Jurnal Vektor Penyakit
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

66
(FIVE YEARS 21)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan

2354-8835, 1978-3647

2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 27-36
Author(s):  
Anis Nurwidayati ◽  
Hayani Anastasia ◽  
Yuyun Srikandi ◽  
Tri Juni Wijatmiko ◽  
Murni Amiruddin

Abstract Rats are known as the natural reservoir of several worm infections that are important for public health, one of which is schistosomiasis. This study aimed to identify the species variety of rats and infection rate of schistosomiasis in rats in schistosomiasis Napu endemic areas, especially in Dodolo and Kaduwaa villages, Poso District, Central Sulawesi. This research was an observational study that conducted from May to June 2018. Trap the rats was carried out for three consecutive nights using 100 traps that were conducted in different places, namely cacao fields, bamboo groves, corn fields, and shrubs. The total number of rats caught in Dodolo Village was 15 of the 100 traps. The species of rats found were Rattus argentiventer, Rattus sp., R.tanezumi, R.exulans, Maxomys muschenbroekii, and Paruromys dominator. The number of rats infected with schistosomiasis was 7 (46,67% infection rate). The total number of rats caught in Kaduwaa Village was 13 of the 100 traps. The species oof rats found were Rattus argentiventer, R.tanezumi, and R.exulans. The number of rats infected with schistosomiasis were 3 (23,07% infection rate). From the results can be concluded that sylvatic transmission of schistosomiasis still occured in endemic areas. Abstrak Tikus dikenal sebagai reservoir alami dari beberapa infestasi cacing yang penting bagi kesehatan masyarakat, salah satunya schistosomiasis. Tikus mengandung telur cacing Schistosoma japonicum yang dapat ditularkan ke manusia secara tidak langsung melalui hospes keong perantara schistosomiasis. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis tikus dan tingkat infestasi cacing S. japonicum pada tikus di daerah endemis schistosomiasis Napu, khususnya di Desa Dodolo dan Kaduwaa, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah. Penelitian ini merupakan studi observasional yang dilakukan pada bulan Mei sampai Juni tahun 2018. Penangkapan tikus dilakukan selama tiga malam berturut-turut menggunakan 100 perangkap mati yang dipasang pada tempat yang berbeda, yaitu daerah fokus keong kebun cokelat, kebun bambu, kebun aren, kebun enau, aliran air, padang rumput, dan sawah. Jumlah total tikus yang tertangkap di Desa Dodolo adalah 15 ekor. Jenis tikus yang ditemukan yaitu Rattus argentiventer, Rattus sp., R.tanezumi, R.exulans, Maxomys muechenbroekii, dan Paruromys dominator. Jumlah tikus yang terinfestasi schistosomiasis sebanyak 7 ekor (infection rate 46,67%). Jumlah total tikus yang tertangkap di Desa Kaduwaa adalah 13 ekor dari 100 perangkap yang dipasang selama tiga malam. Jenis tikus yang ditemukan yaitu Rattus argentiventer, R.tanezumi, dan R.exulans. Jumlah tikus yang terinfestasi schistosomiasis adalah 3 ekor (infection rate 23,07%). Berdasarkan temuan tikus yang terinfestasi schistosomiasis tersebut dapat disimpulkan bahwa penularan schistosomiasis yang melibatkan hewan liar masih terjadi di daerah endemis Napu, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.  


2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 17-26
Author(s):  
Gunawan Gunawan ◽  
Tri Wibawa ◽  
Mahardika Agus Wijayanti ◽  
Hayani Anastasia

Leptospirosis is still a global health problem because it affects human health in rural and urban areas, both in industrialized and developing countries. The aim of the study was to detect Leptospira spp. bacteria in kidney tissues isolated from rats in the Napu and Bada Highlands of Poso District, Central Sulawesi Province. Kidneys sample from 63 rats were collected from Napu and Bada Highlands of Poso District, Central Sulawesi Province in MayJune 2018. Polymerase Chain Reaction (PCR) was used to detect Leptospira. The molecular characterizations were conducted based on the 16SrRNA and LipL32 genes. Data were analyzed descriptively to describe the presence of pathogenic Leptospira DNA. Analysis phylogenetic was performed using MEGA 6.2 software. A total of 63 rats was successfullycaught during the study consisting of males and female for 36 (57.1%) and 27 (42.9%), respectively. The species of rats were R. exulans, R. tanezumi, R. argentiventer, R. norvegicus,  M. Musculus, Paruromys dominator, Maxomys sp., and Rattus sp. The pathogenic of Leptospira DNA was detected in rats with R. argentiventer and Paruromys dominatorspecies using the 16S rRNA and LipL32 gene. Sample sequences using LipL32 target gene is a close similarity with L. interrogans serovar Hardjo, serovar Autumnalis, Lai, Icterohaemorrhagiae, Balico, Grippotyphosa, Mini, Canicola, Hebdomadis; L. noguchii serovar Pomona and L. kirschneri whereas the sample sequence using 16S rRNA targetgene showed similarity with L. interrogans serovar Canicola, Copenhagen, Autumnalis, Pyrogenes, Javanica, Icterohaemorrhagiae, Manilae, Bratislava, Linhae, Hebdomadis, and L. kirschneri serovar Grippotyphosa. The PCR method with the target gene 16SrRNA and LipL32 are able to detect Leptospira spp. in rats R. argentiventer and P. dominator species Keywords: Leptospira, 16S rRNA, LipL32, PCR, Kidney’s Rat   Leptospirosis masih merupakan masalah kesehatan global karena mempengaruhikesehatan manusia di daerah pedesaan dan perkotaan, baik di negara industri maupun mnegara berkembang. Tujuan penelitian adalah untuk mendeteksi bakteri Leptospira spp di jaringan ginjal dari tikus di Dataran Tingi Napu dan Bada Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah. Ginjal tikus sebanyak 63 sampel dikoleksi dari Dataran Tinggi Napu dan Bada Kabupaten Poso, Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Mei – Juni 2018. PCR digunakan untuk mendeteksi Leptospira. Karakterisasi molekuler dilakukan berdasarkan gen 16SrRNA dan LipL32. Data dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan keberadaaN Leptospira yang patogenik. Analisis filogenetik dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Mega 6.2. Sebanyak 63 tikus berhasil ditangkap selama penelitian yang terdiri dari jantan dan betina, masing masing 36 ekor (75,1%) dan 27 ekor (42,9%). Spesies tikus adalah R. exulans, R. tanezumi, R. argentiventer, R. norvegicus, M. Musculus, Paruromys dominator, Maxomys sp, dan Rattus sp. DNA Leptospira patogenik terdeteksi pada tikus dengan spesies R. argentiventer dan Paruromys dominator menggunakan gen 16SrRNA dan LipL32 Sekuen sampel dengan target gen LipL32 menunjukkan kesamaan dengan L. interrogans serovar Hardjo, serovar Autumnalis, Lai, Icterohaemorrhagiae, Balico, Grippotyphosa, Mini, Canicola, Hebdomadis; L. noguchii serovar Pomona dan L. kirschneri. Sedangkan sekuen sampel dengan target gen 16S rRNA menunjukkan kesamaan dengan L. interrogans serovar Canicola,Copenhagen, Autumnalis, Pyrogenes, Javanica, Icterohaemorrhagiae, Manilae, Bratislava, Linhae, Hebdomadis, dan L. kirschneri serovar Grippotyphosa. Metode PCR dengan target gen 16SrRNA dan LipL32 mampu mendeteksi Leptospira spp. pada tikus dengan spesies R. argentiventer dan P. dominator. Kata kunci: Leptospira,  16S rRNA, LipL32,  PCR,  Ginjal Tikus


2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 9-16
Author(s):  
Lasbudi P. Ambarita ◽  
Milana Salim ◽  
Hotnida Sitorus ◽  
Rika Mayasari

Abstract Dengue hemorrhagic fever (DHF) in South Sumatra Province especially Prabumulih in recent years has not shown a significant decline. This research aims to assess community’s level of knowledge, attitudes and practice with regards to empowerment of cadres and community group as an intervention variable. There were three location of research, first location with intervention of empowerment of cadre and community group, second location with cadre empowerment and the third location without intervention. The data collected in this research is knowledge, attitude and practice of the community before and after the intervention provided. The results showed there is an average level difference of knowledge, but statistically difference occurred on the knowledge and practice in an area with an intervention empowerment of cadres and local community groups. Local community groups such as religious group, social gathering, youth organization, etc can be an effective target for increasing knowledge about disease prevention aspects of DHF, raises awareness and triggered behavior change collectively. Abstrak Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Sumatera Selatan khususnya Kota Prabumulih dalam beberapa tahun terakhir belum menunjukkan penurunan yang signifikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dampak dari intervensi, pemberdayaan kader dan kelompok masyarakat terhadap tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat. Intervensi yang diberikan pada penelitian ini adalah satu wilayah dengan intervensi pemberdayaan kader jumantik dan kelompok ibu-ibu pengajian, wilayah yang kedua dengan intervensi pemberdayaan kader jumantik, dan wilayah yang ketiga tanpa diberikan intervensi. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat sebelum dan sesudah intervensi diberikan. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat antara sebelum dan sesudah intervensi, namun secara statistik perbedaan yang bermakna terjadi pada aspek pengetahuan dan perilaku di daerah dengan intervensi pemberdayaan kader dan kelompok masyarakat lokal. Kelompok masyarakat lokal seperti kelompok pengajian, arisan, karang taruna dan sebagainya dapat menjadi sasaran efektif untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang aspek pencegahan penyakit DBD, menimbulkan kesadaran dan memicu terjadinya perubahan perilaku secara kolektif.


2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 37-48
Author(s):  
Yahya Yahya ◽  
R Irpan Pahlepi ◽  
Rahayu Hasti Komariah ◽  
Desy Asyati ◽  
Surakhmi Oktavia

Abstract The study on mosquito diversity was conducted in Jagaraga Village, Buana Pemaca  Subdistrict and Sukajaya Village, Buay Rawan Subdistrict of Ogan Komering Ulu Selatan Regency in 2017. This study aimed to analyze population density of mosquitoes, feeding habits and resting behavior of mosquito, and identify the types of potential /specific breeding habitat of mosquito larvae in OKU Selatan regency. Mosquitoes were collected during the night for 12 hours, started at 06.00 p.m. until 06.00 a.m. by human landing, resting, and cattle landing collection methods. The indoor density of mosquitoes ranged from 0.04-3.96 mosquitoes/person/hour with the highest density of 10,7 on Cx.tritaeniorhyncus. Species of mosquitoes collected in Sukajaya Village were more diverse than in Buana Pemaca Village. There were 12 species and the most dominant species was Cx. tritaeniorhyncus (68.09%), Breeding habitats were identified in rice fields, bricks pit, puddle marsh, and flow of rice fields. Abstrak Penelitian tentang keragaman nyamuk telah dilakukan Di Desa Jagaraga Kecamatan Buana Pemaca dan Desa Sukajaya Kecamatan Buay Rawan Kabupaten OKU Selatan pada tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kepadatan populasi nyamuk yang tertangkap, menganalisis kebiasaan mencari makan danperilaku beristirahat masing-masing spesies nyamuk yang tertangkap serta mengetahui jenis-jenis habitat perkembangbiakan potensial bagi larva nyamuk yang ada di Kabupaten OKU Selatan. Penangkapan nyamuk dilakukan selama 12 jam dimulai dari pukul 18.00 WIB malam hingga pukul 06.00 pagi, menggunakan metode human landing collection, resting collection dan penangkapan di sekitar kandang ternak. Spesies nyamuk yang tertangkap 12 spesies dan yang paling dominan yaitu Culex tritaeniorhyncus(68,9%). Kepadatan nyamuk yang menggigit per orang per jam (MHD) di dalam rumah berkisar antara 0,04-3,96 ekor/orang/jam. Kepadatan rata-rata paling tinggi pada nyamuk Cx. tritaeniorhyncus 10,7 ekor. Habitat perkembangbiakan berupa sawah, lubang galian tanah liat untuk batu bata, kobakan, aliran sawah.


2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 49-56
Author(s):  
Windy Rusma Astuti ◽  
Hayani Anastasia ◽  
R Ratianingsih ◽  
J. W. Puspitaa ◽  
Samarang Samarang

Abstract Schistosomiasis is a zoonotic disease caused by a blood worm in the Trematode class of the genus Schistosoma that lives in a vein. This disease is one of the oldest and most important diseases in the world. In Indonesia, Schistosomiasis is caused by Schistosoma Japonicum Sp. This study focused on the detection of Schistosomiasis disease through identification of worm eggs found in human feces. Based on the result of the observations of the Schistosomiasis Laboratory in Kaduwaa and Dodolo Villages in North Lore Subdistrict, Poso Regency it was found the worm eggs of other species in feces of resident in Kaduwaa and Dodolo villages, namely Ascaris Lumbricoides worm eggs and Ancylostoma Duodenale worm eggs. Principal Component Analysis (PCA) and Linear Discriminant Analysis (LDA) methods are used to extract the egg image for the identification process, while Probabilistic Neural Network (PNN) methods were used to classify the species of the egg. The identification results are influenced by image capture techniques, image cutting techniques, the pixel size in the image, smoothing parameter values, and the number of sample images that used to train and test the data. The average accuracy of worm egg images identification using PNN is 98% with using the value of smoothing parameters 0,2. This result also shows that the Probabilistic Neural Network (PNN) method could be applied to identify the image of worm eggs found in human feces.  Abstrak Schistosomiasis merupakan penyakit zoonosis yang disebabkan oleh cacing darah kelas Trematoda dari genus Schistosoma yang tinggal dalam pembuluh darah vena. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit tertua dan paling penting di dunia. Di Indonesia, Schistosomiasis disebabkan oleh cacing Schistosoma Japonicum Sp. Penelitian ini berfokus pada deteksi penyakit Schistosomiasis melalui identifikasi telur cacing yang terdapat pada feses manusia. Hasil observasi di Laboratorium Schistosomiasis desa Kaduwaa dan Desa Dodolo Kecamatan Lore Utara Kabupaten Poso memperlihatkan ditemukannya pula telur cacing dari spesies lain pada feses masyarakat desa Kaduwaa dan Desa Dodolo, yaitu telur cacing Ascaris Lumbricoides dan Ancylostoma Duodenale. Metode Principal Component Analysis (PCA) dan Linear Discriminant Analysis (LDA) digunakan untuk ekstraksi citra telur dalam proses identifikasi, sementara metode Probabilistic Neural Network (PNN) digunakan untuk klasifikasi spesies telur. Hasil identifikasi dipengaruhi oleh teknik pengambilann citra, teknik pemotongan citra, besarnya piksel pada citra, nilai smoothing parameter, serta jumlah citra sampel yang digunakan untuk data pelatihan dan pengujian. Akurasi rata-rata identifikasi citra telur cacing menggunakan PNN tertinggi yaitu  dengan menggunakan nilai smoothing parameter . Hal ini menunjukkan bahwa metode Probabilistic Neural Network (PNN) dapat diterapkan untuk identifikasi citra telur cacing yang terdapat pada feses manusia.


2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 1-8
Author(s):  
Ade Pryta Simaremare ◽  
Novita Hasiani Simanjuntak ◽  
Saharnauli J. V. Simorangkir

Abstract Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is public health problem in Indonesia and causes  extraordinary event with  high mortality rate. It is caused by Dengue virus infection of the genus Flavivirirus transmitted by Aedes aegypti bite. All regions in Indonesia are risky for contracting DHF because the virus and the mosquitoes have spread widely in residential housing and public places throughout Indonesia. This study used an observational analytic design with cross sectional method. The respondents were people in the Marelan District of Medan. Data on knowledge, attitudes and practices about DHF were obtained through a guided questionnaire. Data about the presence of Aedes aegypti larvae were obtained through direct observation of the environment around the respondent's houses. The chi square analysis showed that the level of knowledge about DHF was not related to the presence of larvae with a p value of 0.128 (p value> 0.05). For attitude and practice aspects indicate relationship with p values of 0.01 and 0.004 (p value< 0.05). Often the knowledge about DHF is not manifested as action to reduce the presence of mosquito larvae causing the disease in their environment. Still, guidance in intensive counseling and motivating the community about eradicating mosquito nests is very important. Abstrak Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia dan sering menimbulkan kejadian luar biasa dengan tingkat kematian yang tinggi. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Dengue dari genus Flavivirus yang dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui perantaraan nyamuk Aedes aegypti. Seluruh wilayah di Indonesia berisiko terjangkit penyakit DBD, sebab baik virus penyebab maupun nyamuk penularnya sudah tersebar luas di perumahan penduduk maupun di tempat-tempat umum di seluruh Indonesia. Penelitian ini menggunakan disain penelitian analitik observasional dengan metode cross sectional. Responden dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kecamatan Medan Marelan. Data variabel pengetahuan, sikap dan tindakan mengenai DBD diperoleh melalui kuesioner secara terpimpin. Data variabel keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti diperoleh melalui observasi secara langsung lingkungan sekitar rumah responden. Hasil analisis chi square menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan mengenai penyakit DBD tidak berhubungan dengan keberadaan jentik dengan nilai p=0,128 (p value >0,05). Untuk aspek sikap dan tindakan menunjukkan adanya hubungan dengan nilai p masing-masing 0,01 dan 0,004 (p value <0,05). Seringkali pengetahuan mengenai DBD tidak diwujudnyatakan menjadi suatu tindakan untuk mengurangi keberadaan jentik nyamuk penyebab penyakit tersebut di lingkungan rumahnya. Walaupun demikian,pembinaan dalam penyuluhan dan motivasi yang intensif kepada masyarakat tentang pemberantasan sarang nyamuk tetap sangat penting dilakukan.


2020 ◽  
Vol 14 (1) ◽  
pp. 57-64
Author(s):  
Monika Noshirma ◽  
Ruben Wadu Willa ◽  
Muhammad Kazwaini ◽  
Arief Wibowo

Abstract Incidence Rate (IR) of Dengue fever in east and southwest Sumba district in 2015 amounted to 10.7‰ and 12.95‰ respectively. The phenomenon which is often found during this time is the transovarial transmission of the dengue virus in Ae. aegypti mosquitoes. The purpose of this research was to determine the presence of viral infections in Ae. aegypti mosquitoes through transovarial. It was a descriptive study with a cross-sectional design. The sample was an adult Ae. aegypti mosquito that is 8 to 10 days old. Dengue virus in mosquito body was checked by using immunocytochemical method Streptavidin Biotin Peroxidase Complex (ISBPC) at headsquash preparation. The resultshowed that the transovarial infection presence in male and female Ae. aegypti in East and Southwest Sumba District with Transovarial Infection Rate (TIR) in females and males ranging from 41.67%-41.92 and 25.00 – 50.00% respectively. The female and males mosquitoes TIR in East Sumba district were ranging from 20.00%-40.00% and 35.00%-40.00% respectively. East and Southwest Sumba districts are a high potential area for the transmission of dengue hemorrhagic fever with the presence of dengue virus in Ae. aegypti. Abstrak Incidence Rate (IR) Demam Berdarah Dengue di Kabupaten Sumba Barat Daya dan Kabupaten Sumba Timur pada tahun 2015 masing-masing sebesar 10,7‰ dan 12,95‰. Fenomena yang sering ditemukan selama ini adalah transmisi trans-ovari virus dengue pada nyamuk Ae. aegypti. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui adanya infeksi virus dengue pada nyamuk Ae. aegypti melalui trans-ovari. Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan desain potong lintang. Sampelnya adalah nyamuk Ae. aegypti dewasa yang telah berumur delapan sampai 10 hari. Pemeriksaan virus Dengue dalam tubuh nyamuk menggunakan metode Imunositokimia Streptavidin Biotin Peroxidase Complex (ISBPC) pada sediaan headsquash. Hasil penelitian infeksi virus dengue pada Ae. aegypti betina maupun jantan di Kabupaten Sumba Barat Daya menunjukkan adanya infeksi virus dengue melalui trans-ovari dengan Transovarial Infection Rate pada nyamuk betina berkisar antara 41,67% - 41,92, dan pada nyamuk jantan 25,00 – 50,00%. Transovarial Infection Rate di Kabupaten Sumba Timur pada nyamuk betina yang berkisar antara 20,00% - 40,00% dan pada nyamuk jantan 35,00% - 40,00%. Kesimpulannya Kabupaten Sumba Barat Daya dan kabupaten Sumba Timur merupakan daerah yang berpotensi untuk terjadinya penularan DBD dengan ditemukannya infeksi virus dengue pada nyamuk Ae. aegypti betina maupun jantan.  


2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 115-124
Author(s):  
Andri Ruliansyah ◽  
Wawan Ridwan ◽  
Asep Jajang Kusnandar

Abstract The environment is an important factor in transmitting vector-borne diseases where an environment is a place of interaction between hosts, agents, and vectors. The existence of mosquitoes as a vector of various types of diseases is influenced by the existence of mosquito breeding habitats in an area. The results of mapping can be a guide to finding larva habitat when carrying out vector control. In addition, there is no map of larva habitat in Cibalong Subdistrict, Garut Regency so that mapping of breeding sites and behavior of mosquitoes becomes very important. The purpose of this study was to map the mosquito larval habitats in Cibalong District, Garut regency. Data collection was done by plotting habitats using Global Positioning System (GPS) and larva identifications using a compound microscope. Habitat larvae found in Karangparanje, Karyasari Village and Sakambangan, Mekarwangi Village, dominated by rice fields and water streams. While larvae found were Culex sp, Anopheles sp, Aedes sp, and Malaya sp. This finding confirmed that  Cibalong District receptive as a transmitting area of ​​Malaria, DHF, and Filaria, so it is necessary to be aware of the possibility of transmission of vector-borne diseases in those areas. Abstrak Lingkungan merupakan faktor penting dalam penularan penyakit tular vektor di mana lingkungan merupakan tempat berinteraksi antara host , agen dan vektor. Keberadaan nyamuk sebagai vektor berbagai macam penyakit dipengaruhi oleh keberadaan habitat perkembangbiakan nyamuk di suatu wilayah. Hasil suatu pemetaan dapat menjadi panduan untuk menemukan habitat jentik pada saat melakukan pengendalian vektor. Selain itu belum adanya suatu peta habitat jentik di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut sehingga pemetaan tempat perkembangbiakan dan perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Tujuan kajian ini untuk memetakan habitat jentik nyamuk di Kecamatan Cibalong  Kabupaten Garut. Pengumpulan data dilakukan dengan membuat titik (plotting)  habitat dengan menggunakan Global Positioning System (GPS) dan identifikasi jentik menggunakan mikroskop binokuler. Habitat jentik yang ditemukan di  Dusun Karangparanje Desa Karyasari dan Dusun Sakambangan Desa Mekarwangi, didominasi oleh sawah dan aliran sungai. Sedangkan jentik yang ditemukan yaitu Culex sp, Anopheles sp, Aedes sp dan Malaya sp. Hal ini menjadikan Kecamatan Cibalong reseptif sebagai daerah penular malaria, DBD, dan filaria, sehingga perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya penularan penyakit tular vektor di wilayah tersebut.


2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 97-106
Author(s):  
Dian Perwitasari

Abstract High data on cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) every year is the reason for continuing to monitor the breeding sites of Aedes sp., to knowing  entomological indicators, and identifying the level used of resistance of insecticides The aim of the study was to observed entomological indicators, the presence of larvae in mosquito breeding sites and insecticide resistance to adult mosquitoes. This study uses a multicenter descriptive method with a cross-sectional approach. Data collection was carried out in 2015 in three districts/cities (Padang, Bukit Tinggi, and Pesisir Selatan) of West Sumatra Province. The results of the entomological indicators monitored are still in the moderate category. Mosquito breeding habitats including controllable containers with larvae positive containers so that the potential as a source of transmission is 90.27% and disposable containers  which contain positive larvae of 9.94%. Insecticides used by the community, deltamethrin still showed the results of susceptible and alphacypermethrin conditions showing tolerance, whereas malathion, lamdacyhalothrin, and cypermethrin were resistant. The results of the temephos test as a larvacide used for the elimination of larvae are resistant to occur in two districts, namely Pesisir Selatan and Bukit Tinggi. Regular monitoring is needed in mosquito breeding habitats and encourages people to always care about environmental cleanliness. It is also necessary to look for alternative insecticides that are safe for the community. Abstrak Data kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang tinggi setiap tahun menjadi alasan untuk terus melakukan pemantauan tempat perindukan nyamuk Aedes sp., mengetahui indikator entomologi, dan mengidentifikasi tingkat resistensi insektisida yang digunakan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi indikator entomologi, keberadaan jentik di tempat perindukan nyamuk, dan resistensi insektisida terhadap jentik maupun nyamuk dewasa. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan potong lintang. Pengumpulan data dilakukan pada tahun 2015 di tiga kabupaten/kota (Padang, Bukit Tinggi, dan pesisir selatan) Provinsi Sumatera Barat. Hasil penelitian untuk indikator entomologi yang dipantau masih dalam kategori sedang. Habitat perkembangbiakan nyamuk yang termasuk controllable containers dengan kontainer positif jentik sehingga berpotensi sebagai sumber penularan sebesar 90,27% dan dispossable containers  yang positif jentik sebesar 9,94%. Insektisida yang digunakan oleh masyarakat, deltamethrin masih menunjukkan hasil rentan dan alphacypermethrin menunjukan toleran, sedangkan malathion, lamdacyhalothrin dan cypermethrin sudah resisten. Hasil uji temephos sebagai larvasida yang digunakan untuk pengendalian jentik sudah resisten terjadi di dua kabupaten yaitu Pesisir Selatan dan Bukit Tinggi. Diperlukan pemantauan berkala di habitat perkembangbiakan nyamuk dan mendorong masyarakat untuk selalu peduli terhadap kebersihan lingkungan. Diperlukan juga mencari alternatif insektisida yang aman untuk masyarakat.


2019 ◽  
Vol 13 (2) ◽  
pp. 107-114
Author(s):  
Andi Tilka Muftiah ◽  
Andi Yulia Kasma ◽  
Renaldi M

Abstract Dengue hemorrhagic fever (DHF) and malaria are diseases that are spread through vector (Vector Borne Disease), which can be prevented by applying larvacides. One of plant showing function as a natural larvacide is fragrant pandan leaves (Pandanus amaryllifolius). The chemical contents in fragrant pandan leaves are polyphenols, flavonoids, saponins, tannin, and alkaloids. This study aimed to recognize the effectiveness of fragrant pandan extract (P. amaryllifolius) in killing the larvae of Aedes sp. and Anopheles. This was experimental research, posttest only with control group design. The study population was Aedes sp. and Anopheles larvae (Instar III-IV) taken from the original habitat, then the sample was determined by purposive sampling method. The results revealed that the most effective concentration of fragrant pandan extract (P. amaryllifolius) in killing the larvae of Aedes sp. and Anopheles was 15%. Probit test results of Lethal Concentration 50% and 90% fragrant pandan extract for 24 hours to Aedes sp. larvae showed 9.445% and 14.087%, while to Anopheles larvae depicted 14.874% and 31.468%. It is expected to be guided to community in applying fragrant pandan extract as an alternative larvacide in everyday life to control vector diseases, particularly dengue hemorrhagic fever and malaria. Abstrak Demam berdarah dengue (DBD) dan malaria merupakan penyakit yang disebarkan melalui vektor nyamuk (Vector Borne Disease), yang dapat dicegah penyebarannya dengan menggunakan larvasida. Salah satu tanaman yang berfungsi sebagai larvasida alami adalah daun pandan wangi (Pandanus amaryllifolius). Kandungan kimia yang ada di daun pandan wangi adalah senyawa pahit berupa polifenol, flavonoid, saponin, tanin dan alkaloid. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) dalam mematikan larva Aedes sp. dan Anopheles. Jenis penelitian ini adalah Experimental dengan desain posttest only with control group. Populasi penelitian adalah larva nyamuk Aedes sp. dan Anopheles (instar III-IV) yang diambil dari habitat asli, kemudian sampel ditentukan dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini menyimpulkan bahwa konsentrasi ekstrak daun pandan wangi (P. amaryllifolius) yang efektif dalam mematikan larva Aedes sp. dan Anopheles dalam jumlah terbanyak adalah 15%. Hasil uji probit Lethal Concentration 50% dan 90% ekstrak daun pandan wangi selama 24 jam terhadap larva Aedes sp. menunjukkan angka 9,445% dan 14,087% sedangkan terhadap larva Anopheles menunjukkan angka 14,874% dan 31,468%. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi masyarakat dalam mengaplikasikan ekstrak daun pandan wangi sebagai larvasida alternatif di kehidupan sehari-hari untuk mengendalikan penyakit vektor khususnya demam berdarah dengue dan malaria.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document