scholarly journals Efektivitas Larvasida Formula Granul Mengandung Ekstrak Bunga Melati (Jasminum sambac) dan Biji Pepaya (Carica papaya L.) Terhadap Mortalitas Larva Aedes aegypti

Author(s):  
Jevi Ramadhan Berliani ◽  
Yumna Zulfa Salsabila ◽  
Rindy Fidestia Anjaini ◽  
Heru Sasongko

<span>Nyamuk<strong> </strong><em>Aedes aegypti</em> merupakan vector utama pada kejadian demam berdarah (DBD). Pencegahan penularan DBD menggunakan bahan kimia disinyalir menimbulkan permasalahan sendiri diataranya adalah pencemaran lingkungan, resisten dan residu bahan kimia</span><span lang="IN">. </span><span>Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas formula granul yang mengandung ekstrak bunga melati (EBM) dan ekstrak biji papaya (EBP) terhadap mortalitas larva nyamuk <em>Aedes aegypti. </em>Ekstrak diperoleh menggunakan metode maserasi. Formula dibuat menggunakan metode granulasi basah</span><span lang="IN">.</span><span> Uji larvasida menggunakan 30 larva yang terbagi dalam 6 kelompok yaitu kelompok kontrol dan formula. Kelompok kontrol terdiri dari kontrol negatif yaitu formula granul tanpa zat aktif dan kelompok pemberian serbuk abate sebagai kontrol positif. Kelompok formula terdiri dari formula mengandung EBM 10%, EBP 10%, formula kombinasi mengandung EBM dan EBP (5%:5%) dan (10%:10%).  Nilai persen mortalitas larva diamati setelah 24 jam pemberian formula granul. Uji statistik <em>one way-ANOVA</em> dilanjutkan <em>Post-Hoc  Test  LSD</em> dilakukan untuk melihat perbedaan antar kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formula mengandung ekstrak tunggal EBP memberikan nilai persen mortalitas secara signifikan (p&lt;0.05) dengan nilai </span><span lang="IN">60</span><span>%. Pada formula kombinasi EBM dan EBP (5%:5% dan 10%:10%)</span><span>memberikan nilai persen mortalitas sebesar</span><span>13,4% dan </span><span lang="IN">26,6</span><span>% berbeda signifikan dibandingkan dengan kontrol negatif (p&lt;0.05).</span>

2020 ◽  
Vol 7 (1) ◽  
Author(s):  
Mira Madona ◽  
Endah Setyaningrum ◽  
Gina Dania Pratami ◽  
Mohammad Kanedi

Pengendalian nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor Demam Berdarah Dengue (DBD) telah banyak dilakukan dengan menggunakan pengendalian kimiawi yang semakin lama akan menimbulkan resistensi terhadap nyamuk Ae. aegypti sehingga dibutuhkan insektisida alami. Daun tomat (Solanum lycopersicum L.) memiliki kandungan flavonoid, saponin, alkaloid dan minyak atsiri bersifat entomotoxicity yang dapat menghambat daya tetas telur nyamuk Ae. aegypti. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektivitas ekstrak daun tomat sebagai ovisida nyamuk Ae. aegypti. Desain penelitian ini adalah eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6 kelompok perlakuan yaitu 0,1%; 0,3%; 0,5%; 0,7%; 1% dan 0% (kontrol) dengan 25 butir telur pada tiap kelompok dan 4 pengulangan pada tiap perlakuan. Jumlah telur yang tidak menetas diamati setiap 6 jam sekali selama 72 jam, data kumulatif pada jam ke 18 dilakukan uji analisis one way ANOVA. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah telur yang tidak menetas antar perlakuan ada perbedaan secara bermakna (p=0,000) sedangkan hasil uji Post-hoc LSD menunjukkan bahwa konsentrasi yang paling efektif sebagai ovisida nyamuk Ae. aegypti adalah konsentrasi 1%.


2017 ◽  
Vol 18 (01) ◽  
pp. 12-18
Author(s):  
Iwan Iskandar ◽  
Hevi Horiza ◽  
Nanang Fauzi

Papaya seeds are excellent to be used as a repellent larvae of Aedes aegypti because of the toxins contained in papaya seeds called alkaloid karpaina. The research objective was to determine the effectiveness of papaya seeds powder as Aedes aegypti larvicides. This type of research is True Experiment with Posttest Only Control Group research design, using five treatments (4 grams, 8 grams, 12 grams, 16 grams and 20 grams) and one control. Objects that are used as many as 600 larvaes of Aedes aegypti. If the papaya seeds powder in a simple processsuch as drying and grinding. Each treatment contains 50 larvaes and by doing 2 times repeatedly. The results of data analysis on the number of dead larvaes at a dose trending dead at the lowest possible total percentage of 22% at a dose of 4 grams and the highest percentage of 97% at a dose of 20 grams. The analysis result of one-way ANOVA for the number of differences in the number of dead larvaes, with the value obtained sig. = 0.000, so that ? <? (0.05) means that there is a significant influence on differences in doses of papaya seeds powder solution used against the death of Aedes aegypti larvaes. The control of Aedes aegypti larvaes using papaya seeds powder can be done by puttingthe powder of papaya seeds as much as 20 grams per 10 liters of water for 24 hours of treatment.


2017 ◽  
Vol 4 (3) ◽  
pp. 318
Author(s):  
Angger Luhung Nur Fadilah ◽  
Widya Hary Cahyati ◽  
Rudatin Windraswara

Demam Berdarah Dengue (DBD) ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes betina. Salah satu upaya pengendalian vektor yang populer di masyarakat yaitu menggunakan insektisida kimiawi akan tetapi menyebabkan resistensi pada nyamuk dan keracunan pada manusia. Upaya pengendalian dapat berupa insektisida alami yang terbuat dari tumbuhan, salah satunya yaitu daun pepaya (Carica papaya L). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui daya proteksi lotion ekstrak daun pepaya untuk menolak Aedes aegypti. Jenis penelitian ini adalah eskperimen murni dengan rancangan penelitian post test only control group design. Populasi penelitian adalah telur nyamuk Aedes aegypti yang dikembangbiakkan menjadi nyamuk, sampel 50 ekor nyamuk Aedes aegypti umur 2-5 hari untuk setiap kelompok perlakuan dengan 4 kali pengulangan, sehingga total nyamuk yang dibutuhkan 1.400 nyamuk Aedes aegypti karena jumlah perlakuan 7 kelompok. Data dianalisis menggunakan uji Anova dan Post Hoc. Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan persentase jumlah nyamuk yang hinggap pada berbagai konsentrasi lotion ekstrak daun pepaya dengan nilai signifikansi p=0,001 (p


2020 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
I Gusti Agung Ayu Kusuma Wardani ◽  
Fitria Megawati ◽  
Puguh Santoso ◽  
I Putu Tangkas Suwantara

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti. Pencegahan penyebaran penyakit DBD dapat dilakukan dengan memutus mata rantai penularan melalui pengendalian vektor. Insektisida hayati yang berasal dari tumbuh-tumbuhan berpotensi untuk mengendalikan vektor. Bunga gumitir (Tagetes erecta L.) merupakan tumbuhan tahunan, dapat tumbuh pada tanah dengan pH netral di daerah yang cukup sinar matahari dan drainase yang baik. Bunga gumitir mengandung golongan senyawa metabolit sekunder flavonoid, saponin, tanin dan steroid/triterpenoid yang bersifat racun bagi nyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas sediaan cair elektrik dari ekstrak bunga gumitir (Tagetes erecta L.) sebagai antinyamuk Aedes aegypti. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan randomized control grup posstest only design. Pengujian menggunakan 75 ekor nyamuk Aedes aegypti yang dibagi menjadi 5 kelompok perlakuan yaitu kontrol positif, kontrol negatif, formula dengan konsentrasi ekstrak bunga gumitir 15%, 30%, dan 60%. Perlakuan diamati selama 3 jam dan dihitung jumlah nyamuk yang mati. Analisis data diuji secara statistik dengan menggunakan metode SPSS. Hasil uji One Way Anova pada masing-masing kelompok diperoleh nilai sig. 0,002 (p<0,005), hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna pada kematian nyamuk setelah perlakuan. Hasil uji Post Hoc LSD menunjukkan antara kontrol positif dengan konsentrasi ekstrak bunga gumitir 60% diperoleh nilai sig. sebesar 0,082 (p>0,005), hal ini menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada jumlah kematian nyamuk. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulakan bahwa sediaan cair elektrik dari ekstrak bunga gumitir (Tagetes erecta L.) dengan konsentrasi 60% efektif dalam membunuh nyamuk Aedes aegypti.


2018 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 177-183
Author(s):  
Desi Yulianti ◽  
Yusmidiarti Yusmidiarti

Biduri plants (Calatropis gigantea) is a wild plant that is very difficult to destroybecause of rapid breeding. One of the toxins contained in Biduri is saponin. Therefore Biduriplants very well be used as a repellent for Aedes aegypti mosquito larvae. The researchobjective was to determine the effectiveness of the roots Biduri larvicides against Aedesaegypti larvae mortality.This research is True Experiments with posttest study design OnlyControl Group Design. Statistical test results obtained by the one way Anova sig. = 0.000 sothat ρ <α (0.05) means that there is a significant influence on differences in dosing solutionBiduri roots are used against Aedes aegypti larvae mortality. Further post hoc test to determinedifferences in average - average each treatment group using Multiple Comparisons Analysis,LSD (Least Square Difference) obtained sig. = 0.00 so that ρ <α (0.05) means that there aresignificant differences in the deadly Aedes aegypti larvae of the four doses were given.Control of Aedes aegypti larvae using Biduri root solution can be done by affixing the rootsolution with 38 ml of solution Biduri root Biduri every 1 liter of water for 24 hours ofexposure.


2019 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 60-66
Author(s):  
Aindi Putri Dias ◽  
Anthofani Farhan ◽  
Ita Ni’matuz Zuhroh

Pendahuluan : Aedes aegypti adalah adalah jenis nyamuk yang dapat membawa virus Dengue penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Pemberantasan Aedes aegypti bisa dilakukan pada fase larva, yaitu menggunakan larvasida yang terbuat dari bahan alami. Biji buah pepaya (Carica papaya L.) dan bunga melati (Jasminum sambac L.) merupakan salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai larvasida Aedes aegypti. Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.) dan bunga melati (Jasminum sambac L.) dapat membunuh larva Aedes aegypti. Metode Penelitian : Jenis penelitian ini menggunakan eksperimental. Sampel yang digunakan adalah larva Aedes aegypti, sebanyak 25 larva Aedes aegypti sampling diambil di kota Jombang dengan menggunakan teknik purposive. Desaign penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Konsentrasi ekstrak yang digunakan yaitu 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% di inkubasi selama 60 menit. Hasil Penelitian : hasil penelitian ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.) dan bunga melati (Jasminum sambac L.) konsentrasi 10%, 15%, 20% dan 25% memiliki kemampuan membunuh 100% dalam waktu 60 menit. Kesimpulan : bahwa Ekstrak biji buah pepaya (Carica papaya L.) dan bunga melati (Jasminum sambac L.) mampu membunuh larva Aedes aegypti. Saran :Diharapkan peneliti selanjutnya melakukan penelitian tentang ekstrak bunga pepaya sebagai larvasida Aedes aegypti dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda. 


Materials ◽  
2021 ◽  
Vol 14 (22) ◽  
pp. 6753
Author(s):  
Ramona S. Oltramare ◽  
Reto Odermatt ◽  
Phoebe Burrer ◽  
Thomas Attin ◽  
Tobias T. Tauböck

The aim of this in vitro study was to investigate the degree of C=C double bond conversion of high-viscosity dimethacrylate- or ormocer-based bulk-fill composites as a function of measurement depth. Four bulk-fill composites (Tetric EvoCeram Bulk Fill, x-tra fil, SonicFill, and Bulk Ormocer) and the conventional nanohybrid composite Tetric EvoCeram were applied in standardized Class II cavities (n = 6 per group) and photoactivated for 20 s at 1350 mW/cm2. The degree of conversion of the composites was assessed using Fourier-transform infrared spectroscopy at seven measurement depths (0.15, 1, 2, 3, 4, 5, 6 mm). Data were analyzed using repeated measures ANOVA and one-way ANOVA with Bonferroni post-hoc tests (α = 0.05). The investigated bulk-fill composites showed at least 80% of their maximum degree of conversion (80% DCmax) up to a measuring depth of at least 4 mm. Tetric EvoCeram Bulk Fill and Bulk Ormocer achieved more than 80% DCmax up to a measuring depth of 5 mm, x-tra fil up to 6 mm. The conventional nanohybrid composite Tetric EvoCeram achieved more than 80% DCmax up to 3 mm. In contrast to the conventional composite, the investigated ormocer- and dimethacrylate-based bulk-fill composites can be photo-polymerized in thick layers of up to at least 4 mm with regard to their degree of C=C double bond conversion.


2017 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 440
Author(s):  
Kharisma Putra D ◽  
Hasmiwati Hasmiwati ◽  
Arni Amir

Salah satu upaya untuk mengurangi kasus DBD adalah dengan pengendalian vektor DBD dengan larvisida. Temephos merupakan salah satu insektisida yang telah digunakan lebih dari 30 tahun dan berfungsi mengendalikan larva vektor. Penggunaan temephos yang tidak sesuai aturan dapat menyebabkan penurunan kerentanan pada vektor DBD.  Tujuan penelitian ini  adalah untuk  menilai  status  kerentanan larva Aedes aegypti di tiga kecamatan di Kota Padang. Penelitian ini menggunakan post  test  only  with  control  group design. Telur diambil dan dipelihara di laboratorium hingga mencapai larva instar III/IV. Uji kerentanan untuk temephos dilakukan berdasarkan standar WHO. Hasil penelitian menunjukkan pada Kecamatan Kuranji, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 10%, 0,01 mg/L sebesar 45%, 0,02 mg/L sebesar 86%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Koto Tangah, kematian larva pada konsentrasi 0,005 mg/L sebesar 24%, 0,01 mg/L sebesar 48%, 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada konsentrasi 0,03 mg/L sebesar 100%. Pada Kecamatan Padang Timur pada konsentrasi 0,005 mg/L didapatkan kematian larva sebesar 12%, pada 0,01 mg/L sebesar 43%, pada 0,02 mg/L sebesar 99%, dan pada 0,03 mg/L sebesar 100%. Hasil uji One way-Anova adalah bermakna dengan nilai p<0,05 pada ketiga kecamatan dan LC99 sedikit diatas 0,02 mg/L. Simpulan penelitian ini adalah status kerentanan Aedes aegypti terhadap temephos di tiga kecamatan berkisar antara rentan dan toleran, belum mencapai resisten sehingga temephos masih dapat digunakan dalam pengendalian vektor DBD.


2018 ◽  
Vol 5 (10) ◽  
pp. 949-967 ◽  
Author(s):  
Daniel Silva Lula Leite ◽  
George Emmanuel Cavalcanti de Miranda

A urbanização nas zonas costeiras torna necessário avaliar o impacto antrópico sobre os ecossistemas associados. O objetivo deste trabalho foi analisar temporalmente a dinâmica de populações de macroalgas com potencial bioindicador, estabelecendo-as como ferramenta para avaliação da saúde ambiental. Foi amostrado o ambiente recifal intertidal da Praia de Formosa, no Município de Cabedelo, Estado da Paraíba, Nordeste do Brasil, durante intervalos trimestrais de agosto/2013 a novembro/2014. A variação temporal da frequência de ocorrência (F') das populações macrofitobênticas foi avaliada pela análise de variância (One-Way Anova) com teste Post-Hoc de Tukey. A influência das variáveis ambientais sobre F’ foi avaliada pela Correlação Linear de Pearson e pela PERMANOVA. A análise da qualidade ambiental e a proposta de biomonitoramento basearam-se no Grupo 1, formado por espécies perenes e/ou raras com maiores valores ao longo do Componente Principal 1 (CP1) da Análise de Componentes Principais (ACP), e Grupo 2, formado por espécies com comportamento errático com menores valores ao longo do CP1 da ACP. Foram encontradas 33 espécies macrofitobênticas. A frequência de ocorrência apresentou variação temporal, porém não influenciada pelo conjunto de variáveis ambientais. Phyllodictyon anastomosans, Gelidiella acerosa e Gelidium corneum compuseram o Grupo 1, com Dictyopteris delicatula, Canistrocarpus cervicornis e Hypnea spinella formando o Grupo 2. O Grupo 2 apresentou correlação positiva com a temperatura, alcançando as máximas frequências nos períodos mais quentes, mas esse fator isolado não é capaz de explicar a distribuição errática das espécies. A ocorrência de espécies bioindicadoras de eutrofização foi considerada natural, fato que, aliado à alta frequência de espécies bioindicadoras de qualidade ambiental, sugerem que o Recife de Formosa não sofre impactos antrópicos significativos. O desaparecimento de espécies perenes ou crescimento populacional significativo de espécie rara (Grupo 1), bem como a fuga do padrão temporal de frequência ou dominância do recife pelas espécies do Grupo 2, são indícios da ocorrência de impactos. Este trabalho fornece à gestão do Recife de Formosa uma eficiente ferramenta para avaliação do impacto urbano sobre a comunidade macrofitobêntica.


2018 ◽  
Author(s):  
Anita Dewi Moelyaningrum ◽  
Khoirul Ngibad ◽  
S.Pd Lilla Puji Lestari ◽  
Dessy Agustina Sari ◽  
Cahya Fajar Budi Hartanto ◽  
...  

This paper has been published in IOP Conf. Series: Journal of Physics: Conf. Ser1i2e3s415161748(9200‘1’8“)”012058 Lead (Pb) were toxic. Lead found in pipes, batteries, paint, dyes ceramic glaze, gasoline, and final waste disposal. The robusta coffee grouds residues had high carbon, nitrogen etc which can adsorb heavy metal.The purpose of this study is to analyze the robusta coffee grounds residues to adsorb the Pb in the water. The method of this research is a True Experimental using completely randomized design (CRD) method. There were control groups (C) and three treatments groups (T1; T2;T3; 5gram/ litre; 8gram/ litre; 10gram/ litre) with six repetitions. The robusta coffee ground residues were contacted for 2 hours.Total samples were24 samples which analyzed each parameter of the Pb with Atomic Adsorption Spectophotometry Analysis. The results showed that the more coffee ground residues that are exposed, increasingly turbid. The KS test showed that data were a normal distribution (sig=0,324). One way ANOVA test; Turkey post Hoc showed that there was sig difference between the control and treatment (F=4,326, Sig= 0,017). There were sig difference between control and treatment 2 and 3 (Sig=0,019; Sig=0,038). Robusta coffee grounds residues can reuse to adsorb the Pb pollution in the water. It can be a solution for treating the lead pollution in the water because of it easy to the application.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document