scholarly journals Model evaluasi diri sekolah menengah kejuruan di Daerah Isitimewa Yogyakarta

2013 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
Author(s):  
Nuchron Nuchron ◽  
Soenarto Soenarto ◽  
FX. Sudarsono

Penelitian ini bertujuan mengembangkan model evaluasi diri yang efektif dan dapat memberikan hasil yang akurat dan menunjukkan kelebihan dan manfaat untuk pengambilan keputusan pengembangan. Penelitian dilaksanakan di 8 SMK di DIY. Fokus penelitian untuk mengetahui problem internal sekolah yang dihadapi, tujuan yang akan dicapai, dan capaian program yang telah diperoleh, sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengembangan sekolah mendatang secara berkelanjutan. Metode pengembangan melalui pendekatan R&D (Research and Development) yang dikembangkan oleh Borg and Gall terdiri 10 tahapan/langkah yaitu: penelitian dan pengumpulan informasi, perencanaan, membangun prarencana produk, uji pendahuluan, revisi produk, uji produk di lapangan, revisi produk operasional, uji operasional di lapangan, revisi produk akhir, dan tahap penyebaran dan pelaksanaan. Pengembangan untuk memperoleh komponen dan indikator mutu sekolah digunakan dua pendekatan, yakni teknik Delphi dan focus group discussion (FGD). Spesifikasi produk adalah model evaluasi diri yang dikembangkan berbasis teori, hasil riset, dan informasi yang dapat digunakan untuk menetapkan kinerja SMK berupa: Panduan Umum (Guideline), Instrumen, dan Panduan Pengisian Instrumen, analisis data dan hasil evaluasi. A MODEL OF SELF-EVALUATION FOR VOCATIONAL HIGH SCHOOLS IN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTAAbstractThe research aims to develop a model of effective self-evaluation, to provide an accurate result and to show the advantages of implementation within the decision making. The research wass conducted in 8 vocational high schools in Yogyakarta. The focus of the research is to find the internal problems that the school encounters, the objective that the school would like to achieve and the achievements that the school has accomplished so that the research might be used as the foundation for the school development in the future. The development method by means of Research and Development (R&D) developed by Borg and Gall consists of 10 stages namely: research and information gathering, planning, pre-plan product assembling, preliminary test, product revision, field test, operational product revision, operational field test, final product revision and implementation/distribution. The development for attaining the component and the indicator of quality is obtained by means of two approaches, namely Delphi and focus group discussion (FGD). The product spesification is a model of self-evaluation being developed based on the theory, the results of research and information. Then, the items that might be used evaluating the performance of vocational high school are: Guideline, Instrument and Instrument Manual, data analysis and results of evaluation.

Author(s):  
Fandy Kurniawan

This study aims to develop and determine the feasibility of the annual program of guidance and counseling in higher education. The method used in this research is Research and Development (R & D) Research and development carried out by adopting the concept of research and development by Borg and Gall. Based on product test using inter-rater agreement models, it is concluded that the product has fulfilled the content validity of 0.76 or can be categorized as valid (good). Furthermore, based on the results of Focus Group Discussion (FGD), it is concluded that the product can be categorized well, but needs to be refined by making improvements given.


2016 ◽  
Vol 20 (2) ◽  
pp. 166-178 ◽  
Author(s):  
Hari Setiadi

Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) mendeskripsikan implementasi  penilaian pada Kurikulum 2013; (2) mengidentifikasi hambatan dan keberhasilan pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013, (3) memberikan rekomendasi kepada Pemerintah dalam mengambil kebijakan pelaksanaan penilaian pada Kurikulum 2013. Populasi dalam evaluasi ini adalah sekolah di Indonesia jenjang sekolah dasar dan menengah. Penentuan sampel dengan purposive sampling, yaitu sekolah jenjang sekolah dasar dan menengah di 15 provinsi di Wilayah Indonesia Bagian Barat, Wilayah Indonesia Bagian Tengah, dan Wilayah Indonesia Bagian Timur. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, dokumentasi, dan Focus Group Discussion(FGD). Data dianalisis dengan analisis deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Model ini digunakan untuk mengevaluasi kesenjangan antara kriteria yang telah ditetapkan dengan pelaksanaan program di lapangan. Hasil penelitian dibagi tiga tahap, yaitu: (1) perencanaan, disarankan kepada pemerintah untuk melakukan sosialisasi dan pelatihan membuat kisi-kisi dahulu baru membuat soal-soalnya, bukan yang dilakukan sebaliknya, juga pelatihan analisis instrumen penilaian dan membuat rubrik untuk soal uraian; (2) pelaksanaan, disarankan kepada pemerintah untuk menyederhanakan pedoman penilaian pada Kurikulum 2013, melakukan sosialisasi dan pelatihan penilaian kompetensi sikap, untuk jenjang SD perlu diberikan pelatihan teknik penilaian pada pembelajaran tematik, dan membimbing guru melakukan kegiatan analisis instrumen dan revisi butir soal; (3) pelaporan, disarankan pengambil kebijakan mengkaji kembali  penggunaan rentang nilai 1-4 pada penilaian pengetahuan dan keterampilan.Kata kunci: penilaian pada Kurikulum 2013, rubrik untuk soal uraian, penilaian pada pembelajaran tematik, rentang skor 1-4 THE  IMPLEMENTATION  OF ASSESSMENT IN THE CURRICULUM  2013AbstractThe objectives  of  this study are (1) to describe the implementation of the assessment in the curriculum 2013, (2)to identify the obstacle and the success of the implementation  of assessment in the curriculum 2013, and (3)to make a recommendation for policy makers to improve the implementation of  assessment in the curriculum2013. The population of the study consist of the elementary schools, junior schools, and senior high schools in Indonesia. The sample was determined purposively, consisting of the elementary schools, junior schools, and senior high schools in 15 provinces in Indonesia. Data were collected through questionnaires and Focus Group Discussion (FGD). Data were analyzed using quantitative and qualitative descriptive. The findings of this study are: (1) in the planning step, the recommendations were given to principals, teachers, and  head of educational districts to make socialization and workshop on developing assessment grid first, and then writing items not the other way around, and make a rubric first when writing the essay items; (2) in the implementation step, the recommendation were given to government to simplify the guidance of assessment in the curriculum 2013, to make socialization and workshop about the affective assessment, workshop thematic assessment for elementary teachers, and guiding teachers to revise and analyze the instrument; (3) in the report step, the recommendation were given to policy makers to look back at the policy of using the score range 1-4, for assessing knowledge and psychomotor domain.Keywords: assessment incurriculum 2013, rubric for essay items, assessment in thematic learning, score range 1-4


2015 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
Author(s):  
Sri Wening ◽  
Enny Zuhni Khayati ◽  
Sri Emy Yuli Suprihatin

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi permasalahan untuk mengembangkan produk dan memasarkan kain batik, 2) mengembangkan produk kain batik berpola dengan stilasi motif ethno modern untuk busana wanita, 3) mengetahui tingkat kemenarikan produk kain batik berpola dengan stilasi motif ethno modern untuk busana wanita, 4) mengembangkan pemasaran produk kain batik berpola dengan stilasi motif ethno modern untuk busana wanita. Penelitian ini menggunakan pendekatan research and development (Borg W.R., 1981). Data dikumpulkan melalui observasi partisipasi, Focus Group Discussion (FGD), angket dan wawancara kepada para pengrajin batik Giriloyo Kabupaten Bantul DIY. Data dianalisis dengan menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) para pengrajin kesulitan mengembangkan kreativitas mencipta desain motif, desain produk batik dan pewarnaan untuk produk baru di luar pakem batik tulis dan memasarkan produk batik, sehingga penjualannya tidak sesuai dengan yang diharapkan karena harganya mahal dengan konsumen tertentu; (2) menghasilkan kain batik berpola dengan stilasi motif ethno modern untuk busana wanita melalui pelatihan kepada para pengrajin batik melalui tahapan: membuat buku panduan pelatihan, membuat prototype kain batik berpola dengan stilasi motif ethno modern, pelatihan pengembangan produk, uji coba pembuatan produk kain batik berpola dengan stilasi motif ethno modern untuk busana wanita oleh para pengrajin, dan menguji tingkat kemenarikan produk kain batik kepada pemerhati batik tulis; (3) dari delapan 8 desain motif kain berpola dan busana yang dibuat mendapat penilaian yang baik dari konsumen dan konsumen menyatakan tertarik baik dari segi bahan utama, corak dan warna batik, ukuran dan lokasi motif, tampilan secara keseluruhan dan panjang kain 2,5m dan 3 m; (4) strategi pemasaran dengan bentuk pameran dan fashion show secara berkala lebih meningkatkan animo masyarakat untuk mengenal lebih jauh batik Giriloyo dan memperluas segmen pasar produk kain batik bantulan berpola dengan stilasi motif ethno modern


Author(s):  
Bambang Prayitno

AbstrakTim Litbang Yayasan Kolese Santo Yusup sudah memiliki draf roadmap pendidikan karakter. Draf yang sudahdimiliki hendak dikembangkan dalam modul-modul pelatihan pendidikan karakter untuk sekolah-sekolah yangbernaung di bawah Yayasan Kolose Santo Yusup. Untuk mewujudkan rencana ini, Tim Litbang Yayasan KoleseSanto Yusup mengajak kerjasama Tim Abdimas Universitas Ma Chung yang sebelumnya sudah ikut mendampingipembuatan draf roadmap pendidikan karakter untuk ikut terlibat di dalam pembuatan modul. Selama enam bulanTim Abdimas Universitas Ma Chung secara intensif melakukan pertemuan secara online bersama Tim LitbangYayasan Kolese Santo Yusup untuk mereview roadmap pendidikan karakter dan menyusun modul-modulpendidikan karakter. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah Focus Group Discussion dan Workshop.Hasil yang diperoleh dari kegiatan pengabdian ini adalah: 1) Review roadmap pendidikan karakter yang sudahdisusun Tim Litbang Yayasan Kolese Santo Yusup, 2) Rancangan modul implementasi pendidikan karakter melaluimata pelajaran, 3) Rancangan modul implementasi pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler. Selainpendampingan, Tim Abdimas Universitas Ma Chung juga memberikan bantuan buku Modul Latihan KepemimpinanTingkat Dasar Metode Aksi Refleksi kepada anggota Tim Litbang Yayasan Kolese Santo Yusup sebagai contohuntuk pembuatan sebuah modul. AbstractThe Research and Development Division of Kolese Santo Yusup Foundation already has a roadmap ofcharacter education. This draft will be developed in order to issue character education training’s modules forschools under Kolese Santo Yusup Foundation. To realize this plan, The Research and Development Division ofKolese Santo Yusup Foundation collaborated with Universitas Ma Chung Community Service Team who hadpreviously accompanied the drafting of a character education’s roadmap to be involved in the module development.During six months collaboration, Universitas Ma Chung Community Service Team intensively held online meetingswith The Research and Development Division of Kolese Santo Yusup Foundation to review the roadmap andcompile the modules. Focus Group Discussion and Workshop were applied as methods during the communityservice activities. The results obtained from this service activity are: 1) Review of the character education roadmaphas been managed by The Research and Development Division of Kolese Santo Yusup Foundation, 2) The design ofthe module for the implementation of character education through subjects, 3) The design of the module for theimplementation of character education through extracurricular activities. Moreover, Ma Chung UniversityCommunity Service Team also provided a book of Basic Level of Leadership Training Modules and ReflectionAction Methods for members of The Research and Development Division of Kolese Santo Yusup Foundation asguidance for making a module.


2021 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 99
Author(s):  
Marko Ferdian Salim ◽  
M. Syairaji ◽  
Krida Tri Wahyuli ◽  
Nida Nur Aulia Muslim

Latar Belakang: Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan nasional. Salah satu strategi yang tepat untuk menurunkan angka kejadian DBD adalah surveilans DBD. Namun, surveilans DBD selama ini dikerjakan oleh petugas surveilansmasih dikerjakan dengan carasecara manual sehingga hal ini menyebabkan keterlambatan pelaporan, tidak update-nya data, dan penyajian informasi yang tidak mendukung dalam pengambilan keputusan.Tujuan: Merancang dan mengembangkan sistem informasi surveilans DBD berbasis mobile sebagai sistem peringatan dini outbreak di Kota Yogyakarta.Metode: Research and development ini dilaksanakan di Puskesmas Gondokusuman II Kota Yogyakarta pada April-Oktober 2020. Subjek penelitian adalah petugas surveilans puskesmas dan kader. Objek penelitian adalah Sistem Informasi Surveilans DBD. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, Focus Group Discussion, observasi, dan studi dokumentasi.Hasil: Pengguna memerlukan sistem informasi surveilans kasus DBD berbasis mobile yang mengakomodir perekaman data melalui digitalisasi komponen formulir yang digunakan, fitur koordinasi antarpengguna, serta fitur pemetaan kasus. Penelitian ini menghasilkan rancangan proses sistem dalam diagram unified modelling language, rancangan basis data dalam entity relationship diagram serta prototipe tampilan antarmuka sistem.Kesimpulan: Rancangan sistem informasi surveilans berbasis mobile yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan pengguna dan sebaiknya digunakan sebagai blueprint untuk proses konstruksi sistem.


2019 ◽  
Vol 19 (3) ◽  
pp. 334-343
Author(s):  
Eka Prihatin ◽  
Imas Diana Aprilia ◽  
Johar Permana ◽  
Liah Siti Syarifah

Sinergitas sekolah dengan pemerintah, masyarakat dan dunia usaha/ industri menjadi salah satu kunci keberhasilan pengembangan life skill dalam mendorong kesempatan yang sama bagi siswa disabilitas di dunia kerja sehingga mereka bisa hidup mandiri di tengah keterbatasan yang dimiliki. Mengingat sumber daya yang dimiliki lembaga pendidikan sangat terbatas, maka sinergitas sekolah dengan berbagai pihak tersebut menjadi hal yang tidak bisa dipungkiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis manajemen kerjasama sekolah dalam melaksanakan pendidikan life skill pada siswa disabilitas. Jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development) ini menggunakan siklus RD dari Borg Gall. Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi, observasi dan wawancara mendalam kepada Kepala Sekolah Luar Biasa, perusahaan, dan orang tua siswa disabilitas. Validasi model dilakukan melalui Focus Group Discussion dengan melibatkan beberapa Sekolah Luar Biasa dan dunia usaha/industriyang ada di Kabupaten Subang serta pemerintah daerah setempat. Uji coba kelayakan model secara terbatas diberlakukan pada beberapa Sekolah Luar Biasa di Subang di antaranya yaitu SLB Waliwis Putih dan SLB Trituna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis sinergitas sekolah dengan pemerintah, dunia kerja dan masyarakat berkaitan dengan keterpaduan kurikulum sekolah dengan pendidikan life skill, pengelolaan pendidikan life skill pada siswa disabilitas, manajemen kerjasama sekolah, serta peran kepala sekolah dalam membangun kerjasama (sekolah) dengan pemerintah, dunia kerja dan masyarakat. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sinergitas sekolah, pemerintah, dunia kerja dan masyarakat akan berdampak optimal jika peran kepala sekolah memiliki kompetensi kewirausahaan yang mumpuni sehingga mampu memanfaatkan semua sumber daya yang ada berdasarkan cost benefit analysis yang tepat dalam mengelola pendidikan life skill untuk siswa disabilitas.


2019 ◽  
Vol 2 (02) ◽  
pp. 1-12
Author(s):  
Yanti

Latar belakang pengembangan model pembelajaran manajemen bencana alam banjir untuk anak usia 4-5 tahun antara lain: 1) Indonesia merupakan negara yang rawan bencana alam. Provinsi riau adalah salah satu bagian dari Indonesia yang juga rawan terkena bencana alam. 2) Salah satu bencana alam yang sering terjadi adalah bencana Hydro-meteorologi. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Riau (2016) menyatakan ribuan rumah di Kabupaten Kampar tergenang banjir akibat meluapnya Sungai Kampar setelah pembukaan pintu waduk PLTA Koto Panjang. Bencana hidrometeorologi meliputi aspek cuaca, iklim dan perubahan iklim. yang termasuk ke dalam bencana hidrometeorologi yaitu banjir, kekeringan, angin. 3) Berdasarkan hasil observasi dan wawacara tim pengembang pada saat studi eksplorasi di PAUD Kabupaten Kampar, ditemukan bahwa banjir sampai ke dalam ruangan belajar anak, Anak Usia dini memang dalam kondisi yang belum siap dalam menghadapi banjir. Sehingga ada anak yang hanyut ketika banjir dan tidak sedikit pula anak yang menderita penyakit kulit atau kudisan. Tujuan dikembangkan model ini adalah untuk 1) menyusun Pembelajaran manajemen bencana alam banjir untuk anak usia 4-5 tahun, 2) menyusun panduan rancangan pembelajaran manajemen bencana alam banjir untuk anak usia 4-5 tahun, 3) menyusun media pembelajaran manajemen bencana alam banjir untuk anak usia 4-5 tahun menggunakan buku cerita dan lembar kerja anak, dan 4) menyusun panduan penggunaan media pembelajaran manajemen bencana alam banjir untuk anak usia 4-5 tahun. Metode yang dipergunakan yang dipergunakan dalam proses pengembangan model ini adalah Research and Development dengan langkah-langkah dan tahapannya. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan antara lain: wawancara, angket, observasi, dan Focus Group Discussion. Sedangkan analisis data yang dipergunakan adalah analisis deskripstif kualitatif untuk menjelaskan hasil studi lapangan, FGD, dan ujicoba penyelenggaraan pembelajaran, serta analisis deskriptif kuantitatif untuk menjelaskan hasil validasi naskah. Hasil validasi naskah Model dan Panduan Pembelajaran manajemen bencana alam banjir untuk anak usia 4-5 tahun  termasuk dalam kategori sangat sesuai. Sedangkan hasil ujicoba penyelenggaraan Pembelajaran manajemen bencana alam banjir untuk anak usia 4-5 tahun dapat dilihat pada pencapaian hasil belajar peserta didik. Berdasarkan hasil penilaian, secara keseluruhan dapat disimpulkan tingkat pemahaman peserta didik meningkat setelah mengikuti pembelajaran. Simpulan hasil pengembangan model pembelajaran manajemen bencana alam banjir untuk anak usia 4-5 tahun adalah sebagai berikut: 1) tersusunnya naskah model dan panduan yang telah divalidasi, 2) tersusunnya perencanaan pembelajaran manajemen bencana alam banjir untuk anak usia 4-5 tahun , 3) melaksanakan Pembelajaran manajemen bencana alam untuk anak usia 4-5 tahun , dan 4) menilai tingkat percapaian peserta didik mengenai manajemen bencana alam banjir yang mencakup perkembangan fisik motorik, Bahasa, Kognitif, Nilai Agama dan Moral, Sosial emosional dan seni.


2019 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 61
Author(s):  
Joko Budi Santosa ◽  
Budi Santosa ◽  
Fatwa Tentama

The research was conducted aimed at knowing the effectiveness of the double track program model applied to secondary school education in Cilacap Regency. The dual track program model in question is a learning model that provides facilitation to high school students who will continue to college and also students who will look for work after graduating from school. This research was based on the number of high school graduates who do not go to college. There were 70% of students in the place of a study carried out students prefer to find work rather than continuing to college. This study uses the research and development (R & D) method developed by Borg & Gall and modified by Nana Syaodih Sukmadinata (2011), which consists of preliminary, development and testing stages. This research was conducted at Adipala 1 Public High School, Cilacap Regency. Study at the research stage is the initial condition of research where the school has implemented vocational skills learning, then continued with the development stage by providing soft skills training. Furthermore, this research was carried out by testing the Focus Group Discussion (FGD) method by a team of experts from educational practitioners with respondents from several school principals, and the teacher in charge of the program. The results of research and development found that according to the perceptions and opinions of education experts who are members of the focus group discussion (FGD) showed that the dual track program provides maximum service to students on two choices after graduating from school whether they want to go to college or seek employment. The dual track program also provides increased student competency in vocational skills learning and soft skills competencies.


2021 ◽  
Vol 15 (2) ◽  
pp. 197
Author(s):  
Anggi Afriansyah ◽  
Fikri Muslim ◽  
Vera Bararah Barid ◽  
Dini Dwi Kusumaningrum

This paper aims to analyze the management of fisheries and marine vocational secondary schools in Indonesia. This paper will discuss two parts. The first part is the management of fisheries and marine vocational high schools in Indonesia. The second part is crucial problems in managing vocational schools for fisheries and maritime affairs in Indonesia. The data used in this paper is research data in the Special Region of Yogyakarta in 2018 and several data updates carried out during 2020. This research uses qualitative methods through a combination of data collection techniques, namely interviews, focus group discussion (FGD), and observation. Observations were made at SMKN 1 Sanden, SMKN 1 Temon, and Sadeng Harbor, Gunung Kidul. The results showed that local governments role in developing Fisheries and Marine Vocational High Schools is still not optimal and needs to be improved because it can be optimized to its regional potential. The synergy between the central government and local governments in developing and managing a Fisheries and Marine Vocational School is the crucial factor that needs to be considered.


2019 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Al Rafni ◽  
Suryanef Suryanef

Voter education for first time voters is important given the group’s potential in contributing to 30% of overall voters. Unfortunately, the potential is not well managed through systematical and comrprehensive voter education. Rumah Pintar Pemilu (Election Smart House/RPP) is one of the priorities of the Election Commission (KPU) that functions as a voter education service center. It has become a facility for first time voters to understand about the election and democracy in general. This research used research and development (R&D) method. Data was collected through deep interview, focus group discussion (FGD), and documentation study. The result shows the RPP’s potential in serving voter education for first time voters and how RPP is developed as a political education facility in cities/regencies. Keywords: voter education, first time voters, learning resources ABSTRAK Pendidikan pemilih bagi pemilih pemula menjadi penting mengingat potensi suara yang ada pada kelompok ini memiliki kontribusi lebih kurang 30% dari jumlah pemilih. Sayangnya potensi sebesar itu seringkali tidak dikelola dengan baik melalui pendidikan pemilih yang sistematis dan komprehensif. Kehadiran Rumah Pintar Pemilu (RPP) sebagai salah satu program prioritas Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang berfungsi sebagai pusat layanan pendidikan pemilih menjadi wahana tersendiri bagi pemilih pemula untuk mengerti tentang pemilu dan kehidupan demokrasi pada umumnya. Penelitian ini menggunakan metode pengembangan atau Research and Development (R&D). Data penelitian dikumpulkan melalui teknik wawancara mendalam, focus group discussion (FGD), dan studi dokumentasi. Hasil penelitian menggambarkan potensi RPP dalam memberikan layanan pendidikan pemilih bagi pemilih pemula dan bagaimana RPP dikembangkan sebagai sarana pendidikan politik di kabupaten/kota. Kata Kunci: pendidikan pemilih, pemilih pemula, sumber belajar


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document