BIOMA Jurnal Ilmiah Biologi
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

105
(FIVE YEARS 57)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Pgri Semarang

2549-9890, 2086-5481

2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 228-247
Author(s):  
Marsiana Liliyanti ◽  
Yeni Mariani ◽  
Fathul Yusro

Tumbuhan obat saat ini masih dipergunakan untuk perawatan tubuh, diantaranya untuk rambut. Penelitian bertujuan menganalisis penggunaan beragam jenis tumbuhan obat untuk perawatan rambut oleh suku Dayak Kantuk di Desa Seluan Kabupaten Kapuas Hulu. Penelitian menggunakan metode survey melalui wawancara terhadap masyarakat suku Dayak Kantuk di Desa Seluan. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling dengan jumlah responden 146 orang. Sebanyak 15 jenis tumbuhan obat dimanfaatkan oleh suku Dayak Kantuk. Penggunaan bagian tumbuhan tertinggi adalah buah (46,67%) dengan cara pengolahan ditumbuk (50%), cara penggunaan dioles (93,33%), dan bentuk ramuan tunggal (73,33%). Jenis tanaman dengan nilai penggunaan (use value, UV) tertinggi yaitu lidah buaya (Aloe vera) (0,28), sedangkan family importance value (FIV) tertinggi yaitu Arecaceae (28,37). Nilai informants concensus factor (ICF) tertinggi terdapat pada kategori mengatasi rambut bercabang (1,00). Nilai fidelity level (FL) tertinggi (100%) pada kategori penggunaan menghitamkan rambut dengan jenis tanaman yaitu pepaya (Carica papaya), menyuburkan rambut yaitu seledri (Apium graveolens), melembutkan rambut yaitu sawit (Elaeis guineensis) dan bunga kembang sepatu (Hibiscus rosasinensis), menghilangkan ketombe yaitu daun pare (Momordica charantia), jeruk nipis (Citrus aurantifolia) dan mengkudu (M. citrifolia), mengatasi rambut berkutu yaitu akar tuba (Paraderris elliptica), dan mengatasi rambut bercabang yaitu daun bambu (Bambusa vulgaris). Penggunaan beragam jenis tumbuhan obat oleh suku Dayak Kantuk untuk perawatan rambut menambah pengetahuan tumbuhan obat masyarakat di Kalimantan Barat.    Kata kunci: Dayak Kantuk; perawatan rambut; tumbuhan obat  ABSTRACTThe utilization of medicinal plants for hair care by Dayak Kantuk Tribe in Seluan Village Kapuas Hulu District. Haircare is one of the body treatments that still use the medicinal plants. The purpose of the study was to analyze the use of various medicinal plants for haircare by the Dayak Kantuk tribe in Seluan Village, Kapuas Hulu Regency. This present study uses a survey method through interviews with the Dayak Kantuk people in Seluan Village (146 respondents and selected using the purposive sampling technique). The Dayak Kantuk people in Seluan village use 15 medicinal plants for their haircare. The highest use of plant parts was fruit (46.67%) with crushed in the processing method (50%), the administration method was topically (93.33%), and the potions are mainly a single ingredient (73.33%). The plant with the highest use value (UV) was Aloe vera (0.28), while the highest family importance value (FIV) was Arecaceae (28.37). The highest informant consensus factor (ICF) was in the haircare treatment category of ameliorating split ends (1,00). There are six haircare treatment categories with the highest fidelity level (FL) (100%) and plant used, namely: maintaining black hair (Carica papaya), hair nourishing (Apium graveolens), hair softener (Elaeis guineensis and Hibiscus rosa-sinensis), dandruff elimination (Momordica charantia, Citrus aurantifolia, and Morinda citrifolia), hair lice elimination (Paraderris elliptica), and ameliorating split end (Bambusa vulgaris). The use of various species of medicinal plants by the Dayak Kantuk tribe for haircare adds to the knowledge of medicinal plants in West Kalimantan. Keywords: Dayak Kantuk; haircare; medicinal plants


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 158-170
Author(s):  
Muhaeming Muhaeming ◽  
Jamilah Jamilah ◽  
Zulkarnaim Zulkarnaim

Penambahan nutrisi perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas pertumbuhan jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Salah satu bahan yang dapat digunakan adalah serbuk jagung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan serbuk jagung pada komposisi media tanam terhadap pertumbuhan miselium bibit F1 jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dan mengetahui konsentrasi serbuk jagung yang paling baik digunakan pada pertumbuhan  miselium bibit F1 jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus). Penelitian ini mengunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 4 perlakuan dan 3 ulangan sehingga diperoleh 12 satuan percobaan; P0 (perlakuan kontrol), P1 (25%), P2 (50%), dan P3 (100%). Variabel yang diukur adalah persentase pertumbuhan miselium yang diamati pada hari ke-6, 12 dan 18 dan waktu penyebaran miselium Hari Setelah Inokulasi (HSI). Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analysis of variance (ANOVA) dengan uji lanjut menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh pada pertumbuhan miselium bibit F1 jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus) dengan penambahan serbuk jagung pada komposisi media tanam. Selain Itu, konsentrasi serbuk jagung yang memberikan hasil yang paling baik terhadap pertumbuhan miselium adalah P2 dengan konsentrasi 50%. Kata kunci : miselium F1; Pleurotus ostreatus; serbuk jagung  ABSTRACTAdditional nutrition needs to be done to increase the productivity of oyster mushroom (Pleurotus ostreatus) growth. One of the materials that can be used is corn powder. This study aimed to determine the effect of corn powder on the planting medium composition towards mycelium growth of oyster mushroom F1 seeds (Pleurotus ostreatus) and to find the best concentration of corn powder to grow mycelium seeds F1 oyster mushroom (Pleurotus ostreatus). This research was an experimental study using a Completely Randomized Design (CRD) with 4 treatments namely; P0 (control treatment), P1 (25%), P2 (50%), and P3 (100%), and 3 repetitions so that obtained 12 experimental units. The variables measured were the mycelium growth percentage on days 6, 12, and 18, and the mycelium widespread time after the day of inoculation. The data were analyzed using ANOVA then continued on the Least Significant Difference (LSD) test. The results showed that the addition of corn powder on oyster mushroom growing media affected mycelium growth of the oyster mushroom F1 seeds (Pleurotus ostreatus). It also found that the P2 with a 50% concentration of corn powder gave the widest mycelium growth.  Keywords: corn powder; mycelium; Pleurotus ostreatus


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 217-228
Author(s):  
Intan Chairun Nisa ◽  
Brilliant Margalin

Helicobacter pylori diketahui sebagai penyebab utama tukak lambung dengan melemahkan lapisan pelindung pada lambung dan duodenum. Sejumlah obat anti tukak lambung yang sering digunakan dapat menyebabkan resistensi pada H. pylori. Ganoderma lucidum diketahui dapat menghambat dan mendukung penyembuhan tukak lambung yang disebabkan oleh asam asetat. Akan tetapi, kemampuan G. lucidum dalam menghambat tukak lambung yang disebabkan H. pylori belum banyak diungkap. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas ekstrak G. lucidum dalam menghambat pertumbuhan H. pylori penyebab tukak lambung. Penelitian merupakan ekperimental dua faktorial yaitu jenis pelarut fraksinasi dan konsentrasi ektrak G. lucidum. Ekstrak G. lucidum difraksinasi menggunakan dua jenis pelarut yaitu etanol 60% dan akuades. Konsentrasi ekstrak G. lucidum yang digunakan adalah 1, 5, 10, 20, 30 mg/mL. Efektivitas ekstrak G. lucidum diuji dengan metode difusi cakram. Berdasarkan analisis statistik didapat bahwa jenis pelarut berpengaruh terhadap aktivitas daya hambat H. pylori dengan nilai pada pelarut etanol 60% signifikan lebih tinggi dibandingkan akuades. Konsentrasi ekstrak G. lucidum baik etanol maupun akuades berpengaruh signifikan terhadap aktivitas daya hambat. Aktivitas daya hambat tertinggi adalah pada perlakuan ekstrak etanol G. lucidum konsentrasi 20 mg/ml. Kata kunci: akuades; difusi cakram; etanol; Helicobacter pylori; Ganoderma lucidum ABSTRACTOptimization and effectiveness assay of Ganoderma lucidum extract as Anti-Helicobactor pylori. Helicobacter pylori is known to be the main cause of gastric ulcers by weakening the protective lining of the stomach and duodenal. A number of gastric anti-ulcer drugs can cause resistance to H. pylori. Ganoderma lucidum is known to inhibit and support the healing of gastric ulcers caused by acetic acid. G. lucidum's ability to inhibit H. pylori growth has not been revealed much. This research aims to find out the effectiveness of G. lucidum extract in inhibiting the growth of H. pylori which causes gastric ulcers. This study is an experimental two factorial namely the type of fractionation solvent and the concentration of G. lucidum extract. Ganoderma lucidum extract is diffractionated using two types of solvents namely 60% ethanol and akuades. The concentration of G. lucidum extract used is 1, 5, 10, 20, 30 mg/mL. The effectiveness of G. lucidum is tested using the disc diffusion method. Based on statistical analysis found that the type of solvent affects the activity of H. pylori's resistance with a value in ethanol solvents 60% significantly higher than akuades On the other hand the concentration of G. lucidum extract in both ethanol and aquades has a significant effect on the activity of the slave. The highest inhibitory activity is in the treatment of ethanol extract G. lucidum concentration 20 mg / ml. Keywords: aquades; diffusion disc; ethanol; Helicobacter pylori; Ganoderma lucidum


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 180-200
Author(s):  
Rahmad Lingga ◽  
Nurzaidah Putri Dalimunthe ◽  
Budi Afriyansyah ◽  
Riko Irwanto ◽  
Henri Henri ◽  
...  
Keyword(s):  

Jamur merupakan salah satu komponen ekosistem yang berperan penting dalam mendukung keberlangsungan siklus kehidupan di dalam hutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis jamur makroskopik pada kawasan hutan wisata di Desa Tiang Tarah, Kabupaten Bangka. Penelitian dilakukan secara eksploratif dengan menelusuri jalur wisata yang terdapat dalam kawasan hutan. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 44 jenis jamur makroskopik berbeda yang termasuk ke dalam sepuluh ordo dari filum Basidiomycota dan Ascomycota. Keseluruhan jamur tersebut termasuk ke dalam Basidiomycota dan Ascomycota. Genus Marasmius merupakan jamur yang paling beragam pada lokasi penelitian. Jamur ini merupakan salah satu jenis jamur yang banyak ditemukan pada daun mati dan serasah hutan. Keberadaan jamur makroskopik di hutan sangat penting sebagai komponen ekosistem tersebut. Kata kunci: Bangka; fungi makroskopik; hutan; keanekaragaman; Marasmius ABSTRACTDiversity of macroscopic mushrooms in the tourism forest of Tiang Tarah Village, Bangka Regency. Fungi is one of the ecosystem components that plays an important role in supporting the sustainability of the life cycle in the forest. This research aimed to identify the species of macroscopic fungi in the tourism forest area in Tiang Tarah Village, Bangka Regency. The research was conducted in an exploratory manner by tracing the tourist route in the forest area. The results found as many of 44 different macroscopic fungus belongs to ten orders from the phyllum of Basidiomycota and Ascomycota. The whole fungus were belong to Basidiomycota and Ascomycota. The genus Marasmius was the most diverse fungi in the study area. This fungus is a type of fungus that is commonly found in dead leaves and forest litter. The presence of macroscopic fungi in the forest is very important as a component of the ecosystem. Keywords: Bangka; diversity; forest, macroscopic fungi; Marasmius


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 171-180
Author(s):  
Sinta Nuria Munthe ◽  
Rusdi Machrizal

Julung-julung (Hemirhamphodon pogonognathus) merupakan salah satu spesies ikan asli Indonesia. Aek Mailil merupakan salah satu habitat ikan julung-julug (H. pogonognathus) yang berada di Kabupaten Labuhanbatu. Penelitian bertujuan untuk mendapatkan hubungan panjang-berat dan faktor kondisi ikan julung-julung (H. pogonognathus) yang hidup di Aek Mailil. Pengambilan data dilakukan mulai November 2020 hingga Januari 2021 dengan alat tangkap durung. Titik sampling ditetapkan atas informasi dari masyarakat Desa Bandar Kumbul. Hubungan panjang-berat dihitung dengan Linear Allometrik Model (LAM), sedangkan faktor kondisi dihitung dengan rumus Fulton (K) dan berat relatif (Wr). Pola pertumbuhan ikan julung-julung (H. pogonognathus) mendapatkan hasil alometrik negatif dengan nilai b 2,9371 (b<3). Nilai koefisien Fulton (K) 2,57 dan koefisien berat relatif (Wr) 103,07. Hal ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan ikan julung-julung (H. pogonognathus) allometrik negatif dengan panjang tubuh lebih cepat dibandingkan berat tumbuh. Nilai (K) menunjukkan bahwa Aek Mailil masih dalam keadaan seimbang dan baik untuk mendukung kehidupan ikan julung-julung (H. pogonognathus). Kata kunci: faktor kondisi; Hemirhamphodon pogonognathus; pola pertumbuhan ABSTRACTLong-Weight relationship and condition factors of Julung-Julung (Hemirhamphodon pogonognathus) in Aek Mailil, Labuhanbatu Regency, North Sumatera, Indonesia. Hemirhamphodon pogonognathus is one of Indonesia's native fish species. Aek Mailil is one of the habitats for julung-julung (H. pogonognathus) in Labuhanbatu Regency. This study aimed to determine the relationship between length-weight and condition factors of julung-julung (H. pogonognathus) living in Aek Mailil. Sampling was carried out from November 2020 to January 2021 using durung fishing gear. The sampling points were determined based on information from the local community of Bandar Kumbul Village. The relationship of length-weight is calculated using the Linear Allometric Model (LAM), while the condition factor is calculated using the Fulton formula (K) and relative weight (Wr). The growth pattern of julung-julung (H. pogonognathus) got a negative allometric result with a b value of 2.9371 (b <3). The value of the Fulton coefficient (K) 2.57 and the relative weight coefficient (Wr) 103.07. This means that Aek Mailil's waters are in a balanced state and can support the (H. pogonognathus) live.Keywords: condition factor; Hemirhamphodon pogonognathus; growth pattern


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 201-216
Author(s):  
Ichsan Luqmana Indra Putra ◽  
Aulia Wulanda

Spodoptera frugiperda merupakan hama baru di Indonesia yang menyerang tanaman jagung dan memiliki berbagai macam tanaman inang lain. Salah satu tanaman yang dimungkinkan menjadi inang dari hama ini di Indonesia adalah bayam. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui lama siklus hidup S. frugiperda yang diberikan pakan daun bayam cabut hijau dan daun bayam duri hijau. Metode penelitian ini yaitu permeliharaan S. furgiperda dengan sumber pakan yang berbeda dan mengamati beberapa parameter. Analisis statistik berupa inferensial, data yang dilakukan dengan uji normalitas Shapiro-Wilk. Apabila data normal dilakukan uji homogenitas dengan dilanjutkan analisis ANNOVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa S. frugiperda pada pakan kontrol (daun jagung) memiliki lama siklus hidup 38 hari, daun bayam cabut hijau 40 hari, dan daun bayam duri hijau 42 hari. Panjang larva S. frugiperda paling panjang didapatan pada pakan daun bayam duri hijau, sedangkan diameter kepala tidak terdapat perbedaan antara ketiga pakan. Bobot larva paling berat didapatkan pada pakan daun bayam cabut hijau. Panjang dan berat pupa S. frugiperda paling tinggi didapatkan pada pakan daun bayam duri hijau. Jumlah jantan paling banyak dihasilkan pada pakan daun bayam cabut hijau dan daun bayam duri hijau, sedangkan jumlah betina paling banyak dihasilkan pakan kontrol. Jumlah telur paling banyak dihasilkan pada pakan kontrol dan paling sedikit pada bayam duri hijau. Pakan bayam cabut dan bayam duri daun bayam cabut hijau dan bayam duri hijau dapat digunakan sebagai pakan alternatif bagi S. frugiperda di laboratorium. Kata kunci: pakan alternatif; perkembangan; pertumbuhan; Spodoptera frugiperda ABSTRACTLife cycle of Spodoptera frugiperda J.E. Smith with green spinach and green thorn  spinach leaves in the laboratory. Spodoptera frugiperda is a new pest in Indonesia that attacks maize and has a wide variety of other host plants. One of the plants that is possible to host this pest in Indonesia is spinach. The purpose of this study was to determine the length of the life cycle of S. frugiperda which was fed with green spinach leaves and green thorn spinach leaves. This research method is the maintenance of S. furgiperda with different feed sources and observing several parameters. Statistical analysis in the form of inferential, the data was done by using the Shapiro-Wilk normality test. If the data is normal, the homogeneity test is carried out followed by ANNOVA analysis. The results showed that S. frugiperda in control diets (corn leaves) had a life cycle length of 38 days, green spinach leaves 40 days, and green thorn spinach leaves 42 days. Thelarvae of longestS. frugiperda were found in green thorn spinach leaf feed, while there was no difference in head diameter between the three diets. The heaviest larval weight was found in green pulled spinach feed. Thelength and weight ofpupa were S. frugiperda highestfound in green thorn spinach leaf feed. The highest number of males was produced in green spinach leaf and green spinach leaf feed, while the highest number of females was produced in control feed. The highest number of eggs was produced in the control feed and the least was the green thorn spinach. Spinach feed and spinach spines, green pulled spinach and green spiny spinach can be used as an alternative feed for S. frugiperda in the laboratory.  Keywords: alternative food; development; growth; Spodoptera frugiperda


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 129-142
Author(s):  
Reza Raihandhany ◽  
Muhammad Aditio Ramadian

Oxalidaceae atau suku belimbing-belimbingan merupakan suku yang berasal dari bangsa Oxalidales dan terdiri dari enam marga serta 775 jenis. Nama Oxalidaceae berasal dari Bahasa Yunani, oxic, artinya asam. Bagian tumbuhan pada suku ini terasa asam karena terdapat kandungan asam oksalat. Suku ini tersebar di seluruh dunia. Nilai ekonomi yang dihasilkan dari suku ini tergolong kecil, namun beberapa jenis berpotensi dan dapat dimanfaatkan sebagai tumbuhan pangan, obat, dan ornamental. Suku Oxalidaceae juga terdapat di Institut Teknologi Bandung (ITB) Kampus Ganesha. Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi keanekaragaman jenis dalam suku Oxalidaceae di ITB Kampus Ganesha dengan menggunakan metode jelajah. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan ditemukan enam jenis dari dua marga (Averrhoa dan Oxalis) dengan masing-masing bentuk hidup pohon dan herba secara berturut-turut. Keenam jenis dari suku Oxalidaceae yang ditemukan di ITB Kampus Ganesha antara lain Averrhoa bilimbi, Averrhoa carambola, Oxalis barrelieri, Oxalis corniculata, Oxalis debilis var. corymbosa, dan Oxalis intermedia. Kata kunci: Averrhoa;  ITB Ganesha; keanekaragaman; Oxalidaceae; Oxalis ABSTRACTStudy of diversity types in the Oxalidaceae tribe in Bandung Institute of Technology (ITB), Ganesha CampusOxalidaceae, or wood sorrel family is a family that classified under Oxalidales order and consist of six genera and 775 species. Oxalidaceae name comes from Old Greek language, oxic, meaning acid. The species contain oxalic acid that gives sour taste to the plant. It is widely distributed across the world. The economic value of the species in this family is rather low, but some has potential to become food, medicinal, and ornamental plants. This family also found in Institut Teknologi Bandung (ITB) Ganesha campus. This research aimed to do inventory of the family’s species in ITB Ganesha campus. The method used in this research was roaming/exploration method. The result showed that there were six species from two genera (Averrhoa and Oxalis) found in the campus. The two Averrhoa species were found to be tree species meanwhile four Oxalis species were herb species. All six species found were Averrhoa bilimbi, Averrhoa carambola, Oxalis barrelieri, Oxalis corniculata, Oxalis debilis var. corymbosa, and Oxalis intermedia. Keywords: Averrhoa; biodiversity; ITB Ganesha; Oxalidaceae; Oxalis s, ITB Ganesha  


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 263-271
Author(s):  
Farida Martiani ◽  
Fenny Roshayanti ◽  
Joko Siswanto

Penerapan kearifan lokal pada materi tumbuhan biji sangat penting dalam pengembangan bahan ajar. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII di SMP Muhammadiyah Terpadu Moga. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kuantitatif dengan subjek penelitian siswa kelas VII B sebanyak 30 siswa di SMP Muhammadiyah Terpadu Moga. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, tes dan wawancara. Teknik analisis yang dilakukan dengan reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan data dengan menggunakan triangulasi metode. Hasil penelitian ini adalah pengembangan bahan ajar konsep tumbuhan biji melalui penerapan kearifan lokal dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas VII B di SMP Muhammadiyah Terpadu Moga. Kata kunci: bahan ajar; berpikir kritis; kearifan lokal. ABSTRACTAnalysis of SMP Muhammadiyah Terpadu Moga students’s critical thinking ability to develop the spermatophytes teaching material based on local wisdom. Application of local wisdom to planting materials is very important in the development of teaching materials. This study aims to improve the thinking skills of students of class VII in Junior High School Integrated Muhammadiyah Moga. This study was included in a quantitative study with research subjects in class VII B as many as 30 students in the Junior High School Integrated Muhammadiyah Moga. Data collection techniques used were observation, tests and interviews.  The analysis technique is done by data reduction, data presentation and conclusion. The data validity technique is using the triangulation method. The results of this study are the development of teaching materials for the concept of seed plants through the application of local culture can improve the ability of students of class VII B in Junior High School Integrated Muhammadiyah Moga. Keywords: teaching material; critical thinking; local wisdom


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 248-262
Author(s):  
Widodo Eko ◽  
Afandi Afandi ◽  
Candramila Wolly

Penggunaan media pembelajaran sebagai sumber belajar sangat penting untuk membantu menjelaskan materi yang diajarkan agar lebih optimal. Pemilihan media juga harus menyesuaikan kebutuhan peserta didik. Permasalahan yang dialami yaitu kebutuhan akan media yang dapat mencakup banyak materi yang banyak dan dapat diterapkan pada peserta didik yang memiliki karakteristik pembelajaran auditori dan visual. Media film dokumenter dibuat bertujuan untuk menjawab permasalahan tersebut sehingga ketercapaian tujuan pembelajaran akan berhasil. Penelitian ini menggunakan metode Development Research dan di validasi oleh 5 validator yang diuji dengan validasi Aiken’s V serta uji reliabilitas Intraclass Correlation Coefficient. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa media film dokumenter layak digunakan dan masih ada kriteria yang harus diperbaiki pada media. Pada uji reliabilitas diperoleh nilai Alpha 0,757 dengan kategori cukup memuaskan dan nilai Intraclass Correlation Coefficient yaitu 0,384 dikategorikan kurang memuaskan. Kata kunci: film dokumenter; kelayakan; media pembelajaran. ABSTRACTFeasibility of documentary film on types of feed raw materials for Class X SUPM Negeri Pontianak. The use of learning media as a learning resource is very important to help explain the material being taught to be more optimal. However, media selection must also match the needs of students. The problem experienced is the need for media that can accommodate a lot of material and can be applied to students who have auditory and visual learning characteristics. Documentary film media is made to aim to answer this problem so that the achievement of the learning objectives will be successful. This research used Development Research method and validated by 5 validators who were tested with Aiken V validation and thereliability test Intraclass Correlation Coefficient. The results of this study indicate that documentary film media is suitable for use and there are still criteria that must be improved on the media. The reliability test shows anvalue of Alpha 0.757 with a satisfactory category and an Intraclass Correlation Coefficient value of 0.384. Keywords: documentary film; feasibility; learning media


2021 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 143-157
Author(s):  
Eva Agustina ◽  
Funsu Andiarna ◽  
Irul Hidayati ◽  
Vindi Fristy Kartika

Salah satu tanaman yang berfungsi sebagai  antijamur  adalah bawang  putih yang diinovasikan menjadi produk bawang yang berwarna hitam atau black garlic. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antijamur ekstrak black barlic terhadap pertumbuhan jamur Candida albicans. Metoda dalam penelitian ini adalah bawang putih dipanaskan selama 35 hari pada suhu 65°C untuk mendapatkan black garlic. Black garlic diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut methanol. Uji aktivitas antibakteri berdasarkan uji zona hambat, konsentrasi hambat minimal (KHM) dan konsentrasi bunuh minimal (KBM). Uji zona hambat dengan variasi konsentrasi ekstrak 100%, 90% dan 80%. Konsentrasi dengan nilai zona hambat yang baik akan dilanjutkan ke uji KHM dan KBM dengan pengenceran ke 1 sampai 5. Hasil penelitian menunjukkan bahwa zona hambat ekstrak Black Garlic dengan konsentrasi 100% memiliki zona hambat paling bagus yaitu 3,15 mm. Uji KHM optimum diperoleh pada pengenceran ke-5 dengan nilai OD terendah 0,460. Uji KBM dari ekstrak black garlic pada pengenceran ke-5 menunjukkan koloni jamur C. albicans masih tumbuh, sehingga dapat dikatakan bahwa ekstrak black garlic hanya mampu menghambat pertumbuhan jamur namun tidak bisa membunuh jamur C. albicans. Kata kunci: antijamur; black garlic; maserasi  ABSTRACTActivity test of black garlic extract against the growth of the fungi Candida albicans. One plant that functions as an antifungal is garlic which is innovated into black garlic. The aim of this study is to indentify black garlic extract antifungal activity against of the Candida albicans. The method in this research was heated garlic for 35 days at temperature of 65°C. Black garlic was extracted by maceration method using methanol solvent. Antibacterial activity test based on inhibition zone test, minimal inhibitory concentration (MIC) and minimal kill concentration (MBC). Inhibition zone test with various extract concentrations of 100%, 90% and 80%. Concentrations with good inhibition zone values will be continued to the MIC and MBC tests with dilutions 1 to 5. The results showed that the inhibition zone of black garlic extract with a concentration of 100%, 3.15 mm. The optimum MIC test was obtained at the 5 dilution with the lowest OD value of absorbance 0.460. The MBC test of the black garlic extract at the 5 dilution showed C. albicans fungal colonies were still growing, so it can be said that the black garlic extract was only able to inhibit fungal growth but could not kill C. albicans fungi. Keywords: antifungal; black garlic; maceration


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document