scholarly journals Pengaruh High Intensity Interval Training (HIIT) Rasio 1:3 dan Rasio 1:5 terhadap Kecepatan, Kelincahan dan VO2max Pada Ekstrakurikuler Sepakbola SMAN 5 Mataram

2020 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
Author(s):  
Taufiq Rahman ◽  
Nurkholis Nurkholis ◽  
Rini Ismalasari

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji (1) pengaruh High Intensity Interval Training rasio 1:3 terhadap Kecepatan, Kelincahan dan VO2max(2) pengaruh High Intensity Interval Training rasio 1:5 terhadap Kecepatan, Kelincahan dan Vo2max (3) perbedaan pengaruh High Intensity Interval Training rasio 1:3 dan 1:5 terhadap Kecepatan, kelincahan dan Vo2max. Subjek penelitian adalah siswa SMAN 5 Mataram sebanyak 45 siswa yang dibagi menjadi tiga kelompok. Kelompok eksperimen I diberikan latihan High Intensity Interval Training rasio 1:3, kelompok eksperimen II diberikan latihan High Intensity Interval Training rasio 1:5 dan kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode quasi experiment. Rancangan penelitian menggunakan matching only design, serta analisis data menggunakan uji-t dan anova. Proses pengambilan data dilakukan dengan  Tes lari 30 meter  untuk kecepatan, Agillity T test  untuk kelincahan dan MFT (Multistage Fitnes Test) untuk Vo2max pada saat Pretest dan Posttest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa selisih antara rerata pretest dan posttest dari masing-masing kelompok yaitu: (a) Kelompok eksperimen I untuk kecepatan 0,57 detik, untuk kelincahan 0,52 detik dan untuk Vo2max 1,65 (b) Kelompok eksperimen II untuk kecepatan 0,41 detik, kelincahan 0,47 detik dan untuk Vo2max 1,03. (c) Kelompok kontrol untuk kecepatan -0,08 detik, kelincahan -0,15 detik dan untuk Vo2max -0.36. Berdasarkan analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh kecepatan, kelincahan dan Vo2max untuk masing-masing kelompok eksperimen setelah diberi perlakuan dilihat dari hasil uji-t. Selain itu terdapat perbedaan pengaruh melalui uji anova pada uji post hoc, bahwa terdapat perbedaan pengaruh pada variabel kelincahan antara kelompok eksperimen High Intensity Interval Training rasio 1:3 dan High Intensity Interval Training rasio 1:5 sedangkan pada variabel kecepatan dan Vo2max tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antara kelompok eksperimen High Intensity Interval Training rasio 1:3 dan High Intensity Interval Training rasio 1:5.

2021 ◽  
Vol 9 (A) ◽  
pp. 871-875
Author(s):  
Susiana Candrawati ◽  
Emy Huriyati ◽  
Zaenal Muttaqien Sofro ◽  
Lantip Rujito ◽  
Aulia Nury Faza ◽  
...  

Background: Increased inflammatory mediators in obesity are associated with metabolic syndrome. Exercise is an effective effort to reduce the incidence of obesity. The High-Intensity Interval Training (HIIT) program is an exercise which include combination of high-intensity exercise and rest periods. The decrease in body fat levels due to physical training will further affect inflammatory mediators such as IL6 and TNFα. Besides training factor, genetic also play a role on obesity. One of the genes that influence obesity is the UCP2 Ala55Val gene. Objectives: This research aims to see the effect of HIIT on the levels of inflammatory mediators in obese patients based on the study of the Ala55Val UCP2 gene. Methods: This study was a Quasi-Experimental Pre and Post Design Without Control Group. Thirty obese women (BMI≥25 kg/m2) were given High-Intensity Interval Training (HIIT) as an intervention by comparing the data before and after the intervention. The training intervention was conducted for 12 weeks, consisting of two weeks of adaptation and ten weeks of HIIT intervention. The body weight, BMI and inflammatory mediators (TNFα and IL 6) before and after the intervention were analyzed using the Dependent T-Test and Wilcoxon Test as a nonparametric test. Independent T-Test and Mann Whitney test used to determine the effect of the UCP2 Ala55Val gene on changes in body weight, BMI and the inflammatory mediator. The test results were considered significantly different if p<0.05. Results: Bivariate analysis using Dependent T-Test showed that HIIT significantly improved Body Weight, BMI and IL6 with p=0.0001. Wilcoxon Test showed that HIIT significantly improved TNFα with p=0.0001. Independent T-Test showed no difference in body weight (p=0.719), BMI (p=0.663) and TNFα (p=0.264) improvement in the two genotypes of the UCP2 Ala55Val gene. Mann Whitney Test showed no difference in IL6 (p=0.288) improvement in the two genotypes of the UCP2 Ala55Val gene. Conclusion: The research concluded that the 12-week HIIT interventions improved inflammatory mediators by reducing IL6 and TNFα in obese women. There was no effect of genetic variation on the response to training intervention.


2020 ◽  
Vol 8 (1) ◽  
Author(s):  
Rifqi Festiawan ◽  
Suharjana Suharjana ◽  
Galih Priyambada ◽  
Yudha Febrianta

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh High Intensity Interval Training (HIIT) dan Fartlek Training terhadap tingkat VO2 Max Atlet Soedirman Expedition VII. Metode penelitian ini adalah pre-experimental dengan desain two group pretest posttest design. Populasi penelitian berjumlah 20 orang dan menggunakan teknik total sampling sehingga diperoleh jumlah sampel 20 Orang. Instrumen Penelitian yang digunakan yaitu Multistage Fitness Test (MFT). Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2019 sampai dengan Juni 2019. Teknik analisis data yang digunakan adalah Paired T-Test dan Independent T-Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap peningkatan tingkat VO2 Max Atlet Ekspedisi Soedirman VII dibuktikan dengan p value = 0.001. Selain itu, ada pengaruh Fartlek Training terhadap tingkat peningkatan VO2 Max Atlet Ekspedisi Soedirman VII dibuktikan dengan p value = 0.002, dan tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara High Intensity Interval Training (HIIT) dan Fartlek Training pada peningkatan tingkat VO2 Max atlet Ekspedisi Soedirman VII dibuktikan dengan ρ value = 0,840, dengan hasil ini maka terdapat pengaruh dari kedua jenis latihan terhadap peningkatan VO2 Max namun tidak ada perbedaan pengaruh yang signifikan diantara keduanya, namun jika dilihat dari presentase kenaikannya, metode latihan High Intensity Interval Training (HIIT) menunjukkan hasil yang lebih baik.


PLoS ONE ◽  
2021 ◽  
Vol 16 (1) ◽  
pp. e0244850
Author(s):  
Jamie L. De Revere ◽  
Rasmus D. Clausen ◽  
Todd A. Astorino

Data obtained in primarily Caucasian (C) and African American adults show that ethnicity does not mediate responsiveness to exercise training. It is unknown if Hispanics (H), who face elevated health risks and are less active than C, exhibit a similar response to exercise training. This study compared cardiorespiratory and hemodynamic responses to high intensity interval training (HIIT) between C and H women. Twelve C and ten H women ages 19–35 yr who were non-obese and inactive completed nine sessions of HIIT over a 3 wk period. Maximal oxygen uptake (VO2max) was assessed twice at baseline during which thoracic impedance was used to evaluate heart rate (HR), stroke volume (SV) and cardiac output (CO). Habitual physical activity was assessed using accelerometry. Results showed a significant main effect of training for VO2max in C and H (F = 13.97, p = 0.001) and no group by training interaction (p = 0.65). There was a main effect of training for CO and SV in C and H (F = 7.57, p = 0.01; F = 7.16, p = 0.02), yet post hoc analyses revealed significant increases were only exhibited in C. There was a tendency for a group by training interaction for a-VO2diff (F = 1.32, p = 0.054), and a large effect size was seen in H (d = 1.02). Overall, data show no effect of ethnicity on changes in VO2max with low-volume HIIT, yet C and H may achieve this outcome differently. Longer studies in similar populations are needed to verify this result.


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 106
Author(s):  
Muarif Arhas Putra

Zaman yang semakin modern menuntut segalanya dilaksanakan dengan praktis, termasuk dalam bidang olahraga. Tidak memiliki waktu merupakan salah satu alasan klasik yang sering sekali diucapkan ketika seseorang diharuskan untuk berolahraga. Terutama jika orang tersebut tidak memiliki banyak aktifitas fisik, maka dibutuhkan olahraga yang praktis namun tetap efektif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh dari High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap Body Mass Index (BMI) wanita yang telah mengalami menopause. Hal ini menjadi penting untuk dilaksanakan karena sebagian besar wanita yang mengalami menopause mengalami kenaikan berat badan sehingga berbahaya karena dapat mengundang berbagai penyakit seperti kolesterol, serangan jantung dan obesitas. Metode penelitian ini adalah penelitian quasi experiment. Untuk melihat pengaruh HIIT terhadap BMI wanita menopause. Data yang didapatkan akan diolah secara kuantitatif untuk melihat pengaruh HIIT. Penelitian yang dilaksanakan berlokasi di Kota Padang Sumatera Barat. Populasi penelitian adalah perempuan-perempuan menopause di Kota Padang dengan rentangan usia 50-60 tahun. Perlakuan dilaksanakan sebanyak 3 kali dalam seminggu selama 5 bulan. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen yang melaksanakan HIIT dan kelompok kontrol hanya menggunakan kardio biasa seperti jalan santai.


2018 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Mohammad Kurniawan ◽  
Nila Wahyuni ◽  
Uh Made Indah Sri Handari Adiputra

ABSTRACT One of the many health problems experienced by teenagers and experiencing a significant increase in terms of numbers each year is Overweight and Obesity. Overweight and obesity conditions can be handled by increasingphysical activity in the form of running high intensity interval training and Jump rope exercise. The research wasrandomized pre and post control group design with sample of 15-18 year old teenagers amounted to 20 people anddivided into two groups namely group running high intensity interval training and Jump rope exercise. Samples that metinclusion and exclusion criteria were randomized and then measured fat percentage using Bioelectrical ImpendanceAnalysis (BIA). After 3 days of training a week for 4 weeks the sample is measured again for the data analysis. Theresult using Paired sample T-test to analyze that the group running high intensity interval training had p = 0,001 (p<0,05) and jump rope exercise had p = 0,003 (p <0,05) which mean in each group There was a significant decrease infat percentage during and before training. Then the two groups were tested using Independent sample T-test with p p =0,771 (p> 0,05), meaning there was no significant difference of effectivity in both groups. Key words: Adolescent, Overweight, Fat Percentage, Running High Intensity Interval Training, Jump Rope Exercise.


2019 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 98
Author(s):  
Laily Mita Andriana ◽  
Kunjung Ashadi

Pada dasarnya manusia melalui dua fase di dalam hidupnya yaitu fase ergotropic yang mana manusia beraktivitas pada pagi hari dan fase trophotropic yaitu manusia melakukan recovery di malam hari. Penelitian ini bertujuan untuk membandingan dua jenis olahraga yang dilakukan pada pagi dan di malam hari terhadap kualitas tidur. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dan pendekatan deskriptif dengan perlakuan one shot case study design yang menggunakan 40 mahasiswa putra sebagai subjek penelitian yang terbagi dalam empat kelompok. Untuk mengetahui perbedaan kualitas tidur pada sesi pagi dan malam hari menggunakan uji independent samples t test. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kualitas tidur pada kelompok yang yang melakukan aktivitas continuous cycling berintensitas sedang  di sesi pagi dan malam hari memiliki nilai P > 0,05 dan kualitas tidur pada kelompok yang melakukan aktivitas cycling with High Intensity Interval Training (HIIT) di sesi pagi dan malam hari memiliki nilai P < 0,05. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas tidur antara kelompok yang melakukan aktivitas continuous cycling berintesitas sedang di pagi dan malam hari namun terdapat perbedaan yang signifikan pada kualitas tidur antara kelompok yang melakukan aktivitas cycling with HIIT di pagi dan malam hari.


2021 ◽  
Vol 12 ◽  
Author(s):  
Alex Ojeda-Aravena ◽  
Tomás Herrera-Valenzuela ◽  
Pablo Valdés-Badilla ◽  
Eduardo Báez-San Martín ◽  
Jorge Cancino-López ◽  
...  

This study investigated the effect of 4weeks of high-intensity interval training (HIIT) with specific techniques and analyzed inter-individual variability [classified in responders (Rs) and non-responders (NRs)] on jumping ability and change of direction speed (CODS) in youth karate athletes. Athletes of both genders (n=10) were randomly assigned into experimental group (EG; n=5) and the control group (CG; n=5). The EG trained 2–3days per week applying HIIT (three rounds [15 sets of 4s all-out specific efforts with 8s of dynamical pauses] with 3min of recovery between rounds) during their usual training during 4weeks. Assessments included squat jump (SJ) and countermovement jump (CMJ) and CODS by T-test. No significant interaction effect group by time was found. Although, in percentage and effect size (ES) terms increases were reported in both groups for SJ (EG: 15.2%, ES=0.91 vs. CG: 12.4%, ES=0.02) and only in EG for the T-test (−1.7%; ES=−0.35). In turn, a trend toward a higher proportion of Rs was observed in the EG (40% Rs) vs. CG (20% Rs) for SJ and CODS, respectively. In conclusion, the addition to regular training of a HIIT with specific techniques and based on the temporal combat structure after 4weeks was not a sufficient stimulus to increase jumping ability and CODS in karate athletes.


2020 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Ainul Ghurri ◽  
I Putu Gede Adiatmika ◽  
I Putu Adiartha Griadhi ◽  
Luh Putu Ratna Sundari ◽  
Susy Purnawati ◽  
...  

Atlet bola tangan putra Kota Surabaya memiliki daya tahan yang rendah. Hal ini mengakibatkan nilai VO2max dan lactate threshold yang rendah sehingga berpengaruh terhadap kualitas permainan dan prestasi tim, keadaan ini memerlukan intervensi latihan fisik yang tepat. High intensity interval training (HIIT) merupakan latihan dengan waktu singkat menggunakan intensitas tinggi yang diselingi pemulihan aktif. Fartlek training adalah latihan dengan waktu yang konstan dengan beban mendekati batas kelelahan. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan HIIT lebih baik daripada fartlek training dalam meningkatkan VO2max dan lactate threshold. Jenis penelitian true experimental dengan rancangan pretest and posttest two group desain. Subjek adalah atlet bola tangan Kota Surabaya sebanyak 22 orang yang dibagi dengan diberikan HIIT untuk Kelompok I lalu fartlek training pada Kelompok II, periode latihan 3 kali dalam seminggu selama 6 minggu latihan. VO2max diukur dengan Cooper VO2max Test dan lactate threshold menggunakan Heart Deflection Point. Hasil penelitian didapatkan rerata VO2max sebelum HIIT 42,38±1,07 ml/kg/menit,  sesudah HIIT 45,86±1,10 ml/kg/menit. Rerata VO2max sebelum fartlek 42,33±1,04 ml/kg/menit, sesudah fartlek 44,27±1,66 ml/kg/menit. Rerata lactate threshold sebelum HIIT 176,61±0,99 x/menit, sesudah HIIT 194,69±1,11 x/menit. Rerata lactate threshold sebelum fartlek 176,92±1,08 x/menit, sesudah fartlek menjadi 187,43±1,59 x/menit. Uji beda peningkatan VO2max dan lactate threshold pada Kelompok I dan Kelompok II dengan independent t-test. Hasil menunjukan bahwa ke dua Kelompok p=0,000 (p<0,05). Disimpulkan dua Kelompok ini sama-sama memberi efek peningkatan (p<0,05) dan Kelompok I lebih meningkatkan VO2max dan lactate threshold daripada Kelompok II. Saran untuk pelatih agar melakukan monitoring dan evaluasi serta memberikan pelatihan yang benar agar dapat meningkatkan performa dan peningkatan prestasi atlet.


2019 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 169-176
Author(s):  
Yoga Handita Windiastoni ◽  
Nurul Fithriati Haritsah

Background: Cardiorespiratory fitness in adolescence affects the level of fitness and determinants of health levels in old age. School adolescents who have low physical activity need easy, efficient and effective physical training to increase cardiorespiratry fitness, namely high intensity interval training. Objective: to determine the effect of high intensity interval training on cardiorespitatory fitness training in adolescents. Subjects: 60 high school students (men n = 21, women n = 39) aged 15-19 years who met the study criteria and were divided into 2 groups, a high intensity interval training group and a control group by jogging. Method: quasi experimental with pre-test and post-test one group design with control group. The instrument used in this study was a 20m shuttle run test. Analysis: normality test with Kolmogorov-Smirnov, then parametric test with paired sample t-test and parametric difference test with independent sample t-test. Results: VO2max pre-test and post-test high intensity interval training group obtained p value = 0,000 (p <0.05) which showed there were significant differences before and after treatment. The results of the post-test different test between the control and treatment groups showed that the value of p = 0,000 (p <0.05) showed that there was a significant difference between the high intensity interval training group and the control group and the results of the different mean mean were greater in the high intensity interval training group. after and before treatment. Conclusion: high intensity interval training can increase cardiorespiratory fitness in adolescents according to the results of VO2max values.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document