scholarly journals PERFORMANSI PERTUMBUHAN RUMPUT LAUT (Kappaphycus alvarezii) DENGAN MENGGUNAKAN BIBIT HASIL KULTUR DAN NON KULTUR JARINGAN DI BBPBL LAMPUNG

2019 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 93
Author(s):  
Sri Budiani Samsu Harapan ◽  
Retno Ayu Mawarti ◽  
Mugi Mulyono

Rumput laut merupakan salah satu komoditas perikanan penting di Indonesia. Salah satu jenis rumput laut yang dibudidayakan oleh masyarakat adalah Eucheuma cottonii atau yang biasa disebut Kappaphycus alvarezii. Permasalahan yang dihadapi pembudidaya adalah pemilihan bibit rumput laut yang berkualitas. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan keuntungan budidaya rumput laut Kappaphycus alvarezii dengan menggunakan bibit hasil kultur jaringan dan non kultur jaringan dengan berat awal tanam sebesar 50 gram. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, meliputi penimbangan berat dan pengukuran kualitas air (suhu, kecerahan, kedalaman, pH, salinitas, DO). Hasil kajian menunjukkan pertumbuhan bibit rumput laut yang menggunakan bibit hasil kultur jaringan mempunyai pertumbuhan yang lebih baik (berat rata-rata akhir 655,31 gram, pertumbuhan mutlak 605,3 gram dan LPH 6,32%) untuk bibit kultur jaringan, sedangkan bibit non kultur jaringan (berat rata-rata 385,39 gram, pertumbuhan mutlak 335,39 gram, dan LPH 4,98%). Berdasarkan perhitungan analisa finansial sederhana,keuntungan yang didapatkan dari penjualan rumput laut yang menggunakan bibit hasil kultur jaringan Rp. 689.200 sedangkan bibit non kultur jaringan sebesaran Rp 221.200 artinya bibit kultur jaringan lebih menguntungkan.

2019 ◽  
pp. 1-10 ◽  
Author(s):  
Dinda Widu Ramasari ◽  
Evi Liviawaty ◽  
Atikah Nurhayati ◽  
Rusky Intan Pratama ◽  
Eddy Afrianto

Aims: To determine the level of preference of panelists for Nori based on the condition of raw materials of dry and semi-dried Kappaphycus alvarezii (formerly Eucheuma cottonii) seaweed. Study Design: The research was conducted experimentally. Place and Duration of Study: Organoleptic tests were carried out in the Laboratory of Fisheries Product Processing Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Padjadjaran. Physical tests and chemical tests conducted at the Laboratory of Research and Biological Resources and Biotechnology Research Institute at the Society (LPPM), IPB, between March 2019 and April 2019. Methodology: The research was conducted experimentally consisted of 3 treatments with 20 semi-trained panelists as replication from Fisheries students of Fisheries and Marine Science Faculty, University of Padjadjaran who had experienced the organoleptic assessment. Hedonic tests were to determine the level of panelists preference for the products which included appearance, aroma, texture, and flavor, the results were statistically analyzed using Friedman Test and Bayes Test. Physical tests (thickness and hardness) and chemical tests (water content and crude fiber content) were carried out on the most preferred treatment product and analyzed descriptively. Results: The organoleptic test results of Nori from Kappaphycus alvarezii (formerly Eucheuma cottonii) seaweed with dry raw material conditions had the highest average value on each characteristic compared to other treatments, appearance of 7.70, aroma of 7.00, texture of 7.50, and flavor of 7.90. The Bayes test results on the treatment of Nori from Kappaphycus alvarezii (formerly Eucheuma cottonii) seaweed with dry raw materials conditions having the highest alternative which was 8.54 with the most influential taste criteria for the assessment. The thickness of the Nori was 0.108 mm, the hardness was 1916.16 gf, water content of Nori was 17.23% and crude fiber content was 10.10%. Conclusion: The treatment of Nori with raw materials of dry conditions was the most preferred by panelists.


2020 ◽  
Vol 8 (3) ◽  
pp. 88
Author(s):  
Alfris Ekaputra Tuwokona Tamungku ◽  
Eunike L Mongi ◽  
Silvana D Harikedua ◽  
Grace Sanger ◽  
Helen J Lohoo ◽  
...  

One type of seaweed that is widely used in Indonesia is Kappaphycus alvarezii . This type of seawed is also known as Eucheuma cottonii. The purpose of this study was to compare the value of crude fiber content, pH, and sensory score of Kappaphycus alvarezii after being soaked with 2 different types of water (well water and demineralized water). Soaking process is intended for making seaweed -ice by using dried seaweed as raw material. The parameters tested in this study were crude fiber, pH and sensory using Hedonic scale 1-9. The results indicated that Kappaphycus alvarezii soaked with demineralized water had higher crude fiber content (1.37%) compared to seaweed soaked in well water (1.24%). Likewise, the pH level of seaweed products that are soaked with demineralized water have a higher pH value (6.27) than seaweed products that are soaked in well water (6.19). Furthermore, organoleptic test results show that seaweed products that are soaked with water demineralization was more preferable by panelist in terms of appearance, odor, texture and taste.Salah satu jenis rumput laut yang banyak dimanfaatkan di Indonesia adalah rumput laut Kappaphycus alvarezii . Rumput laut ini juga dikenal dengan nama Eucheuma cottonii. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan nilai kadar serat kasar, pH, dan skor sensori rumput laut Kappaphycus alvarezii setelah direndam dengan 2 jenis air berbeda (air sumur dan air demineralisasi). Proses perendaman ditujukan untuk pembuatan es rumput laut dengan menggunakan rumput laut kering. Parameter yang diuji pada penelitian ini adalah serat kasar, pH dan uji sensori menggunakan uji Hedonik skala 1 – 9. Hasil analisa menunjukkan bahwa rumput laut Kappaphycus alvarezii yang direndam dengan air demineralisasi memiliki kandungan serat kasar yang lebih tinggi (1.37%) dibandingkan dengan rumput laut yang direndam dengan air sumur (1.24%). Pada pengujian kadar pH, produk rumput laut yang direndam dengan air demineralisasi memiliki nilai pH yang lebih tinggi (6.27) dari pada produk rumput laut yang direndam dengan air sumur (6.19), Selanjutnya, hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa produk rumput laut yang direndam dengan air demineralisasi lebih disukai panelis dari segi kenampakan, bau, tekstur dan rasa.


2013 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
Author(s):  
Andreas Teurupun ◽  
Semuel Marthen Timbowo ◽  
Joyce CV Palenewen

Rumput laut merupakan salah satu sumber devisa negara dan sumber pendapatan bagi masyarakat pesisir dan merupakan salah satu komoditi laut yang sangat populer dalam perdagangan dunia, karena pemanfaatannya yang demikian luas dalam kehidupan sehari-hari, baik sebagai sumber pangan, obat-obatan dan bahan baku industri. Rumput laut akan bernilai ekonomis setelah mendapat penanganan lebih lanjut. Umumnya penanganan pasca panen rumput laut oleh petani hanya sampai pada tahap pengeringan. Prinsip pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air yang terkandung melalui penggunaan energi panas. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kapang dan menghitung total jamur yang terdapat pada rumput laut Eucheuma cottonii (Kappaphycus alvarezii) kering yang diambil dari Desa Rap-Rap Arakan Kecamatan Tatapaan, Kabupaten Minahasa Selatan. Penelitian ini dilakukan di laboratorium dengan parameter yang diuji meliputi parameter mikrobiologi: total kapang, identifikasi kapang dan parameter kimia: kadar air dan nilai pH. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk mengungkapkan keterangan dari suatu fakta tertentu secara terperinci dan sistematik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran total koloni kapang tertinggi adalah pada pengambilan pertama yaitu 3,0 x 103 dan yang terendah adalah pada pengambilan kedua yaitu 2,0 x 103. Kadar air tertinggi pada pengambilan kedua yaitu 6,68% dan terendah pada pengambilan pertama yaitu 6,55%. Sedangkan nilai pH tertinggi 5,58 (pengambilan pertama) dan terendah 5,23 (pengambilan kedua). Berdasarkan hasil parameter tersebut, jenis kapang yang teridentifikasi pada rumput laut K. Alvarezii adalah Fusarium sp dan Penicillium sp.


2019 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
Author(s):  
Nunik Cokrowati ◽  
Nanda Diniarti ◽  
Dewi Nur’aeni Setyowati ◽  
Saptono Waspodo ◽  
M. Marzuki

Abstrak: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bibit Eucheuma cottonii dari habitat aslinya di perairan Teluk Ekas dan menangkarkan bibit tersebut. Penelitian ini dilakukan di Teluk Ekas Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode ekplorasi di perairan Teluk Ekas serta mendeskripsikan hasil pengamatan. Eucheuma cottonii yang berhasil di temukan dan di ekslporasi dari perairan Teluk Ekas, memiliki ciri morfologi lebih banyak memiliki bakal talus sehingga tampak sebagai duri-duri pada thalus. Talus keras dan kaku serta berwarna coklat kehijauan. Eucheuma cottoniidijumpai menempel pada batuan dan karang yang berada pada kisaran kedalaman 1 meter sampai dengan 1,5 meter. Eucheuma cottoniimenempel kuat pada subtrat sehingga sulit untuk diambil dengan tangan, harus menggunakan pisau atau alat pemotong lainnya. Eucheuma cottoniidapat ditangkarkan dan tumbuh dengan baik di perairan Teluk Ekas.  Kata kunci: Kappaphycus alvarezii, habitat, talus, karang, domestikasi  Abstract: The objective of this study was to obtain Eucheuma cottonii seeds from their natural habitat in Ekas Bay and breed these seeds. This research was conducted in Ekas Bay, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. The method used in this study is the exploration method and description method. Eucheuma cottonii which has been found, has more morphological characteristics that have a talus so that it appears as thorns in the thalus. Talus is hard and stiff and has a greenish brown color. Eucheuma cottonii was found attached to rocks and corals which were in the range of 1 meter to 1.5 meters. Eucheuma cottonii sticks firmly to the substrate so that it is difficult to take by hand, must use a knife or other cutting tool. Eucheuma cottonii can be bred and grow well in Ekas Bay. Keywords : Kappaphycus alvarezii, habitat, talus, coral, domestication


2020 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 90-103
Author(s):  
Ramarsa Hidayatulbaroroh

There is many variety of seaweed in Indonesia. Among them there’s a lot of seaweed with high economic value. One of a kind with high value and high demand from around the world is Eucheuma cottonii or Kappaphycus alvarezii. Eucheuma cottonii contains high karaginan which is imprortant for human health. Seaweed has a lot of benefit for food or others, so that we has to improve our knowledge about seaweed especially Eucheuma cottonii.From the research at KUB Mitra Bahari, their location too produce seaweed is not a perfect place such as their water quality, temperature, and salinity. This factor caused their seaweed growth less than 3%. Beside that, there is a predator like Baronang fish and a disease that attack the seaweed such as ice-ice. From financial analiysis, their income is Rp 275.625.595,00, with profit and loss ratio Rp 62.852.382,00. B/C ratio is 1,3 and BEP Rp 7.290/kgs. And their payback period is 2 years 1 month and 6 days. Their RoI are 40%


2019 ◽  
Vol 3 ◽  
pp. 929
Author(s):  
Marianus Filipe Logo ◽  
N M. R. R. Cahya Perbani ◽  
Bayu Priyono

Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan penghasil rumput laut kappaphycus alvarezii kedua terbesar di Indonesia berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2016). Oleh karena itu diperlukan zonasi daerah potensial budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii untuk pengembangan lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah yang potensial untuk budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii di Provinsi NTT berdasarkan parameter sea surface temperature (SST), salinitas, kedalaman, arus, dissolved oxygen (DO), nitrat, fosfat, klorofil-a, dan muara sungai. Penentuan kesesuaian lokasi budidaya dilakukan dengan memberikan bobot dan skor bagi setiap parameter untuk budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii menggunakan sistem informasi geografis melalui overlay peta tematik setiap parameter. Dari penelitian ini diperoleh bahwa kadar nitrat, arus, kedalaman, dan lokasi muara sungai menjadi parameter penentu utama. Jarak maksimum dari bibir pantai adalah sekitar 10 km. Potensial budidaya rumput laut kappaphycus alvarezii ditemukan di Pulau Flores bagian barat, kepulauan di Kabupaten Flores Timur dan Alor, selatan Pulau Sumba, Pulau Rote, dan Teluk Kupang.


Author(s):  
Natalia Prodiana Setiawati ◽  
Joko Santoso ◽  
Sri Purwaningsih

The utilization of local food commodities such as corn and cassava with seaweed addition as a dietary fiber source for producing artificial rice through extrusion technology is an  alternative for food diversification. The research was carried out to find out the best composition (rice, corn, cassava, and seaweed) and temperature of extrusion process on making artificial rice and the influence of dietary fibre on sensory properties and physicochemical. The composition of rice, corn, and cassava in proportion  of 1:3:1 with 20% seaweed, Eucheuma cottonii, addition and temperature extruder of 90 °C were selected as the best product for artificial rice. The  sensory evaluation was 8.02±0.21 (people’s preference). In physicochemical properties, dietary fiber significantly affected on low bulk density and starch digestibility. This condition is very good for health especially in maintaining the stability of blood glucose in the body. Keywords: artificial rice, composition, extrusion, seaweed, dietary fibre, temperature


Author(s):  
Naning Dwi Sulystyaningsih ◽  
Rajuddin Syamsuddin ◽  
Zainuddi .

2018 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 112
Author(s):  
MENTARI AMENDA SAPUTRI ◽  
HERIN SETIANINGSIH

<p class="Default">Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian nomor satu di dunia. Gaya hidup masyarakat terutama dalam mengkonsumsi diet yang tidak sehat dapat meningkatkan kadar LDL yang dapat menyebabkan  penyakit kardiovaskular. Rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>)<em> </em>yang banyak dibudidayakan di Indonesia mengandung flavonoid dan triterpenoid yang diduga dapat menurunkan kadar LDL. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) <em> </em>terhadap kadar LDL pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental murni laboratorik dengan rancangan penelitian <em>Post Test Control Group Design. </em>Sampel yang digunakan adalah 24 ekor tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang dibagi ke dalam tiga kelompok: kelompok yang diberi diet standar selama 28 hari (K1), kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari (K2), dan kelompok yang diberi diet tinggi lemak selama 28 hari dan pada hari ke-15 sampai hari ke-28 diberi ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) dengan dosis 140mg/200grBB/hari (K3). Hasil analisis statistik <em>One Way Anova </em>menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar LDL yang signifikan antara ketiga kelompok pada penelitian ini (p&lt;0,001). Kadar LDL pada K2 (=16,00±3,29) meningkat secara bermakna dibandingkan dengan K1 (=10,62±1,77). Sedangkan kadar LDL pada K3 (=6,88±2,42) menurun secara bermakna dibandingkan dengan K2. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak rumput laut merah (<em>Kappaphycus alvarezii</em>) berpengaruh terhadap kadar LDL darah pada tikus putih (<em>Rattus norvegicus</em>) jantan galur Wistar yang diberi diet tinggi lemak.</p><p><strong>Kata kunci</strong> : diet tinggi lemak, LDL, <em>Kappaphycus alvarezii</em></p>


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document