scholarly journals Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas dalam Terhadap Penurunan Intensitas Nyeri Post Sectio Caesarea di RSUD Cianjur

2018 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 184-191
Author(s):  
Maya Indriati ◽  
Dyah Triwidiyantari ◽  
Krisnasari Nur Apriyanti

Nyeri merupakan gejala yang tidak menyenangkan yang dialam oleh pasien post operasi section caesarea. Salah satu terapi yang dapat diberikan untuk mengurangi nyeri adalah teknik relaksasi nafas dalam. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensits nyeri post sectio caesarea di RSUD Cianjur. Penelitan ini adalah penelitian kuantitatif dengan Quasy-Exsperimental with pretest and posttest without control group. Teknik pengambilan data dengan purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 45 ibu post sectio caesarea pengumpulan data menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Analisis data dilakukan dengan uji wilcoxson. Hasil penelitian menunjukan perbedaan rata-rata rasa nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas dalam yaitu 3,31 dan rata-rata rasa nyeri sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam yaitu 2,22. Hasil analisis didapatkan bahwa terdapat pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan intensitas nyeri post section caesarea di RSUD Cianjur (p=0.000).

2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 164-170
Author(s):  
Dewi Nurlaela Sari ◽  
Aay Rumhaeni

ABSTRAK Sectio caesarea merupakan tindakan alternatif dalam proses persalinan untuk menyelamatkan ibu dan janin. Ibu Bersalin dengan operasi sectio caesarea dilakukan pembedahan pada dinding abdomen dan dinding rahim. Dampak yang paling sering muncul dirasakan oleh postpartum dengan post operasi sectio caesarea adalah  nyeri. Nyeri akan berdampak pada bounding attachment terganggu, mobilisasi terbatas, Activity Daily Living (ADL) terganggu serta berpengaruh  terhadap Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Asuhan yang diberikan terbatas pada terapi farmakologi dibandingkan  non farmakologi. Foot massage adalah salah satu terapi non farmakologi yang dapat membantu menutup gerbang di posterior horns dari sumsum tulang belakang dan memblokir bagian dari nyeri ke sistem saraf pusat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh foot massage terhadap skala nyeri pada klien post operasi sectio caesarea di RS AMC. Penelitian ini merupakan penelitian pre eksperimen dengan pendekatan one group pre test post test design. Jumlah sampel yang digunakan berjumlah 27 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan adalah Numeric Rating Scale (NRS) dan prosedur kerja foot massage. Responden dilakukan foot massage selama 20 menit selama 2 hari. Data di analisis dengan menggunakan uji wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengah klien post operasi sectio caesarea berada di skala nyeri 6 sebelum dilakukan foot massage dan hampir setengah memiliki skala nyeri 3 sesudah dilakukan foot massage dan didapatkan nilai p value = 0.000, sehingga disimpulkan ada pengaruh foot massage terhadap skala nyeri pada klien post operasi sectio caesarea. Diharapkan rumah sakit dapat menjadikan foot massage sebagai salah satu alternatif manajemen non farmakologi dalam penanganan nyeri.   Kata kunci: Foot Massage; Post Partum; Nyeri; Sectio Caesarea      


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 1-14
Author(s):  
Astrid Astrid ◽  
Memed Sena Setiawan

Apendicitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis yang menyebabkan usus berhenti mengeluarkan sisa makanan yang tidak diserap oleh tubuh sehingga dilakukan Apendictomy dimana terjadi nyeri akut pada level severe. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh teknik relaksasi Guided Imagery Music terhadap intensitas nyeri post operasi apendicitis di ruang rawat inap bedah RSPAD Gatot Soebroto Ditkesad Jakarta. Desain penelitian menggunakan purposive sampling dengan rancangan random assignment pre test-post test with control group. Jumlah sampel adalah 36 orang (18 orang kelompok kontrol dan 18 orang kelompok intervensi). Nyeri diukur dengan menggunakan Numeric Rating Scale (NRS) dan Faces Pain Scale Resived (FPSR). Uji statistik menggunakan uji T test independen. Hasil uji menunjukkan ada pengaruh teknik relaksasi Guided Imagery Music terhadap intensitas nyeri pada klien post operasi Apendicitis. Perbedaan rata-rata intensitas nyeri pada kelompok kontrol sebesar 1,55 dan pada kelompok intervensi sebesar 3,17. Variabel confounding telah dilakukan uji normalitas didapatkan hasil tidak ada hubungan usia, jenis kelamin, koping, individu pendukung, lingkungan, pengalaman nyeri sebelumnya terhadap intensitas nyeri, ini dikarenakan klien tidak mampu mengalihkan perhatian dari rasa nyeri yang hebat post operasi apendicitis, sehingga hasil statistik nya tidak perlu dilakukan transformasi. Teknik relaksasi Guided Imagery Music dapat digunakan sebagai intervensi mandiri keperawatan untuk mengurangi intensitas nyeri klien post operasi apendicitis. Kata Kunci: Guided Imagery Music, Klien Post Operasi Apendicitis, Intensitas Nyeri


Author(s):  
Gita Kostania ◽  
Kuswati Kuswati ◽  
Ati Fitriyani

Latar Belakang : Menstruasi merupakan tanda pubertas seorang wanita dan menjadi rutinitas wanita yang masih dalam masa subur. Siklus ini menimbulkan ketidaknyamanan, salah satunya nyeri menstruasi. Nyeri ini dapat berupa kram ringan hingga dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. Nyeri menstruasi dapat dikurangi secara farmakologis dan non farmakologis. Secara non farmakologis salah satunya adalah dengan akupresure pada titik Hegu. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh akupresure titik hegu terhadap nyeri menstruasi. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional. Jenis penelitian quasy eksperiment dengan rancangan non equivalent control group. Populasi aktualnya yaitu santriwati kelas XI Madrasah Bertaraf Internasional Amanatul Ummah Mojokerto yang mengalami nyeri menstruasi sebanyak 126 orang. Teknik pengambilan sample adalah purposive sampling dengan perhitungan rumus Slovin, didapatkan sebanyak 56 responden. Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi dengan pengukuran Numeric Rating Scale. Analisis data menggunakan independent t-test. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan penurunan nyeri menstruasi antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan p=0,001 (p


Author(s):  
Qanita Chairun Nissa ◽  
Neni Nuraeni ◽  
Hani Handayani

Dysmenorrhea is menstruation pain that would interfere women’s activities. Murattal is a non-pharmacological technique that may relieve menstruation pain. The aim of this research was to find the effect of Murattal in relieving dysmenorrhea for female student of SMPN 12 Tasikmalaya. This research used quasi-experiment with pre-posttest and control group design. Respondents were selected using purposive sampling technique. This study involved 15 students in a group treatment and 15 students in a group control used technique purposive sampling. The instrument of this study was Numeric Rating Scale (NRS) Instrument. Respondents listened Murattal Surah Ar-Rahman. Data were analyzed using paired T-Test also used. The result found that there was an effect of Murattal to relieve dysmenorrhea pain for female student of SMPN 12 Tasikmalaya, with ρ value 0,000. The conclusion, Murattal is effective to relieve dysmenorrhea. There is a need of developing other non-pharmacology interventions to relive dysmenorrhea Keywords: Dysmenorrhea, Murottal, Pain


2016 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
Author(s):  
Mei Fitria K ◽  
Maslichah Maslichah ◽  
Ferawati Ferawati

ABSTRAK Retensi urin merupakan suatu keadaan darurat sistem perkemihan yang sering ditemukan sehingga perlu penatalaksanaan yang baik salah satunya adalah kateterisasi. Penelitian ini bertujuan menganalisis  perbedaan kecepatan pemasangan dan keluhan nyeri yang dialami pria dewasa  usia 25-65 tahun yang pertama kali menjalani kateterisasi urin dengan cara pelumasan yang berbeda.Rancangan penelitian ini adalah quasy eksperimen. Sampel diambil dengan metode purposive sampling. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang akan dipasang kateter Ruang IGD RSUD dr.Soeprapto Cepu. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien pria dewasa yang pertama kali dilakukan pemasangan kateter. Variabel independen yaitu metode pemasangan kateter yaitu dengan metode oles dan metode lubrikasi(menyemprot pada uretra) Variabel dependen yaitu kecepatan pemasangan diukur dengan stopwatch sedangkan intensitas nyeri diukur dengan Visual Analog  Numeric Rating Scale. Analisa data dengan Uji  Mann Whitney U Test terhadap mean tersebut untuk mengetahui signifikansi perbedaan keduanya dengan program SPSS pada œ =0,05.Hasil penelitian dengan uji Mann Whitney U Testumtuk kecepatan didapat nilai p value = 0,016 dan untuk keluhan nyeri didapat nilai p value = 0,010. Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang signifikan dari kelompok kontrol dan perlakuan.Perawat sebagai tenaga kesehatan dalam melakukan kateterisasiurin dapat memilih cara pelumasan yang dapat mengurangi resiko gangguan rasa nyaman (nyeri) yang dialami klien. Diharapkan dapat dipergunakan sebagai bahan   pertimbangan dalam memberikan tindakan kateterisasi yang cepat, efisien  dan sedikit keluhan. Kata kunci : Teknik pelumasan kateter, kecepatan pemasangan dan keluhan nyeri.   ABSTRACT Urinary retention is an emergency urinary system are often found so it needs good management of one of them is catheterization.This study regarding the installation of a speeddifference and the pain experienced by adult men aged 25-65 years who first underwent urinary catheterization in a manner different lubricationThe study design is quasi-experimental. The sample was taken by purposive sampling method. The population in this study were all patients who would catheter Hospital emergency room dr.Soeprapto Cepu. The sample in this study is adult male patients who first performed catheter placement. Independent variables, methods catheter is by topical methods and methods of lubrication (spraying of the urethra) The dependent variable is the speed of installation are measured with a stopwatch while pain intensity measured by the Visual Analog Numeric Rating Scale. Analysis of the data by finding the mean of the speed of installation and complaints of pain in each group followed by Mann Whitney U Test against the mean to determine the significance of differences in both the SPSS program on œ = 0.05.The results showed no difference in between the speed of installation of the lubrication method and the method OLES is: 24 seconds. There is a difference between a complaint of pain in the control group and the treatment group which looks mean lower treatment groups. The results of the Mann Whitney U Test showed that p = 0.010 and showed no significant difference from the control and treatment groups.Nurses as health workers in the catheterization urine can choose how lubrication can reduce the risk of disruption comfortable feeling (pain) were experienced by clients. Expected to be used as consideration in giving catheterization action is fast, efficient and few complaints. Keywords: Mechanical lubrication catheter, speeds installation and pain


MEDISAINS ◽  
2018 ◽  
Vol 16 (2) ◽  
pp. 83
Author(s):  
Susilo Rini ◽  
Indri Heri Susanti

Latar Belakang: Tindakan sectio caesarea (SC) menyebabkan nyeri yang menimbulkan berbagai masalah, salah satunya masalah laktasi. Sebanyak 68% ibu post sectio caesarea mengalami kesulitan dengan perawatan bayi, bergerak naik turun dari tempat tidur dan mengatur posisi yang nyaman selama menyusui akibat adanya nyeri. Akibat rasa nyeri tersebut menyebabkan pasien menunda pemberian ASI sejak awal pada bayinya. Posisi biologic nurturing baby led feeding merupakan salah satu posisi menyusui yang direkomendasikan bagi ibu nifas post SC karena lebih rileks. Selama ini penanganan ibu nifas dengan nyeri masing dengan pemberian analgetik peroral, sedangkan posisi menyusui biologic nurturing baby led feeding belum diterapkan.Tujuan: Penelitian ini untuk menganalisis adanya penurunan nyeri pada ibu post sectio caesaria pasca intervensi biologic nurturing baby led feedingMetode: Penelitian ini merupakan penelitian Quasi-eksperiment, dengan rancangan one group pretest-postest design. Penelitian dilakukan di RSUD Goeteng Taruna Dibrata Purbalingga. Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang melahirkan secara SC, sampel yang digunakan sebanyak 41 responden yang diambil secara purposive sampling. Instrument untuk menilai nyeri menggunakan Numeric Rating Scale (NRS). Data dianalilis dengan menggunakan uji WilcoxonHasil: Hasil penelitian menunjukan sebanyak 28 dari 41 responden (68,3%) mengalami penurunan skala nyeri pasca intervensi biologic nurturing baby led feeding. Hasil analysis menunjukkan terdapat penurunan nyeri yang bermakna pada ibu post SC sebelum dan sesudah intervensi biologic nurturing baby led feeding (p<0,01)Kesimpulan: Intervensi biologic nurturing baby led feeding dapat menurunkan nyeri pada ibu post sectio caesarea


2018 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 24-28
Author(s):  
Aprillia Veranita ◽  
Ni Luh Widani ◽  
Wilhelmus Hary Susilo

Pendahuluan: Kanker paru adalah pertumbuhan sel yang tidak terkendali pada paru-paru yang sering menimbulkan nyeri dan sesak napas. Manajemen nyeri yang tepat diperlukan untuk menangani respon nyeri.  Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh terapi musik & Deep Breathing Exercise (DBE) terhadap penurunan nyeri, frekuensi nadi dan pernapasan pada pasien kanker paru. Metode: Penelitian ini merupakan studi  quasi experimental pre-post test with control group dengan teknik purposive sampling ,terdiri dari 86 responden kelompok intervensi dan 22 kelompok kontrol di RSUP Persahabatan. Nyeri diukur dengan Numeric Rating Scale (NRS). Analisis yang digunakan adalah Uji regresi linear berganda, Paired sampel t-test,  Independent t-test. Hasil: Hasil penelitian menunjukan perbedaan bermakna nilai skala nyeri, frekuensi pernapasan dan nadi  sebelum dan sesudah intervensi terapi musik dan Deep Breathing Exercise (DBE) (p=0,000). Kesimpulan: Penurunan skala nyeri, frekuensi pernapasan dan nadi kelompok intervensi lebih besar dari pada kelompok kontrol. Penelitian ini merekomendasikan terapi musik & DBE sebagai intervensi mandiri keperawatan untuk mengurangi nyeri kanker paru.


MEDISAINS ◽  
2020 ◽  
Vol 17 (3) ◽  
pp. 57
Author(s):  
Qurota A'yun ◽  
Mukhoirotin Mukhoirotin

Background: The dysmenorrhea prevalence is still reported high in the world. Several previous studies discovered that deep breathing relaxation effectively reduced dysmenorrhea. Other studies presented the combination of early mobilization and spiritual relaxation could reduce the level of client pain postoperative appendectomy, however the effectiveness of spiritual relaxation techniques to reduce dysmenorrhea is not yet tested.Objective: to determine the effect of spiritual relaxation to reduce dysmenorrhea.Method: The research design used was Quasi Experiment with the pretest-posttest Control Group Design approach. The populations were female students who experienced menstrual pain (dysmenorrhea) and met the inclusion and exclusion criteria. The variable in this study was dysmenorrhea. The sampling technique was simple ramdom sampling consisted of 44 respondents. The calculation instrument was NRS (Numeric Rating Scale) and data were analyzed through statistical test of Paired T-Test and Independent T-Test.Results: After spiritual relaxation treatment, the intensity of menstrual pain reduced significantly from 6.05 - 1.77, it proved that there was an effect of spiritual relaxation on dysmenorrhea with a significant value (ρ) of 0.000 (p ≤ 0.05). There were significant differences in the intensity of menstrual pain in the intervention and control groups (1.77 ± 1,109 vs 5.63 ± 0.445; p> 0.05).Conclusion: Spiritual relaxation effectively reduces dysmenorrhea


2019 ◽  
Vol 8 (4) ◽  
pp. 519
Author(s):  
Chi-Bum In ◽  
Young-Tae Jeon ◽  
Ah-Young Oh ◽  
Se-Jong Jin ◽  
Byeong-Seon Park ◽  
...  

Catheter-related bladder discomfort (CRBD) is one of the most difficult symptoms during the postoperative period. Nefopam is a non-narcotic analgesic agent, which also has anticholinergic action. This study was performed to evaluate the effects of nefopam on CRBD in male patients undergoing robotic nephrectomy. A total of 109 male patients were randomly divided into two groups: the control group (n = 55) received 20 mL of normal saline, and the nefopam group (n = 54) received 20 mg of nefopam 1 h before the end of the operation. At postoperative times of 20 min, 1 h, 2 h, and 6 h, the severity of CRBD was measured using an 11-point numeric rating scale, respectively. The severity of CRBD in the nefopam group was significantly lower than that in the control group at 20 min (4.8 ± 1.3 vs. 2.3 ± 1.0, respectively, p = 0.012) and at 1, 2, and 6 h (3.5 ± 1.2, 2.7 ± 0.9, and 2.5 ± 1.0 vs. 4.1 ± 0.8, 1.6 ± 0.8, and 1.3 ± 0.6, respectively, p < 0001). Intraoperative nefopam administration reduced the severity of CRBD in patients undergoing robotic nephrectomy.


2017 ◽  
Vol 35 (2) ◽  
pp. 103-107 ◽  
Author(s):  
JaeWoo Song ◽  
HyukHoon Kim ◽  
EunJung Park ◽  
Jung Hwan Ahn ◽  
Eunhui Yoon ◽  
...  

ObjectiveSubcutaneous local anaesthetic injection can be painful to patients in the ED. We evaluated the effect of cryotherapy by application of an ice cube to the injection site prior to injection in patients with simple lacerations.MethodsWe conducted a prospective, randomised, controlled trial in consented patients with simple lacerations needing primary repair at a single emergency centre from April to July 2016. We randomly assigned patients undergoing repair for simple lacerations to either the cryotherapy group or the control group (standard care; no cryotherapy or other pretreatment of the injection site). In cryotherapy group subjects, we applied an ice cube (size: 1.5×1.5×1.5 cm) placed inside a sterile glove on the wound at the anticipated subcutaneous lidocaine injection site for 2 min prior to injection. The primary outcome was a subjective numeric rating (0–10 scale) of the perceived pain from the subcutaneous local anaesthetic injections. Secondary outcomes were (a) perceived pain on a numeric scale for cryotherapy itself, that is, pain from contact of the ice cube/glove with the skin and (b) the rate of complications after primary laceration repair.ResultsFifty patients were enrolled, consented and randomised, with 25 in the cryotherapy group and 25 in the control group. The numeric rating scale for subcutaneous anaesthetic injections was median, IQR, 95% CI 2.0 (1 to 3.5), 1.81 to 3.47, respectively, in the cryotherapy group and 5.0 (3 to 7), 3.91 to 6.05 in the control group (Mann-Whitney U=147.50, p=0.001). No wound complications occurred in either group. The numeric rating scale for cryotherapy itself was median, IQR, 95% CI: 2.0 (1 to 3.5), 1.90 to 3.70.ConclusionPre-emptive topical injection site cryotherapy lasting 2 min before subcutaneous local anaesthetic injections can significantly reduce perceived pain from subcutaneous local anaesthetic injections in patients presenting for simple laceration repair.Trial registration numberKCT0001990.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document