Buletin Ilmiah Marina Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

126
(FIVE YEARS 42)

H-INDEX

2
(FIVE YEARS 0)

Published By Agency For Marine And Fisheries Research And Development

2541-2930, 2502-0803

Author(s):  
Rismutia Hayu Deswati ◽  
Lathifatul Rosyidah ◽  
Tenny Apriliani

Udang vaname merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan Indonesia di pasar internasional. Udang vaname yang diekspor merupakan hasil produksi dari usaha budi daya yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia sehingga dibutuhkan rantai pasok yang optimal untuk mendukung kelancaran usaha budi daya tersebut. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis pengaruh manajemen rantai pasokan terhadap keunggulan bersaing suatu usaha budi daya udang vaname dan dampak terhadap performa usaha tersebut. Lokasi penelitian adalah Provinsi Jawa Timur dan Bali karena konektivitas yang kuat antara masing-masing pembudi daya di kedua lokasi tersebut. Data yang dikumpulkan diverifikasi kemudian dianalisis menggunakan pendekatan Structural Equation Model (SEM). Hasil dari analisis menemukan bahwa variabel hubungan dengan pemasok dan modal manusia berpengaruh positif terhadap keunggulan bersaing pembudi daya dan juga berpengaruh positif kepada performa usaha budi daya tersebut. Variabel hubungan dengan pelanggan tidak berpengaruh baik terhadap keunggulan bersaing maupun performa usaha. Dari hasil ini diharapkan pemerintah bisa mengintervensi dalam bentuk perbaikan manajemen rantai pasokan udang vaname dengan meningkatkan kompetensi masing-masing anggota rantai pasok sehingga dapat optimal pada posisinya.Title: The Effect of Supply Chain Management on The Business Performance of Vaname Shrimp Farming in The Province of Bali and East JavaVaname is one of Indonesia’s leading export commodities in the international market. The exported vaname are the products from aquaculture business which are spread in various provinces in Indonesia, so an optimal supply chain is needed to support this business. The purpose of this study is to analyze supply chain management affects the competitive advantage of a vaname farming business and the impact on the performance of the business. The research sites are East Java and Bali because of the strong connectivity between each farmer in both locations. The collected data is verified and then analyzed using the Structural Equation Model (SEM) approach. The results of the analysis concluded that the relationship between suppliers and human capital variables had a positive effect on the competitive advantage of farmers and also had a positive effect on the performance of the aquaculture business. While the relationship with customer variables do not affect both competitive advantage and business performance. From this result, the government is expected to be able to intervene in the form of improved management of the vaname supply chain by increasing the competence of each member of the supply chain so that it can be optimally positioned. 


Author(s):  
Maulana Firdaus ◽  
Nensyana Shafitri ◽  
Cornelia Mirwantini Witomo

Program pembangunan ekonomi nasional berbasis perikanan dan pedesaan secara langsung maupun tidak langsung diharapkan dapat menanggulangi permasalahan ketimpangan wilayah dan keterbatasan modal usaha perikanan. Sejak tahun 2010, Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia telah melaksanakan program pemberdayaan kepada kelompok nelayan dan kelompok pembudi daya ikan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja program pemberdayaan masyarakat melalui skema Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP) pada perikanan tangkap dan budi daya di Kabupaten Lombok Timur. Penelitian ini dilaksanakan pada tahun 2016 di Kabupaten Lombok Timur. Data primer dikumpulkan dengan cara survei dan informan dipilih secara purposive sampling dilengkapi dengan data sekunder dari berbagai sumber. Analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk melakukan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek penentuan lokasi bantuan harus diprioritaskan untuk lokasi yang sebagian masyarakatnya bermata pencaharian utama usaha perikanan. Program bantuan perikanan tangkap memiliki peluang keberhasilan yang lebih besar dibandingkan dengan program bantuan perikanan budi daya. Ini dapat dilhat dari dampak program dan potensi keberlanjutan program tersebut.Title: Fisheries Empowerment in East Lombok Regency, Nusa Tenggara Barat ProvinceThe National economic development program based on fisheries and rural area is directly or indirectly address to disparity problem of the region and financial limitation in fisheries. Since 2010, Ministry for Marine Affairs and Fisheries (MMAF) of Indonesia had implemented the empowerment program for fishermen and farmer groups. This study aimed to analyze the performance of community empowerment program namely the National Program for Community Empowerment in Marine and Fisheries (or PNPM Mandiri KP) for capture fisheries and aquaculture in East Lombok Regency. West Nusa Tenggara Province. This research was conducted in 2016. Primary data were collected through a survey and key informants were selected purposively, and supported by secondary data from various sources. Quantitative descriptive analysis was used for data analysis. The results shows that the aspect of location should be prioritized for the community who have major livelihood activity in fisheries sector. The program in capture fisheries have a greater opportunity of successful compared with aquaculture programs. It can be seen from impac of the program and potency of the program sustainability. 


Author(s):  
Maria Maghdalena Diana Widiastuti ◽  
Modesta Ranny Maturbongs ◽  
Sisca Elviana ◽  
Chair Rani ◽  
Andi Iqbal Burhanuddin

Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Maro membutuhkan data komprehensif mengenai aktivitas pemanfaatan sungai tersebut. Tujuan penelitian ini mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi nelayan yang menangkap ikan di Kali Maro. Metode penelitian ini deskriptif analitis dengan pengambilan data nelayan menggunakan FGD (Focus Group Discussion). Kriteria responden adalah nelayan (pemilik dan anak buah kapal) yang mengambil ikan di muara dan Kali Maro. Jumlah responden sebanyak delapan belas orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik nelayan di Kali Maro merupakan nelayan kecil dengan kepemilikan perahu kecil (semang) rata-rata 1 unit dengan kapasitas maksimum 2 ton. Jenis ikan yang diperoleh antara lain ikan kakap, ikan kuru, ikan kaca, ikan bandeng, ikan gulama, ikan duri, dan ikan herkules. Kalender musim menurut nelayan terbagi menjadi dua, yaitu musim ikan melimpah (Oktober - Februari) dan musim ombak yang menandakan sedikitnya tangkapan ikan (Maret - September). Sistem penangkapan dilakukan sendiri dengan tenaga kerja didominasi dari dalam keluarga. Pemasaran melalui pemborong langganan dengan model konsinyasi. Kelembagaan nelayan belum berfungsi sebagai produksi, media belajar, dan pemasaran. Regulasi secara adat hanya terjadi di hulu sungai, sedangkan di muara sungai tidak ada aturan informal maupun formal yang mengatur aktivitas perikanan di sungai. Biaya operasional per trip sebesar Rp462.835,00 dengan komponen terbesar bensin dan oli sebesar 42%. Belum ditemukan adanya hubungan agent principle yang tidak menguntungkan nelayan. Saran dari penelitian ini adalah menggerakan modal sosial nelayan untuk membentuk kelembagaan informal dan membangun regulasi yang mengatur aktivitas penangkapan ikan, pemasaran, sistem bagi hasil dengan ABK. Perlunya dukungan pemerintah untuk peningkatan alat tangkap, modernisasi moda transportasi dan sistem penyimpanan hasil, sistem rantai pasok pemasaran, serta membangun industri pengolahan hasil.Title: Socio Economic Characteristics of Fishermen in Maro River Merauke Regency, PapuaManagement of the Maro river need a comprehensive data of all activities in the river. The study aimed to identify the socio-economic characteristics of fishermen who catch fish in Maro River. Descriptive analysis were used The methodology is analytical descriptive by collecting fishermen data using FGD (Focus Group Discussion). Respondents’ criteria are fishermen (owners and crew members) who take fish in the estuary and the Maro River. The number of respondents are 18 people. The results of the study indicate that the characteristics of the fishermen in the Maro River are small fishermen with a small boat with boat ownership an average of 1 unit with maximum capacity 2 tonnes. Catch fish in Maro River as main livelihood. Fish types obtained include: Snapper, kuru, glass, milkfish, gulama, thorny fish and hercules.The season calendar according to fishermen is divided into 2 namely abundant fish season (October to February) and the wave season which indicates the small number of fish catches (March to September). The fisherman catch fish alone or with labor dominated from family member. Selling fish through subscriptions contractor with a consignment model. The fishermen’s institution has not functioned as a production, learning and marketing. There is custom regulation in upstream but no informal of formal regulation to manage fisheries activities in dowwnstream. Operational costs per trips Rp.462,835.00 with the largest component of gasoline and oil by 42 percent. There is no unfair agent principle relationship. Suggestions from this research are build the social capital of fishermen to form informal institutions and conduct regulations for fishing activities, marketing, profit sharing systems with crew members. Need government support to improvement of fishing gear, modernization of transportation modes and yield storage systems, marketing supply chain systems and build a processing industry. 


Author(s):  
Armen Zulham ◽  
Rani Hafsaridewi ◽  
Hikmah Hikmah ◽  
Permana Ari Soejarwo ◽  
Bayu Vita Indah Yanti

Kesenjangan gender atau perbedaan peran laki-laki dan perempuan terhadap akses dan kontrol dalam pengambilan keputusan pada aktivitas perikanan skala kecil di Kabupaten Natuna masih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kesenjangan gender pada pemanfaatan perikanan skala kecil di Kabupaten Natuna; dan merumuskan strategi untuk mencapai kesetaraan gender. Data yang digunakan adalah data primer yang terpilah gender. Data primer dikumpulkan pada bulan Agustus 2019 terhadap 52 responden nelayan penangkap ikan skala kecil di 5 (lima) kecamatan di Pulau Bunguran – Kabupaten Natuna. Data diolah dan dianalisis dengan menggunakan software excel untuk memperoleh persentase tiga keputusan responden pada 5 kecamatan tersebut. Hasil analisis menunjukkan pengambilan keputusan pada perikanan skala kecil di Kabupaten Natuna masih didominasi oleh laki-laki. Kesenjangan gender terjadi pada aktivitas persiapan penangkapan ikan, kegiatan penangkapan ikan di laut, paska panen (penangkapan) ikan. Oleh karena itu, Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna perlu merancang program stimulasi ekonomi untuk membuka lapangan kerja bagi perempuan dan memberi peluang partisipasi terhadap istri nelayan dalam pengambilan keputusan, dengan melibatkannya dalam kegiatan pelelangan ikan di tempat pelelangan ikan (TPI) atau pengurus armada penangkapan ikan. Title: Gender Gap of Small Scale Fisheries Utilization in Natuna Regency The gender gap or the different role of access and control among men and women on the decision making process in small scale fishery activities in Natuna is remain high. The purpose of this research is to analyze the gender gap in small-scale fisheries utilization and to provide the strategy to achieve gender equality. Gender disaggregated primary data were collected in August 2019 from 52 respondents of the small scale fishermen in 5 sub regency in the Bungguran Island of Natuna Regency. The data were processed using excel software to find out the percentage of 3 reasons for respondent participation. The findings shows that decision maker is dominated by fishermen. The gender gap occurred in preparation process of the fishing activities, fishing activities, and post fishing activities. Therefore, government of Natuna Regency must prepare the economic stimulus program for providing labor opportunities for women, encourage the participation of the fishermen’s wife in decision making process by involving them in fish auction activity or as manager of fishing fleets.


Author(s):  
Budi Nur Hidayati ◽  
Darsono Darsono ◽  
Umi Barokah

Waduk Kedung Ombo di Kabupaten Sragen telah dikembangkan untuk usaha budi daya perikanan dengan sistem keramba jaring apung (KJA). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan usaha dan faktor yang mempengaruhi keuntungan budi daya ikan nila di KJA dan menganalisis saluran pemasaran ikan nila tersebut. Metode analisis data yang digunakan meliputi (1) analisis biaya dan pendapatan; (2) analisis R/C ratio; (3) analisis regresi linier berganda; serta (4) analisis pemasaran. Hasil analisis menunjukkan biaya usaha budi daya ikan nila sistem keramba jaring apung sebesar Rp131.481.470,00 penerimaan Rp182.234.917,00 dan pendapatan bersih Rp50.753.447,00. Efisiensi usaha budi daya ikan nila sebesar 1,3. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya pakan, biaya tenaga kerja, dan umur pembudi daya berpengaruh secara nyata terhadap keuntungan usaha budi daya ikan nila sistem keramba jaring apung. Saluran pemasaran tipe III (pembudi daya – konsumen luar Solo Raya) merupakan saluran pemasaran paling efisien (terpendek), dan mempunyai margin pemasaran yang paling rendah dan farmer’s share paling tinggi. Oleh karena itu, rekomendasi kebijakan untuk meningkatkan usaha budi daya ikan nila dengan melakukan pelatihan pembuatan pakan mandiri, sedangkan untuk meningkatkan pendapatan pembudi daya perlu diversifikasi usaha melalui usaha pemasaran ikan nila.Title: Tilapia Aquacuture Using Floating Net Cage System and Its Marketing in Sragen RegencyKedung Ombo Reservoir in Sragen regency have been develop aquaculture using the floating net cage system. This study aimed to analyze the tilapia culture using floating net cage system, analyze the factors influence to Tillapia aquaculture, and to analyze the marketing channel of tilapia floating net cage system. Data were collected and analyzed with various methods, includes(1) Cost and benefit analysis; (2) R/C ratio; (3) Multiple linear regression analysis; and (4) marketing channel analysis. The results show that the cost of tilapia cuture is Rp131,481,470.02, revenue is Rp182,234,916.67, and net income is Rp50,753,446.65. The business efficiency of tilapia is 1.3. Socio-economic factors such as feed cost, labor cost, and age of farmers are significantly influenced to the profits of tilapia fish farmers floating net cage system. The marketing channel type III (farmers to consumers outside Solo Raya) of tilapia is the most efficient marketing channel due to the lowest marketing margin and highest farmer’s share. Therefore, recommendation for improving tilapia aquaculture is to conduct the training for independent feed production. Business diversification through marketing activitiy is needed.  


Author(s):  
Febi Yulianti ◽  
Ketut Sukiyono ◽  
Satria Putra Utama

Bisnis perikanan selalu dihadapkan dengan resiko ketidakpastian, termasuk upaya penangkapan ikan menggunakan alat tangkap Gilnett. Identifikasi sumber risiko, dampak dan strategi risiko penting, tidak hanya untuk bisnis tetapi juga bagi pemerintah untuk merancang intervensi yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi sumber risiko, (2) menganalisis probabilitas dan efek risiko, dan (3) menganalisis strategi manajemen risiko. Pemilik atau kapten kapal dari dua puluh tujuh unit kapal yang menggunakan alat tangkap Gilnett disensus dan diwawancarai dengan kuesioner. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik responden, sumber risiko, dampak risiko, aspek operasional, harga dan pasar bisnis perikanan yang dilakukan. Analisis deskriptif dan analisis manajemen risiko diterapkan untuk menjawab tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sumber risiko yang terjadi paling besar adalah risiko operasional pada sumber risiko cuaca yang tidak dapat diprediksi, ketidakpastian hasil tangkapan, dan permodalan. Pada usaha penangkapan ikan laut di Kota Bengkulu, nilai probabilitas berdasarkan lama melaut dan nilai tangkapan ikan, yaitu sebesar 32,64% dan 48,40%. Nilai dampak risiko berdasarkan lama melaut dan nilai tangkapan sebesar Rp9.948.578,25 dan Rp548.793.316,42. Hasil studi menyimpulkan bahwa strategi yang dapat dilakukan dalam mengelola risiko, yang meliputi (a) pemanfaatkan informasi cuaca seoptimal mungkin, (b) membiasakan menabung ketika hasil melimpah, (c) perluasan fishing ground di luar daerah tangkapan tradisionalnya, (d) ketepatan area pengkapan (fishing ground), (e) perpanjangan lama melaut, dan (f) diversifikasi vertikal (hilirisasi) hasil tangkapan.Title: Risk Management of Fishing Activity Using Gillnet Fishing Gear in Baai Island, BengkuluFishery business is always faced with uncertainty risks, including fishery business using Gilnett fishing gear. The identification of sources of risk, impacts and risk strategies are important not only for businesses but also for the government to design appropriate interventions. This research aimed to (1) identify the sources of risks, (2) analyze the probabilities and risk effects, and (3) analyze the risk management strategies. The owner or captain of the twenty-seven vessel units who use the Gilnett fishing gear were censused and interviewed with a questionnaire. Data was collected includes the characteristics of the respondents, sources of risks, risk impacts, operational aspects, prices and markets of the business of fishing. Descriptive analysis and risk management analysis were applied to answer research objectives. The results of the study indicate that the greatest source of risk is an operational risk on sources of unpredictable weather risks, uncertainty about catches, and capital. Fishing activity in Bengkulu City, the probability value is based on the fishing trip period and the catch value is 32.64% and 48.40%. The value of the risk impact is based on the fishing trip period and the value of the catch is IDR 9,948,578.25 and IDR 548,793,316.42. The results of the study conclude that strategies that can be carried out in managing risks including (a) utilizing the most optimal weather information, (b) getting used to saving when the abundant results, (c) expanding fishing ground outside the traditional catchment area, (d) accuracy of the catching area (fishing ground), (e) prolongation of fishing day, and (f) vertical diversification (downstreaming) of catches. 


Author(s):  
Kurnia Hardjanto

Kerajinan kekerangan merupakan usaha sektor kelautan dan perikanan yang menghasilkan produk bernilai ekonomis tinggi dengan bahan baku dari limbah cangkang kerang. Produk kerajinan kekerangan tidak hanya dipasarkan di dalam negeri, tetapi juga banyak diekspor ke mancanegara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses kerajinan kekerangan di “Sabila Craft” Kota Magelang, menganalisis biaya dan pendapatan usaha kerajinan serta strategi pemasaran produk. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode analisis deskriptif. Hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa, bahan baku kerajinan kekerangan yang digunakan “Sabila Craft” adalah kerang simping, yang diperoleh dari daerah pantai utara Jawa. Jumlah kebutuhan bahan baku sekitar 6.500kg perbulan, yang mampu menghasilkan 3.200 – 3.500 buah produk. Biaya produksi rata-rata Rp3.700.000,00 perbulan. Pendapatan yang diperoleh dari usaha kerajinan kekerangan sebesar Rp26.400.000,00 − Rp28.600.000,00 perbulan. Produk kekerangan di “Sabila Craft” dipasarkan secara domestik dan ekspor. Namun demikian, usaha ini masih membutuhkan kemudahan mendapatkan bahan baku dan dukungan fasilitas pemasaran produk.Title: Utilization of Shellfish Waste as a Source of Household Economy: A Case Study in Sabila Craft, Magelang CityThe seashells handicraft is a business in the marine and fisheries sector that produces economically valuable products with raw materials from seashells waste. The products are not only marketed domestically, but are also widely exported to foreign countries. This study aims determinate the process of the seashells handicraft, analyze cost and revenues of sea shells handicraft and and product marketing strategies. The study using descriptive analysis method. The results showed that the raw material for the craft of drought used by the “Sabila Craft” was the scallop shell, which was obtained from the north coast of Java. The amount of raw material needs is around 6,500kg per month, which is capable of producing 3,200 - 3,500 products. The average production cost is IDR 3,700,000.00 per month. While the income earned from the handicraft handicraft business is IDR26,400,000.00 IDR28,600,000.00 per month. “Sabila Craft” products are sold in domestic and export. However this business still needs help to get raw materials and support for marketing products. 


Author(s):  
Nensyana Shafitri ◽  
Armen Zulham ◽  
Umi Muawanah

Masyarakat pesisir di perbatasan Kabupaten Nunukan (Provinsi Kalimantan Utara, Indonesia) dan Tawau (Sabah, Malaysia) saling ketergantungan diantara keduanya dalam pemenuhan kebutuhan pokok dan input produksi perikanan. Kajian ini bertujuan menggambarkan hubungan kekerabatan masyarakat Nunukan dengan masyarakat Tawau, dan menganalisis perilaku para pelaku utama pada usaha perikanan. Responden dipilih secara purposive terhadap pemilik usaha penangkapan ikan dan budi daya rumput laut di Pulau Nunukan dan Pulau Sebatik. Data primer diperoleh melalui wawancara, Focus Group Discussion (FGD), dan observasi dengan metode survei. Analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif dan deskripsi tabulasi silang dengan penghitungan sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perekonomian masyarakat perbatasan di Nunukan dipengaruhi oleh sistem kekerabatan dalam menjalankan usaha dan perilaku bisnis. Sistem kekerabatan dibangun untuk menjamin agar usaha yang dijalankan dapat berjalan dengan baik. Perilaku bisnis nelayan dan pembudi daya rumput laut menjamin keberlanjutan peningkatan skala usaha melalui akses sumber daya yang terjamin, pemilihan tenaga kerja yang tepat, pemilihan akses pasar yang sesuai, pemilihan teknologi yang tepat, pemanfaatan sumber modal yang saling menguntungkan, serta pemanfaatan sumber tabungan yang ada. Oleh karena itu, pemerintah daerah Kabupaten Nunukan diharapkan dapat membentuk asosiasi atau kelompok dagang dan mendorong lembaga keuangan finansial (terutama Bank BRI atau Bank BUMN lain) mempunyai perwakilan di desa-desa produsen rumput laut dan penangkapan ikan.Title: Coastal Community and Its Behavior to Fisheries Business Networks: Case Study of Border Area in Nunukan RegencyCoastal communities in Nunukan Regency (North Kalimantan Province, Indonesia) and Tawau (Sabah, Malaysia) are interdependent in the fullfillment of the basic needs and fishery’s input production. This study aimed to describe the relationship between Nunukan and Tawau coastal community and to analyze the behaviors of the main actors of fishery businesses. Respondents were purposively selected from the owners of fishing boats and seaweed farm in Nunukan and Sebatik Island. Primary data were collected through interviews, group discussion, and survey observation. Data were analyzed with qualitative descriptive method and cross-tabulation with simple calculation. The results found that the economy of community in Nunukan was influenced by relationship system in business activities and behavior. Relationship system was built to ensure the benefit of their businesses. The business behaviors helped to ensure the sustainability and expansion of their businesses through the guarantee of resource access, employee selection, market selection, technology selection, mutual benefit of financial capital sources, and the use of existing savings. Therefore, the government of Nunukan Regency need to establish trade association or groups and to encourage the financial institution (especially government banks) to operate in the village of seaweed and fishing activities. 


Author(s):  
Suharyanto Suharyanto ◽  
Armen Zulham ◽  
Muhendis Sidqi ◽  
Arif Sudianto ◽  
Arif Widianto ◽  
...  

Potensi sumber daya hayati dan non hayati laut di Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) di Indonesia dapat menjadi pertumbuhan ekonomi kawasan perbatasan Indonesia. Saat ini, pertumbuhan ekonomi di kawasan perbatasan tersebut tertinggal dibandingkan di daratan. Potensi ekonomi kawasan PPKT mempunyai multiplier effect yang luas, membuka lapangan kerja, pendapatan, dan devisa jika dikelola dengan baik. Makalah ini bertujuan untuk mengidentifikasi potensi PPKT yang dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan. Analisis skoring terhadap variabel-variabel penentu digunakan untuk mengidentifikasi sumber pertumbuhan ekonomi di PPKT. Hasil analisa menunjukkan terdapat 61 PPKT dari 111 pulau yang mempunyai potensi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di wilayah perbatasan. Enam puluh satu PPKT tersebut memiliki keunggulan bervariasi sebagai pusat pertumbuhan ekonomi.Hasil skoring terhadap variabel potensi pada 61 PPKT tersebut menunjukkan adanya 7 (tujuh) kelas prioritas pengembangan PPKT. Hasilnya,Pulau Tokong Belayar, Senua, Mangkai, dan Mantehage termasuk ke dalam PPKT kelas prioritas pertama. Kegiatan wisata bahari direkomendasikan sebagai kegiatan potensial untuk mengembangkan perekonomian PPKT yang dapat menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi masyarakat setempat serta berpeluang menambah devisa negara.Title: The Small Islands as a Center of the Regional Economic Growth in Indonesian Border Areas: Review of the Technical, Social and Economic AspectsPotency of renewable and non-renewable marine resources of Indonesian small islands could promote economic growth in Indonesian border areas. Currently, the economic growth of border areas have left behind compared with mainland areas. Potency of economy could give multiplier effect, create employment, income, as well as foreign exchanges when the resources are well managed. This study aimed to identify the potency of small islands that can be developed as center of economic growth in the border area. Scoring analysis to determinant variables were used to identify the source of economic growth in the small islands. The finding showed that there were 61 small islands of 111 small islands have the potency to be developed as economic growth center in border areas. Those 61 small islands have 7 (seven) priority classes for small islands development. As the result, the island of Tokong Belayar, Senua, Mangkai, and Mantehage islands were included in first class priority. Finally, marine tourism becomes potential activity to develop the economy of small islands, create new jobs opportunity and income sources for local communities, as well as contribute the increase of foreign exchanges.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document