scholarly journals Pemberdayaan Kader Gemari dalam Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap Ibu Usia Remaja terhadap Perencanaan Keluarga di Kabupaten Bengkulu Tengah

2020 ◽  
Vol 30 (1) ◽  
pp. 15-26
Author(s):  
Demsa Simbolon ◽  
Jumiyati Jumiyati ◽  
Lisma Ningsih ◽  
Epti Yorita ◽  
Frensi Riastuti

Abstract More than 50% of marriages in Bengkulu Province are adolescents marriages (less than 20 years). Adolescents marriage affects low levels of education, high incidence in the household, overcoming health problems, health problems in struggling children and psychological health of children because mothers of adolescents are less capable of planning a family. Therefore, community participation is needed to increase the knowledge and attitudes of adolescent mothers in family planning, namely through empowering Posyandu cadres and family planning cadres. The research design uses quasi experiment with pretest and posttest design with control group design. Research population is all married mothers aged 15-20 years. The sample is a teenage mother selected purposively by inclusion criteria of married mother, resident of settlement in Central Bengkulu Regency, able to communicate well and can read and write. Exclusion criterion is mother suffering from severe disease and not willing to follow the research process. The sample size is 60 people consist of 30 people of intervention group and 30 control group. The independent variable is empowerment of GEMARI cadres while dependent variable of knowledge and attitude of adolescent mother. Instruments using structured questionnaires. Data analysis technique using paired simple test and independent t-test. The results found in the intervention group there was an increase in knowledge scores before (61.67) and after (78.83) mentoring was carried out by GEMARI cadres (p = 0.001), but in the control group there was no difference in the average knowledge score before (66, 83) and after (64.67) intervention (p = 0.482). In the intervention group, there was an increase in the score of mothers’ attitudes about family planning before (78) and after (80.47) accompanied by GEMARI cadres (p = 0.036), while in the control group there was no difference in the average attitude score before (78, 33) and after (80.47) intervention (p = 0.114). Assistance of GEMARI cadres effectively improves knowledge and attitude of adolescent mother about family planning. Abstrak Lebih dari 50% pernikahan di Provinsi Bengkulu merupakan pernikahan usia remaja (kurang dari 20 tahun). Pernikahan usia remaja berdampak pada rendahnya tingkat pendidikan, tingginya angka kejadian kekerasan dalam rumah tangga, tingginya masalah kesehatan reproduksi, masalah kesehatan pada anak yang dilahirkan dan kesehatan psikologi anak karena ibu usia remaja kurang mampu merencanakan keluarga. Maka dari itu diperlukan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu usia remaja dalam perencanaan keluarga, yaitu melalui pemberdayaan kader posyandu dan kader Keluarga Berencana. Desain penelitian menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan pre test and post test with control group design. Populasi penelitian adalah seluruh ibu menikah usia 15-20 tahun. Sampel adalah ibu usia remaja yang dipilih secara purposif dengan kriteria inklusi ibu sudah menikah, penduduk menetap di Kabupaten Bengkulu Tengah, dapat berkomunikasi dengan baik, serta dapat membaca dan menulis. Kriteria eksklusi adalah ibu menderita penyakit berat dan tidak bersedia mengikuti proses penelitian. Jumlah sampel sebanyak 60 orang, terdiri dari 30 orang kelompok intervensi dan 30 orang kelompok kontrol. Variabel independen adalah pemberdayaan kader Gerakan Masyarakat Peduli (GEMARI) sedangkan variabel dependen pengetahuan dan sikap ibu usia remaja. Instrumen menggunakan kuesioner terstruktur. Analisis data menggunakan paired t-test dan independen t-test. Hasil penelitian menemukan pada kelompok intervensi terdapat peningkatan skor pengetahuan sebelum (61,67) dan sesudah (78,83) dilakukan pendampingan oleh kader GEMARI (p=0.001), namun pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan rata-rata skor pengetahuan sebelum (66,83) dan sesudah (64,67) intervensi (p=0,482). Pada kelompok intervensi, terjadi peningkatan skor sikap ibu tentang perencanaan keluarga sebelum (78) dan setelah (80,47) dilakukan pendampingan oleh kader GEMARI (p=0,036), sementara pada kelompok kontrol tidak ada perbedaan rata-rata skor sikap sebelum (78,33) dan sesudah (80,47) intervensi (p=0,114). Pendampingan kader GEMARI dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap ibu usia remaja tentang perencanaan keluarga.

2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Waryana Waryana ◽  
Almira Sitasari ◽  
Danissa Wulan Febritasanti

Community-based interventions to overcome chronic energy malnutrition among women of childbearing age and pregnant women can be done with communication, education, and information. Video can be useful for education purpose. The goal of this study was to determine whether video may have different effect to knowledge and attitude on preventing energy malnutrition among teenage girls compared to food model intervention. The Research a quasi experiment with pre-post test with control group design was conducted in Tridadi Village, Sleman in May 2018. Teenage girls in intervention group were asked to view video specifically developed for the study. Knowledge and attitude on energy malnutrition was assessed right after the intervention. Data were analyzed using paired and independent t-test. The results a total of 54 teenage girls completed the study. The pretest average score on knowledge was 7,09 in the control group, and 7,70 in the intervention group. The pretest average score of attitudes was 24,11 in the control group and 25,00 in the intervention group. While the post test average score on knowledge was 7,37 in the control group and 8,44 in the intervention group. The average post test score of attitude was 26,70 in the control group and 28,38 in the treatment group. The results showed that video intervention has different effect on knowledge (p= 0,00) and attitude (p= 0,01) on chronic energy malnutrition prevention compared to education with food model. Conclusion, there are difference knowledge and attitude between video intervention group and food model education group on chronic energy malnutrition prevention among teenage girls. Intervensi melalui pendekatan komunitas untuk penanggulangan kekurangan energi kronis (KEK) pada wanita usia subur dan ibu hamil dapat dilakukan melalui komunikasi, informasi, dan edukasi. Intervensi video dapat menjadi alternatif pemecahan masalah tersebut khususnya untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap pencegahan KEK pada remaja putri. Penelitian bertujuan untuk mengetahui  perbedaan  pengetahuan dan sikap remaja putri  dalam pencegahan kurang energi kronik (KEK)  antara yang diintervensi penyuluhan dengan media  video dan dengan   food model. Penelitian ini adalah eksperimen semu dengan menggunakan rancangan pre-post test with control group design. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2018. Remaja putri pada kelompok intervensi diberikan perlakuan menonton video yang sebelumnya telah dikembangkan untuk studi ini. Pengetahuan dan sikap dinilai setelah proses menonton video Analisis data menggunakan independent sample t- test. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh pemberian media video terhadap perubahan pengetahuan (p= 0,00) namun tidak pada sikap pencegahan kurang energi kronis (p= 0,01). Kesimpulan, terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap remaja putri antara grup media  video dan grup media food model dalam edukasi tentang pencegahan kurang energi kronik pada remaja putri.


1970 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
Author(s):  
Vivi Meliana Sitinjak ◽  
Maria Fudji Hastuti ◽  
Arina Nurfianti

Proses degeneratif tubuh yang terjadi seiring dengan pertambahan usia akan meningkatkan risiko terjadinya nyeri sendi akibat osteoarthritis lutut, terutama pada lansia. Nyeri sendi yang dialami akan menurunkan aktivitas fisik lansia dan berdampak pada penurunan lingkup gerak sendi. Salah satu tindakan nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk mengurangi skala nyeri sendi adalah senam rematik. Gerakan aktif dan ringan tanpa menggunakan beban dalam senam rematik menjadi pemicu pengeluaran beta-endorfin, neuromudulator alami tubuh yang dapat menghambat pelepasan impuls nyeri sehingga skala nyeri sendi lansia berkurang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis lutut. Desain penelitian quasi experimentaldengan pendekatan pretest-posttest with control group design. Responden dipilih menggunakan teknik purposive sampling di Panti Werdha Sinar Abadi Kota Singkawang kemudian dibagi menjadi kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Instrumen penelitian adalah Pain Assessment in Advanced Dementia Scaledengan analisis data menggunakan Paired T Testdan Independent T Test.Uji hipotesis dengan Paired T Testpada kelompok perlakuan p-value= 0,000 dan pada kelompok kontrol p-value= 0,017. P-valuekedua kelompok < 0,05 yang berarti terdapat penurunan skala nyeri setelah pemberian senam rematik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Uji beda mean posttestantara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol menggunakan Independent T Test menunjukkan p-value= 0,000 (p<0,05) yang berarti penurunan skala nyeri dengan senam rematik lebih bermakna daripada penurunan skala nyeri yang tidak diberikan senam rematik. Terdapat pengaruh senam rematik terhadap perubahan skala nyeri pada lansia dengan osteoarthritis lutut berupa penurunan skala nyeri pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, tetapi hasil uji beda mean kedua kelompok menunjukkan adanya perbedaan perubahan skala nyeri, skala nyeri kelompok perlakuan lebih rendah daripada kelompok kontrol. Penurunan skala nyeri lebih efektif pada kelompok menggunakan senam rematik daripada kelompok yang tidak diberikan senam rematik.Kata kunci:Lansia, nyeri sendi, osteoarthritis lutut, senam rematik, skala nyeri.The Effect of Rheumatoid Physical Exercises to Reduce Pain Intensity among Elderly Diagnosed with Knee Osteoarthritis AbstractIt is known that arthritis pain can reduce physical activities and join mobility among elderly. A rheumatoid physical exercise is considered as one of non-pharmacologic treatment to minimise their pain intensity. This activity stimulates the release of beta endorphin which inhibits pain impulse modulation that contributed to the reduction of pain intensity. This study aimed to examine the effect of structured physical exercises towards pain intensity among knee osteoarthritis. A quasi experimental with pretest-posttest with control group design was designed. Two groups of elderly were assigned in control and intervention groups. Respondent were recruited using purposive sampling from Panti Werdha Sinar Abadi in Singkawang Kalimantan. Data was assessed using Pain Assessment in Advanced Dementia Scale and then analysed by employing Paired T-test and Independent T-test. Findings indicated there was a different of pain intensity within the intervention group (p-value = 0,000) and controlled group (p-value=0,017). Thus, the reduction of pain score was more effective among the intervention group compared to the controlled group. Keywords: Arthritis pain, elderly, knee osteoarthritis, rheumatoid physical exercise, pain scale.


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Nurul Huda ◽  
Eka Febriyanti ◽  
Diva De Laura

ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap responden terhadap nutrisi pada luka kronik menggunakan desain penelitian quasy experiment dengan rancangan non-equivalent control group design. Sampel penelitian adalah 30 responden yangdibagi menjadi 15 responden kelompok eksperimen dan 15 responden kelompok kontrol yang diambil berdasarkan kriteria inklusi menggunakan purposive sampling. Kelompok eksperimen diberikan pendidikan kesehatan berupa edukasi tentang nutrisi pada luka kronik. Alat ukur yang digunakan untuk variabel pengetahuan dan sikap adalah kuesioner tentang pengetahuan dan sikap. Analisa yang digunakan adalah analisa univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dan analisa bivariat menggunakan Independent sample T-test dan dependent sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pengetahuan responden setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen adalah 84.67 dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan kesehatan adalah 60.00.sedangkan rata-rata sikap responden setelah diberikan pendidikan kesehatan pada kelompok eksperimen adalah 47.07 dan pada kelompok kontrol yang tidak diberikan pendidikan kesehatan adalah 42.33.Hasil statistik diperoleh p value untuk variabel pengetahuan (0.000) &lt; alpha (0.05), dan p value untuk variabel sikap (0.001) &lt; alpha (0.05) sehingga dapat disimpulkan pendidikan kesehatanberpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap responden dan dapat direkomendasikan sebagai intervensi keperawatan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap responden tentang nutrisi pada luka kronik berdasarkan perspektif budaya.ABSTRACT The aim of this research was to identify the effect of health education on respondent knowledge and attitude. Design of this study was a quasy experiment with non-equivalent control group design. The data was conducted by 30 samples which divided into 15 as the experimental group and 15 as a control group based on inclusions criteria using purposive sampling. The experimental group was given health education meanwhile control group was not. Knowledge and attitude were measured by questionnaire. The univariate analysis was conducted to show frequency distribution and bivariate analysis was conducted by an independent sample T-test and dependent sample T-test. The result showed that mean of knowledge after given health education in experiment group was 84.67 and in control group was 60.00, and mean of attitude after given health education in the experimental group was 47.07 and in control group was 42.33. The statistic showed p-value in knowledge variable (0.000) < alpha (0.05) and p-value in attitude variable (0.001) < alpha (0.05) which means that health education effective for respondent knowledge and attitude and recommended to be applied in nursing intervention to increase knowledge and attitude about nutrition in chronic wound based on cultural perspective.


Author(s):  
Ahmat Pujianto ◽  
Titis Kurniawan ◽  
Helwiyah Ropi

One of the negative effects of the hospitalization process is low sleep quality. Low sleep quality in patients with ACS may increase stress, anxiety, and depression that potentially worsening patients’ chest pain. This study aimed to determine the effect of listening Surat Ar Rahman recital holy Qur’an on sleep quality in patients with ACS in the cardiac intensive unit. This study was quasi experiment with nonequivalent control group design. Thirty-six respondents were recruited purposively and divided into intervention (18 respondents) and control group (18 respondents) with matching in anxiety level. The intervention group received therapy listening Surat Ar Rahman recital holy Qur’an for 15 minutes before nocturnal sleep. Sleep quality measured using Richard Campbell Sleep Questionnaire (RCSQ) instrument. Collected data were analyzed using dependent and independent sample t test. The level of significance was set at p <0.05. Results showed significant different of sleep quality mean score, either before (61.38) and after intervention (66.06) (in the intervention group, p = 0.001) and the mean score of increasing sleep quality between intervention (5.76) and control group (0.68) (p = 0.001). Listening Surat Ar Rahman recital holy Qur’an can cause relaxing effect that can improve sleep quality. Intervention with listening of Surat Ar Rahman recital holy Qur’an significantly improves patients with ACS’s sleep quality. Therefore, it can be considered as one of the nursing interventions in improving sleep quality of patients with ACS. Keywords: sleep quality; Surat Ar Rahman recital holy Qur’an; ACS ABSTRAK Salah satu dampak negatif dari proses hospitalisasi pada pasien adalah kualitas tidur yang rendah. Kualitas tidur yang rendah pada pasien SKA dapat meningkatkan stress, kecemasan, dan depresi yang lebih lanjut bisa memperberat gejala nyeri dada yang dirasakan pasien. Melihat kondisi tersebut, perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan upaya pemenuhan kebutuhan tidur pada pasien SKA yang lebih efektif. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kualitas tidur pada pasien SKA di ruang rawat intensif jantung setelah mendengarkan murattal Al-Qur’an Surat Ar Rahman. Penelitian ini merupakan penelitian quasi experiment dengan nonequivalent control group design. Sebanyak 36 responden diambil dengan purposive sampling yang kemudian dibagi menjadi kelompok intervensi dan kontrol masing-masing 18 responden. Kelompok intervensi diberikan intervensi mendengarkan murattal Al-Qur’an Surat Ar Rahman selama 15 menit menjelang tidur malam. Kualitas tidur diukur menggunakan instrumen Richard Campbell Sleep Questionnaire (RCSQ). Data dianalisis menggunakan independent dan dependent sample t test. Tingkat signifikansi yang digunakan p < 0.05. Hasil menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna rerata skor kualitas tidur pada kelompok intervensi antara sebelum (61,38) dan setelah pemberian intervensi (66,06) (p = 0,001), maupun pada rerata peningkatan kualitas tidur antara kelompok intervensi (5,76) dan kontrol (0,68) (p = 0,001). Intervensi mendengarkan murattal Al Qur’an Surat Ar Rahman dapat menimbulkan efek relaksasi sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur. Intervensi mendengarkan murattal Al-Qur’an Surat Ar Rahman berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kualitas tidur pasien dengan SKA, sehingga dapat dipertimbangkan sebagai salah satu intervensi keperawatan dalam usaha meningkatkan kualitas tidur pada pasien SKA. Kata kunci: kualitas tidur; murattal Surat Ar Rahman; SKA


2019 ◽  
Vol 1 (3) ◽  
pp. 142
Author(s):  
Liza Fitri Lina ◽  
Hazaroh Eldis Sabriyanti ◽  
Andry Sartika

Problems that can be rendered by hemodialysis include anxiety, relationships in marriage, and disobedience in diet and medicine, limitations in lifestyle and threat of death. The purpose of this study was to find out the effectiveness comparison between the Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) with autogenic relaxation to decrease the anxiety scale of hemodialysis patients. The research design employed Quasy Experiment Without Control Group Design. The results of independent t-test analysis in the Emotional Spiritual intervention group Freedom Technique (SEFT) obtained results p = 0,000, in the Autogenic Relaxation intervention group the results were p = 0,000. The results of the independent t-test analysis showed that p = 0.184. The study indicates that there was no difference between the Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) and Autogenic Relaxation on decreasing the anxiety scale of hemodialysis patients. It is looked forward that the Hospital can enforce independent interventions such as Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) and Autogenic Relaxation to degrade the anxiety scale of hemodialysis patients.


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 48
Author(s):  
Iis Sri Hardiati

Salah satu penyebab kegagalan menyusui pada ibu antara lain kurangnya kepercayaan diri pada ibu. Relaksasi autogenic training (RAT) merupakan metode untuk meningkatkan rasa percaya diri dan membangun pikiran positif ibu.  Hal ini sesuai dengan teori keperawatan self-care dari Orem yang bertujuan membantu ibu mencapai kemandirian untuk mempertahankan hidup, kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek RAT terhadap keberhasilan menyusui pada ibu postpartum.  Metode: Desain penelitian ini menggunakan quasi experiment dengan rancangan nonequivalent control group design.  Sampel terdiri dari masing-masing 15 responden untuk kelompok intervensi dan kelompok kontrol.  RAT diberikan melalui media audio voice selama 10-15 menit sebanyak 2-3 kali sehari selama 7 hari.  Posttest dilakukan dengan cara observasi melalui kunjungan pada hari ketujuh. Instrumen Via Christi Breastfeeding Assessment Tool yang telah valid dan reliabel digunakan untuk menilai keberhasilan menyusui. Analisis data menggunakan t-test. Hasil: ibu yang melakukan RAT bisa menyusui lebih efektif dibanding kelompok kontrol (p=0,000). Diskusi: RAT memberikan ketenangan dan kemudahan kepada responden dalam membantu meningkatkan keberhasilan menyusui karena memiliki efek relaksasi. Kesimpulan: RAT efektif terhadap keberhasilan menyusui. Oleh karena itu RAT dapat digunakan oleh perawat sebagai sebuah asuhan keperawatan dalam program dukungan ibu menyusui di rumah sakit atau fasilitas kesehatan.Kata Kunci: autogenic training, menyusui, relaksasi Relaxation Effects of Autogenic Training on Lactation Success in Post Partum Mothers ABSTRACTOne of the causes of failure to breastfeed, among others, is a lack of confidence in mothers. Autogenic relaxation training (RAT) is a method to increase self-confidence and build positive thoughts for mothers. This is in accordance with Orem's self-care nursing theory, which aims to help mothers achieve independence to maintain life, health, development, and well-being. Objective: This research aims to reveal the effect of RAT on breastfeeding success in postpartum mothers. Methods: This research employed a quasi-experimental design with a nonequivalent control group design. The samples consisted of an intervention group and a control group, with 15 respondents for each. RAT was given through audio voice media for 10-15 minutes 2-3 times a day for 7 days. The posttest was conducted using observation through visits on the seventh day. A valid and reliable instrument of the Via Christi Breastfeeding Assessment Tool was used to assess breastfeeding success. Data were analyzed using a t-test. Results: Mothers who did RAT could breastfeed more effectively than the control group (p=0.000). Discussion: RAT provides comfort and convenience to respondents in helping to increase breastfeeding success because it has a relaxing effect. Conclusion: RAT is effective for breastfeeding success. Therefore, nurses can use RAT as nursing care in breastfeeding mother support programs in hospitals or health facilities.Keywords: autogenic training, breastfeeding, relaxation


2020 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 515-522
Author(s):  
Zubaeda Zubaeda ◽  
Suhartono Suhartono ◽  
Runjati Runjati

The first 1000 days of life period is the most frequent period of stunting as well as the best period to prevent and improve the stunting condition, so it needs optimal preparation before entering this period which can be applied to premarital women. This study aims to analyze the effect of giving first 1000 days of life modules to the knowledge and attitude of stunting prevention in Premarital women. This type of research is quasi-experimental pre test-post test with control group design. The number of samples is 60 premarital women divided into two groups. The Result of Paired T-test knowlede and attitude score obtained p value 0.001), while the result of Independen T-test p value of knowledge = 0.002 and attitude = 0.02. The First 1000 days of life modules   has more effect on increasing knowledge and attitude of stunting prevention compare premarital class only.


2019 ◽  
Vol 9 (2) ◽  
pp. 63-72
Author(s):  
Nova Nurwinda Sari ◽  
Herlina Herlina

Diabetes mellitus dapat menyebabkan cukup banyak komplikasi seperti kelainan mata, kelainan ginjal, kelainan pembuluh darah dan kelainan pada kaki. Penderita diabetes mellitus yang mengalami komplikasi kronis perlu diberikan upaya preventif untuk mencegah komplikasi, salah satunya adalah kemampuan perawatan kaki. Penelitian ini dilakukan untuk menguji efektivitas supportive educative system dalam meningkatkan kemandirian perawatan kaki pada pasien dengan diabetes mellitus Tipe II di Puskesmas Permata Sukarame, Bandar Lampung. Penelitian ini menggunakan metode quasy eksperimen dengan desain pretest-posttest with control group dengan total masing-masing kelompok sebanyak 18 responden. Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada responden yang memenuhi kriteria inklusi penelitian. Penelitian ini diuji menggunakan analisis univariat, bivariat dan uji T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata dalam kemandirian perawatan kaki pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan p-value 0,000. Pendidikan dan praktik perawatan kaki harus diberikan sejak dini sebagai upaya pencegahan untuk komplikasi.   Kata kunci : Supportive educative system, kemandirian perawatan kaki   SUPPORTIVE EDUCATIVE SYSTEM IN IMPROVING INDEPENDENCE OF FOOT CARE IN PATIENTS WITH DIABETES MELLITUS TYPE II   ABSTRACT Diabetes mellitus can cause quite a lot of complications such as eye disorders, kidney disorders, vascular disorders and abnormalities in the legs. Patients with diabetes mellitus who have chronic complications need to be given a preventive effort to prevent complications, one of which is foot care ability. This research was conducted to examine the effectiveness of supportive educative systems in increasing the independence of foot care in patients with Type II diabetes mellitus in the Permata Sukarame Health Center Bandar Lampung Working Area. This study used a quasi-experimental method with pretest-posttest with control group design with a total of 18 respondents each. Data collection is done by distributing questionnaires to respondents who meet the research inclusion criteria. This study was tested using univariate, bivariate, T-Test analysis. The results showed that the mean differences in the independence of foot care in the intervention group and the control group in the Permata Sukarame Community Health Center work area with a p-value of 0,000. Education and practice of foot care should be given early as a preventative effort for complications.   Keywords: Supportive educative system, independence of foot care


2018 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
Author(s):  
Retno Issroviatiningrum ◽  
Shanti Wardaningsih ◽  
Novita Kurnia Sari

ABSTRAK Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan keperawatan khususnya untuk mendukung peserta didik menjadi perawat profesional memerlukan proses pembelajaran dengan menggunakan fasilitas keterampilan klinis. Practice based simulation model didasarkan pada teori belajar konstruktif yang menegaskan bahwa pengetahuan tidak pasif ditransfer dari pendidik kepada peserta didik, tetapi dibangun oleh peserta didik melalui pengolahan pengalaman dan interaksi dengan lingkungan mereka. Dengan metode simulasi di laboratorium dapat mendorong mahasiswa untuk menggunakan critical thinking dalam mengambil keputusan dalam mengatasi masalah tanpa merugikan pasien yang sebenarnya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh practice based simulation model terhadap critical thinking pada mahasiswa semester VI di FIK Unissula Semarang. Penelitian ini menggunakan metode Quasy – Experiment dengan pendekatan pretest-posttest with control group design. Pengambilan sampel dengan teknik  simple random sampling dengan jumlah 21 responden baik kelompok intervensi maupun kelompok kontrol. Analisis data menggunakan uji Paired T-Test dan Independent Samples T-Test. Hasil penelitian selisih peningkatan critical thinking pada kelompok intervensi sebanyak 11.95 poin dan pada kelompok kontrol 2.05. Practice based simulation model berpengaruh terhadap critical thinking dengan nilai p=0.00<0.05. Disimpulkan bahwa practice based simulation model mempengaruhi critical thinking pada mahasiswa semester VI FIK Unissula Semarang. Kata kunci: Practice based simulation model, critical thinking


2020 ◽  
Vol 11 (1) ◽  
Author(s):  
Wawan Kurniawan

ABSTRAK  Latar belakang: Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan oleh virus Dengue dapat menyebabkan kematian. Pencegahan DBD yang dianggap paling tepat adalah Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan pengendalian vektor Demam Berdarah pada siswa sekolah dasar terhadap Maya Index di Majalengka. Metode: Penelitian ini menggunakan desain quasi experiment (pretest-posttest control group design). Sebanyak 4 sekolah terpilih sebagai kelompok intervensi dan 4 sekolah lainnya sebagai kontrol. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV-VI yang terdiri dari 171 siswa pada kelompok intervensi dan 163 pada kelompok kontrol. Instrumen yang digunakan adalah formulir pemantauan jentik berkala. Hasil: Jumlah rumah dengan kategori Maya Index tinggi berkurang dari 27,5% menjadi 9,4%. Terjadi penurunan angka BRI kategori tinggi pada kelompok intervensi dari 20,5% menjadi 1,8%. Pada kelompok kontrol tidak terjadi penurunan angka BRI kategori tinggi (22,1%), sebaliknya terjadi penurunan kategori rendah dari 34,4% menjadi 3,7%. Tidak terjadi penurunan angka HRI pada kelompok intervensi maupun kontrol. Kesimpulan: Pelatihan pengendalian vektor Demam Berdarah dapat menurunkan nilai BRI dan Maya Index, tetapi tidak berpengaruh terhadap nilai HRI. Tidak adanya perubahan nilai HRI menunjukkan bahwa kebersihan dan sanitasi lingkungan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap probabilitas kejadian demam berdarah. Kata Kunci : Demam Berdarah, Maya Index, pelatihan, pengendalian vektor   ABSTRACT Background: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) caused by Dengue virus could cause death. The most appropriate prevention of Dengue is eradication of mosquito nests (PSN). This study aims to determine the effect of Dengue vector control training on elementary students towards Maya Index in Majalengka. Method: This study used quasi-experimental design (pretest-posttest control group design). A total of 4 schools were selected as intervention groups and 4 other schools as controls. The subjects were students in grades IV-VI consisting of 171 students in the intervention group and 163 in the control group. The instrument used was periodic larva monitoring form. Results: The number of houses with a high Maya Index category in the intervention group decreased from 27.5% to 9.4%. There was a decrease in the high BRI category in the intervention group from 20.5% to 1.8%. In the control group, there was no decrease in the high BRI category (22.1%), on the contrary, there was a decrease in the low category from 34.4% to 3.7%. There was no decrease in HRI rates both of intervention or control groups. Conclusion: Dengue Fever vector control training could decrease the value of BRI and Maya Index, but does not affect the value of HRI. The absence of changes in HRI  indicate that environmental hygiene and sanitation are factors that influence the probability of dengue fever occurrence. Keywords: Dengue Hemorrhagic Fever, Maya Index, training, vector control


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document