LITERA
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

392
(FIVE YEARS 70)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 1)

Published By Universitas Negeri Yogyakarta

2460-8319, 1412-2596

LITERA ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 1-26
Author(s):  
Muakibatul Hasanah ◽  
Robiatul Adawiyah

Novel sebagai representasi dari kehidupan nyata banyak mengangkat tema-tema yang selama ini berkembang di masyarakat. Salah satu tema yang menarik dan banyak diangkat adalah tema yang berhubungan dengan perempuan. Setiap penulis mempunyai cara tersendiri untuk membuat pembaca tetap tertarik dengan kisah yang disajikan. Hal itu dilakukan tidak hanya dengan penyajian jalan cerita yang berbeda, namun juga melakukan konstruksi yang berbeda-beda pada sosok perempuan sehingga setiap cerita menggambarkan citra perempuan yang berbeda pula. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perbedaan konsep perempuan dan memaparkan unsur aporia dalam novel Siti Nurbaya, Belenggu, dan Di Balik Kerling Saatirah. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan dekonstruksi. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Data penelitian berupa kutipan dialog, monolog, dan narasi yang sesuai dengan fokus serta tujuan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan bentuk dekonstruksi konsep perempuan yang tergambar melalui penokohan Siti Nurbaya, Rohayah, dan Saatirah. Selain itu, melalui pembacaan dekonstruktif dapat ditemukan unsur aporia berupa paradoks, ironi, dan kontradiksi dalam ketiga novel tersebut.Kata Kunci: diferensiasi, perempuan, dekonstruksi, aporia,DIFFERENTIATION OF THREE-AGE WOMEN'S CONCEPTS: A STUDY OF THE DECONSTRUCTION OF JACQUES DERRIDAAbstractNovels as representations of real life carry many themes that have been developing in society. One of the interesting and widely discussed themes is related to women. Each writer has their own way of keeping readers interested in the story being presented. This is done not only by presenting a different storyline, but also by carrying out different constructions on the female figure so that each story depicts a different image of a woman. This study aims to identify differences in the concept of women and to explain the elements of aporia in the novels Siti Nurbaya, Belenggu, and Di Balik Kerling Saatirah. The study uses the deconstruction approach. This type of research is qualitative research. The research data are in the forms of dialogue quotations, monologues, and narratives that are in accordance with the focus and objectives of the study. Research results indicate that there are differences in the form of deconstruction of the concept of women as illustrated by the characterizations of Siti Nurbaya, Rohayah, and Saatirah. In addition, through deconstructive reading, elements of aporia can be found in the three novels in the forms of paradox, irony, and contradiction.Keywords: differentiation, women, deconstruction, aporia


LITERA ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 86-105
Author(s):  
Zain Syaifudin Nakrowi ◽  
Yeti Mulyati

Argumentasi sangat penting dalam artikel ilmiah. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan mengungkap kualitas argumentasi dalam artikel ilmiah pada jurnal dengan scope pendidikan bahasa Indonesia. Kualitas jurnal akan dievaluasi berdasarkan perspektif Toulmin. Evaluasi dipaparkan dalam pembagian kualitas argumentasi, struktur varian yang tampak dalam paragraf argumentasi, dan peringkat kualitas argumentasi pada jurnal terindeks sinta 2 sampai 6. Untuk mengungkap kualitas argumen tersebut, peneliti menggunakan pendekatan mixed method. Hasil temuan dari penelitian ini, pertama: secara umum kualitas argumen dalam artikel yang berfokus pada pendidikan bahasa Indonesia masih rendah. Argumen secara dominan disajikan dengan struktur P-D. Kedua, terdapat empat varian struktur argumen yang ditemukan, yaitu: P-D, P-D-J, P-D-T, dan P-D-J-T. Ketiga, kualitas argumen berdasarkan nilai rerata konversi menunjukkan jurnal terakreditasi sinta 2 memiliki kualitas masuk pada klasifikasi sedang. Sementara artikel pada jurnal terakreditasi 3, 4, 5, 6 dan tidak terakreditasi memiliki kualitas argumen tergolong pada kategori rendah.Kata kunci: kualitas argumen, wacana, perspektif toulminEVALUATING THE QUALITY ARGUMENT IN JOURNAL ARTICLESAbstrakArguments are very important in scientific articles. This study aims to reveal the quality of arguments in scientific articles in journals with the scope of Indonesian language education. The quality of the journal will be evaluated based on the Toulmin’s perspective. Evaluation is described in the division of argumentation quality, variant structure that appears in the argumentation paragraphs, and argumentation quality ratings in indexed journals 2 to 6. To reveal the quality of the arguments, the researcher uses a mixed method approach. The findings of this study are as follows. First: in general, the quality of the arguments in articles that focus on Indonesian language education is still low. The argument is predominantly presented with a P-D structure. Second, there are four variants of the argument structure found, namely: P-D, P-D-J, P-D-T, and P-D-J-T. Third, the quality of the argument based on the average conversion value shows that the Sinta 2 accredited journals have medium classification. Meanwhile, articles in accredited journals 3, 4, 5, 6 and un-accredited have the quality of their arguments in the low category.Keywords: quality of arguments, discourse, Toulmin's perspective


LITERA ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 179-195
Author(s):  
Putu Nur Ayomi

TRUMP VS JOKOWI: EXPLORING THE LEXICOGRAMMATICAL VARIATION OF HEAD OF STATES’ TWITTER COMMUNICATION Putu Nur AyomiUniversitas Mahasaraswati Denpasaremail: [email protected] Abstract Unlike other social media such as Facebook or Instagram, which is usually used to connect people and maintain relationships, Twitter focuses on information sharing. This makes Twitter an ideal platform to discuss ideas and generate conversations around particular issues. This article explores and compares the lexicogrammatical choices made by President Donald Trump and Joko Widodo in a selection of their tweets. Guided by Systemic Functional Linguistics (SFL), this article explains the stylistic differences and their implications in the three metafunctions: ideational, interpersonal, and textual, including the language used for evaluation drawn from the Appraisal system network. The study reveals that Trump’s language is more spoken-like than that of Jokowi’s. Trump also employs various appraisal strategies to negatively evaluate his opponents and counter various adverse accusations addressed to him. Jokowi, on the other hand, uses more abstract written-like language and use more positive appraisal strategies mainly addressed to his government programs and plans amid the Covid-19 pandemic. The result of the study reveals that different individual lexicogrammatical choices can generate diverse representations and images.Keywords: lexicogrammar, metafunction, grammatical metaphor, appraisalTRUMP VS JOKOWI: MENDEDAH VARIASI LEKSIKOGRAMATIKAL KOMUNIKASI KEPALA NEGARA DI TWITTERAbstrak Berbeda dengan media sosial lain seperti Facebook atau Instagram yang biasanya digunakan untuk menghubungkan orang dan menjaga hubungan, Twitter berfokus pada berbagi informasi. Ini menjadikan Twitter platform yang ideal untuk mendiskusikan ide dan menghasilkan percakapan seputar masalah tertentu. Artikel ini membahas dan membandingkan pilihan leksikogramatikal dari Presiden Donald Trump dan Joko Widodo dalam kumpulan tweet mereka. Dengan panduan teori Linguistik Fungsional Sistemik, artikel ini menjelaskan perbedaan gaya bahasa kedua presiden dan implikasinya dalam ketiga metafungsi: Ideasional, Interpersonal, dan Tekstual, termasuk penggunaan bahasa sebagai sarana evaluasi yang diambil dari sistem Appraisal. Kajian ini mengungkapkan bahwa bahasa Trump lebih bercirikan bahasa lisan dibandingkan bahasa Jokowi. Trump juga menggunakan berbagai strategi Appraisal untuk mengevaluasi lawan politiknya secara negatif dan untuk melawan berbagai tuduhan negatif yang ditujukan kepadanya. Di sisi lain, Jokowi menggunakan bahasa yang lebih abstrak dan bercirikan bahasa tertulis serta menggunakan strategi Appraisal positif terutama yang ditujukan pada program dan rencana kerja pemerintahannya di tengah pandemi Covid-19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pilihan leksikogramatikal individual yang berbeda dapat menghasilkan representasi dan citra yang beragam.Kata kunci: leksikogramatika, metafungsi, metafora gramatikal, appraisal


LITERA ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 120-137
Author(s):  
Haeran Haeran

The Bugisnese song lyrics use many methapors by their creators as expression forms of social reality. This study aims to describe the kinds of metaphors analyzed from the semantic cognitive aspect. The study is qualitative research. The study uses the semantic cognitive approach. Data sources are taken from Bugisnese song lyrics composed by Ancha Mahendra and Ansar S. from year 2000 to year 2010. Data collection procedures consist in reading and listening attentively then continued by note taking. After data collection, data are analyzed in the steps of data reduction, data presentation, and conclusion. The research results show that using of structural metaphors was more dominantly found in Bugisnese song lyrics than in orientational and ontology metaphors. Three kinds of metaphors are found; namely ten structural metaphors, one orientational metaphors, and four ontology metaphors. The use of structural metaphors is found more indicating that the song authors do not want to convey the lyrics purposes directly, but choose to transfer the purposes of song lyrics into concept of objects that have physical characteristics.Keywords: metaphor, song lyrics, Bugisnese song, semantic cognitiveMETAFORA DALAM LIRIK LAGU BUGIS: KAJIAN SEMANTIK KOGNITIFAbstrakLirik lagu Bugis banyak menggunakan metafora yang oleh penciptanya digunakan sebagai bentuk ekspresi penggambaran realitas sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis metafora dalam lirik lagu Bugis yang dikaji dari segi semantic kognitif. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan semantik kognitif. Sumber data diambil dari lirik lagu Bugis yang diciptakan oleh Ancha Mahendra dan Ansar S. dari tahun 2000—2010. Teknik pengumpulan data digunakan dengan teknik baca dan simak dilanjutkan dengan teknik catat. Setelah data terkumpul, kemudian dianalisis dengan beberapa tahap yakni berupa reduksi data, penyajian data kemudian penyimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metafora struktural lebih banyak digunakan dalam lirik lagu Bugis dari pada metafora orientasional dan ontologis. Ditemukan metafora yang terbagi menjadi tiga jenis, yaitu sepuluh metafora struktural, satu metafora orientasional, dan empat metafora ontologis. Penggunaan metafora struktural lebih banyak ditemukan karena mengisayaratkan bahwa pencipta lagu tidak ingin menyampaikan maksud lirik secara langsung, tetapi lebih memilih mentransferkan maksud lirik lagu ke dalam konsep benda yang memiliki sifat fisik.Kata Kunci: metafora, lirik lagu, Bugis, semantik kognitif


LITERA ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 27-44
Author(s):  
Dina Etikawati

Berdasarkan analisis bahasa fungsional, pemakaian unsur gramatikal menggambarkan realitas sosial yang ada. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan representasi kinerja kepolisian tentang kasus teror air keras Novel Baswedan dan upaya hegemoni dalam pemberitaan di kompas.com. Penelitian ini menerapkan pedekatan analisis wacana kritis model Fairclough. Data penelitian menggunakan pernyataan langsung kepolisian dalam pemberitaan di kompas.com. Data dikumpulkan dari edisi Mei 2017 s/d Desember 2019 yang diseleksi berdasarkan konteks penyelidikan kasus teror air keras Novel Baswedan. Penelitian ini menggunakan total 42 kutipan pernyataan langsung dari 18 teks berita yang dianalisis menggunakan metode abduktif inferen. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, lembaga kepolisian diinterpretasikan memiliki kinerja sebagai berikut, bertanggung jawab yang direpresentasikan temuan proses material 39%, berkredibilitas direpresentasikan proses mental 30% dan proses verbal 14%, dan lembaga kooperatif direpresentasikan proses relasional 13% dan proses behavioral 4%. Kedua, pernyataan langsung Polri juga berfungsi sebagai upaya menghegemoni seperti, meyakinkan, mempengaruhi, dan mengontrol pihak lain.Kata kunci: representasi, kinerja, hegemoniTHE REPRESENTATION OF THE HEGEMONIC PERFORMANCE OF THE POLICE IN NOVEL BASWEDAN’S ACID ATTACK NEWS IN KOMPAS.COMAbstract Based on the analysis of functional language, the use of grammatical elements illustrates the existing social reality. This study aims to describe the representation of the police's performance in ivestigating the case of Novel Baswedan acid attack and the hegemony efforts in reporting in Kompas.com. This study applies the approach of analysis of Fairclough's critical discourse. The research data were taken from the police's direct statement in the news in Kompas.com. The data were collected from the May 2017 to the December 2019 editions and were selected based on the context of the investigation of Novel Baswedan’s acid attack. This study used a total of 42 direct statement excerpts from 18 news that were analyzed using inferent abductive methods. The research results are as follows. First, the police institution is interpreted to have responsible performance that is represented by the findings of the material process of 39%; credibility is represented by mental processes of 30% and verbal processes of 14%; and the cooperative institutions represent a relational process of 13% and behavioral processes of 4%. Second, The Police's direct statement also functions as an attempt to hegemony such as, convincing, influencing, and controlling other parties.Keywords: representation, performance, hegemony


LITERA ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 72-85
Author(s):  
Hartono Hartono ◽  
Suroso Suroso ◽  
Dwi Budiyanto

Menulis kreatif merupakan keterampilan yang dapat berkontribusi bagi pengembangan kemampuan berbahasa. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa dalam menulis cerita pendek melalui teknik transformasi teks puisi dan co-creative writing. Penelitian ini melibatkan 18 orang mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta sebagai subjek penelitian dan seorang dosen pengampu mata kuliah Menulis Sastra sebagai kolaborator peneliti. Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan dua siklus dengan lima kali pertemuan selama pengambilan data penelitian. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, dan penyebaran kuisioner untuk kemudian dilakukan kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan dari data kualitatif yang diperoleh. Kemampuan mahasiswa dalam menulis cerita pendek diperoleh melalui tes menulis cerita pendek yang kemudian dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Berdasarkan analisis, diperoleh kesimpulan sebagai berikut. Pertama, penerapan teknik transformasi teks puisi dan co-creative writing dapat meningkatkan efikasi diri mahasiswa, mengembangkan kesadaran kolaborasi dalam menulis cerita pendek, dan membangun suasana perkuliahan menulis sastra yang aktif dan dinamis. Kedua, peningkatan skor rerata setiap aspek kompetensi menulis cerita pendek dari siklus ke siklus memperlihatkan bahwa penerapan teknik transformasi teks puisi dan co-creative writing dapat meningkatkan kompetensi menulis cerita pendek di kalangan mahasiswa. Teknik ini terutama sangat membantu dalam mengembangkan kemampuan untuk menggali ide dan imajinasi penulisan cerita pendek. Mahasiswa menjadi terlatih untuk melakukan ekspansi cerita, modifikasi dan variasi, atau konversi cerita.Kata kunci: menulis kreatif, transformasi teks puisi, efikasi diri, menulis kolaboratifINCREASING COMPETENCE OF SHORT STORIES WRITING THROUGH POETRY TEXT TRANSFORMATION AND CO-CREATIVE WRITING TECHNIQUESAbstract Creative writing is a skill that is expected to contribute to the development of language skills. This study aimed to improve students' competence in writing short stories through poetry texts transformation and co-creative writing techniques. The study involved 18 students of the Department of Language and Literature Education, Faculty of Language and Arts, Yogyakarta State University as research subjects and a lecturer who teaches Literature as a research collaborator. The study was a classroom action research by applying two cycles with five meetings during the research data collection. Data collection was carried out through observation, interviews, and filling out questionnaires followed by data condensation, data display, and drawing conclusions from the qualitative data obtained. Students' ability in writing short stories was obtained through a short story writing test which was then analyzed using descriptive quantitative analysis. The following research results were obtained. First, the application of poetry texts transformation and co-creative writing techniques increased student self-efficacy, developed collaborative awareness in writing short stories, and built an active and dynamic literary writing lecture atmosphere. Second, the increase in the mean score of each aspect of competency in writing short stories from cycle to cycle showed that the application of the poetry texts transformation and co-creative writing techniques improved the competence of writing short stories among students. This technique was especially helpful in developing the ability to explore ideas and imagination in writing short stories. Students became trained to do story expansion, modification, and variation, or story conversion.Keywords: creative writing, poetry texts transformation, self-efficacy, collaborative writing


LITERA ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 138-153
Author(s):  
Setyawan Pujiono ◽  
Pratomo Widodo

Upaya untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada penutur asing (BIPA) dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan. Salah satu pendekatan yang terbuka luas adalah melalui perkuliahan Menulis Karya Ilmiah (akademik). Tujuan penelitian ini untuk menguraikan implementasi budaya dalam perkuliahan menulis akademik mahasiswa BIPA dan mendeskripsikan topik terkait budaya Indonesia dalam produk karya tulis mahasiswa BIPA. Metode penelitian ini berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan studi pustaka dalam proses perkuliahan menulis akademik mahasiswa BIPA. Hasil penelitian menunjukkan selama proses perkuliahan menulis akademik sudah berbasis budaya. Saat perkuliahan, dosen sudah menggunakan materi tentang budaya dan aktivitas mahasiswa (pemilihan ide, pengumpulan data, dan penulisan laporan) sudah beorientasi pada budaya Indonesia (khususnya budaya Jawa). Kemudian, topik produk tulisan mahasiswa juga berbasis budaya seperti perilaku hidup masyarakat Jawa, upacara tradisi, seni tradisi, dan benda-benda (artefak) budaya. Topik budaya dipilih oleh mahasiswa BIPA Tiongkok, karena: a) topik budaya sesuai pilihan mahasiswa, sehingga memotivasi belajar mereka, b) penelitian budaya merupakan materi otentik dan beraneka ragam jenisnya, c) budaya merupakan lahan tumbuhnya nilai-nilai dan kepribadian yang luhur dan mempercepat penyesuaian mahasiswa terhadap masyarakat lingkungannya.Kata kunci: budaya, menulis akademik, BIPAIMPLEMENTATION OF INDONESIAN CULTURE IN ACADEMIC WRITING CLASS OF CHINESE BIPA STUDENTSAbstractEfforts to introduce Indonesian culture to foreign speakers (BIPA) can be made through various approaches. One approach that is wide open is through lectures on Writing Scientific Papers (Academic Writing). The purpose of this study is to describe the implementation of cultures in the academic writing classes of BIPA students and to describe topics related to Indonesian cultures in the product of BIPA student research reports. The method of the study is based on the results of observations, questionnaires, and literature study in the academic writing process of BIPA students. The research results show that, during the lecture process, academic writing is based on culture. During classes, lecturers use material about students’ cultures and activities (idea selection, data collection, and report writing) which are oriented towards Indonesian cultures (especially Javanese cultures). Then, the topic of students’ writing is also based on cultures such as the behavior of the Javanese society, traditional ceremonies, traditional arts, and cultural objects (artifacts). The topic of the cultures is chosen by the Chinese BIPA students because: a) cultural topics are in accord with students’ choices, thus motivating their learning, b) cultural research is authentic material and has various types, c) culture is the land for the growth of noble values and personalities and accelerates the adjustment of students to their community.Keywords: culture, academic writing, BIPA


LITERA ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 154-178
Author(s):  
Eti Setiawati ◽  
Titis Bayu Widagdo

Tokoh Werkudara (WR) memiliki kekhasan yang menjadikan tokoh tersebut unik dan berbeda dibanding tokoh lainya dalam pementasan wayang purwa. Secara kebahasaan tokoh WR memiliki gaya berbicara kasar dan tidak pernah berbicara halus, dan cenderung tidak santun terhadap mitra tuturnya. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pola prosodi strategi kesantunan tindak tutur direktif yang dilakukan tokoh Werkudara dalam wayang purwa. Penelitian ini menggunakan data tindak tutur direktif yang dilakukan tokoh Werkudara dalam lakon Dewa Ruci dengan pemilihan kalimat target tindak tutur direktif requestives sub fungsi meminta dengan struktur S-P-Pel aku jaluk pamit dan tindak tutur direktif questions sub fungsi bertanya dengan strutur apa-S?. Sumber penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekaman video pementasan wayang lakon Dewa Ruci oleh Ki Nartosabdo. Data tuturan tersebut diproses dengan menggunakan aplikasi Praat dengan berpedoman pada aturan IPO (Instituut voor Perceptie Onderzoek) guna menggambarkan dan mempersepsikan aspek prosodi dari tuturan Werkudara kepada masing-masing mitratuturnya. Penelitian ini menggunakan teori pragmatik sebagai pisau bedah guna menjelaskan hubungan pola prosodi dalam membangun kesatunan dengan mitra tutur. Hasil penelitian ini dapat dijelaskan tiga pola prosodi dalam tindak tutur direktif Werkudara, yaitu pertama, konteks mitra tutur (+D, +P ‘met’) dalam tuturanya Werkudara menggunakan pola prosodi kontur nada turun atau deklinasi, julat nada tinggi (melodis), dan durasi panjang. Kedua konteks mitra tutur (-D, +P ‘met’) menggunakan pola prosodi kontur nada turun atau deklinasi, julat nada kecil (monoton), dan durasi panjang. Ketiga, konteks mitra tutur (+D, +P ‘mat’) menggunakan pola prosodi kontur nada naik atau inklinasi, julat nada kecil (monoton), dan durasi pendek.Kata kunci: wayang purwa, werkudara, tindak tutur direktif, pola prosodi POLITENESS STRATEGY OF DIRECTIVE SPEECH ACT OF WERKUDARA IN THE WAYANG PURWA: A PROSODIC ANALYSISAbstract The Werkudara (WR) character has a peculiarity that makes this character unique and different from other characters in the shadow-puppet performances. Linguistically, the WR character has a harsh speaking style, never speaks softly, and tends to be disrespectful to his speech partners. The purpose of this study is to describe the prosody pattern of the directive speech acts of the politeness strategy performed by the Werkudara character in the puppet performance. This study uses the directive speech-act data performed by the character Werkudara in Dewa Ruci's play by selecting the target sentence directive speech-act requestives requesting sub-function with the structured target sentences S-P-Pel ‘aku jaluk pamit’ and the directive speech acts question sub-function of asking with the structure what-S?. The research source used in this study was the video recording of the Dewa Ruci puppet performance by Ki Nartosabdo. Furthermore, the speech data is processed using the Praat application guided by the IPO rules (Instituut voor Perceptie Onderzoek) to describe and perceive the prosody aspects of Werkudara's speech to each of his partners. This study uses the pragmatic theory as a tool to explain prosody patterns in building politeness with speech partners. The results of the study indicate the three prosody patterns in the speech acts of the Werkudara as follows. First, the context of the speech partners (+ D, + P 'met') in Werkudara's speech uses the prosody pattern of downward pitch or declination contours, high pitch range (melodic), and long duration. Second, the two contexts of speech partners (-D, + P 'met') use a downward or declination prosody pattern, a small pitch range (monotone), and a long duration. Third, the context of speech partners (+ D, + P 'mat') uses a prosody pattern of rising or inclination contours, small pitch ranges (monotone), and short duration.Keys word: shadow puppet, Werkudara, directive speech acts, prosody patterns.


LITERA ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 106-119
Author(s):  
Herson Kadir ◽  
Fitri Yanuar Misilu

Perbedaan antara laki-laki dan perempuan yang digambarkan di dalam karya sastra selalu menimbulkan beragam peristiwa sosial, termasuk persoalan ketimpangan gender.Peran perempuan dianggap hanya cocok berada di ranah domestik.Namun, secara feminisme profetik peran tersebut tidak dipersoalkan, karena perempuan meskipun berperan di dalam rumah tangga tetap bermanfaat dan memiliki nilai kebaikan.Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan nilai feminsime profetik dalam novel Kota Kaum Cadar karya Zoe Ferraris.Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif kualitatif.Pengumpulan data dilakukan dengan teknik pembacaan dan pencatatan.Data penelitian ini adalah nilai feminisme profetik dalam novel Kota Kaum Cadar karya Zoe Ferrraris. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama dalam melakukan kebaikan baik di ranah domestik maupun publik. Di dalam novel Kota Kaum Cadar karya Zoe Ferraris peran perempuan diposisikan sejajar dengan laki-laki dalam konteks berbuat kebaikan guna memeroleh remunerasi pahala dari Tuhan.Secara feminisme profetik melalui deskripsi peran tokoh perempuan dalam novel ini ditemukan pula nilai-nilai berupa; nilai humanis(amar ma’ruf), nilai liberasi (nahi munkar), nilai transedensi(tu’mina billah). Ketiga nilai tersebut saling berkaitanerat dengan nilai-nilai kebaikandalam kehidupan keluarga dan masyarakat.Kata kunci: nilai, feminisme profetik, ketimpangan genderPROPHETIC FEMINISM VALUES IN THE NOVEL KOTA KAUM CADARBY JOE FERRARISAbstract.The differences between men and women always lead to social differences and status, including gender inequality. Women are still placed and considered inferior to men and tend to have a lower status. Based on prophetic feminism, the role of women as domestic servants is not a problem, because women still have values of benefits eventhough they just stay at home. The aim of this study is to describe prophetic feminism value in the novel Kota Kaum Cadar by Zoe Ferraris. The research was conducted by using a qualitative descriptive method and the data were collected through reading and documentation techniques. The primary data in this research was prophetic feminism value in Kota Kaum Cadar novel by Zoe Ferraris. The results of the study showed that men and women have the same opportunities in exposing positive activities in local or public areas in order to get God’s rewards. The other prophetic feminist values that were found through the description of women’s character in this novel are humanization values (amar ma’ruf), liberation value (nahi munkar) and transcendence value (tu’mina billah).Keywords: values, prophetic feminism, gender inequality


LITERA ◽  
2021 ◽  
Vol 20 (1) ◽  
pp. 45-71
Author(s):  
Odien Rosidin ◽  
Erwin Salpa Riansi ◽  
Asep Muhyidin

Kuliner tradisional bukan sekadar mencerminkan khazanah makanan, bahan yang digunakan, cara pengolahan, dan cita rasa olahan lokal yang unik, tetapi juga merepresentasikan entitas budaya masyarakat secara utuh. Leksikon nama kuliner tradisional menyiratkan makna budaya yang penting untuk digali dan diinterpretasikan dalam kaitannya dengan pengungkapan nilai -nilai simbolik dan budaya yang dikandungnya. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan kuliner tradisional masyarakat Kabupaten Pandeglang berdasarkan tinjauan bentuk leksikon, fungsinya dalam upacara atau ritual adat, dan pandangan masyarakat terhadap simbol dan makna kuliner tradisional sebagai pelengkap dalam upacara atau ritual adat. Penelitian ini didesain dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai metode etnografis berancangan antropolinguistik. Sumber data penelitian adalah tuturan lisan para informan sebagai narasumber. Pengumpulan data dengan teknik observasi partisipan dan wawancara. Analisis data dengan empat kegiatan, yaitu pengumpulan, reduksi, penyajian, dan verifikasi. Hasil penelitian sebagai berikut. Pertama, ditemukan 25 leksikon nama makanan; 14 leksikon nama makanan pelengkap upacara atau ritual adat; 32 leksikon nama alat pembuatan, 35 leksikon nama bahan, dan 38 leksikon nama proses pembuatan. Kedua, kuliner tradisional dalam fungsinya sebagai pelengkap upacara atau ritual adat mencerminkan tiga dimensi nilai, yaitu individual, sosial, dan pengetahuan. Ketiga, kuliner tradisional sebagai pelengkap upacara atau ritual adat merepresentasikan simbol dan makna yang berhubungan erat dengan identitas sosial budaya masyarakat Kabupaten Pandeglang. Temuan penelitian bermanfaat untuk dokumentasi produk budaya kuliner lokal dan upaya revitalisasi dan pemertahanan budaya tradisional menghadapi moderninasi dan globalisasi.Kata kunci: leksikon, kuliner tradisional, sosial budaya, ritual adatLEXICON OF THE COMMUNITY TRADITIONAL CULINARY IN PANDEGLANG REGENCYAbstractTraditional culinary not only reflects the food treasures, ingredients used, processing methods, and unique local processed flavors, but also represents the cultural entity of the community as a whole. The lexicon of traditional culinary names implies cultural meanings that are important to explore and interpret in relation to the expression of the symbolic and cultural values they contain. This study aims to describe the traditional culinary delights of the people of Pandeglang Regency based on a review of the lexicon forms, their function in traditional ceremonies or rituals, and people's views on traditional culinary symbols and meanings as a complement to traditional ceremonies or rituals. This study was designed using a qualitative approach using ethnographic methods with anthropolinguistic design. The data source of this research was the oral speech of the informants as sources. Data collection was done by participant observation and interview techniques. Data were analyses were conducted in four activities, namely collection, reduction, presentation, and verification. The research results are as follows. First, the following are found: 25 lexicons of food names, 14 lexicons of names of complementary foods for traditional ceremonies or rituals, 32 lexicons of manufacturing tool names, 35 lexicons of material names, and 38 lexicons of manufacturing process names. Second, traditional culinary in its function as a complement to traditional ceremonies or rituals reflects three dimensions of value; namely individual, social, and knowledge. Third, traditional culinary as a complement to traditional ceremonies or rituals representing symbols and meanings are closely related to the socio-cultural identity of the people of Pandeglang Regency. The research findings are useful for documenting local culinary culture products and efforts to revitalize and maintain traditional culture in facing modernization and globalization.Keywords: lexicon, traditional culinary, social culture, traditional rituals


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document