scholarly journals Lingkungan Rumah Sakit dan Tingkat Kecemasan Mahaiswa Saat Melakukan Praktek Klinik

2018 ◽  
Vol 2 (2) ◽  
pp. 117
Author(s):  
Eka Malfasari ◽  
Yeni Devita ◽  
Fitry Erlin ◽  
Indah Ramadania

AbstrakMahasiswa keperawatan mempunyai pengalaman kecemasan ketika melakukan praktik klinik di rumah sakit. Kecemasan yang sangat parah bisa menyebabkan penurunan perfoma dan bisa membahayakan pasien. Walaupun mahasiswa sudah mempersiapkan diri dengan baik, namun ternyata terdapat beberapa faktor yang dapat menyebabkan kecemasan, termasuk lingkungan rumah sakit. Tujuan penelitian: Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat hubungan antara lingkungan rumah sakit dengan kecemasan mahasiswa keperawatan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan desain deskriptif korelasi dan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian ini berjumlah 73 responden yang merupakan mahasiswa keperawatan yang sedang menjalankan praktik klinik di rumah sakit. Pengambilan sampel menggunakan accidental sampling dan data diambil selama bulan Juli 2017. Variabel kecemasan dalam penelitian ini diukur menggunakan DASS 21 dengan mengambil bagian kecemasan sedangkan kuesioner untuk variabel lingkungan rumah sakit adalah rancangan peneliti dan telah dilakukan uji validitas dan reliabilitasnya. Penelitian ini menggunakan analisis chi square. Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan rumah sakit dengan kecemasan mahasiswa keperawatan (p value=0,045). Rekomendasi: Penelitian ini merekomendasikan untuk melanjutkan penelitian untuk mengatasi kecemasan mahasiswa saat melakukan praktik klinik di rumah sakit.Kata kunci: kecemasan, lingkungan rumah sakitHOSPITAL ENVIRONMENT AND ANXIETY LEVEL IN STUDENTS WHEN DOING CLINICAL PRACTICESAbstractNursing students have experiences of anxiety when doing clinical practices in a hospital. Very severe anxiety can decrease performance and endanger patients. Although students have prepared themselves well, there are several factors causing anxiety, including hospital environment. Objective: This research aims to identify the correlation between hospital environment and anxiety in nursing students. Methods: This research is a quantitative research using descriptive correlation design and using cross sectional approach. The samples were 73 respondents who were nursing students conducting clinical practices in the hospital. Samples were taken using accidental sampling and data was collected during July 2017. The anxiety variable was measured using DASS 21 by taking the anxiety section. Questionnaire for hospital environment variable was made by researcher and its validity and reliability had been tested. Data were analyzed using chi square. Results: The results of this research indicated that there was a significant correlation between hospital environment and anxiety in nursing students with p value=0.045. Conclusion: This research recommends that further research should be conducted to overcome anxiety in students when conducting clinical practices in the hospital.Keywords: Anxiety, hospital environment

Author(s):  
Shieva Nur Azizah Ahmad ◽  
Aprilia Ratnasari

The anxiety of speaking in front of the class is one of the greatest fears experienced by every human being. Speaking anxiety experienced by someone when making a presentation in front of the class due to lack of self-confidence. This study aims to determine the relationship of confidence with anxiety when making presentations in class at nursing students at the University of Muhammadiyah Tangerang. This research method uses quantitative research with cross sectional design. The population in this study amounted to 78 nursing students. Samples taken in this study used Non Probability Sampling with Purposive Sampling techniques in accordance with the inclusion and exclusion criteria in the study. Data were analyzed with Chi Square test. The results of this study there is a relationship of confidence with anxiety when making presentations in class of nursing students in 2nd semester at the University of Muhammadiyah Tangerang with P Value (0.039) <Alpha (0.05). This research is expected to increase students' confidence when making presentations in class by extending exercises such as practicing speaking in front of the class.


2019 ◽  
Vol 4 (2) ◽  
pp. 293
Author(s):  
Herdianti Herdianti ◽  
Tatik Maryana

<p><em><em>Background: In Batik Mawar, almost all work is done manually using the hands and upper arms on a continuous basis combined with the rigor of work and the use of traditional tools. The work has a heavy workload because all the work process is done by the same craftsman causing fatigue besides that the worker also have double role. The purpose of this study is to determine the relationship between workload and dual role with feelings of fatigue on craftsmen batik roses.Method: This research is Quantitative research with Cross Sectional research design. The population in this study are all artisans in Batik Mawar. Sampling in this study using total sampling technique with the number of research samples as many as 40 respondents. Data analysis used by Univariat and Bivariat.Result: Result of data analysis using Chi-Square test for work load got value p-Value = 0,001. The result of data analysis using Chi-square test for double role got p-value = 0,031. Thus it is concluded that there is a meaningful relationship between workload and dual role with feeling tired. We recommend that craftsmen wash clothes 2 times a day, cook ready meals, other than together in completing the work at home</em></em></p><p><em><br /></em></p><p><em>Di Batik Mawar, hampir semua pekerjaan dikerjakan secara manual menggunakan tangan dan lengan atas secara berkesinambungan yang dikombinasi dengan ketelitian kerja dan penggunaan alat-alat tradisional. Pekerjaan mempunyai beban kerja yang berat dikarenakan semua proses kerja dilakukan oleh pengrajin yang sama sehingga menimbulkan kelelahan</em><em> disamping itu pekerjanya juga memiliki peran ganda</em><em>.</em><em> Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan beban kerja dan peran ganda dengan perasaan lelah pada pengrajin batik mawar.Metode: </em><em>Penelitian ini merupakan penelitian Kuantitatif dengan desain penelitian Cross Sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua pengrajin di Batik Mawar. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik total sampling dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 40 responden. Analisis data yang digunakan Univariat dan Bivariat.</em><em>Hasil: </em><em>Hasil analisis data yang menggunakan uji Chi-Square untuk beban kerja didapatkan nilai p-Value = 0,001. Hasil analisis data yang menggunakan uji Chi-square untuk peran ganda didapatkan nilai p-value= 0,031. Dengan demikian  disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara beban kerja dan peran ganda dengan perasaan lelah.Sebaiknya pengrajin mencuci pakaian 2 kali sehari, memasak makanan siap saji, selain itu dengan cara bersama-sama dalam menyelesaikan pekerjaan dirumah.</em><em></em></p><strong><em></em></strong>


2021 ◽  
Vol 4 (1) ◽  
pp. 442-450
Author(s):  
Rosyita Rosyita ◽  
Nova Sumaini Prihatin ◽  
Hendrika Wijaya Kartini Putri

Based on WHO (World Health Organization) data showing nearly 43 million more (18.3%) of the total population is teenagers. The famous issues among teenagers one of them related to sexual behavior. The purpose of this study to analyze the relationship of communication media  with risky sexual activity in adolescent boys in MAN of  Kota Lhokseumawe in 2018. This research uses mixed methods with cross sectional design on quantitative research and sequential explanatory strategy in qualitative research. The population in this research are students of class X and XI a number of 120 students. The sample that used for quantitative research is total population while for qualitative research is 18 people with inclusion and exclusion criteria. Collecting data on quantitative research is by distributing questionnaires while in qualitative research with in-dept interview and Focus Group Discussion (FGD). Analysis of bivariate data using chi square test. Qualitative data analysis is done by Thematical Analysis.The result of bivariate analysis about communication media obtained result p value = 0,000, RP = 2,519. The result of indept-interview is found that besides communication media factor to risky sexual activity such as peer factor, parents, faith and drug users. It is expected that policy makers should increase supervision over existing school rules.   Abstrak Berdasarkan data WHO (Word Health Organization) menunjukkan hampir 43 juta jiwa lebih (18,3%) dari keseluruhan total jumlah penduduk adalah remaja. Masalah yang menonjol dikalangan remaja salah satunya terkait dengan perilaku seksual. Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan media komunikasi dengan aktivitas seksual berisiko pada remaja laki-laki di MAN Kota Lhokseumawe tahun 2018. Penelitian ini menggunakan mixed methods dengan desain cross sectional pada penelitian kuantitatif dan strategi sequential explanatory pada penelitian kualitatif. Sampel yang digunakan untuk penelitian kuantitatif sejumlah 120 orang dan untuk penelitian kualitatif berjumlah 18 orang. Pengumpulan data pada penelitian kuantitatif dengan cara penyebaran kuesioner sedangkan pada penelitian kualitatif dengan cara indept interview dan Focus Group Discussion (FGD). Analisis data bivariat menggunakan uji chi square. Analisis  data kualitatif dilakukan degan cara Thematical Analysis. Hasil analisis bivariat tentang media komunikasi diperoleh hasil p value =0,000, RP=2,519, hasil tersebut menunjukkan bahwa adanya hubungan media komunikasi dengan aktivitas seksual berisiko. Hasil indept-interview didapatkan bahwa selain faktor media komunikasi terdapat faktor lain yang berhubungan dengan aktivitas seksual berisiko yaitu faktor teman sebaya, orang tua, keimanan dan pengguna NAPZA. Diharapkan kepada pengambil kebijakan untuk lebih meningkatkan pengawasan terhadap peraturan yang sudah berlaku disekolah.


2021 ◽  
Vol 2 (1) ◽  
pp. 71
Author(s):  
Nurun Nimah ◽  
Anik Puji Rahayu ◽  
Aries Abiyoga

ABSTRACTBackground: Dysmenorrhea is a painful sensation, cramping in the lower abdomen which is often accompanied by other symptoms, such as sweating, headache, nausea, diarrhea, and tremors, all of which occur before or during menstruation. Teenage girls who experience dysmenorrhea can interfere with social or physical activities because when they are in pain, sufferers tend to be silent and even don't want to interact with other people, they tend to be more emotional. Emotional embodiment part of what a woman feels, a reaction to a certain event or situation. Emotional status and dysmenorrhea in women is a conscious experience that influences bodily activities and is psychologically able to influence a woman's emotions. Objective: To identify emotional status and to analyze the relationship between emotional status and the degree of dysmenorrhea in young girls. Methods: Quantitative research, descriptive analytic research design with cross sectional research design with proportionate stratified random sampling technique, the sample of this study was 54 students of class X SMKN 12 Loa Buah Samarinda who experienced dysmenorrheaResults: Variable emotional status obtained positive emotional classification 33 (61, 1%) and negative emotions 21 (38.9%) respondents. Variable The degree of dysmenorrhea was classified as mild 35 (64.8%), moderate 12 (22.2%), severe 5 (9.3%) and unbearable 2 (3.7%). The test used Pearson Chi-square results obtained P value = 0.402, the significant level (α) is 0.05, then p> from α. This result means that Ho is accepted, there is no relationship between emotional status and the degree of dysmenorrhea in young girls at SMKN 12 loa buah samarinda. Conclusion: There is no relationship between emotional status and the degree of dysmenorrhea in adolescents at SMKN 12 Loa Buah Samarinda


2021 ◽  
Vol 8 (2) ◽  
pp. 135
Author(s):  
Ni Made Kristina Meikayanti ◽  
Ni Made Ari Sukmandari ◽  
Si Putu Agung Ayu Pertiwi Dewi

<p><em>Therapeutic communication is carried out in every nursing care delivery. Through good communication between nurse and patient or patient's family, a trusting relationship can be developed. Thus, the treatment provided can be received optimally which can affect patient satisfaction. The purpose of this study was to determine the relationship between nurse therapeutic communication and patient satisfaction. The measuring instruments used in this study were nurse therapeutic communication and patient satisfaction questionnaires that had been tested for its validity and reliability. The design of this research was a descriptive analytic correlation using cross sectional design. The sampling technique used purposive sampling with 67 respondents. The research data were analyzed using the chi square correlation test. The results of this study indicated that 53.7% nurses had good therapeutic communication and 55.2% patients were satisfied. Chi square test revealed p value 0.001 with a confidence level of 95%. It is concluded that there was a relationship between nurse therapeutic communication and patient satisfaction at the Regional General Hospital of Tabanan Regency. It is hoped that nurses' therapeutic communication can be improved and applied in nursing care, and further explore factors that can improve the nurses’ therapeutic communication skills to increse patient satisfaction.</em></p><p> </p><p><strong>BAHASA INDONESIA </strong>Komunikasi terapeutik dilaksanakan pada setiap pemberian asuhan keperawatan. Melalui komunikasi yang baik antara perawat dan pasien atau keluarga pasien dapat membangun hubungan saling percaya antara perawat dengan pasien. Sehingga perawatan yang diberikan dapat diterima dengan optimal dan dapat memengaruhi kepuasan pasien. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner komunikasi terapeutik perawat dan kuisioner kepuasaan pasien yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebelumnya. Desain penelitian ini adalah deskriptif analitik korelasi dengan menggunakan rancangan cross sectional. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah sampel sebanyak 67 responden. Data penelitian ini dianalisis menggunakan uji korelasi chi square. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 53,7% perawat melakukan komunikasi terapeutikyang baik dan 55,2% pasien merasa puas. Hasil uji chi square didapatkan p value 0,001 dengan tingkat kepercayaan 95%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan komunikasi terapeutik perawat dengan kepuasan pasien di Badan Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Tabanan. Komunikasi terapeutik perawat diharapkan dapat ditingkatkan dan diterapkan dalam pemberian asuhan keperawatan, dan peneliti selanjutnya dapat menemukan faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi terapeutik perawat sehingga kepuasan pasien dapat lebih meningkat.</p><p> </p>


2020 ◽  
Vol 13 (4) ◽  
pp. 333-339
Author(s):  
Riska Wandini ◽  
Yuniati Yuniati

Caries prevalence and risk factors among children aged 4 to 6 years old in Bandar Lampung-IndonesiaBackground: Dental caries are still a matter of oral health in large industrialized countries , which affects 60-90% of the school children and most adults.Dental caries can be experienced by everyone and can arise on one or more dental surfaces.For example, from email to dentin or to Pulpa. Caries are due to various reasons, including are carbohydrates, microorganisms and saliva, tooth shape surfaces. Based on data by interviewed at the time were conducted on 20 Students at kindergarten Kuntum Mekar and Setia  Bandar Lampung obtained of 14 (70%) They have a cariogenic food intake during the day and had the poorest teeth brushing habits, characterized by dental caries of 7 (30%).Purpose: Knowing caries prevalence and risk factors among children aged 4 to 6 years old in Bandar Lampung-IndonesiaMethods: A quantitative research type (analytic), with cross sectional approach and population was all children at Kuntum Mekar and Setia kindergarten in Bandar Lampung. By formula Slovin got sample number of 80 students. Data analysis Used the chi-square statistical test.Result: Finding the frequency of consumption of high cariogenic foods As many as of 72 respondents (86%), had a poorest tooth brushing habits,  of 60 respondents (75%), and had a dental caries as many as of 63 respondents (83.8%), with the p-value = 0.022 and 0.002; OR: 5,357 and OR: 7,333.Conclusion: There is a correlation the factors cariogenic food intake during the day and had the poorest tooth brushing habits with dental caries occurance.Suggestions: To be pay attention for parent and teachers to remember that children reduce the consumption of cariogenic food and improving in brushing teeth habitKeywords: Cariogenic food intake; Brushing teeth habit; Dental caries.Pendahuluan: Karies gigi masih menjadi masalah kesehatan mulut di negara-negara industri besar, yang mempengaruhi 60-90% dari anak-anak sekolah dan sebagian besar orang dewasa. Karies gigi dapat dialami oleh semua orang dan dapat timbul di satu permukaan gigi atau lebih. Misalnya dari email ke dentin ataupun ke pulpa. Karies dikarenakan berbagai sebab, diantaranya adalah karbohidrat, mikroorganisme dan air ludah, permukaan bentuk gigi.Berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan pada siswa yang juga diwawancarai pada saat itu dilakukan pada 20 siswa di TK Kuntum Mekar dan TK Setia Bandar Lampung didapatkan data 14 siswa (70%) diantaranya mengkonsumsi makanan kariogenik dan memiliki kebiasaan menggosok gigi yang kurang baik ditandai dengan karies gigi dan 7 siswa (30%) diantaranya mengatakan jarang mengkonsumsi makanan kariogenik dan memiliki kebiasaan menggosok gigi cukup baik atau minimal dua kali sehari saat pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur.Tujuan: Diketahui hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi umur 4-6 tahun dengan kejadian karies gigi pada anak-anak di Bandar Lampung Indonesia.Metode: Penelitian kuantitatif (analitik), dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah anak-anak TK Kuntum Mekar dan TK Setia di Bandar Lampung, dengan jumlah sampel 80 murid.Pengambilan sampel menggunakan rumus Slovin.Analisis data menggunakan uji statistik chi-square.Hasil: Menunjukkan distribusi frekuensi konsumsi makanan kariogenik yang sering sebanyak 72 responden (86%), kebiasaan menggosok gigi yang buruk sebanyak 60 responden (75%). Karies gigi pada anak-anak dengan karies sebanyak 63 responden (83,8%). Ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak dengan nilai p-value = 0,022 (p-value<0,05), serta diperoleh nilai OR : 5.357. Ada hubungan anatara menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak dengan nilai p-value = 0,002 (p-value<0,05), serta diperoleh nilai OR : 7.333.Simpulan: Ada hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dan kebiasaan menggosok gigi dengan kejadian karies gigi pada anak TK Kuntum Mekar dan TK Setia di Bandar Lampung Tahun 2019. Saran dalam penelitian ini diharapkan anak-anak mengurangi konsumsi makanan kariogenik dan mengetahui kebiasaan menggosok gigi yang benar.


Conciencia ◽  
2018 ◽  
Vol 18 (1) ◽  
pp. 64-74
Author(s):  
Nur Laila

This study aims to provide an overview of multicultural approaches to the pedagogic competence of teachers PAI MTs Negeri pascasertifikasi as Palembang City. This research is a quantitative research used is explanatory survey method (explanatory survey method). The sample of 17 teachers of PAI consists of 9 teachers PAI M.Ts Negeri 1 and 8 teachers PAI M.Ts Negeri 2. Techniques of collecting data using tests, questionnaires, documentation. Validity and reliability. Data analysis techniques using descriptive analysis, bivariate analysis, The results showed pedagogical competence of teachers PAI (52.2%), included in the category of being. including high categories of 5 people (29.4%), and low category amounted to 12 people (70.6%). Hypothesis test concluded There is a significant influence of motivation factors on the pedagogic competence of teachers PAI MTs Negeri as Palembang City. Chi Square statistical test results obtained p value = 0.768, while the value of Odds Ratio (OR) obtained by 1,000 with the level of confidence interval 0.903 - 14.153.


2015 ◽  
Vol 1 (01) ◽  
Author(s):  
Ayu Astari ◽  
Grace Solely Houghty ◽  
Renova Oktarini Br. Sibuea

ABSTRAK Pendahuluan: Sikap caring adalah salah satu identitas profesi keperawatan yang berusaha ditanamkan oleh institusi pendidikan keperawatan melalui proses sosialisasi profesi. Namun, pada kenyataannya ditemukan sikap mahasiswa yang tidak menunjukkan sikap caring. Tujuan penelitian ini adalah untuk mencari tahu ada atau tidaknya hubungan antara sosialisasi profesi dengan sikap caring mahasiswa. Landasan teori yang dipakai adalah model sosialisasi profesi Hinshaw dan Theory of Caring Swanson. Metode: Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah 45 mahasiswa angkatan 2011 Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas x. Sample diambil menggunakan teknik total sampling. Data diolah dan dianalisis menggunakan chi-square. Hasil: Hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukan nilai signifikansi hubungan sosialisasi profesi dengan sikap caring sebesar 0,019. Uji korelasi sosialisasi profesi dengan setiap kategori caring Swanson menunjukkan hubungan dua sub variabel caring yaitu “knowing” (p value = 0,001) dan “being with” (p value = 0,04) sebagai dua komponen yang sangat dipengaruhi oleh proses sosialisasi profesi. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara sosialisasi profesi dengan sikap caring mahasiswa. Diskusi: Penelitian ini merekomendasikan agar penelitian selanjutnya dapat mengobservasi perilaku caring mahasiswa sehingga hasil yang didapatkan lebih akurat. Kata Kunci : Sosialisasi Profesi, Sikap Caring, Pendidikan Keperawatan  ABSTRACT Introduction : Caring attitude is one of the professional identity that is tried to be internalized by the nursing education institution through professional socialization process. The process begin since the students entering the faculty and improving as the time goes by. However, in reality, there are students who do not show caring attitude. The aim of this study was to find out if there is a correlation between professional socialization and caring attitude. Theoretical basis used is a model professional socialization Hinshaw and Swanson’s Caring theory. Method: The study used quantitative method with cross-sectional design. The population was 45 batch 2011 nursing students of Faculty of Nursing, University of x, using total sampling technique. The data analyzed using chi-square. Result: The significancy result of the correlation test between professional socialization and caring attitude is 0,019. The study also found that two sub variables of caring that are correlated with professional socialization are “knowing” (p value= 0,001) and “being with” (p value = 0,04). The results of this study indicate that there is significant relationship between professional socialization and sudent’s caring attitude. Discussion: This research recommends that further research can observe nursing student’s caring behavior in order to obtain more accurate results. Keyword: Professional Socialization, Caring attitude, Nursing Education  Full printable version: PDF


2019 ◽  
Vol 12 (4) ◽  
pp. 244-252
Author(s):  
Rian Maylina Sari ◽  
Muhammad Arifki Zainaro

LEADERSHIP STYLE, MOTIVATION IN EFFECTIVE PATIENT ROUNDING TECHNIQUESBackground : The Nursing round is the way for a nurses to discuss more about the problems and needs of patients and is a learning process for nurses it hopes of improving cognitive, affective, psychomotor and motivated bias. The results of the interview with the head of the Raden Mattaher General Hospital operating room in Jambi found that nursing rounds were very rare.Purpose: The study is to determine the relationship between nurse motivation and leadership style of nursing rounds in the Surgical Inpatient Room of Raden Mattaher Hospital in Jambi City.Methods: The research was used a quantitative research with cross sectional approach. This study was conducted in the Surgical hospitalization rooms. The population of this study were all of nurses who worked in the Surgical Inpatient Room of Raden Mattaher Hospital in Jambi which totaling 38 nurses. The samples were taken in total sampling thenique. The data collection did by filling out a questionnaire. The data analysis used univariate and bivariate by using chi square test.Results: The results of this study indicated that of 38 respondents, 55.3% had low motivation, 71.1% with good leadership style and 57.9% who did a nursing round. There is no relationship between nurses' motivation for the nursing round with p value 0.122> 0.05. There is a relationship of leadership style to the nursing round because the p value is 0.002 <0.05.Conclusion: The results of this study indicate that the leadership style influences the nursing round.Latar Belakang: Ronde keperawatan merupakan media bagi perawat untuk membahas lebih dalam masalah dan kebutuhan pasien serta merupakan suatu proses belajar bagi perawat dengan harapan dapat meningkatkan kemampuan kognitif, afektif, psikomotor dan bisa termotivasi. Hasil wawancara kepada kepala ruangan bedah RSUD Raden Mattaher Jambi diketahui ronde keperawatan sangat jarang sekali dilakukan.Tujuan: Penelitian ini untuk mengetahui hubungan motivasi perawat dan gaya kepemimpinan terhadap ronde keperawatan diruang rawat inap bedah RSUD Raden Mattaher Jambi.Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantiatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan diruang rawat inap bedah, dengan populasi penelitian seluruh perawat pelaksana yang berkerja diruang rawat inap bedah RSUD Raden Mattaher Jambi yang berjumlah 38 perawat. Sample diambil secara total sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan pengisian kuesioner, analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan menggunakan uji chi square.Hasil: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 38 responden, 55,3% memiliki motivasi rendah, 71,1% dengan gaya kepemimpinan baik dan 57,9% yang melakukan ronde keperawatan. Tidak terdapat hubungan motivasi perawat terhadap ronde keperawatan dengan p value 0,002 > 0,05. Terdapat hubungan gaya kepemimpinan terhadap ronde keperawatan karena nilai p value 0,002<0,05.Kesimpulan : Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan mempengaruhi ronde keperawatan. 


2020 ◽  
Vol 14 (2) ◽  
pp. 202-209
Author(s):  
Rika Yulendasari ◽  
Sumbara Sumbara ◽  
Redia Indira Putrianti

Practices of breastfeeding and weaning among mothers of children under 2 years old at Bandar Lampung-Indonesia Background: Weaning is a process for stopping breastfeeding gradually or at once. This process can be either because of the child herself wanting to stop breastfeeding or because the mothers desire, or by both of them for many reasons. Data from survey of health demography in Indonesia  in 2017 showed that there were only 54.6% of children were receiving breastfeeding complete until 2 years old.Purpose: Know the factors of practices of breastfeeding and weaning among mothers of children under 2 years oldMethods: A quantitative research by using Cross Sectional approach. Population was all mothers who has children under two years old. Samples were 145 respondents. Data were collected by using questionnaires and anthropometry. Data were analyzed by using Chi-Square Test.Results: There were correlations of occupation (p-value 0.025 < α 0.05) and OR = 2.7, nutrition status (p-value 0.006 < α 0.05) and OR=3.5, and family support (p-value 0.002 < α 0.05) and OR= 3.1 on practices of breastfeeding and weaning among mothers of children under 2 years oldConclusion: There were practices of breastfeeding and weaning among mothers of children under 2 years old. Suggestion to health worker and provider to improve health services especially promotion program and education for essential  of breastfeeding until the children complete 2 years old.Keywords: Practices; Breastfeeding; Weaning; Mothers; Children under 2 years old.Pendahuluan: Menyapih adalah proses berhentinya masa menyusui berangsur-angsur atau sekaligus. Proses itu dapat disebabkan oleh si anak itu sendiri untuk berhenti menyusu atau bisa juga dari sang ibu untuk berhenti menyusui anaknya, atau keduanya dengan berbagai alasan.Berdasarkan data dari Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) di tahun 2017, presentase anak yang mendapatkan ASI sampai usia  2 tahun  hanya sebesar 54,6%.Tujuan: Diketahui faktor - faktor  yang  mempengaruhi ibu menyapih   anak di bawah usia  2 tahun.Metode: Penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak di bawah usia 2 tahun. Sampel dalam penelitian ini sebesar 145 responden. Instrumen dalam penelitian ini dengan menggunakan lembar kuesioner dan antropometri. Uji statistik yang digunakan adalah  uji Chi-Square.Hasil: Terdapat hubungan pekerjaan dengan penyapihan pada anak dibawah usia 2 tahun (p-value = 0,025 < α = 0,05) serta nilai OR= 2,7, status gizi  (p-value = 0,006 < α = 0,05) nilai OR = 3,5, dan dukungan keluarga (p-value = 0,002 < α = 0,05) dan nilai OR=3,1.                                 Simpulan: Ada hubungan pekerjaan, status gizi, dan dukungan keluarga dengan penyapihan pada anak dibawah usia 2 tahun. Saran bagi petugas kesehatan untuk meningkatkan pelayanan dan memberikan penyuluhan terhadap ibu menyusui mengenai pentingnya pemberian ASI samapai usia anak 2 tahun. 


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document