mengalihkan perhatian dari rasa nyeri yang hebat post operasi apendicitis, sehingga hasil statistik nya tidak perlu dilakukan transformasi. Teknik relaksasi Guided Imagery Music dapat digunakan sebagai intervensi mandiri keperawatan untuk mengurangi intensitas nyeri klien post operasi apendicitis. Kata Kunci: Guided Imagery Music, Klien Post Operasi Apendicitis, Intensitas Nyeri


2019 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 135-142
Author(s):  
Priyanto Priyanto ◽  
Idia Indar Anggraeni

Nyeri dada merupakan keluhan utama yang sering dirasakan oleh penderita penyakit jantung koroner. Nyeri dada muncul karena suplai oksigen ke miokardium menurun. Terapi murottal Al-Qur’an merupakan terapi religi dimana seseorang akan diperdengarkan ayat-ayat Al-Qur’an selama beberapa menit sehingga akan memberikan dampak positif bagi tubuh seseorang, salah satunya untuk mengurangi rasa nyeri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat nyeri dada sebelum dan setelah dilakukan terapi murottal Al-Qur’an. Desain penelitian ini menggunakan metode pre-experimental dengan desain one group Pre-test dan Post-test. Metode sampling yang digunakan adalah accidental sampling, dan jumlah sampel sebanyak 17 responden. Instrument penelitian yang digunakana dalah Numeric Rating Scale untuk mengukur skala nyeri sebelum dan setelah terapi murottal Al-Qur’an, pemberiannya sekali selama 20 menit. Uji statistic yang digunakan adalah paired sample T test. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan yang bermakna tingkat nyeri dada sebelum dan setelah dilakukan terapi murottal Al-Qur’an dengan nilai p-value 0,000 (p < α (0,05)). Terapi murottal Al-Qur’an dapat menurunkan skala nyeri dada pasien.   Kata kunci: nyeri dada, terapi murottal al-qur’an THE DIFFERENCE  BETWEEN CHEST PAIN LEVEL BEFORE AND AFTER MUROTTAL AL-QUR'AN THERAPY   ABSTRACT Chest pain is a major complaint that is often felt by people with coronary heart disease. Chest pain occurs because of decreased supply of oxygen to the myocardium. Murottal Al-Qur'an therapy is a religious therapy where someone will be heard verses of Al-Qur’an for a few minutes so it will have a positive impact on one’s body, one of them is to reduce pain. This study aims to find out the difference  between chest pain level before and after murottal Al-Qur'an therapy.This research design used pre-experimental method with one grouppre-test and post-test. The sampling method was accidental sampling, the number of sampling were 17 respondents. The research instrument used the Numeric Rating Scale to measure pain scale before and after murottal Al-Qur'an therapy, giving it once for 20 minutes. The test statistic used is paired sample T test.The results of this study indicate that there are significan differences in chest pain levels before and after murottal Al-Qur'an therapy with a p-value of 0.004 (p <α (0.05)).Murottal Al-Qur'an therapy can reduce the scale of patient's chest pain.   Keywords : chest pain, murottal al-qur’an therapy


2020 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 17-22
Author(s):  
Ilham

Latar Belakang : Gout arthritis merupakan salah satu penyakit inflamasi sendi yang paling sering ditemukan, yang di tandai dengan penumpukan kristal monosodium urat didalam atau disekitar persendian sehingga menimbulkan nyeri. Berdasarkan data World Health Organization (WHO, 2017), prevalensi gout arthritis didunia sebanyak 34,2%. Gout arthritis sering terjadi di negara maju seperti Amerika. Prevalensi gout arthritis di negara Amerika sebesar 26,3% dari total penduduk. Peningkatan kejadian gout arthritis tidak hanya terjadi di negara maju saja. Namun, peningkatan juga terjadi di negara berkembang, salah satunya di negara Indonesia. Penatalaksanaan gout arthritis dapat dilakukan dengan kompres hangat menggunakan jahe merah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kompres hangat menggunakan jahe merah terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout arthritis di Kelurahan Lantora Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2019. Penelitian ini adalah penelitian “quasy experiment” dengan desain/rancangan Pre and Post test without control (Control diri sendiri), pengambilan sampel menggunakan Non probability sampling dengan teknik Consecutive sampling, sampel pada penelitian ini sebanyak 20 responden sesuai dengan kriteria inklusi. Instrumen yang digunakan adalah kompres hangat, jahe merah, thermometer air dan lembar observasi numeric rating scale (NRS). Penelitian ini menggunakan analisis statistik Uji Wilcoxon. Hasil penelitian didapatkan nilai p value 0.000 dimana p < ? 0.05 maka Ho ditolak dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kompres hangat menggunakan jahe merah terhadap terhadap penurunan skala nyeri pada penderita gout arthritis di Kelurahan Lantora Wilayah Kerja Puskesmas Massenga Kecamatan Polewali Kabupaten Polewali Mandar Tahun 2019.


2007 ◽  
Vol 11 (2) ◽  
pp. 54-58
Author(s):  
Dudut Tanjung ◽  
Elly Nurachmah ◽  
Hanny Handiyani

AbstrakLuka maligna dengan tingkat malodor dan jumlah eksudat yang berlebihan dapat menyebabkan masalah ketidaknyamanan dan isolasi sosial sehingga berdampak negatif bagi kualitas hidup pasien. Penelitian ini bertujuan membandingkan efektifitas antara perawatan luka menggunakan madu dengan metronidazole dalam menurunkan tingkat malodor dan mengurangi jumlah eksudat luka maligna. Penelitian. Desain penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen dengan non equivalent pretest-posttest controlled group design dan non equivalent posttest only controlled group design. Berdasarkan consecutive sampling diambil sampel sebanyak 12 responden, terdiri dari enam responden kelompok kontrol dan enam responden kelompok intervensi, dengan kriteria: luka maligna stadium lanjut, laki-laki dan perempuan berusia 23-59 tahun, luas luka = 4cm². Perawatan luka dengan madu menurunkan tingkat malodor menurut pasien berdasarkan Numeric Rating Scale (NRS) dari 6,0 sebelum intervensi menjadi 2,1 sesudah intervensi hari ke-6, sementara perawatan luka dengan metronidazole tingkat malodor dari 5,6 menjadi 4,6. Hasil uji t menunjukkan nilai p<0,05; pada perubahan tingkat malodor. Perawatan luka dengan madu menunjukkan peningkatan jumlah eksudat dari 66,6gr sesudah intervensi hari ke-3 menjadi 80,8gr hari ke-6, sementara perawatan luka dengan metronidazole menunjukkan peningkatan jumlah eksudat dari 44,5gr menjadi 51,1gr. Hasil uji t menunjukkan nilai p>0,05 pada perubahan jumlah eksudat. Peneliti menyimpulkan perawatan luka dengan madu lebih efektif dibandingkan dengan metronidazole menurunkan tingkat malodor. Sementara perawatan luka dengan madu dan metronidazole belum efektif mengurangi jumlah eksudat luka maligna. Para pengambil kebijakan di institusi pelayanan kesehatan perlu mengeluarkan kebijakan yang dapat mengakomodasi penggunaan madu sebagai agen topical perawatan luka maligna. AbstractMalodor and exudates of wounds in malignancy can cause problems of discomfort & social isolation for patients. Both of them can produce negative impact on their quality of life. The treatment of malignant wounds use the right topical agent is a major factor in reducing malodor and wounds exudates. A comparative study was conducted to evaluate the effectiveness of honey and metronidazole on malodor & exudates malignant wounds. A Quasi experimental with non equivalent pretest-posstest controlled group design and non equivalent posttest only controlled group design were used in this study. Twelve sample was taken by a consecutive sampling, consis of six patients of control group and six patients of intervention group with a final stage of malignancy, 23-59 years old in male and female, size of wound is = 4 cm2. The wounds which we treated with honey demonstrated a reduction in malodor from patient perspectives using a Numeric Rating Scale (NRS), from the mean score of malodor on onset was 6,0 and on the sixth days of the treatment, to 2,1. group, malodor also reduced from 5,6 before treatment and dropped to 4,6 after treatment. at test showed that there are a significant difference between honey and metronidazole in reducing malodor (p<0,05). On the other hand, the wounds treated with honey and metronidazole preduced more drainage. In the honey group, the increase in the amount of wound exudate was noticeable on the third days (66,6 gr) and the sixth days (80,8gr) after the treatment. While in the metronidazole group, the amount of wound exudate was increase on the third days (44,5 gr) and the sixth days (51,1gr) after the treatment. There are not statistically significant (p>0,05). The study concluded that the use of honey in the treatment of wounds in malignancy is more effective than metronidazole in reducing malodor patients perspectives. Base on findings, it is requested for decision makers in the healthcare institution to produce a policy that could accommodate usage of honey as a topical agent in the treatment of malignant wounds.


Author(s):  
Irfana Tri Wijayanti

Latar Belakang : Sekitar 50-70% dari wanita hamil dapat merasakan nyeri punggung bawah. Nyeri punggung bawah dirasakan saat kehamilan trimester II dan III dan dapat menggangu aktifitas fisik sehari-hari seperti naik tangga, berjalan, bekerja berat, berpartisipasi dalam latihan, terganggu kualitas tidur. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan ibu hamil yang melakukan exercise gym ball dan ibu hamil yang melakukan senam hamil terhadap penurunan nyeri punggung bawah. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan pre test dan post test. Populasi penelitian ini adalah ibu hamil trimester III primigravida. Subyek berjumlah 28 orang. Pada penelitian ini menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner tertutup dengan numeric rating scale boubonis. penelitian ini di klinik lydia syfra dan klinik budi luhur. Analisa data menggunakan wilcoxon sedangkan uji perbandingan menggunakan mann whitney. Hasil : Prevalensi umur ibu hamil mayoritas 24-29 tahun sebanyak 9 (64,3%). pendidikan mayoritas tamat perguruan tinggi sebanyak 11 (78,6%), pekerjaan swasta sebanyak 7 (50%). Sifat nyeri mayoritas tertusuk sebanyak 8 (57,2%). Untuk mengatasi nyeri mayoritas membiarkan dan melakukan olahraga sebanyak 7 (42,9%), sedangkan pada kelompok senam hamil mayoritas berobat ke tenaga kesehatan sebanyak 5 (35,7%). Nilai p value = 0,000 < 0,05 yang artinya ada perbedaan penurunan nyeri punggung pada ibu hamil trimester III sebelum dan sesudah pada kelompok exercise gym ball sebesar 3.01 sedangkan kelompok senam hamil rata-rata penurunan tingkat nyeri punggung sebesar 1,33. Hal ini membuktikan bahwa exercise gym ball lebih berpengaruh terhadap penurunan nyeri dibandingkan dengan yang senam hamil Simpulan: Exercise gym ball lebih berpengaruh terhadap penurunan nyeri dibandingkan dengan yang senam hamil.


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 152-161
Author(s):  
Vellyza Colin ◽  
Buyung Keraman ◽  
Dwi Rolita

ABSTRAK Masa pubertas yaitu bagian dari proses perkembangan dengan adanya kematangan organ seksual dan kemampuan bereproduksi, yang ditandai dengan terjadinya menstruasi pertama (menarche). Menstruasi adalah perubahan secara fisiologis pada perempuan. Dysmenorrhea adalah nyeri perut yang berasal dari kram rahim dan terjadi selama menstruasi. Beberapa perempuan mengalami sakit dan kram saat haid berlangsung. Rasa sakit biasanya terjadi di perut bagian bawah. Secara umum penanganan nyeri dismenore terbagi dalam dua kategori yaitu pendekatan farmakologis dan non farmakologis. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian kompres air hangat terhadap penurunan intensitas nyeri dysmenorrhea pada remaja putri di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu. Rancangan penelitian ini adalah Pra-Eksperiment dengan desain One-Group Pre-Post Test Design, menggunakan Accidental sampling dengan jumlah sampel 30 responden. Alat yang digunakan adalah kuesioner lembar karakteristik responden dan Numeric Rating Scale (NRS) untuk mengetahui intensitas nyeri. Analisis data menggunakan wilcoxon signed-rank test.  Hasil penelitian ini terdapat pengaruh pemberian kompres air hangat terhadap penurunan intensitas nyeri dysmenorrhea pada remaja putri di SMA Negeri 10 Kota Bengkulu diperoleh nilai Z = -4.801 dengan p-value=0,000<0,05 yang berarti signifikan. Diharapkan bagi sekolah dan siswi melakukan kompres air hangat sebagai salah satu alternatif terapi non farmakologis untuk mengurangi nyeri dysmenorrhea. Kata Kunci: Kompres Air Hangat, Nyeri Dysmenorrhea, Remaja Putri


Author(s):  
Ibnu Putra ◽  
Yuneldi Anwar ◽  
Khairul Putra Surbakti

COMPARATIVE ANALGESIC EFFECTS OF AMITRIPTYLINE, GABAPENTIN, AND PREGABALIN IN DIABETIC NEUROPATHY AND TRIGEMINAL NEURALGIAABSTRACTIntroduction: The management of neuropathic pain is a challenge for clinicians because of its nonspecific and difficult clinical to treat characteristics. The e use of antidepressant drugs such as amitriptyline and anticonvulsants such as gabapentin and pregabalin has shown various efficacy overcoming neuropathic pain.Aim: To compare the analgesic  efficacy of amitriptyline, gabapentin, and pregabalin  in patients with diabetic neuropathy and trigeminal neuralgia.Methods: This is an experimental pre and post test study on patients with diabetic neuropathy and trigeminal neuralgia in neurology clinic Haji Adam Malik Hospital, Medan, from April 2015 to march 2017. in each disease, subjects were divided into three groups, each was treated either with oral amitriptyline 12.5mg, gabapentin 100mg, or pregabalin 75mg twice daily. The Numeric Rating Scale to assess pain intensity were examined before and after two weeks after treatment.Results: The number of diabetic neuropathy subjects was 75, while trigeminal neuralgia subjects was 30, each were divided into three groups treated either with amitriptyline, gabapentin, or pregabalin. There were no differences on pain intensity changes in diabetic neuropathy groups but significant differences were shown in trigeminal neuralgia groups.Discussion: Amitriptyline, gabapentin, and pregabalin effective to lower pain intensity in trigeminal neuralgia significantly compare to diabetic neuropathy.Keywords: Amitriptyline, diabetic neuropathy, gabaptentin, pregabalin, trigeminal neuralgiaABSTRAKPendahuluan: Pengelolaan nyeri neuropatik merupakan tantangan bagi klinisi karena karakteristik klinisnya yang nonspesifik dan tatalaksananya yang sulit. Penggunaan antidepresan seperti amitriptilin dan antikonvulsan seperti gabapentin dan pregabalin mempunyai efikasi yang berbeda-beda dalam mengatasi nyeri neuropatik.Tujuan: Mengetahui perbedaan efek analgesik dari amitriptilin, gabapentin, dan pregabalin pada penderita neuropati diabetik dan neuralgia trigeminal.Metode: Studi eksperimental pre dan post test terhadap pasien neuropati diabetik atau neuralgia trigeminal yang berobat ke Poliklinik Neurologi RSUP Haji Adam Malik, Medan, sejak bulan April 2015 hingga Maret 2017. Semua subjek dibagi menjadi tiga kelompok untuk setiap penyakit, yang masing-masing mendapatkan amitriptilin 12,5mg, gabapentin 100mg, dan pregabalin 75mg, dengan frekuensi pemberian obat dua kali sehari setiap kelompok. Pengukuran intensitas nyeri dengan menggunakan Numeric rating Scale dilakukan sebelum dan setelah dua minggu pengobatan.Hasil: Didapatkan subjek dengan neuropati diabetik sebanyak 75 orang dan neuralgia trigeminal 30 orang yang masing-masing dibagi menjadi 3 kelompok dengan terapi amitriptilin, gabapentin, dan pregabalin. Tidak terdapat perbedaan rerata perubahan intensitas nyeri yang bermakna pada kelompok neuropati diabetik, namun bermakna pada subjek neuralgia trigeminal.Diskusi: Amitriptilin, gabapentin, dan pregabalin memiliki efikasi dalam menurunkan intensitas nyeri pada neuralgia trigeminal secara bermakna dibandingkan pada neuropati diabetik.Kata kunci: Amitriptilin, gabapentin, neuralgia trigeminal, neuropati diabetik,pregabalin


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document