Marwah Jurnal Perempuan Agama dan Jender
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

151
(FIVE YEARS 35)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau

2407-1587, 1412-6095

2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 121
Author(s):  
Rosadi Rosadi

The sense of gratitude that women have is not always the same between single and married women. Subjects in this study were 46 participants aged 22-36 years. The instrument used in this study was the GQ-6 gratitude scale compiled by McCullough, Emmons & Tsang. The data analysis used was the 2-sample difference test technique, namely the Independent sample t-test. Based on the results of the research data analysis, it can be concluded that there are significant differences in single and married women related to the level of gratitude. This can be seen from the results of statistical data analysis with the t test technique which shows a probability value of 0.034> 0.05 which indicates a significant difference. Thus the difference in the average actually occurs in real terms. In conclusion, married women have a higher level of gratitude (M = 35.95) than single women (M = 34.04).  Rasa kebersyukuran yang dimiliki oleh perempuan tidak selalu sama antara perempuan lajang dan menikah. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 46 orang partisipan yang berumur 22-36 tahun. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala syukur GQ-6 yang di susun oleh McCullough, Emmons & Tsang. Analisis data yang digunakan adalah teknik uji perbedaan 2 sampel yaitu Independent sampel t-test. Berdasarkan hasil analisis data penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada perempuan lajang dan sudah menikah terkait dengan tingkat kebersyukuran. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil analisis data statistik dengan teknik uji t yang menunjukkan nilai probabilitas 0,034 > 0,05 yang mengindikasikan adanya perbedaan yang signifikan. Dengan demikian perbedaan rata-rata yang ada benar-benar terjadi secara nyata. Sebagai kesimpulannya adalah perempuan yang sudah menikah memiliki tingkat kebersyukuran yang lebih tinggi (M = 35,95) dibandingkan perempuan lajang (M = 34,04).


2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 131
Author(s):  
Wely Dozan

The focus of this research is to analyze polygamy in the discourse of thought and gender issues that seen as an environment and have a detrimental impact on women.. The research approach is literature study in answering research problems through various literatures, namely books, journals, articles, and supporting references. The results of this study indicate that polygamy in the concept of gender has occurred violence against women in all actions based on differences in sex through, physical, sexual, and psychological, including on certain threats. Violence against women, especially in domestic relationships, is often referred to as gender-based violence. The study of interpretation as a solution to eliminating problems and upholding justice through a contextual interpretation and paying attention to the objectives of the Qur'an for society, namely by means of monogamy (marrying someone) and rejecting polygamy in the context of marriage. The jargon of tafsir scholars in understanding the text of the Koran, namely "Shalihun likulli zammani wa makkani" according to the circumstances of time and place. So that the Al- Qur'an is not actually an implementation as a concept to do polygamy for men, but the Al-Quran is implemented based on contextual, namely monogamy as an effort to uphold women's justice.  Penelitian ini menganalisis poligami dalam wacana pemikiran tafsir dan isu gender yang dipandang sebagai salah satu diskriminasi dan berdampak merugikan perempuan. Pendekatan penelitian yaitu pendekatan studi literatur melalui berbagai media yaitu buku, jurnal, artikel, dan referensi yang mendukung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa poligami dalam konsep gender telah terjadi kekekerasan terhadap perempuan dalam semua tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin melaui, fisik, seksual, dan psikologis, termasuk pada ancaman tertentu. Kekerasan terhadap perempuan, khususnya dalam hubungan rumah tangga, sering disebut sebagai kekerasan berbasis gender. Kajian tafsir sebagai solusi untuk menghilangkan problematika dan menegakkan keadilan melaui tafsir bernuasa kontekstual dan memperhatikan tujuan Al-Qur’an bagi masyarakat yaitu dengan jalan monogamy (menikahi satu orang) dan menolak poligami. Adapun jargon ulama tafsir dalam memahami teks Al-Qur’an yaitu “Shalihun likulli zammani wa makkani” sesuai keadaan waktu dan tempat. Sehingga Al-Qur’an sejatinya bukan dipahami sebagai konsep untuk melakukan poligami bagi laki-laki, melainkan Al-Qur’an dipahami berdasarkan kontekstual yaitu monogami sebagai salah satu upaya untuk menegakkan keadilan terhadap perempuan.


2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 148
Author(s):  
Fernando Fernando ◽  
Niki Dian Permana P ◽  
Zarkasih Zarkasih ◽  
Aldeva Ilhami

This study aims to analyze the Effect of the Implementation of the Cooperative Learning Model on the Science Process Skills of Junior High School Students From a Gender Perspective. The research method used was a meta-analysis with a sample of 15 articles in accredited journals. The results of the meta-analysis prove the influence of cooperative learning models on students' science process skills. While from the gender perspective there is no significant difference in the treatment of group learning settings based on gender on the ability of students' science process skills.  Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperative Terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa SMP Ditinjau Dari Perspektif Gender. Metode penelitian yang digunakan adalah adalah meta-analisis dengan sampel 15 artikel di jurnal terakreditasi. Hasil penelitian meta-analisis membuktikan adanya pengaruh model pembelajaran kooperative terhadap keterampilan proses sains siswa. Sedangkan dilihat dari presfektif gender, model pembelajaran kooperative tidak memberikan perbedaan yang signifikan pada perlakuan pengaturan kelompok belajar terhadap kemampuan keterampilan proses sains siswa.


2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 160
Author(s):  
Ana Sabhana Azmy ◽  
Fini Pertiwi

Gender Mainstreaming (PUG) is important to be implemented in a policy. This study aims to determine the implementation and obstacles of the Bogor mayor's regulations regarding PUG in secondary education in the city of Bogor. This is a qualitative research with case studies. Data collected by interviewing four person in education, excutive, and legislative background. Others data collected by literatur review from books and journals. The results show that the implementation of Bogor mayor's regulation No.42 of 2017 concerning General Guidelines for the Implementation of PUG in secondary education in the city of Bogor has not been maximal. The communication patterns, resources and dispositions or attitudes of the officials are not optimal to solve a gender biased as the problems. The obstacles in implementing the PUG program are; 1) PUG has only become a concern at the individual level or several work units and has not been comprehensive, 2) There are limited human resources in PUG implementing agencies in the education sector, as well as a lack of understanding of a gender- fair perspective, and 3) Communication and coordination aspects between teams are still lacking, and the absence of socialization for additional knowledge.  Pengarusutamaan Gender (PUG) penting untuk diterapkan dalam sebuah kebijakan, khusus dilingkungan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implementasi serta hambatan dari peraturan walikota Bogor terkait PUG pada lingkup pendidikan menengah di kota Bogor. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan studi kasus. Data penelitian dikumpulkan dengan mewawancarai empat informan dibidang pendidikan, eksekutif, dan legislatif. Data lain diperoleh dari studi literatur, baik buku ataupun jurnal dan dokumen pendukung lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi peraturan walikota Bogor No.42 tahun 2017 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan PUG pada pendidikan menengah di kota Bogor belum maksimal. Pola komunikasi, sumber daya dan disposisi atau sikap aparat belum maksimal dan bertanggung jawab terhadap kebutuhan dan masalah pemahaman yang bias gender. Hambatan dalam implementasi program PUG dibidang Pendidikan tersebut adalah; 1) PUG baru menjadi kepedulian ditingkat individu atau beberapa unit kerja dan belum menyeluruh, 2) Adanya keterbatasan SDM di instansi penyelenggara PUG bidang pendidikan, serta kurangnya pemahaman akan perspektif adil gender, dan 3) Aspek komunikasi dan koordinasi antar tim masih kurang, serta ketiadaan sosialisasi untuk penambahan pengetahuan.


2021 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 108
Author(s):  
Sukma Erni ◽  
Yasnel Yasnel ◽  
Elya Roza ◽  
Melfa Yola ◽  
Salmiah Salmiah

The Home Learning Program (BDR), which must be implemented due to the COVID-19 pandemic, directly increases the workload of mothers as learning companions for children to replace teachers' duties. Apart from the facilities used, the difficulties found were related to the division of working time between household work and child assistance, difficulties with children's learning materials, disciplining children to learn. The impact is that learning assistance only becomes a side activity after completing household chores. The difficulties faced by mothers cannot be separated from the level of education, communication between parents and schools (teachers) and the double burden of mothers in household affairs.  Program Belajar Dari Rumah (BDR) yang harus dilaksanakan akibat pendemi covid 19 secara langsung menambah beban kerja ibu sebagai pendamping belajar anak menggantikan tugas guru. Selain fasilitas yang digunakan, kesulitan yang ditemukan terkait dengan pembagian waktu kerja antara kerja rumah tangga dan pendampingan anak, kesulitan materi belajar anak, mendisiplinkan anak untuk belajar. Dampaknya pendampingan belajar hanya menjadi kegiatan sambilan setelah meneyelesaikan pekerjaan rumah tangga. Kesulitan yang dihadapi ibu tidak terlepas dari tingkat Pendidikan, komunikasi orang tua dan sekolah (guru) dan beban ganda ibu dalam urusan rumah tangga.


2020 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 171
Author(s):  
Ningsih Fadhilah

The research aims to find out the effect of Sexual and Gender Attitude on risky sexual behavior and the tendency of its behavior among adolescents. This research is a quantitative research with survey methods and applies cross sectional approach. The respondents of this research were 99 students in Pekalongan City which selected using random sampling technique. The results show that there was a significant relationship between sexual and gender attitudes to the tendency of risky sexual behavior among adolescent students with a significance level of <0.05. In the aspect of sexual attitudes, the results obtained (tcount (3.229)> ttable (1.988) and the level of Sig (0.02 <0.05)), amounting to 64.6% of students had a permissive attitude towards sexuality issues, while the gender attitude variable obtained results (tcount (-3,986)> ttable (1,988) and Sig. (0,000 <0.05)). There were as many as 67.7% who strongly supported and 32.3% who supported the importance of equality of gender roles in various aspects. Gender attitude significantly influences risky sexual behavior. The two factors above that influence sexual behavior are at risk in adolescents, but it is also influenced by the attitudes and sexual behavior of peer and media exposure. This is due to the direct or indirect encouragement of close friends and media exposure to have risky sexual relations which causes a person to be permissive and possible to do.  Penelitian ini bertujuan untuk melihat fenomena kecenderungan perilaku seksual beresiko dikalangan pasangan remaja mahasiswa, mengetahui pengaruh Sexual Attitude dan Gender Attitude terhadap perilaku seksual beresiko. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, metode penelitian survey, dan pendekatannya adalah cross sectional. Responden sebanyak 99 orang mahasiswa di Kota Pekalongan, teknik pengambilan sampel random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifkan antara sikap terhadap seksualitas dan sikap terhadap gender perempuan dengan kecenderungan perilaku seksual beresiko di kalangan pasangan remaja mahasiswa dengan nilai taraf signifikasi< 0,05. Pada aspek sikap seksual (Sexual Attitude) diperoleh hasil (thitung (3,229) > ttabel (1,988) dan taraf nilai Sig. (0,02 < 0,05)), sebesar 64,6% mahasiswa memiliki sikap permisif terhadap persoalan seksualitas. Sedangkan pada variable sikap terhadap gender perempuan (gender attitude) diperoleh hasil (thitung (-3,986) > ttabel (1,988) dan taraf nilai Sig. (0,000 < 0,05)). Sebanyak 67,7% sangat mendukung dan 32,3% mendukung pentingnya kesetaraan peran gender perempuan dalam berbagai aspek. Sikap terhdap gender perempuan sangat berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku seksual beresiko. Selain kedua factor di atas, juga dipengaruhi oleh sikap dan perilaku seksualitas teman sebaya dan eksposur dari media. Adanya dorongan, sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh teman sebayanya serta eksposur media baik secara langsung maupun tidak langsung akan memicu keinginannya melakukan hubungan seksual beresiko. Pengaruh teman sebaya dan eksposur dari media inilah menyebabkan tumbuhnya sikap permisif remaja pada perilaku tersebut.


2020 ◽  
Vol 19 (2) ◽  
pp. 190
Author(s):  
Hamdan Hidayat

This article will analyze a behavior brought about by the crosshijaber community in the online media of the Qur'anic perspective and psychology towards social life. Understanding crosshijaber is a community of men who like to use the hijab complete with accessories, psychologically the behavior appears due to several factors, including internal factors such as weak personality, parental education and lack of warmth in the family, while external factors, namely daily intercourse in the environment, the influence of online media and television, so that the condition of a child will lose his identity. This study used descriptive qualitative method. The result is known that crosshijaber behavior is a deviation from norms and values in religion and society. This crosshijaber community is abusing hijab to carry out actions that are troubling the community, such as entering a special place for women, even criminal acts, such as theft. The impact of the crosshijaber behavior gives a negative impression and judgment on women who wear the hijab. Artikel ini akan menganalisa sebuah perilaku yang ditimbulkan oleh komunitas crosshijaber di media on-line perspektif al-Qur‟an dan psikologi terhadap kehidupan bermasyarakat. Pengertian crosshijaber yaitu sebuah komunitas laki-laki yang gemar menggunakan hijab lengkap dengan aksesorisnya, secara psikologi perilaku tersebut muncul diakibatkan oleh beberapa faktor, antara lain faktor internal yaitu lemahnya kepribadian, didikan orangtua dan kurangnya kehangatan dalam keluarga, sedangkan faktor eksternalnya yaitu pergaulan sehari-hari dalam lingkungan, pengaruh media on-line, dan televisi, sehingga kondisi seorang anak akan kehilangan jati dirinya. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Hasilnya diketahui bahwasanya perilaku crosshijaber terdapat sebuah penyimpangan dari norma dan nilai dalam agama dan masyarakat. Komunitas crosshijaber ini menyalahgunakan hijab untuk melakukan tindakan yang meresahkan masyarakat, seperti masuk tempat khusus perempuan, bahkan tindakan kriminal, seperti pencurian. Dampak dari perilaku crosshijaber tersebut memberikan kesan dan penilaian negatif terhadap perempuan yang mengenakan hijab.


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 50
Author(s):  
Akmaliyah Akmaliyah ◽  
Khomisah Khomisah
Keyword(s):  

Abstrak Artikel ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran bagaimana konstruksi bias gender dalam perspektif tafsir dan realitas yang telah sekian lama melembaga dan legal di tengah-tengah masyarakat, baik yang meliputi metode penafsiran bias gender, penafsiran ayat-ayat bias gender, serta tekstual dan kontekstual. Pembahasan ini tentunya bertujuan sebagai ventilasi dan ruang gerak yang bebas dalam interpretasi ayat-ayat Al-Qur’an sebagai kontekstualitas ajaran-ajaran Islam agar selaras dengan perkembangan zaman bagi para muffasir kontemporer. Penelitian ini menggunakan metode yang bersifat deskriptif kualitatif dalam lingkup kajian pustaka (library research). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa konstruksi bias gender dalam perspektif penafsiran dan realita menghasilkan tatanan di mana laki-laki selalu dicitrakan dalam posisi yang unggul hampir dalam sejarah Muslim, sementara perempuan selalu berada dalam citra yang lemah dengan didukung oleh penafsiran ayat-ayat Al-Qur’an dan al-Hadits yang bersifat misoginis secara harfiah, naratif, dan legal.


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 65
Author(s):  
Incka Aprillia Widodo

Artikel ini mendiskusikan bagaimana budaya patriaki yang telah menjadi tatanan yang mamapan di tengah masyarakat tiba-tiba runtuh oleh adanya buruh imigran. Penpendekatan kualitatif dengan metode femenologi digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Dua orang suami yang telah berubah perannya dari peran publik ke peran domestik di dusun Sidorejo dan Mulyosari Donomulyo Kabupaten Malang dijadikan informan penelitan. Data dikumpulkan dengan pengamatan, dan wawancara. Analisa data mencakup reduksi data, menyajikan data yang terkumpul dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukan buruh migran menyebabkan bertukarnya peran antara suami dan isteri dan perceraian. Perceraian ada yang terjadi secara legal yaitu melewati hukum dan aturan tertentu, dan ada juga terjadi secara illegal atau tidak melewati aturan dengan baik. Usaha suami untuk menjaga keutuhan rumah tangga adalah dengan mengendalikan emosi dan tidak mengatur keuangan keluarga. Untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti apa yang dirasakannya oleh isteri ketika ia menjadi buruh imigran dan mengambil alih tanggug jawab sebagi penafkah keluarga.. 


2020 ◽  
Vol 19 (1) ◽  
pp. 15
Author(s):  
Afrida Arinal Muna

Discussion about the existence of women in the public sphere is still a matter that invites debate. This is due to the many discourse that develops in the community. The discourse influences one's thinking in seeing women who come down in the public sphere, especially occupying leadership spaces. Therefore, the writer wants to see how this issue is seen in Muhammad Syahrur's discourse using his boundary theory. This Syahrur's thought was different from the thought of the classical scholars who tended to be too 'textualist' in looking at the text. They are of the view that universal Islam is Islam that existed at the time of the Prophet. Syahrur also considered the different contexts of space and time as when the na'al of the Qur'an was revealed.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document