scholarly journals HUBUNGAN ANTARA DEPRESI DAN MEROKOK PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DI JAKARTA

2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 55-62
Author(s):  
Anthea Casey ◽  
Herlina Uinarni ◽  
Eva Suryani ◽  
Dharmady Agus

Latar Belakang: Jumlah remaja yang depresi dan merokok di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup tajam. Literatur-literatur menunjukkan bahwa remaja yang merokok memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami depresi dan remaja yang depresi memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk merokok. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara depresi dan merokok pada siswa SMPN 273. Metode: Penelitian analitik cross-sectional ini dilakukan di SMPN 273, Jakarta Pusat. Responden adalah 407 siswa SMPN 273 kelas 7, 8, dan 9 (47.9% siswa laki-laki dan 52.1% siswa perempuan) yang mengisi kuesioner depresi dan merokok. Depresi dinilai dengan menggunakan kuesioner BDI-II yang telah divalidasi ke dalam bahasa Indonesia, sedangkan merokok dinilai dengan satu pertanyaan yang membagi responden menjadi 4 kelompok yaitu perokok setiap hari, perokok kadang-kadang, mantan perokok, dan bukan perokok. Hasil: Terdapat hubungan yang bermakna antara depresi dan merokok pada siswa SMPN 273 (p = 0.000, OR = 2.502). Dari 30.2% siswa yang mengalami depresi, 2.5% siswa adalah perokok setiap hari, 5.4% siswa adalah perokok kadang-kadang, 10.8% siswa adalah mantan perokok, dan 11.5% siswa adalah bukan perokok. Kesimpulan: Depresi meningkatkan risiko remaja untuk merokok sebesar 2.5 kali. Hal ini mengindikasikan bahwa pencegahan merokok pada remaja perlu disertai dengan pencegahan dan tatalaksana terhadap depresi.

2019 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
Author(s):  
Bustanul Arifin ◽  
Antoinette D. I. van Asselt ◽  
Didik Setiawan ◽  
Jarir Atthobari ◽  
Maarten J. Postma ◽  
...  

Abstract Background The number of people living with diabetes mellitus (DM) in Indonesia has continued to increase over the last 6 years. Four previous studies in U.S have found that higher DD scores were associated with worse psychological outcomes, lower health-related quality of life (HRQoL) and increased risk of T2DM complications. In this study, we aimed to firstly compare DD scores in Indonesian T2DM outpatients treated in primary care versus those in tertiary care. Subsequently, we investigated whether socio-demographic characteristics and clinical conditions explain potential differences in DD score across healthcare settings. Methods A cross-sectional study was conducted on Java island in three primary care (n = 108) and four tertiary care (n = 524) facilities. The participants completed the Bahasa Indonesia version of the Diabetes Distress Scale questionnaire (DDS17 Bahasa Indonesia). Ordinal regression analysis was conducted with the quartile of the summation of the DD score as the dependent variable to investigate how the association between the level of healthcare facilities and DD altered when adding different variables in the model. Results The final adjusted model showed that the level of healthcare facilities was strongly associated with DD (p < .001), with participants in primary care having a 3.68 times (95% CI 2.46–5.55) higher likelihood of being more distressed than the participants in tertiary care. This association was detected after including the socio-demographic characteristics and clinical conditions as model confounders. Conclusions This is the first study in Indonesia to compare DD scores within different healthcare facilities. We recommend a regular DD assessment, possibly closely aligned with health-literacy partner programs, especially for T2DM patients in primary care settings.


2020 ◽  
Vol 9 (3) ◽  
pp. 169-179
Author(s):  
Bunga Fauza Fitri Ajjah ◽  
Teuku Mamfaluti ◽  
Teuku Romi Imansyah Putra

Latar Belakang : Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) merupakan penyakit kronik yang terjadi pada masyarakat dewasa terutama mahasiswa. Faktor yang dapat menyebabkan GERD adalah pola makan termasuk jenis-jenis makanan tertentu yang dikonsumsi, frekuensi makan, dan ketidakteraturan makan. Mahasiswa kedokteran selalu berada di bawah tekanan akademik sehingga muncul ketidaknyamanan pencernaan yang memberi dampak bagi kualitas hidup dan aktivitas sehari-hari. Tujuan : Mengetahui hubungan pola makan dengan terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik observasional dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah stratified random sampling sebanyak 216 subjek yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data diperoleh dari hasil pengisian kuesioner oleh subjek menggunakan kuesioner pola makan yang sudah divalidasi dan dimodifikasi oleh peneliti dan menggunakan Gastroesophageal Reflux Disease Questionnaire (GERDQ) dalam bahasa Indonesia yang telah valid. Kuesioner pola makan dinilai dari segi keteraturan makan, frekuensi makan, jenis-jenis makanan, dan porsi makanan yang dikonsumsi. Hasil : Subjek yang memiliki pola makan buruk dan mengalami GERD sebanyak 34,2% sedangkan subjek yang memiliki pola makan baik dan tidak mengalami GERD sebanyak 86,5%. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji Chi Square. Hasil analisis data menunjukkan terdapat hubungan antara pola makan dengan terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) (p = 0,004).Simpulan : Terdapat hubungan antara pola makan dengan terjadinya Gastroesophageal Reflux Disease (GERD) pada mahasiswa Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala.


2021 ◽  
Vol 9 (4) ◽  
pp. 412
Author(s):  
Widia Febrina ◽  
Nora Harminarti ◽  
Hirowati Ali

Kualitas hidup terkait dengan kesehatan  meliputi aspek fisik, psikis dan sosial. Penilaian kualitas hidup tersebut terdiri dari: tidak ada pengaruh, pengaruh kecil, pengaruh sedang dan pengaruh besar terhadap kualitas hidup karena penyakit skabies. Tujuan: Mengetahui gambaran kualitas hidup santriwati yang menderita skabies di Pondok Pesantren Kecamatan Enam Lingkung, Kabupaten Padang Pariaman. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan desain cross sectional. Pondok Pesantren Kecamatan Enam Lingkung Kabupaten Padang Pariaman pada bulan Desember 2019. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 32 orang. Data dikumpulkan melalui wawancara, pemeriksaan kulit dan pengerokan kulit. Proses wawancara yang dipandu kuesioner modified Dermatology Life Quality Index yang sudah diterjemahkan dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia.  Hasil: Mayoritas penyakit skabies berpengaruh kecil terhadap kualitas hidup responden (62,5%), diikuti dengan pengaruh sedang pada kualitas hidup (25,0%), selanjutnya tidak ada pengaruh pada kualitas hidup (4%) dan pengaruh besar pada kualitas hidup (0%). Komponen kualitas hidup yang paling terganggu adalah kegiatan sekolah/belajar (18,8%) dan yang paling tidak terpengaruh adalah hubungan pertemanan (78,1%). Simpulan: Mayoritas penyakit skabies memiliki pengaruh yang kecil terhadap kualitas hidup penderita skabies.Kata kunci: modified dermatology life quality index, kualitas hidup, skabies


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 18
Author(s):  
Nurrahmasia Nurrahmasia ◽  
Emmy Amalia ◽  
Dian Puspita Sari

<p><strong>Latar Belakang: </strong>Kecemasan merupakan suatu gejala yang timbul dari konflik bawah sadar yang tidak terselesaikan. Kecemasan ujian merupakan kecemasan antisipatif yang timbul ketika menghadapi situasi ujian.Setiap individu memiliki cara ataupun mekanisme koping yang berbeda dalam menghadapi masalahnya. Penggunaan mekanisme koping yang sesuai membantu seseorang beradaptasi terhadap perubahan atau beban yang dihadapi, termasuk beban belajar menghadapi ujian.Penelitian ini meneliti hubungan antara mekanisme koping dengan skor kecemasan mahasiswa program studi pendidikan dokter dalam menghadapi ujian keterampilan medik, serta korelasi antara skor kecemasan dengan nilai ujian.</p><p><strong>Metode:</strong> Penelitian ini menggunakan desain <em>cross-sectional</em>. Responden penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan dokter Fakultas Kedokteran Universitas Mataram tahun pertama dan kedua. Datamekanisme koping diambil dengan menggunakan instrumen <em>Brief COPE, </em>sementara data kecemasan diambil menggunakan instrumen PTA (<em>Performance Test Anxiety</em>). Keduanya telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia dan diuji validitas dan reliabilitasnya.Uji statistik yang digunakan adalah uji <em>Mann-Whitney </em>dan uji <em>Spearman. </em></p><p><strong>Hasil: </strong>Sebanyak 207 mahasiswa berpartisipasi dalam penelitian ini. Skorkecemasan mahasiswadidapatkan70.00 (31-94)dan 83.1% menggunakan<em>Problem Focused Coping</em>. Penggunaan <em>Problem focused coping</em> berhubungan signifikan dengan skor kecemasan yang lebih rendah(p=0,032). Tidak terdapat hubungan antara skor kecemasan dengan hasil ujian keterampilan medik pada mahasiswa tahun pertama maupun kedua (p &gt; 0.05)</p><p><strong>Simpulan: </strong>Jenis mekanisme koping yang paling banyak digunakan oleh mahasiswa fakultas kedokteran universitas mataram adalah <em>problem focused coping</em> dan jenis mekanisme koping ini berhubungan dengan skor kecemasan ujian yang lebih rendah.</p><p><strong>Kata Kunci:</strong> <strong>Kecemasan Ujian, Mekanisme Koping, Keterampilan Medik</strong></p><p><strong><em>Background: </em></strong><em>Anxiety is a symptom that arises from unfinished subconscious conflicts. Exam anxiety is anticipatory anxiety experienced when student in an examination situation.  Each individual has a different coping mechanism in dealing with the problem.</em><em>The use of appropriate coping mechanism helps individuals adapt to the changes or burden they face, including studying for exams. This study examined the relationship between coping mechanisms and anxiety score of medical students in facing clinical skills exam, as well as the correlation between anxiety score and clinical skills exam score.</em><em></em></p><p><strong><em>Method</em></strong><strong><em>s</em></strong><strong><em>:</em></strong><em>This study used a cross-sectional design. The study subjects were first and second year medical students at the Faculty of Medicine, Universitas Mataram. Coping mechanism data were obtained using the Brief COPE Inventory, while anxiety data were obtained using the Performance Test Anxiety (PTA). Both questionnaires have been translated into Bahasa Indonesia andtested for validity and reliability. The statistical test used in this study were the Mann-Whitney test and the Spearman test. </em></p><p><strong><em>Result</em></strong><strong><em>s</em></strong><strong><em>: </em></strong><em>A total of 207 students participated in this study. The participants’ anxiety score was 70.00 (31-94)and 83.1% using Problem Focused Coping. The use of Problem Focused Copingwas significantly associated with lower anxiety score (p=0.032). There was no relationship between anxiety score and clinical skills examination results for the first and second year student (p &gt; 0.05).</em></p><p><strong><em>Conclusion: </em></strong><em>The use of Problem Focused Coping was prevalent among the first and second year students participated in this study and this coping mechanism was associated with lower exam anxiety score.</em></p><p><strong><em>Keyword: Exam anxiety, coping mechanism, medical skill exam.</em></strong><strong><em></em></strong></p>


2018 ◽  
Vol 3 (1) ◽  
pp. 31-38
Author(s):  
W Ibowo

Proses penuaan yang dialami lansia tidak hanya berhubungan pada segi kehidupan tetapi juga akan diikuti dengan kemunduran fisik dan mental. Gangguan mental yang sering dijumpai pada lansia adalah kecemasan dan depresi serta gangguan faal tubuh. Tingkat depresi itu sendiri berbeda-beda pada setiap lansia. Saat memasuki usia tua, para lansia memiliki perubahan struktur otak yang menyebabkan kemunduran kualitas hidup yang berimplikasi pada kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari atau ADL (Activities of Daily Living). Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif korelasi dengan desain penelitian cross sectional yang bertujuan untuk melihat  hubungantingkat depresi  lansia terhadap tingkat kemandirian lansia dalam pemenuhan kebutuhan Activity Daily Living (ADL). Populasi dalam penelitian ini adalah para lansia yang datang ke posyandu,tehnik sampling yang digunakan adalah total sampling dengan jumlah sampel sebanyak 76 responden  dengan menggunakan alat ukur Geriatric Depression Scale (GDS) dan KATZ Index. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik non parametrik, yaitu uji Korelasi Rank Spearmen menggunakan aplikasi SPSS 20 for nilai signifikansi atau Sig. (2-tailed) sebesar 0,413. Karena nilai Sig. (2-tailed) 0,413 > 0,05 level (2-tailed) maka artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara tingkat depresi dengan tingkat kemandirian pada lansia.   Kata Kunci: Depresi, Activities of Daily Living, Lansia


2020 ◽  
Vol 6 (2) ◽  
pp. 101
Author(s):  
Ramdani Ramdani ◽  
Yanny Trisyani ◽  
Etika Emaliyawati

Kesiapsiagaan terhadap bencana merupakan aspek yang sangat penting penentu keberhasilan dalam penanggulangan bencana. Untuk mengurangi dampak bencana di seluruh fase yang berbeda, banyak tindakan keperawatan yang diperlukan, termasuk pencegahan atau mitigasi, kesiapsiagaan, respon, pemulihan, dan rekonstruksi atau rehabilitasi. Akan tetapi informasi tentang gambaran kesiapsiagaan perawat terhadap bencana secara sistematis masih terbatas. Sehingga tinjauan ini bertujuan untuk mengidentifikasi hasil penelitian yang ada tentang kesiapan perawat di rumah sakit dalam menghadapi bencana secara lebih komprehensif. Metode: Pencarian literature dilakukan terhadap artikel yang diterbitkan dari 2014 sampai 2019 menggunakan PubMed dan Google Scholar dengan kombinasi kata kunci readiness atau preparedness dan disaster dan healthcare professional atau nursing. Kriteria inklusi pencarian adalah studi yang berfokus pada analisis kesiapsiagaan pada perawat, jenis studi cross sectional, diterbitkan dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Semua makalah yang terpilih dimasukkan berdasarkan penilaian independen berdasarkan kriteria dari JBI. Hasil: Pencarian awal menghasilkan 1.143 artikel dan hanya 9 artikel yang termasuk dalam tinjauan artikel, dari 9 artikel menunjukan  mayoritas perawat rumah sakit menunjukkan kesiapan yang buruk terhadap respon bencana rentang dari 45,8% sampai 78,5%. Mereka juga tidak percaya diri dengan kemampuannya dalam menghadapi bencana yang besar (52,1% - 72,4%). Akan tetapi, sebanyak (48,3% - 82,3%) perawat menunjukkan kesiapan yang baik terhadap respon bencana dalam hal manajemen klinis dan kesiapan dalam perlindungan diri. Kesimpulan : Hasil review menunjukan bahwa sebagian besar perawat memiliki kesiapan yang kurang optimal dalam menangani bencana. Pembuat kebijakan harus mendorong diadakanya pelatihan untuk perawat mengenai kesiapsiagaan bencana di rumah sakit.


2018 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 231
Author(s):  
Agni Amurbatami Manggali

Generally, children spend most of their time at home. In that way, the condition of their home will really affect their health. Children living in beside roadway may be exposed to emission of vehicles passing by the road and enter the house through the ventilation. Whereas, children are vulnerable of getting respiratory disease due to inhaling poluted air continously. The objective of this study is to analyze the relationship between living in house beside roadway and night cough in children. The sample of study was the students aged 6–7 years from SDN Babatan IV Surabaya and SDN Sumur Welut III Surabaya. Data collecting was done using cross-sectional method by filling out questionnaires interviewed to the parents of study sample. The questionaires used was International Study of Asthma and Allergy in Childhood (ISAAC) which had already translated to bahasa Indonesia and modified. Children who experienced night cough without flu was 26.15%. Children living in the roadside was 13.85%. Asthma history was had by 4.61% of children and 12.31% of their parents. Relationships were found between night cough and house in roadside (P = 0.045), asthma history of children (P = 0.016), and asthma history of parents (P = 0.003). This study conclude that distance between house and roadway is a significant modifier for night cough without flu in children. Recommendations that can be given through this study are conducting allergy examination for children and adding facilities to absorb air pollutants in houses located beside roadway such as indoor plants or screen for ventilation.


2019 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 337
Author(s):  
Nino Adib Chifdillah ◽  
Kurniati Dwi Utami ◽  
Ratnawati Ratnawati

Abstract Indonesia is country with the fourth highest prevalence of stunting among under 5-years old children in the world and the second highest of that in Southern Asia. Maternal factors is so important because they become the main determinants  and source of stunting prevention. This research aimed to analyze the sociodemography, parenting and food intake of mother as determinant of stunting. The research was cross sectional study with 97 under 5-years old children in chosen Posyandu. Measurement of body height of mother and under 5-years old children who had stood by microtoise. Meanwhile measurement of under 5-years old children who had not stood by length board. There were three variables related to stunting among under 5-years old children. They are parity (p-value=0,017), the height of mother (p-value=0,009) and the level of income (p-value=0,036). The most dominant variable related to stunting among under 5-years old children was the height of mother (OR=3,1). Determinants of stunting among under 5-years old children were parity, height of mother and the level of income.   Keywords: stunting, under 5-years old children, height of mother     Abstrak Indonesia adalah negara dengan prevalensi balita stunting terbesar keempat di dunia dan tertinggi kedua di wilayah Asia Tenggara. Faktor ibu layak menjadi perhatian karena menjadi determinan dan sumber utama pencegahan stunting. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor sosiodemografi ibu, pola asuh dan asupan makanan sebagai determinan stunting. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan jumlah sampel 97 balita yang terdaftar di Posyandu. Pengukuran tinggi badan ibu dan balita yang sudah bisa berdiri menggunakan microtoise. Sementara pengukuran panjang badan balita yang belum bisa berdiri menggunakan length board. Terdapat tiga variabel yang berhubungan dengan kejadian stunting pada balita. Ketiga variabel tersebut adalah paritas (p-value=0,017), tinggi badan ibu (p-value=0,009) dan tingkat pendapatan            (p-value=0,036). Variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian stunting pada balita adalah tinggi badan ibu (OR=3,1). Determinan stunting balita antara lain faktor paritas, tinggi badan ibu dan tingkat pendapatanAbstrak dalam Bahasa Indonesia.   Kata Kunci: stunting, balita, tinggi badan ibu


2021 ◽  
Vol 6 (1) ◽  
pp. 23-30
Author(s):  
Puji Nurfauziatul Hasanah ◽  
Fitri Haryanti ◽  
Lely Lusmilasari

Orang tua yang memiliki anak terdiagnosis kanker mengalami perubahan dalamkehidupannya. Kompleksitas rangkaian pengobatan kanker yang dihadapi mengharuskanorang tua memiliki resiliensi untuk bertahan dalam situasi krisis. Tujuan penelitianini untuk mengetahui hubungan stres pengasuhan dengan resiliensi orang tua anakpenyandang kanker di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Penelitian ini menggunakanRancangan Cross-sectional yang dilakukan mulai November s.d Desember 2018 terhadap72 responden orang tua anak dengan kanker yang diambil dengan menggunakan TeknikConsecutive Sampling. Pengukuran resiliensi dinilai dengan instrumen The Connor-Davidson Resilience Scale-25INDO sedangkan stres pengasuhan dinilai dengan ParentalStress Scale versi bahasa Indonesia. Analisis data dilakukan dengan menggunakan UjiChi-Square. Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata resiliensi orang tua anakpenyandang kanker sebesar 62,2. Mayoritas orang tua anak memiliki tingkat resiliensitinggi (55,5%). Nilai rata-rata stres pengasuhan orang tua sebesar 37,9. Tidak ada perbedaanjumlah orang tua anak penyandang kanker dengan stes pengasuhan tinggi (50,0%) danstres pengasuhan rendah (50,0%). Hasil Uji Chi-Square menunjukan p-value = 0,000(<0,05) yang bermakna ada hubungan stres pengasuhan dengan resiliensi orang tua anakpenyandang kanker. Hasil penelitian menunjukan stres pengasuhan berhubungan denganresiliensi orang tua. Faktor tersebut penting dalam perencanaan strategi intervensi dalamupaya meningkatkan resiliensi orang tua anak penyandang kanker.


2020 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 249
Author(s):  
Munaji Munaji ◽  
Mochammad Iman Setiawahyu

Skor siswa Indonesia dalam Trend International in Mathematics and Science Study (TIMSS) berada pada posisi bawah. Namun demikian belum ada hasil penelitian pada posisi mana siswa di Kota Cirebon saat ini dalam skor TIMSS. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil kemampuan matematika siswa SMP di Kota Cirebon berdasarkan standar TIMSS.  Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei model cross-sectional survey. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling, dengan subyeknya siswa kelas VIII SMP sebanyak 676 siswa dari sekolah negeri dan swasta. Pengumpulan data kemampuan matematika dilakukan dengan memberikan tes matematika model TIMSS yang telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata skor kemampuan matematika siswa SMP di Kota Cirebon mencapai 498, lebih baik bila dibandingkan dengan rata-rata skor TIMSS secara nasional yang mencapai 386. Namun sedikit lebih rendah dari skor TIMSS  internasional yang mencapai skor 500. Berdasarkan perbedaan gender, siswa perempuan di Kota Cirebon lebih baik dibandingkan siswa laiki-laki baik ditinjau dari level kemampuan matematika maupun ditinjau dari domain TIMSS. Kemampuan matematika siswa SMP di Kota Cirebon masih perlu ditingkatkan lagi terutama pada domain applying dan reasoning.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document