Jurnal Kewarganegaraan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

15
(FIVE YEARS 15)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By State University Of Medan

1693-7287

2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 115
Author(s):  
Hastangka Hastangka ◽  
Muhammad Ma'ruf

AbstractThe rise of the Takfirism phenomenon in society indicates a threatening condition which potentially causes the disintegration of Pancasila. Pancasila as a core value and the basis of national ideology has not been effectively solved the issue of the rise of Takfirism in society. Internal and external factors play an important role in the process of spreading ideas of Takfirism which triggers the emergence of radicalism that eventually leads to acts of terrorism and separatism. The process of searching and finding the right method to build Pancasila as the standard criteria and the validity of values is important to be discussed in the studies and research of Pancasila. This study will explore and describe Pancasila as a method in countering radicalism which is rooted in Takfirism. The method used in this study is a critical study method approach and social phenomenology. The data in this research were obtained through news articles, research reports, study results, scientific journals, and books related to the topic of this research. The result of this research indicates that the Pancasila method as an effort to counter radicalism is very crucial and urgently needed by the state and society in general. Pancasila as a value system and a state system needs to be strengthened by the establishment of the standard criteria and the validity of values that are trustworthy and acknowledged by all social classes.------AbstrakFenomena berkembangnya paham takfirisme yang berada di lingkungan masyarakat telah menunjukkan kondisi yang rawan dan berpotensi pada disintegrasi Pancasila. Pancasila sebagai sumber nilai dan dasar negara belum dapat berperan secara maksimal dalam menangani persoalan maraknya paham takfirisme di kalangan masyarakat. Faktor internal dan eksternal memiliki peran penting dalam proses berkembangnya paham takfirisme yang melahirkan gerakan dan paham radikalisme yang mengarah pada tindakan terorisme dan perpecahan di masyarakat. Proses pencarian dan penemuan metode yang tepat untuk menjadikan Pancasila sebagai standar kriteria dan validitas nilai menjadi penting untuk dideskripsikan dalam kajian dan penelitian tentang kepancasilaan. Studi ini akan mengeksplorasi dan mendeskripsikan tentang Pancasila menjadi metode dalam menangkal paham radikalisme yang berakar dari paham takfirisme. Metode dalam kajian ini menggunakan pendekatan metode kajian kritis dan fenomenologi sosial. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berita, laporan penelitian, hasil kajian, jurnal ilmiah, dan buku yang berkaitan dengan tema penelitian ini. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini menunjukkan bahwa metode Pancasila sebagai upaya untuk menangkal radikalisme menjadi sangat penting dan dibutuhkan bagi negara dan masyarakat. Pancasila sebagai sistem nilai dan sistem negara perlu diperkuat dengan pembentukan standar kriteria dan validitas nilai yang dapat dipercaya dan diakui oleh seluruh lapisan masyarakat.


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 84
Author(s):  
Toba Sastrawan Manik ◽  
Dwi Riyanti ◽  
Mukhamad Murdiono ◽  
Danang Prasetyo

AbstractGay, Bisexual, and Transgender (LGBT) in Indonesia from the perspective of human rights, Islam, and Pancasila. Research is qualitative using the method of literature study (library research). LGBT based on a religious point of view, especially Islam and Pancasila are declared forbidden and contrary culture. But, the state is in ambiguity in determining policy. The State of Indonesia faces a dilemma between Pancasila and Islam with the consistency and spirit of human rights enforcement in Indonesia since the Reformation Era. This manifestation of ambiguity appears to be the lack of clear regulation of LGBT. This gives rise to discriminatory attitudes towards LGBT people both psychologically, physically socially, culturally, and economically. This study recommends that the state should take a bold stance in determining the point of view of LGBT. LGBT citizens should still be treated equally. The absence of regulation against LGBT is a manifestation of discrimination by the state. The state should give its perspective on LGBT in Indonesia. -------------AbstrakTujuan dari artikel ini ialah untuk mengkaji tentang eksistensi Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender (LGBT) di Indonesia dari perspektif  hak asasi manusia, Islam, dan Pancasila. Penelitian bersifat kualitatif dengan menggunakan metode kajian literatur (library research). LGBT jika dipandang dari sudut agama khususnya Islam dan Pancasila jelas dinyatakan terlarang dan bertentangan dengan budaya Indonesia. Tapi, negara dalam keambiguan dalam menentukan kebijakan. Negara Indonesia menghadapi dilema antara Pancasila dan Islam dengan konsistensi dan semangat penegakan HAM di Indonesia sejak Era Reformasi. Manifestasi keambiguan ini tampak pada ketiadaan regulasi yang jelas terhadap LGBT. Hal ini menimbulkan sikap diskrimnasi terhadap kalangan LGBT baik secara psikis, fisik secara sosial, budaya, dan ekonomi. Rekomendasi dari kajian ini ialah negara harus berani mengambil sikap dalam menentukan sudut pandang terhadap LGBT. LGBT sebagai warga negara harus tetap diperlakukan sama. Ketiadaan regulasi terhadap kalangan LGBT merupakan manifestasi diskriminasi oleh negara. Negara harus memberikan sudut pandangnya sendiri terhadap LGBT di Indonesia


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 103
Author(s):  
Sulistiani Sulistiani

AbstractMigrating is defined as a person's journey to another area to achieve the desired goal and stay, In the realm of education, many youths decide to go to other areas to get a good education and under expectations for the next life. The sophistication of today's technology makes migrating not a complicated thing to be doing in the community, especially the youth in taking education in place of choice. Based on the phenomena that occur to the lives of teenagers to study, the formulation of the research problem is planned, how students are social relations with the people of Jogja while in overseas land within the scope of the organization, this aims to find the strategy of student organizations of social life in Jogja. The research method is qualitative with a descriptive approach, data sources are Gayo students who are active in ethnic-based student organization activities in Jogja, data collection techniques are interview, observation, and documentation methods. The research results show that ethnic-based student organizations, IMAGAYO and IPEMAHLUTYO, carry out various activities such as the Saman and Guel dance as a form of interaction with the people of Jogja and adapt themselves by following the habits, behaviour patterns and Javanese culture as the majority culture in Jogja.-------AbstrakMerantau diartikan sebagai perjalanan seseorang ke daerah lain guna mencapai tujuan yang diinginkan dan menetap sementara, dalam ranah pendidikan banyak pemuda yang memutuskan untuk pergi ke daerah lain guna mendapatkan pendidikan yang baik dan sesuai dengan harapan untuk kehidupan selanjutnya. Kecanggihan teknologi saat ini menjadikan merantau bukan hal yang rumit untuk dilakukan oleh masyarakat khususnya kaum pemuda dalam menempuh pendidikan di tempat-tempat pilihan. Berdasarkan fenomena yang terjadi dalam kehidupan para remaja untuk menempuh studi, maka disusun rumusan masalah penelitian yaitu bagaimana hubungan sosial mahasiswa dengan masyarakat Jogja selama berada di tanah rantau dalam lingkup organisasi, hal ini bertujuan untuk menemukan strategi organisasi mahasiswa dalam kehidupan sosial di Jogja. Metode penelitian yaitu kualitatif dengan pendekatan deskriptif, sumber data adalah para mahasiswa Gayo yang aktif dalam kegiatan organisasi kemahasiswaan berbasis etnik di Jogja,  teknik pengumpulan data yaitu metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa organisasi mahasiswa berbasis etnik yaitu IMAGAYO dan IPEMAHLUTYO melakukan berbagai kegiatan seperti tari Saman dan Guel sebagai salah satu bentuk interaksi terhadap masyarakat Jogja dan menyesuaikan diri dengan cara mengikuti kebiasaan, pola tingkah laku dan  budaya Jawa sebagai budaya mayoritas di Jogja.


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 74
Author(s):  
Lisda Nurul Romdani ◽  
Karim Suryadi

AbstractLocal election in 2020 is a form of democracy for the Indonesian people, with this aim, namely to see how citizens interpret the concept of democracy in Indonesia during the elections held during the Pandemic. This research was conducted using the method of literature study (library research) or research with literature studies, namely research data and information from scientific journals and books as well as research results. Such is the data process obtained that the holding of regional head elections in a Pandemic reaps pros and cons. The media is a public space that is used by citizens in realizing their participation, and the manifestation of a citizen's democratic attitude can be seen from his role through the public space in his decision-making process. Thus, the media as a means of political discussion in the community, this can be said as the meaning of democracy that can be seen by every individual in the practice of citizenship.------------- AbstrakPemilihan Kepala Daerah serentak yang diselenggarakan pada tahun 2020 merupakan wujud demokrasi bagi bangsa Indonesia, tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana warga negara memaknai konsep demokrasi di Indonesia saat pilkada yang dilaksanakan saat Pandemic. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi literatur (library research) atau penelitian dengan studi pustaka, yaitu pengumpulan data dan informasi dari jurnal ilmiah dan buku serta hasil penelitian. Demikian proses data yang didapatkan bahwa penyelenggaraan pemilihan kepala daerah dalam Pandemic menuai pro dan kontra. Media menjadi ruang public yang digunakan warga negara dalam mewujudkan partisipasinya, dan perwujudan sikap demokratis seorang warga negara dapat dilihat dari peran dirinya melalui ruang public dalam proses pengambilan keputusannya. Demikian, media sebagai sarana diskusi politik di kalangan masyarakat, hal ini dapat dikatakan sebagai makna demokrasi yang dapat dilihat setiap individu dalam praktek kewarganegaraan. 


2021 ◽  
Vol 18 (2) ◽  
pp. 92
Author(s):  
Maslan Abdin ◽  
Johanes Mateos Tetelepta

AbstractPeople with disabilities in Ambon City are part of the citizens who must be given the right to education in a fair and non-discriminatory manner by upholding human rights. Obstacle factors in the fulfilment of education will certainly exist. The government as the executor of the constitution is responsible for efforts to resolve it. This study uses a qualitative research design with a case study method. The subjects in this study are schools, parents and the Ambon city government. The results of the identification and analysis found that the factors that hindered the fulfilment of education for persons with disabilities in the city of Ambon, among others (1) parents of students, among others, parents still feel ashamed of the condition of their children, busy parents and access to special schools that are far away. (2) Inadequate school facilities and infrastructure according to the individual needs of each child with disabilities. (3) Only 23% of the accompanying teachers have special education qualifications from the total number of accompanying teachers, namely 116 teachers. On average, the accompanying teachers are classroom teachers and subject teachers with non-special needs education qualifications.-------------AbstrakPenyandang disabilitas di Kota Ambon menjadi bagian dari warga Negara yang harus diberikan hak pendidikannya secara berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia. Faktor kendala dalam pemenuhan pendidikan pasti akan ada. Pemerintah sebagai pelaksana konstitusi bertanggung jawab dalam upaya penyelesaiannya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian kualitatif dengan metode studi kasus, Subjek dalam penelitian ini yaitu sekolah, orang tua dan pemerintah kota ambon. Hasil identifikasi dan analisis menemukan bahwa faktor kendala dalam pemenuhan pendidikan bagi penyandang disabilitas di kota Ambon antara lain (1) orang tua siswa antara lain orang tua masih merasa malu dengan keadaan anak, kesibukan orang tua dan akses ke sekolah luar biasa yang jauh. (2) Sarana dan prasarana sekolah yang kurang memadai sesuai kebutuhan individu masing-masing anak disabilitas. (3) Guru pendamping 23% saja yang berkualifikasi pendidikan khusus dari jumlah keseluruhan guru pendamping yaitu 116 guru. Rata-rata guru pendamping adalah guru kelas dan guru mapel dengan tamatan bukan berkualifikasi pendidikan kebutuhan khusus.


2021 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Desy Brema Sevriani Ginting ◽  
Julia Ivanna ◽  
Ramsul Nababan

AbstractThe teacher is the most important factor in the field of education, because the teacher is the driving force of education for students in achieving educational goals. If there is a managerial role from the leader, the teacher will be able to teach the school the best. Therefore, the principal must be able to motivate teachers to improve teacher performance. This article aims to determine the performance of OCB (Organizational Citizenship Behavior) in teacher leadership and integrity. This article uses the literature study method. Therefore, the principal must be able to stimulate teachers to improve their performance. The method used is descriptive analysis. __________ AbstrakGuru adalah faktor yang terpenting dalam bidang pendidikan, karena guru adalah penggerak pendidikan bagi siswa mencapai tujuan pendidikan. Dalam hal peran manajerial dari pemimpin maka guru akan mampu melakukan pengajaran yang terbaik sekolah. Oleh karena itu, kepala sekolah harus mampu memotivasi guru dalam meningkatkan kinerja guru. Artikel ini bertujuan untuk mengetahui kinerja perilaku kewargaan organisasi dalam kepemimpinan dan integritas guru. Artikel ini menggunakan metode studi kepustakaan. Karena itu, kepala sekolah harus bisa merangsang guru untuk meningkatkan kinerjanya. 


2021 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 65
Author(s):  
Maryatun Kabatiah

AbstractCivic Education is a very important subject in efforts to build the nation's character. Character building through Civics includes integrating character values in lectures. Value clarification techniques are considered superior for affective learning (learning to form attitudes/values). Through value clarification, learning activities no longer require students to memorize and understand the values that have been chosen by others but are assisted in finding, analyzing, taking responsibility, developing, choosing, taking attitudes, and practising the values in their own lives. This research is a pre-experimental research design. The method used in this research is the Intact Group Comparison design method. The research subjects were students of the Department of Early Childhood Education (PAUD) UNJA who took the general course of civic education. Subjects were divided into 2 groups, namely the control group using the conventional approach, and the experimental group using the Value clarification techniques. The instrument used in this study is a test instrument. The collected data were analyzed using the t-test. Based on the results of the study, it can be concluded that the integration of character education in civic education courses through Value clarification techniques is more effective than conventional ones._________AbstrakPendidikan Kewarganegaraan merupakan mata kuliah yang sangat penting dalam upaya pembangunan karakter bangsa. Pembangunan karakter melalui PKn di antaranya pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam perkuliahan. Teknik klarifikasi nilai dianggap lebih unggul untuk pembelajaran afektif (pembelajaran pembentukan sikap/nilai). Melalui pengklarifikasian nilai, kegiatan pembelajaran tidak lagi sekedar menuntut peserta didik agar hafal dan paham akan nilai-nilai yang sudah dipilihkan pihak lain, melainkan dibantu untuk mencari, menganalisa, mempertanggung jawabkan, mengembangkan, memilih, mengambil sikap, dan mengamalkan nilai-nilai dalam kehidupannya sendiri. Penelitian ini adalah penelitian Pre-Eksperimental Design. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode rancangan Intact Group Comparison. Subjek penelitian adalah mahasiswa Jurusan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) UNJA yang mengikuti mata kuliah umum PKn. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok yakni kelompok kontrol dengan menggunakan pendekatan konvensional, dan eksperimen menggunakan Teknik klarifikasi nilai. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pengintegrasian pendidikan karakter dalam mata kuliah PKn melalui Teknik klarifikasi nilai lebih efektif dibandingkan dengan konvensional.


2021 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 19
Author(s):  
Hamdi Abdullah Hasibuan ◽  
Ernawati Simatupang

AbstractBoteng Tunggul is one of the traditions of the East Lombok community which has unique wisdom values. This tradition is always carried out at the traditional ceremonies of the East Lombok people. In the process of implementing the Boteng Tunggul tradition, it becomes a tradition that has elements that can strengthen the civic culture in it. This research will explore the role of the boteng waiting tradition in strengthening the civic culture for the people of East Lombok. This study uses a qualitative approach to literature study methods. In this research, we will use the first data source. The data collection technique is done by using literature studies. In doing data analysis technique is done by reducing data, displaying data, and drawing conclusions. The results of the study found the entanglement of the Boteng Tunggul tradition by strengthening the civic culture in the people of East Lombok. In the stump, boteng tradition becomes a culture that can sustain citizens in it as a form of realizing the identity of the indigenous people of Lombok. This tradition is always carried out by the people of East Lombok by instilling the values of togetherness, mutual cooperation, responsibility, and tolerance in it. As well as this has illustrated that the civic culture can be strengthened by preserving and advancing this tradition.---------------AbstrakBoteng Tunggul merupakan salah satu tradisi dari masyarakat Lombok timur yang memiliki nilai-nilai kearifan lokal. Tradisi ini senantiasa dilaksanakan pada upacara adat masyarakat Lombok timur. Dalam proses pelaksanaan tradisi Boteng Tunggul menjadi tradisi memiliki unsur yang dapat memperkuat civic culture didalamnya. Penelitian ini akan mengeksplorasi peran dari tradisi Boteng Tunggu untuk menguatkan civic culture bagi masyarakat Lombok Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi deskriptif.  Dalam penelitian ini akan menggunakan sumber data pertama. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menggunakan studi literatur. Dalam melakukan teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, display data, verifikasi dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menemukan keterkaitan tradisi Boteng Tunggul  dengan memperkuat civic culture pada masyarakat Lombok Timur. Pada tradisi Boteng Tunggul menjadi kebudayaan yang dapat menopang warga negara didalamnya sebagai bentuk untuk mewujudkan identitas masyarakat adat Lombok. Tradisi ini selalu dilaksanakan masyarakat Lombok Timur dengan menanamkan nilai kebersamaan, gotong royong, tanggung jawab serta toleransi di dalamnya. Serta hal ini telah menggambarkan bahwa budaya kewarganegaraan dapat diperkuat dengan tetap melestarikan dan memajukan tradisi ini. 


2021 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 37
Author(s):  
Rizky Agassy Sihombing ◽  
Jennie Febrina Hutagalung ◽  
Pristi Suhendro Lukitoyo

AbstractThe purpose of this study was to determine the understanding and guidance that is suitable to be implemented in the norms of courtesy through Civics learning in Sunday school children at GBI Sukma Medan. The research method used is a descriptive qualitative method, data collection techniques using observation, interview and documentation techniques. The object of this research is the activity of fostering norms of courtesy in Civics learning through storytelling techniques. The study population was all children of the Sunday school at GBI Sukma Medan, which consisted of class III-VI. The data collection instrument is the researcher himself with the help of observation guidelines and interview guidelines. The results obtained from the data analysis found that Sunday school children at GBI Sukma Medan did not understand the concept of the norms of courtesy and the application of the norm values of courtesy in daily life through Civics learning that they had previously learned. ------------- AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pemahaman dan pembinaan yang cocok dilaksanakan dalam norma sopan santun melalui pembelajaran PPKn pada setiap anak sekolah minggu GBI Sukma Medan. Metode penelitian yang akan digunakan adalah dengan metode deskriptif kualitatif, teknik pengumpulan datanya dengan menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi secara menyeluruh. Objek dalam penelitian ini adalah kegiatan pembinaan terhadap norma sopan santun dalam pembelajaran PPKn dengan teknik bercerita. Adapun populasi penelitian ini adalah seluruh anak-anak sekolah minggu GBI Sukma Medan yang dimana terdiri dari kelas III-VI. Instrumen dalam pengumpulan data dengan cara peneliti sendiri dengan bantuan pedoman observasi serta pedoman wawancara. Adapun hasil yang diperoleh dari analisis data yang ditemukan, menyatakan bahwa anak-anak sekolah minggu GBI Sukma Medan kurang memahami mengenai konsep norma sopan santun serta dalam penerapan nilai norma sopan santun dalam kehidupan sehari-hari melalui pembelajaran PPKn yang telah mereka pelajari sebelumnya.


2021 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 56
Author(s):  
T Heru Nurgiansah ◽  
Hendri Hendri ◽  
Cep Miftah Khoerudin

AbstractThe majority of students consider the subjects of Pancasila and Citizenship Education to be boring subjects. The content of many materials, monotonous media and learning models, until the teacher's ability in classroom management is signalled to be the cause that results in less motivation, activeness, and student achievement. A proper learning model is needed to overcome these learning problems, namely role-playing learning models. The purpose of this study was to see the phenomenon of learning Pancasila and Citizenship Education in Class X SMA PGRI 1 Kasihan Bantul. The research method used is the qualitative method with descriptive studies. Data collection techniques in the form of observations, interviews, and documentation. The results showed that the use of Role-Playing learning models succeeded in making the learning atmosphere more interesting, active, and successful in improving students' academic abilities, especially in the material of the National Legal and Judicial System._________AbstractMayoritas siswa menganggap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang membosankan. Isi materi yang banyak, media dan model pembelajaran yang monoton, sampai kemampuan guru dalam pengelolaan kelas disinyalir menjadi penyebabnya yang mengakibatkan motivasi, keaktifan, dan prestasi siswa menjadi kurang. Diperlukan sebuah model pembelajaran yang tepat untuk mengatasi permasalahan belajar tersebut, yakni model pembelajaran Role Playing. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat fenomena pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Kelas X SMA PGRI 1 Kasihan Bantul. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan studi deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan model pembelajaran Role Playing berhasil membuat suasana pembelajaran semakin menarik, aktif, dan berhasil meningkatkan kemampuan akademik siswa khususnya pada materi Sistem Hukum dan Peradilan Nasional.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document