KELUWIH: Jurnal Sosial dan Humaniora
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

25
(FIVE YEARS 25)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By University Of Surabaya

2722-1741

2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 90-95
Author(s):  
Eva Solina Gultom

Abstract—The coronavirus has fully motivated a number of regions in Indonesia to implement Large-Scale General Restrictions (PSBB). This policy may be the right solution. However, it also brings with it a recent dilemma embracing women. PSBB has influenced individuals to limit their physical mobility and move them to use high dependence on technology platforms including the web or social media. The intensity and repetition of social media use leads to online aggression compared to the case of women. The Jakarta Women's Legal Aid Institute noted that there were 30 cases of online violence against women in Indonesia in March and April 2020. Unfortunately, this number continues to increase from year to year. Many forms of online sex-based violence exist and most of them aim to intimidate, humiliate, and dominate women. Some of them are online sexual harassment, fear of sharing personal content with exploitation themes, dating violence, and online extortion. Surprisingly, not all women in Indonesia understand and report these forms of violence to the National Commission for the Protection of Women or related agencies due to the lack of information and socialization from local governments during the pandemic. As a result, this issue marks a long list of solutions involving governments and the private sector to make online violence worse. This paper will explicitly show the importance of eradicating online violence against women during the Coronavirus in Indonesia. Courage to speak is needed. Community support to exercise their right to vote is very important to voice positive things and stop violence against women. Keywords: covid-19,gender, Indonesia, online violence, woman Abstrak—Virus corona telah mendorong sejumlah daerah di Indonesia untuk menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan ini mungkin bisa menjadi solusi yang tepat. Namun, hal tersebut dapat menjadi dilemma bagi perempuan. PSBB telah mempengaruhi setiap individu untuk membatasi mobilitas fisik dan menggerakkan masyarakat untuk memiliki ketergantungan tinggi terhadap teknologi, seperti internet atau media sosial. Jumlah intensitas dan penggunaan media social yang semakin meningkatkian harinya, mengarah kepada agresi online terhadap perempuan. Lembaga Bantuan Hukum Perempuan Jakarta mencatat ada 30 kasus kekerasan online terhadap perempuan di Indonesia pada Maret dan April 2020. Sayangnya, jumlah ini terus meningkat dari tahun ketahun. Ada banyak bentuk kekerasan berbasis seks online dan mayoritas diantaranya bertujuan untuk mengintimidasi, mempermalukan, untuk membagikan konten pribadi yang mengarah kepada eksploitasi, kekerasan dalam berpacaran, dan pemerasan online. Anehnya, tidak semua perempuan di Indonesia memahami dan melaporkan bentuk-bentuk kekerasan tersebut ke Komnas Perempuan atau instansi terkait karena minimnya informasi dan sosialisasi dari pemerintah daerah selama pandemi. Akibatnya, masalah ini menandai daftar panjang dan solusi terhadap buruknya kekerasan online yang melibatkan pemerintah dan sektor swasta. Tulisan ini secara eksplisit akan menunjukkan pentingnya pemberantasan kekerasan online terhadap perempuan selama virus Corona di Indonesia. Dibutuhkan keberanian untuk berbicara. Dukungan masyarakat untuk menggunakan hak pilihnya sangat penting untuk menyuarakan hal-hal positif dan menghentikan kekerasan terhadap perempuan. Kata kunci: covid-19, gender, Indonesia, kekerasan online, perempuan


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 78-89
Author(s):  
Abdul Basir Donny Polanunu ◽  
Yusril Ihza Mahendra

Abstract—The Football industry in Indonesia is currently in the process of developing towards a more advanced football system. To achieve these goals, the stakeholders have taken few efforts such as early age football coaching, develop adequate infrastructure, and also increase the professionalism of the implementation of the competition, accompanied by the support of each club involved. These efforts have been harmonized with the standardization of the international football industry under the auspices of FIFA. However, it seems that the efforts to develop the football industry have not yet been able to realize the indicators of the modern football system as a whole. That is because there are still many cases where the rights of professional football players are neglected by stakeholders. Therefore, the existence of APPI as a form of representation of the people who are engaged in football trying to complement the strength of the football industry in Indonesia. The movement of APPI, which advocates a lot of the rights of football players, will support stakeholders in strengthening the development of the football industry in Indonesia comprehensively. The concept of civil society will be used to help the writer find the characteristics of the efforts from APPI for football in Indonesia.Keywords: advocacy, appi, indonesian football, rights of professional football Abstrak—Industri sepak bola di Indonesia saat ini berada dalam proses pengembangan menuju sistem persepakbolaan yang lebih maju. Upaya yang coba dilakukan oleh para stakeholder ialah pembinaan sepak bola usia dini, infrastruktur memadai, dan juga profesionalitas pegelaran kompetisi diiringi oleh penunjangan dari klub masing-masing yang terlibat. Hal ini tentunya sudah diselaraskan dengan standardisasi industri persepakbolaan internasional di bawah naungan FIFA. Namun tampaknya upaya pengembangan industri sepak bola yang dilakukan masih belum menjamah indikator sistem persepakbolaan modern secara keseluruhan. Hal itu dikarenakan masih banyak didapati masalah pemenuhan hak-hak pemain sepak bola profesional yang lalai ditangani oleh para pemangku kepentingan. Maka dari itu, keberadaan APPI sebagai wujud representasi dari masyarakat yang bergerak di lingkup persepakbolaan berusaha melengkapi kekuatan industri sepak bola di Indonesia. Gerakan oleh APPI yang banyak mengadvokasi hak-hak pemain sepak bola di Indonesia akan membantu para pemangku kepentingan dalam menguatkan pengembangan industri sepak bola di Indonesia secara komprehensif. Penggunaan konsep civil society akan digunakan agar membantu penulis menemukan karakteristik dari upaya yang dilakukan APPI terhadap persepakbolaan di Indonesia. Kata kunci: advokasi, appi, hak pemain sepak bola profesional, sepak bola indonesia


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 96-100
Author(s):  
Astrid Pratidina Susilo ◽  
Ervin Dyah Ayu Masita Dewi

Abstract—COVID-19 has induced a global health problem with the impact to different aspects of human life. If numbers of patients are increasing beyond the healthcare capacity, the constraint of resources will stimulate ethical dilemma. In hospitals, the availability of drug, hospital beds, trained health professionals, and personal protective equipment are not enough to response patients’ needs. To face this condition, health professionals and hospitals need ethical guidance to allocate resources. This article aims to discuss the guides that are available in the international literature and to recommend Advanced Care Planning as an additional measure to manage the scarcity or resources. The communal culture or Indonesia may contribute to the ethical challenges through the ‘in-group’ and ‘out-group’ phenomenon. Keywords: COVID-19, resource allocation, ethical dilemma Abstrak—Pandemi COVID-19 telah menyebabkan masalah kesehatan global yang berdampak ke berbagai aspek kehidupan manusia. Jika angka penderita melebihi kapasitas sistem layanan kesehatan, terjadi keterbatasan sumber daya yang akan menimbulkan dilema etik. Di rumah sakit, ketersediaan obat, tempat tidur, tenaga kesehatan terlatih, alat pelindung diri tidak cukup untuk merespons kebutuhan pasien. Untuk menghadapi kondisi ini, tenaga kesehatan dan rumah sakit membutuhkan panduan etika untuk mengalokasikan sumber daya. Artikel ini bertujuan untuk mendiskusikan panduan-panduan yang ada di internasional serta mengusulkan Advanced Care Planning sebagai pendekatan tambahan dalam mengelola keterbatasan sumber daya. Budaya komunal di Indonesia dapat menambah tantangan etika di Indonesia melalui fenomena ‘dalam’ dan ‘luar’ kelompok. Kata kunci: COVID-19, alokasi sumber daya, dilema etik


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 44-48
Author(s):  
Ahmad Zafrullah Tayibnapis ◽  
Lucia Endang Wuryaningsih ◽  
Radita Gora

Abstract—Companies must build new business models and platforms to survive in an uncertain business climate, economic disruption wave, and the COVID-19 pandemic. As the anticipation of all ecosystems changes, companies need superior human resources, actively carry out corporate transformation programs, and implement good corporate governance values to avoid moral hazards and a greater risk of failure. Revitalization of education, supported by corporate universities, workshops, internships, and comparative studies, can produce superior human resources and realize new business platforms in Indonesia. This qualitative research relies on data triangulation to interpret the phenomenon of link and match. Keywords: revitalization, business platform, education, transformation, human resources Abstrak—Kebutuhan membangun model dan platform bisnis baru perusahaan bertahan dalam iklim bisnis yang tidak menentu, gelombang gangguan ekonomi, dan pandemi COVID-19. Sebagai antisipasi segala perubahan ekosistem, perusahaan membutuhkan sumber daya manusia yang unggul, aktif melaksanakan program transformasi perusahaan, dan menerapkan nilai-nilai tata kelola perusahaan yang baik untuk menghindari moral hazard dan risiko kegagalan yang lebih besar. Revitalisasi pendidikan yang didukung oleh corporate university, workshop, magang, dan studi banding, dapat menghasilkan sumber daya manusia yang unggul dan mewujudkan platform bisnis baru di Indonesia. Penelitian kualitatif ini bertumpu pada triangulasi data untuk menginterpretasikan fenomena link and match. Kata kunci: revitalisasi, platform bisnis, pendidikan, transformasi, sumber daya manusia


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 69-77
Author(s):  
Elita Halimsetiono ◽  
Winnie Nirmala Santosa

Komitmen merupakan bentuk yang penting dan mendasar yang mana konsep tersebut banyak digunakan dalam penilaian sikap individu di berbagai lingkungan, termasuk juga lingkungan perguruan tinggi. Dalam beberapa penelitian terdahulu, telah ditemukan adanya hubungan antara komitmen organisasi dan OCB, dimana semakin tinggi komitmen organisasi, maka akan semakin tinggi pula OCB yang dimiliki. Penelitian yang bersifat analitik observasional dengan rancang bangun cross-sectional ini bertujuan menganalisis pengaruh komitmen organisasi terhadap OCB karyawan di Universitas Surabaya. Sejumlah 190 orang karyawan tetap (non dosen) dari 27 unit kerja di Universitas Surabaya menjadi sampel penelitian ini. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah quota sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang berisikan skala komitmen organisasi dan OCB. Mayoritas karyawan memiliki komitmen organisasi dan OCB tingkat sedang. Secara simultan, analisis regresi linier berganda menunjukkan baik komitmen organisasi maupun karakteristik demografi memiliki pengaruh yang bermakna terhadap OCB. Secara parsial, komitmen normatif maupun tingkat pendidikan memiliki pengaruh yang bermakna dan positif terhadap OCB. OCB karyawan lebih dipengaruhi oleh komitmen normatif daripada tingkat pendidikan. Hasil penelitian ini penting sebagai bahan masukan bagi organisasi agar lebih memperhatikan kedua aspek tersebut dalam meningkatkan OCB karyawannya, dan juga untuk menambah pengetahuan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Surabaya tentang aspek-aspek yang berperan dalam pengelolaan sumber daya kesehatan.


2021 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 58-68
Author(s):  
Helma Malini

Abstract—Women place a high value on their appearance. We can see in everyday life that most women are unable to live without cosmetics. Cosmetics have become a necessity for women to support their appearance while going about their daily activities in order to make them more attractive and confident. Women's lipstick is one of the most popular cosmetics. Consumers consider brand image and product quality when purchasing cosmetics, particularly lipsticks. The goal of this study is to see if the image of Beauty Vloggers and the quality of their products have an impact on purchase decisions. The sample size for this study was 100 people. Explanatory research methods are used. Multiple linear regression analysis with IBM SPSS Statistics 25 was used to analyze the data. The findings of this study show that in Indonesia, Beauty Vlogger Brand Image has no significant impact on Emina Cosmetics Lipstick Product Purchase Decisions, while Product Quality has a significant impact on Emina Cosmetics Lipstick Product Purchase Decisions. Keywords: beauty vlogger, brand image, product quality, purchase decision Abstrak—Wanita menempatkan nilai tinggi pada penampilan mereka. Kita dapat melihat dalam kehidupan sehari-hari bahwa kebanyakan wanita tidak dapat hidup tanpa kosmetik. Kosmetik sudah menjadi kebutuhan bagi wanita untuk menunjang penampilan saat menjalani aktivitas sehari-hari agar lebih menarik dan percaya diri. Lipstik wanita adalah salah satu kosmetik paling populer. Konsumen mempertimbangkan citra merek dan kualitas produk saat membeli kosmetik, khususnya lipstik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah citra Beauty Vlogger dan kualitas produknya berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Besar sampel untuk penelitian ini adalah 100 orang. Metode penelitian eksplanatori digunakan. Analisis regresi linier berganda dengan IBM SPSS Statistics 25 digunakan untuk menganalisis data. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa di Indonesia, Brand Image Beauty Vlogger tidak berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian Produk Lipstik Emina Cosmetics, sedangkan Kualitas Produk berpengaruh signifikan terhadap Keputusan Pembelian Produk Lipstik Emina Cosmetics. Kata kunci: beauty vloggre, citra merek, kualitas produk, keputusan membeli


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 34-38
Author(s):  
Nurwidya Kusma Wardhani

Abstract – This paper aims to examine how the implementation of public policies in the form of Large-Scale Social Restrictions in Indonesia due to the corona virus pandemic which has become an epidemic worldwide. The implementation of the PSBB is carried out to prevent the spread of the red zone to other areas as well as restrictions such as learning, work, religion, socio-culture and so on. Social restrictions, of course, must not conflict with legal and human rights provisions that have been adhered to in the community so that there will not be conflicts in the future. The writing method is carried out by means of literacy studies. Based on the results of this study, it can be seen that the determination of the PSBB is the most appropriate policy for the time being if there is a synchronization with law and human rights. Keywords: corona virus,  law, human rights   Abstrak – Tulisan ini memiliki tujuan untuk mengkaji bagaimana penerapan kebijakan publik berupa Pembatasan Sosial Berskala Besar di Indonesia dikarenakan pandemic virus corona yang menjadi wabah diseluruh dunia. Penerapan PSBB dilakukan untuk mencegah penyebaran dari zona merah terhadap wilayah lainnya serta pembatasan-pembatasan seperti pembelajaran, pekerjaan, keagamaan, sosial budaya dan lain sebagainya. Pembatasan sosial tentunya tidak boleh bertentangan dengan ketentuan hukum dan HAM yang dianut selama ini dimasyarakat sehingga tidak akan memunculkan konflik di kemudian hari. Metode penulisan yang dilakukan dengan cara studi literasi. Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diketahui bahwa penetapan PSBB merupakan kebijakan yang paling tepat sementara ini apabila terdapat singkronisasi dengan hukum dan HAM. Kata Kunci : virus corona,  hukum, hak asasi manusia


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 8-14
Author(s):  
Rafinita Aditia

Abstract—This study aims to find out about the phubbing phenomenon as a degradation of social relations as a result of social media. The term phubbing is an abbreviation of the words phone and snubbing, which are used to show the attitude of hurting the other person by using an excessive smartphone. This type of research used a qualitative approach with descriptive methods. The data needed in this study are qualitative data as primary data in the form of images, words and not numbers in a discourse regarding the phubbing phenomenon as a degradation of social relations as a result of social media. Based on the results of the research, it is found that phubbing behavior can threaten the disruption of ongoing communication relationships, causing social degradation. The social degradation that occurs is due to the impact of phubbing perpetrators' indifference to their environment because they are too busy using smartphones, especially in the use of social media. Therefore it is necessary to limit and control the use of social media properly so that the phubbing phenomenon can be resolved immediately and the degradation of social relations does not occur. Keywords: phubbing, degradation, social relation, social media   Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tentang tentang fenomena phubbing sebagai suatu degradasi relasi sosial sebagai dampak dari media sosial. Jenis penelitian yang digunakan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini merupakan data kualitatif sebagai data primer berupa gambar, kata-kata dan bukan angka-angka dalam sebuah wacana mengenai fenomena phubbing sebagai suatu degradasi relasi sosial sebagai dampak dari media sosial. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa perilaku phubbing mampu mengancam terganggunya hubungan komunikasi yang sedang berlangsung, sehingga menyebabkan degradasi sosial. Degradasi sosial yang terjadi ialah karena dampak dari keacuhan pelaku phubbing terhadap lingkungannya karena terlalu sibuk menggunakan smartphone, terlebih dalam penggunaan media sosial. Oleh karena itu penggunaan media sosial perlu dibatasi dan dikontrol dengan baik agar fenomena phubbing dapat segera teratasi dan degradasi relasi sosial tidak terjadi. Kata kunci : phubbing, degradasi, hubungan sosial, sosial media


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 15-22
Author(s):  
Herdiana Candrika Maharani ◽  
Andrian Pramadi

Abstract— Economic problems are certainly inseparable from various problems in life. The experience of a community in Surabaya, named RUMAH SINGGAH is a real example of the link between economic problems and health problems. The economic problems faced by members of the RUMAH SINGGAH community are recognized by mothers as a matter of daily thought and anxiety. Thoughts and anxieties related to economic problems experienced by samaritans caused most of them to have difficulty sleeping, poor sleep, and irregular diet. This has a negative impact on health for each individual. Relatedly, the counseling given to members of the RUMAH SINGGAH community is stress management through increased knowledge about stress protective factors, namely social support and the addition of muscle relaxation skills. The results showed that all participants experienced increased levels of relaxation after relaxing the muscles. However, there is no pattern of change in stress levels experienced by RUMAH SINGGAH members from before and after muscle relaxation. Keywords: anxiety, stress, stress management, relaxation, community Abstrak— Permasalahan terkait ekonomi tentu tidak dapat dipisahkan dari berbagai persoalan di kehidupan. Pengalaman sebuah komunitas di Surabaya, bernama Rumah Singgah merupakan contoh nyata tentang adanya kaitan antara masalah ekonomi dan masalah kesehatan. Masalah ekonomi yang dihadapi oleh ibu-ibu dalam komunitas Rumah Singgah diakui oleh para ibu sebagai hal yang selalu menjadi pikiran dan kecemasan setiap harinya. Pikiran dan kecemasan terkait masalah ekonomi yang dialami oleh para ibu Rumah Singgah menyebabkan kebanyakan dari mereka mengalami kesulitan tidur, tidur tidak nyenyak, dan pola makan yang tidak teratur. Hal ini memberi dampak negatif pada kesehatan bagi masing-masing individu. Terkait itu, maka penyuluhan yang diberikan pada para ibu komunitas Rumah Singgah adalah manajemen stres melalui peningkatan pengetahuan tentang faktor protektif stres, yaitu dukungan sosial dan penambahan keterampilan melakukan relaksasi otot. Hasil penyuluhan menunjukkan bahwa seluruh peserta mengalami peningkatan tingkat rileks setelah melakukan relaksasi otot. Meski demikian, tidak terdapat pola perubahan dari tingkat stres yang dialami oleh para ibu Rumah Singgah dari sebelum dan sesudah melakukan relaksasi otot. Kata kunci: kecemasan, stres, manajemen stres, relaksasi, komunitas


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 39-43
Author(s):  
Astrid Pratidina Susilo

Abstract— Medical communication and professionalism are central issues in clinical practice. Both are highly influenced by context such as cultural and social aspects. In medical education, a lot of studies about communication and professionalism have been conducted in Western setting and may not be fully applicable for other cultural or social context. This article aims to introduce several evidence from non-Western context in the area of medical communication and professionalism and discuss their applicability. We will use the study from Hofstede et al. about cultural domains as a theoretical basis. We will also present different studies on communication and professionalism conducted in Asia, such as from Indonesia and Japan, highlight some differences, and discuss how they may influence the medical communication and professionalism. We will provide practical examples on how to use these body of evidence in communication skills training and other area of medical education. Finally, we will discuss some ideas to strengthen future research initiatives from our context. Keyword: Asia, communication, culture, education, professionalism   Abstrak— Komunikasi medis dan profesionalisme adalah masalah sentral dalam praktik klinis. Keduanya sangat dipengaruhi oleh konteks seperti aspek budaya dan sosial. Dalam pendidikan kedokteran, banyak penelitian tentang komunikasi dan profesionalisme telah dilakukan di lingkungan Barat dan mungkin tidak sepenuhnya dapat diterapkan untuk konteks budaya atau sosial lainnya. Artikel ini bertujuan untuk memperkenalkan beberapa bukti dari konteks non-Barat di bidang komunikasi medis dan profesionalisme serta membahas penerapannya. Kami akan menggunakan karya Hofstede et al tentang ranah budaya sebagai dasar teoritis. Kami juga akan menyajikan berbagai studi tentang komunikasi dan profesionalisme yang dilakukan di Asia, seperti dari Indonesia dan Jepang, menyoroti beberapa perbedaan, dan membahas bagaimana pengaruhnya atas komunikasi medis dan profesionalisme. Kami akan memberikan contoh praktis tentang bagaimana menggunakan bukti-bukti ini dalam pelatihan keterampilan komunikasi dan bidang pendidikan kedokteran lainnya. Terakhir, kami akan membahas beberapa ide untuk memperkuat inisiatif penelitian di masa depan dari konteks Indonesia. Kata kunci: Asia, komunikasi, budaya, pendidikan, profesionalisme  


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document