scholarly journals GAMBARAN KEPATUHAN DIET PASIEN DIABETES MELITUS DENGAN KEJADIAN ULKUS DIABETIK

2021 ◽  
Vol 12 (2) ◽  
pp. 44-49
Author(s):  
Fajar Agung Dwi Hartanto ◽  
Amanda Marselin ◽  
Maria Putri Sari Utami

Latar belakang :  Organisasi Kesehatan Dunia WHO (World Health Organisation) memperkirakan jumlah penderita diabetes melitus (DM) di Indonesia akan terus meningkat. Ulkus diabetikum adalah salah satu komplikasi diabetes yang erat kaitannya dengan morbiditas, kematian, dan kualitas hidup serta merupakan komplikasi yang paling serius dari diabetes melitus. Kepatuhan seseorang yang menderita luka diabetik untuk menjalani diet DM akan mempengaruhi penyembuhan luka diabetik. Tujuan : Penelitian ini untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet DM dan kejadian ulkus diabetik. Metode : Merupakan penelitian analitik korelatif menggunakan desain crossectional untuk mengetahui hubungan kepatuhan diet dengan kejadian ulkus diabetik. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 39 pasien yang sesuai dengan kriteria inklusi yaitu pasien DM, sedang menjalani perawatan luka ulkus diabetik dan bersedia menjadi responden. Hasil : Dari hasil uji statistik Rank Spearman menunjukkan tidak terdapat korelasi atau hubungan antara kepatuhan diet dengan derajat ulkus. Hubungan antara kedua variabel tersebut tidak siginifikan (p-value 0,795) dengan koefisien korelasi 0,043. Kesimpulan : Tidak ada hubungan yang signifikan antara kepatuhan diet dengan kejadian ulkus diabetik. Kata kunci: Kepatuhan diet, ulkus diabetik, diabetes melitus

Author(s):  
Rituparna Ghosh ◽  
Sarojini Raman ◽  
Jayasree Rath

Introduction: Colorectal Cancer (CRC) is third most common malignancy worldwide. Various genomic alterations play fundamental role in initiation and progression of CRC. Among these, p53 mutation has a crucial role in survival and metastasis and its point mutation induces Vascular Endothelial Growth Factor (VEGF) promoting vascular permeability, migration and differentiation. The degree of angiogenesis can be measured by Microvascular Density (MVD) using CD34, which is helpful in identifying high risk patients for recurrence and metastasis. Aim: The aim of the study was to analyse the expression of p53, VEGF and MVD in CRC and their association with clinicopathological parameters. Materials and Methods: The ambispective study of 2 year duration was conducted from September 2015 to July 2017 in the Department of Pathology, Kalinga Institute of Medical Sciences and PBMH, Bhubaneswar. It included CRC resection specimens and archival tissue blocks. Tissue microarray blocks were prepared manually for IHC application in total 70 cases (58 (82.9%) adenocarcinomas and 12 (17.1%) adenomas) which were histologically staged and graded as per American Joint Committee on Cancer (AJCC) and World Health Organisation (WHO) guidelines. Pearson chi-square test and fisher’s-exact method were used to find significance of p53, VEGF and CD34 expression in adenomas and adenocarcinomas with respect to clinicopathological parameters. Results: No significant statistical association was found between p53, VEGF and MVD with tumour grade and nodal status. Majority, 41 (70.69%) cases were hypervascular (MVD-High). Adenomas 9 (75%) cases, were mostly hypovascular (MVD-Low) with p-value of 0.003. There was significant statistical association between VEGF and MVD with a p-value of 0.01. VEGF and MVD were more expressed on left-sided colon cancers. There was significant statistical association (p=0.01) between p53 graded expression and diagnosis in the present study. MVD and tumour nodal status had an inversely significant relationship (p=0.03). Conclusion: p53 and VEGF expressed more on carcinomas than adenomas. Both p53 and VEGF induce angiogenesis which can be effectively measured by CD34 expression (MVD). There is a directly proportional relationship of angiogenesis and malignant transformation. So these three IHC markers together can be considered a significant prognostic factor involved in CRC.


Author(s):  
Bambang Irawan ◽  
Erizal

Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organisation (WHO) berupaya agar pelayanan kesehatan di dunia ini dapat memberikan suatu sistem pelayanan yang baik untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat diberbagai belahan dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dan fasilitas dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kota Langsa tahun 2019. Penelitian ini bersifat analitik dengan desain penelitian cross sectional study. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 responden yang merupakan pasien rawat inap. Data dianalisa secara univarat dan bivariat menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian diperoleh ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kota Langsa tahun 2019 dengan nilai p-value (0,007) dan ada hubungan fasilitas dengan kepuasan pasien rawat inap di Rumah Sakit Umum Cut Meutia Kota Langsa tahun 2019 dengan nilai p-value (0,030).


2018 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
Author(s):  
Purwo Setiyo Nugroho ◽  
Anisa Catur Wijayanti

World Health Organization memprediksi bahwa jumlah penderita diabetes di Indonesia akan menduduki peringkat ke lima pada tahun 2025 dengan prediksi jumlah penderita sebanyak 12,4 jiwa. Indeks masa tubuh merupakan salah satu indikator obesitas dengan diabetes melitus pada penduduk Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kaitan obesitas dengan diabetes mellitus pada responden survei Indonesian Family Life Survey V. Penelitian ini merupakan penelitian analisis data sekunder Indonesian Family Life Survei V yang dilakukan dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi pada penelitian ini sejumlah 48.139 responden, namun setelah data di cleaning dengan tujuan untuk menghapus data yang missing maka didapatkan jumlah responden sebanyak 30.133 dengan kelompok penelitian berdasarkan usia diatas 15 tahun. Hasil analisis Chisquare  menyatakan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan diabetes melitus dengan nilai p value 0,000 dan nilai POR 3,377; CI 95% 2,602–4,383. Dapat disimpulkan bahwa obesitas memiliki peluang untuk terjadinya sakit diabetes melitus sebesar 3,377 kali dibandingkan dengan orang yang tidak menderita obesitas. Faktor obesitas merupakan salah satu faktor prediposisi untuk meningkatkan gula darah yang merupakan sebuah indikator diabetes melitus. Secara patologi hal ini dikarenakan se-sel beta pulau Langerhans menjadi kurang peka terhadap rangsangan akibat kadar gula darah dan kegemukan (obesitas) akan menekan jumlah reseptor insulin pada sel-sel seluruh tubuh.


2019 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 11-16
Author(s):  
Muflih Ngadino

Diabetes Mellitus adalah suatu gangguan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak akibat dan ketidakseimbangan antara ketersediaan insulin dengan kebutuhan insulin. Menurut World Health Organization (WHO) memeperkirakan lebih dari 346 juta orang di seluruh dunia mengidap diabetes. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia lebih dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Motivasi Dengan Efikasi Diri Pada Pasien Diabetes Mellitus Di Klinik Diabetes Dharma Medan. Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan uji chi-square. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien Diabetes Mellitus berjumlah 115 responden, sedangkan sampel yang digunakan adalah sampling aksidental dengan rumus slovin yaitu sebanyak 53 responden. Jenis data yang digunakan adalah data primer, data sekunder, dan data tertier, sedangkan analisa data yang digunakan yaitu analisa univariat dan analisa bivariat. Dari hasil penelitian ini dengan uji atatistik pearson chi-square, menunjukkan bahwa hasil P value sebesar 0,001. Dimana nilai tertentu lebih kecil dari nilai α sebesar 0,05, maka ada hubungan antara motivasi dengan efikasi diri pada pasien diabetes melitus di Klinik Diabetes Dharma Medan. Kesimpulan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa secara statistik ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan efikasi diri pada pasien diabetes mellitus di Klinik Diabetes Dharma Medan. Disarankan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang motivasi dengan efikasi diri pada pasien diabetes mellitus, dengan menggunakan lokasi penelitian dan metode penelitian yang berbeda


2021 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 47
Author(s):  
Citra Rachmawati ◽  
Santi Martini ◽  
Kurnia Dwi Artanti

ABSTRAKLatar Belakang: Pola penyakit saat ini mengalami transisi epidemiologi, salah satunya dibuktikan oleh perkembangan dari penyakit tidak menular yaitu penyakit jantung. Penyakit jantung khususnya jantung koroner ini termasuk penyakit yang menduduki tingkat nomor satu di dunia.. Diperkirakan angka kematian akibat penyakit Jantung Koroner akan mengalami peningkatan hingga 23,3 juta pada tahun 2030 (World Health Organization 2013). Penelitian ini membahas mengenai faktor risiko PJK yaitu hipertensi, diabetes melitus, aktivitas fisik, dan perilaku merokok.Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor risiko hipertensi, diabetes melitus, aktivitas fisik, dan perilaku merokok pada pasien penyakit jantung koroner di Rsu Haji Surabaya tahun 2019.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional dan bersifat analitik. Desain penelitian yang digunakan adalah case control.Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa variabel hipertensi memiliki hubungan (p-value = 0,0 ; p<0,05) terhadap penyakit jantung koroner, variabel diabetes melitus memiliki hubungan (p-value= 0,00 ; p<0,05) terhadap penyakit jantung koroner dan variabel aktifitas fisik memiliki hubungan yang signifikan (p-value = 0,017; OR = 0,184; 95%CI =0,039-0,861) dengan kejadian penyakit jantung koroner. Sedangkan hasil yang tidak beruhubungan yaitu pada variabel perilaku merokok (p-value = 0,250; OR = 1,463; 95%CI=0,764-2,802) terhadap penyakit jantung koroner. Kesimpulan: Berdasarkan hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa hipertensi, diabetes melitus, dan aktifitas fisik memiliki hubungan dan termasuk faktor risiko kejadian penyakit jantung koroner. Sedangkan perilaku merokok tidak menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan kejadian penyakit jantung koroner. Kata kunci: Penyakit jantung, jantung koroner dan faktor risiko ABSTRACTBackground: The pattern of disease is currently undergoing an epidemiological transition, one of which is evidenced by the development of non-communicable diseases, namely heart disease. Heart disease, especially coronary heart disease, is a disease that ranks number one in the world. It is estimated that the death rate due to coronary heart disease will increase to 23.3 million in 2030 (World Health Organization 2013). This study discusses the risk factors for CHD, namely hypertension, diabetes mellitus, physical activity, and smoking behavior. Purpose: The purpose of this study was to analyze the risk factors for hypertension, diabetes mellitus, physical activity, and smoking behavior in coronary heart disease patients at Rsu Haji Surabaya in 2019. Methods: This study was an observational and analytical study. The research design used was case-control. Results: The results of this study indicate that the hypertension variable has a relationship (p-value = 0.00; p <0.05) on coronary heart disease, the diabetes mellitus variable has a relationship (p-value = 0.00; p <0.05) on coronary heart disease and the activity variable physical had a significant relationship (p-value = 0.017; OR = 0.184; 95% CI=0.039-0.861) with the incidence of coronary heart disease. While the results that were not related were the smoking behavior variable (p-value = 0.250; OR = 1.463; 95% CI=0.764-2.802) on coronary heart disease.Conclusion: Based on the results and discussion, it can be concluded that hypertension, diabetes mellitus, and physical activity have a relationship and include risk factors for coronary heart disease. Meanwhile, smoking behavior does not show a significant relationship with the incidence of coronary heart disease. Keywords: Cardiovascular diseas, coronary heart and  risk factors.


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
Sonhaji Sonhaji

Latar belakang: Stroke menurut WHO  (World  Health Organisation) adalah gangguan otak fokal ataupun global secara mendadak yang disebabkan oleh gangguan vaskuler. Tujuan mengetahui  efektivitas Range Of Motion (ROM) jari-jari tangan dan spherical  grip terhadap kekuatan ekstremitas pada pasien stroke  non hemoragik di RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif dengan teknik sampling yaitu purposive sampling, populasi penelitian ini sebanyak 32 orang dengan rancangan pre-post  Test dengan menggunakan kelompok kontrol, untuk kelompok intervensi  16 responden dengan memberikan latihan terapi ROM jari-jari tangan dan spherical grip, kelompok kontrol responden sebanyak 16 responden dengan memberikan latihan terapi ROM jari-jari tangan, uji statistik menggunakan shapirowilk, dependent paired t test, dan independent t-test. Hasil  analisis statistik diperoleh kelompok intervensi (latihan terapi Range Of Motion (ROM) jari-jari tangan dan spherical grip memberikan pengaruh yang lebih efektif dibandingkan dengan pemberian terapi pada kelompok kontrol (Range Of Motion (ROM) jari-jari tangan) dapatkan rata-rata perbedaan kekuatan otot ekstremitas dengan p-value 0.000. Simpulan pemberian terapi spherical grip maupun Range Of Motion (ROM) jari-jari tangan efektif terhadap peningkatan kekuatan ekstremitas pada penderita pasien stroke non hemoragik. Saranpenelitain selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan menggunakan atau menambah variabel lain dengan desain penelitian yang lebih baik dengan mempertahankan karakteristik responden.  


Author(s):  
B. Ashwin Krishna ◽  
R. Gayatri Devi ◽  
A. Jothi Priya

Introduction: The World Health Organisation [WHO] recommended that breathing clean air reduces the risk of diseases such as Asthma and Lung cancer. Inhaling low quality of air causes several health problems such as headaches, nausea and tiredness. The main aim of this study is to create awareness among parents about the effect of air pollution on children. Materials and Methods: This is a cross sectional survey study. The standard questionnaire was prepared and distributed as Google forms to nearly 100-120 parents. The population was randomly selected. A self-administered structured questionnaire was prepared based on Knowledge attitude and awareness on effects of air pollution on children among parents. It was circulated to participants through an online platform (google forms). The statistics were done using SPSS software, chi square test was used to check the association and P value of 0.05% was said to be statistically significant. Results: 78.53% of the populations were aware that air pollution affects cognitive ability. 50.98% of the population responded that exposure of polluted air to pregnant female’s cause’s premature birth. 45.28% of females were aware that air pollution affects neutron development in the brain. As a result of this study most of the parents were aware about air pollution and its effects on their children. Conclusion: In this study females were slightly more aware about air pollution than males. If this awareness persists among all the people in the society many harmful effects such as air pollution and other related problems can be solved.


2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 68-71
Author(s):  
Oktarina Sri Iriani ◽  
Ulfah Ulfah

Anemia adalah penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen karena jumlah sel darah merah yang kurang dari normal. Menurut World Health Organisation (WHO), 40% kematian ibu di negara berkembang berkaitan dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia ini disebabkan oleh defisiensi besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Zat besi yang berasal dari makanan seperti daging, hati, telur, sayuran hijau dan buah- buahan diabsorpsi di usus halus. Penyerapan zat besi ini dipengaruhi oleh faktor adanya protein hewani dan vitamin C, sedangkan yang menghambat serapan adalah kopi, teh, garam kalsium dan magnesium karena bersifat mengikat zat besi, Di samping itu, dalam the dan kopi ada senyawa yang bernama tanin. Tanin ini dapat mengikat beberapa logam seperti zat besi, kalsium, dan aluminium, lalu membentuk ikatan kompleks secara kimiawi. Karena dalam posisi terikat terus, maka senyawa besi dan kalsium yang terdapat pada makanan sulit diserap tubuh sehingga menyebabkan penurunan zat besi (Fe). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Kebiasaan Meminum Teh dan Kopi Dengan kejadian Anemia pada Ibu Hamil di BPM Ny. E Periode April-Juni 2018 Kabupaten Garut. Jenis penelitian kuantitatif dengan pendekatan Cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 50 orang yang di ambil secara insidental sampling. Data yang digunakan yaitu data primer yang diambil secara langsung menggunakan lembar ceklis dan alat cek Hb Easy Touch. Analisa data berupa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi- square. Hasil data 28 orang (56,0%) mengalami anemia dan 22 orang (44,0%) tidak anemia. Terdapat korelasi antara kebiasaan meminum teh dan kopi dan kasus anemia pada ibu hamil di BPM Ny. E chi square (24.219) > chi tabel (7,38) dan p value (0,000) < a (0,05). Penelitian ini menyarankan bagi ibu hamil agar menghindari meminum teh atau kopi secara langsung sebelum dan sesudah makan karena dapat menghambat penyerapan zat besi dalam darah.


2018 ◽  
Author(s):  
uun imarotul afifah

Diabetes Melitus dan komplikasnya merupakan penyebab utama kematian di negara berkembang. Laporan badan dunia bidang kesehatan (World Health Organisation) pada tahun 2006, menyebutkan bahwa diabetes mellitus merupakan salah satu penyakit yang menyebabkan kematian, ketidakmampuan, dan kerugian finansial terbanyak di dunia. WHO memperkirakan terdapat 171 juta penduduk dunia yang menderita diabetes mellitus pada tahun 2000 dan diprediksikan akan terus bertambah hingga mencapai 366 juta pada tahun 2030. DM telah menjadi penyebab dari 4,6 juta kematian. 80% penderita DM tinggal di negara berpenghasilan rendah. Peningkatan jumlah penderita diabetes mellitus terutama pada negara-negara berpendapatan rendah hingga menengah, pada tahun 2006 terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di asia tenggara (International Diabetes Federation, 2008). Faktor-faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian DM tipe 2 adalah riwayat keluarga, umur ≥45 tahun, dan inaktivitas.


2021 ◽  
Vol 3 (2) ◽  
pp. 481-506
Author(s):  
Albert Whata ◽  
Charles Chimedza

Following the declaration by the World Health Organisation (WHO) on 11 March 2020, that the global COVID-19 outbreak had become a pandemic, South Africa implemented a full lockdown from 27 March 2020 for 21 days. The full lockdown was implemented after the publication of the National Disaster Regulations (NDR) gazette on 18 March 2020. The regulations included lockdowns, public health measures, movement restrictions, social distancing measures, and social and economic measures. We developed a hybrid model that consists of a long-short term memory auto-encoder (LSTMAE) and the kernel quantile estimator (KQE) algorithm to detect change-points. Thereafter, we utilised the Bayesian structural times series models (BSTSMs) to estimate the causal effect of the lockdown measures. The LSTMAE and KQE, successfully detected the changepoint that resulted from the full lockdown that was imposed on 27 March 2020. Additionally, we quantified the causal effect of the full lockdown measure on population mobility in residential places, workplaces, transit stations, parks, grocery and pharmacy, and retail and recreation. In relative terms, population mobility at grocery and pharmacy places decreased significantly by −17,137.04% (p-value = 0.001 < 0.05). In relative terms, population mobility at transit stations, retail and recreation, workplaces, parks, and residential places decreased significantly by −998.59% (p-value = 0.001 < 0.05), −1277.36% (p-value = 0.001 < 0.05), −2175.86% (p-value = 0.001 < 0.05), −370.00% (p-value = 0.001< 0.05), and −22.73% (p-value = 0.001 < 0.05), respectively. Therefore, the full lockdown Level 5 imposed on March 27, 2020 had a causal effect on population mobility in these categories of places.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document