Journal of Studies in Early Childhood Education (J-SECE)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

20
(FIVE YEARS 0)

H-INDEX

1
(FIVE YEARS 0)

Published By Ikip Veteran Semarang

2615-5389, 2615-5397

2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 80
Author(s):  
Maidita Putri ◽  
Rakimahwati Rakimahwati ◽  
Zulminiati Zulminiati

This study aims to find out how  effective of the application of macro roles playing methods for the development of the oral language of children in the kindergarten of Darul Falah Padang city. This research uses quantitative approach with quasi-experiment research type. The study population is students in the kindergarten of Darul Falah Padang city and the sampling technique is purposive sampling. The data collection technique uses a test in the form of a statement of 4 statement items. Assessment techniques in this study use rating scale and the data is processed by difference test (t-test) and the effect size test with Cohen’s formula d to find out the magnitude of the influence.Based on the calculation of the t-test (t-test) obtained tcount of 3,1645 while the ttable is a 2,10092 at the real level ?=0,05 so that tcount> ttable and the effect size tets of the t-test is obtained for 1,488. Thus it can be concluded that macro roles playing methods are effective against the development of children’s oral language in the kindergarten of Darul Falah Padang city.


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 66
Author(s):  
Marini Marini ◽  
Khasanah Khasanah

Abstract The  problem  of this research is : How is the language development of children age 12 to 24 months in Semarang ?. The purpose of this study is to describe widely and deeply about language development the children age 12 to 24 in Semarang. The method used in this research is qualitative method. Data collection is done by observation, interviews, and questionnaire. Data analysis techniques using Miles Hubermen’s model. Checking the validity of the data using triangulation data. The results showed that the development of language of children aged 12 to 24 months in Semarang in expressive is: can produce sound almost perfect in several words; Some of the letters of the words missing from the pronunciation; The missing letters are usually consonants; Haven't been able to pronounce the letter s and r; In General, most people are able to understand the speech of the children is an adult who is close to the child; There is a word that can be spelled perfectly by the child. The words are by and large is the words that are simple and close to the children's daily lives. As for the generally receptive: children can follow and obey what is spoken by adults; The children seem to understand when the adults were talking about them; and children  can understand  to the words that they  heard more than that they can speak.   Keywords: Language, children, expressive, receptive, word.    


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 27
Author(s):  
Widia Winata

Moral dan agama merupakan salah satu aspek pengembangan dalam kurikulum Taman Kanakkanak (TK). Penjabarannya dilakukan dengan aktivitas real seperti pengucapan kalimatthoyyibah. Kegiatan ini sudah dilakukan sejak anak masuk kelompok A (usia 4-5 tahun).Namun ketika sampai di kelompok B (5-6 tahun) TK Lab School FIP UMJ, kalimat tersebuttidak dipraktekkan lagi. Kalaupun ada, hanya beberapa saja, seperti mengucapkan bismillah,alhamdulillah dan la ilaha illallah. Padahal banyak kalimat yang seharusnya diajarkan sejakanak berusia dini. Untuk meningkatkan kembali pengucapan kalimat thoyyibah tersebut,peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan model Kurt Lewin. Langkah yangdilakukan adalah melakukan perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi dengan tiga siklus.Hasil penelitian memperlihatkan bahwa pengucapan kalimat thoyyibah dapat meningkat denganpenggunaan media reality story book. Hal ini terlihat pada skor pemerolehan anak sebesar 23%pada siklus 1, 68,5% pada siklus 2 dan 81,5% pada siklus 3 dengan target capaian sebesar 75%.Saran peneliti agar guru senantiasa memberikan kesempatan kepada anak untuk terusmembiasakan pengucapan kalimat thoyyibah di setiap kegiatan, memberikan model danmenyediakan media yang dapat digunakan untuk memperkuat pengucapan kalimat thoyyibah.Kata kunci: kalimat thoyyibah, reality story book, taman kanak-kanakKata Kunci: kalimat thoyyibah, reality story book, taman kanak-kanakMoral and religion are one aspect of development in the Kindergarten (TK) curriculum. Thedescription is done with real activities such as the pronunciation of the thoyyibah sentence.This activity has been done since the child entered group A (age 4-5 years). But when hearrived in group B (5-6 years) TK Lab School FIP UMJ, the sentence was not practicedanymore. Even if there are only a few, like saying bismillah, alhamdulillah and la ilaha illallah.Though many sentences should be taught since early childhood. To improve the pronunciationof the thoyyibah sentence, the researcher conducted a classroom action research with KurtLewin's model. The steps taken are planning, action, observation and reflection with threecycles. The results showed that the pronunciation of thoyyibah sentences could increase withthe use of reality story book media. This can be seen in the score of child acquisition by 23% incycle 1, 68.5% in cycle 2 and 81.5% in cycle 3 with a target achievement of 75%. Researcher'ssuggestion is that the teacher always gives the opportunity for children to continue tofamiliarize the pronunciation of thoyyibah sentences in each activity, provide models andprovide media that can be used to strengthen the pronunciation of thoyyibah sentences.Keywords: thoyyibah sentence, reality story book, kindergarten


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 17
Author(s):  
Yuli Kurniawati Sugiyo ◽  
Sony Zulfika ◽  
Widayanti Widayanti

Sebagai generasi digital native, generasi yang tumbuh di era digital, anak-anak tumbuh besardengan internet. Anak-anak, sekali lagi, terbatas kemampuannya dalam memilah informasiyang penting dan dibutuhkan. Di kajian media ada yang disebut teori kultivasi, kira-kira tentangbagaimana pesan media ditafsir mentah-mentah dan kemudian dipercayai begitu saja sebagairealitas. Dalam konteks dampak buruk bagi anak-anak, mereka bisa mempercayai media tanpamempertanyakan muatannya Atas dasar kebutuhan tersebut, maka diperlukan pelatihan danpendampingan yang ditujukan kepada orangtua di kota Semarang khususnya para ibu yangsecara umum menjadi objek lekat pertama anak. Orang tua perlu mendapat semacam pelatihanuntuk meningkatkan kemampuan literasi media digital agar dapat mendampingi dan mendidikanak dengan baik. Peran orangtua penting dalam memberikan literasi kepada anak terkaitdengan penggunaan media digital dan internet. Pengawasan bukan berarti mencurigai danmembatasi total gerak-gerik anak di internet. Orangtua dan guru sebaiknya hanya mendidikanak untuk tidak mengakses situs berbahaya tapi juga mengajarkan tanggung jawab mediadigital dan internet. Pelatihan (presentasi edukatif, informatif atau instruksional yangdisediakan secara online) ini membahas tentang upaya penerapan dan pengembanganpengasuhan berbasis literasi media digital. Target capaian dari pelatihan ini adalah orangtuaterutama ibu memiliki kesadaran untuk memperbaiki pola pendidikan anak di rumah, memilikipengetahuan dan pemahaman baru dalam mengupayakan pengasuhan berbasis literasi mediadigital. Hasil akhir evaluasi dengan skala angka adalah 89,5 dengan kategori baik padakeseluruhan program.Kata Kunci: web based seminar, parenting education, literasi, media digital, generasiAs the digital generation, the generation that grew up in the digital era, children grew up withthe internet. Children are limited in their ability to sort out important and needed information.Based on theory called cultivation, media messages are interpreted raw and then believed asusual as reality. In a bad context for children, they can trust the media without questioning theburden. Further, training and mentoring is needed aimed to mothers who become the firstcaregiver for children. Mothers need to receive training to improve digital media literacy skillsso that they can assist and educate children well. An important role in providing literacy tochildren of digital media and the internet. Supervision does not mean analysis and totalmovement of children on the internet. Mothers not only educate children but also demandresponsibility for digital media and the internet. This training (educational presentation,instructional provided online) discusses the efforts to implement and develop the use of digitalmedia literacy. The target of this learning is to optimize the education patterns of children athome, to have new knowledge and understanding in pursuing care based on digital medialiteracy. The final result of the evaluation with a number scale is 89.5 with a good category inthe whole program.Keywords: web based seminar, parenting education, literacy, digital media, generation


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 1
Author(s):  
Anita Afrianingsih ◽  
Dicky Setiardi ◽  
Mufid Mufid

Abstrak Tujuan penelitiannya yakni: mengetahui perbandingan dan mendeskripsikan perkembangan sikap perilaku anak melalui proses pembelajaran kelas inklusi dan reguler. Permasalahan yang diambil: apakah ada perbedaan hasil dan bagaimana respons anak-anak terhadap proses perkembangan sikap perilaku anak melalui proses pembelajaran kelas inklusi dan reguler?. Metode penelitiannya deskriptif kuantitatif. Teknik analisis data untuk menghitung hasil penelitian menggunakan t-test (paired sample t-test dan independent sample t-test). Instrumen pengumpulan data menggunakan observasi dan instrumen kisi-kisi berdasarkan indikator dan wawancara dalam bentuk pertanyaan. Hasil dari penelitian ini yaitu melalui Uji Group Statistic menunjukkan adanya Perbedaan hasil perilaku antara kelas reguler dan inklusi sebesar 0.296. Respons anak-anak terhadap proses pengelolaan kelas inklusi dan reguler melalui tiga variabel (rasa menghormati, menghargai dan menyayangi) menunjukkan prosentase berbeda yaitu pengelolaan kelas reguler, sikap perilaku anak sebesar 85% mampu menghormati dan menghargai teman lainnya, selanjutnya kriteria anak yang mau menyayangi sesama teman sebesar 75%, pengelolaan kelas inklusi, sikap anak saling menghormati memperoleh prosentase 92%, rasa saling menghargai memperoleh prosentase 87%, rasa saling menyayangi dengan prosentase 79%. Simpulannya bahwa ada perbedaan antara kelas regular dan inklusi, lebih baiknya proses pengelolaan pembelajaran PAUD difokuskan pada proses pengembangan potensi anak dalam ranah afektif untuk mewujudkan perilaku yang sesuai dengan tahap perkembangan.   Kata Kunci: Pengembangan Sikap Perilaku, Pembelajaran Kelas Inklusi dan Reguler                                                             Abstract The research objectives are: knowing the comparison and describing the development of children's behavior attitudes through the process of learning inclusion and regular classes. Problems taken: are there differences in results and how do children respond to the development process of children's behavior attitudes through the inclusive and regular classroom learning process? The research method is descriptive quantitative. Data analysis techniques to calculate the results of the study using t-test (paired sample t-test and independent sample t-test). Data collection instruments use observation and lattice instruments based on indicators and interviews in the form of questions. The results of this study, namely through the Statistic Group Test showed the difference in the results of behavior between regular classes and inclusion of 0.296. The children's response to the process of managing inclusion and regular classes through three variables (a sense of respect, respect and love) shows a different percentage of regular classroom management, children's behavior attitudes of 85% able to respect and respect other friends, then the criteria of children who want to love others friends by 75%, management of the inclusion class, mutual respect for children attain a percentage of 92%, mutual respect get a percentage of 87%, a sense of mutual affection with a percentage of 79%. The conclusion is that there are differences between regular and inclusive classes, the better the PAUD learning management process is focused on the process of developing the potential of children in the affective domain to realize behaviors that are in accordance with the development stage.   Keywords: Development of Behavioral Attitudes, Learning Inclusion and Regular Classes


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 49
Author(s):  
Novita Cahya Sari Novita Sari ◽  
Risky Setiawan ◽  
Radeni Sukma Indra Dewi

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal angka melalui metode bermain rangkai pipa di kelompok A TK IT Raudlatul Muhsinin  Dempel Kidul Pedurungan Semarang. Untuk mendeskripsikan peningkatan  aktivitas bermain anak dan untuk mendeskripsikan kemampuan pendidik dalam meningkatkan kemampuan kognitif anak dalam mengenal angka melalui .metode bermain rangkai pipa. Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas penelitian yang mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang teliti melalui data sampel atau populasi dengan melalui analisis dan kesimpulan yang berlaku. Objek penelitian adalah 16 peserta didik yang terdiri dari 8 peserta didik laki-laki dan 8 peserta didik perempuan. Dalam penelitian ini dilakukan 2 siklus. I siklus terdiri dari 2 kali pertemuan dengan indikator keberhasilan 75%. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan kognitif dalam mengenal angka di siklus I dan siklus II. Pada siklus I Kemampuan  kognitif anak  dalam mengenal angka memiliki prosentase sebesar 66,5%. Tindakan siklus I telah dapat mengembangkan kognitif dalam mengenal angka, tetapi belum memenuhi target keberhasilan sehingga dilakukan perbaikan pada siklus II. Pada akhir siklus II, anak dengan kemmampuan kognitif dalam mengenal angka yang memenuhi kriteria meningkat menjadi 84,75 %.


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 7
Author(s):  
Ana Rahmawati ◽  
Eka Setya Budi

Meskipun pemerintah telah mencanangkan berbagai program yang meringankan biaya sekolah baik berupa dana BOS, BSM, KIP dan masih banyak lagi bantuan pemerintah lainnya dibidang pendidikan, namun hal tersebut tidak mengurangi jumlah anak putus sekolah di Desa Bandung Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara. Dalam UU No.6 tahun 2014 pemerintah desa diberikan tugas untuk menyelenggarakan pemerintahan, melaksanakan pembangunan serta berperan penuh dalam pembinaan dan pemberdayaan masyarakat. RPJMDes hendaknya disusun untuk menjadi kerangka berpikir dalam menghadapi seluruh permasalahan di desa. Sehingga pemerintahan desa diharapkan dapat menyelesaikan segala permasalahan warga, meningkatkan kesejahteraan, serta dapat membangun tata pemerintahan desa yang demokratis, adil dan transparan. Penyusunan RPJMDes harus berdasarkan data yang real dan valid sehingga seluruh program dapat terlaksana dan tepat sasaran. Analisis dan interpretasi sangat penting dilakukan untuk memperoleh data yang real dan valid tersebut. Fokus penelitian ini untuk mengetahui bagaimana penyusunan, dan fungsi RPJMDes sebagai Dokumen Kebijakan Pembangunan di Desa Bandung Kecamatan Mayong Kabupaten Jepara dalam mengatasi masalah anak putus sekolah di desa tersebut. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses penyusunan RPJMDes-Bandung kecamatan Mayong kabupaten Jepara sesuai prosedur yaitu terbuka dan melibatkan unsur masyarakat dalam penyusunannya meskipun masih ada kekurangan dalam sisi kecermatan dan keaktifan masyarakat dalam menyampaikan kritik. Namun  masyarakat desa Bandung masih ragu-ragu dalam menilai RPJMDes-Bandung dapat mengentaskan masalah anak putus yang terjadi didesa tersebut. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya RPJMDes-Bandung yang dibuat sebagai acuan atau pedoman dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan dalam menyelesaikan masalah masyarakat khususnya dalam mengentaskan masalah anak putus sekolah belum berjalan secara optimal. Kata kunci: RPJMDes, dan anak putus sekolah.


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 58
Author(s):  
Nurul Huda ◽  
Widya Novi Angga Dewi

Tujuan penelitian ini adalah mengetahui adanya hubungan antara tingkat asupan gizi danperkembangan motorik kasar pada anak usia dini usia dini di Kota Semarang. Desain penelitianyang digunakan adalah cross sectional dengan populasi pada penelitian adalah balita usia 4-6tahundi Kota Semarang. Perhitungan sampel menggunakan uji hipotesis 2 proporsi denganjumlah sampel 66 anak. Instrumen yang digunakan adalah FFQ semiquantitative dan denver II.Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak usia 4-6 tahun yang mengalami perkembanganmotorik kasar tidak normal sebesar 22,7%, dan faktor terbesar yang paling berpengaruh adalahasupan zat besi dengan P value 0,016 dan protein sebesar 0,05.Kata Kunci: manajemen, pendidik, tenaga kependidikanThe aim of this study is to find out the relationship between the level of nutrient intake and thedevelopment of gross motor in early childhood in Semarang city. The research design used wascross sectional with the population in the study were children 4 – 6 years in Semarang city.Calculation of samples using a hypothesis test of 2 proportions with a sample of 66 children. Theinstrument use FFQ semiquantitative and Denver II. The results showed that children aged 4-6years old who experienced abnormal gross motor development were 22,7%, and the biggestfactor, thee most influential was iron intake with p-value 0,016 and protein by 0,05.Keywords: level of nutrient intake, gross motor, 4-6 years old


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 72
Author(s):  
Irna Anjarsari

Pendidikan perilaku sopan dan kemandirian pada anak usia dini seringkali dianggap tidak terlalu penting oleh pendidik maupun orang tua. Anak yang mudah marah, berbicara dengan orang dewasa dengan suara keras, tidak bertanggung  jawab, selalu dibantu dalam memakai baju atau sepatu, dianggap wajar oleh pendidik maupun orang tua. Permasalahan tentang sikap sopan dan kemandirian harus menggunakan  strategi pintar yaitu dengan strategi Tudsmart. Strategi Tudsmart disini adalah pintar bersikap yang dirangsang sesuai dengan gaya berpikir, kreativitas, dan multikecerdasan pada anak. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan sikap sopan  dan kemandirian dengan strategi Tudsmart melalui kegiatan mendongeng di PAUD Herni Dwi Wulan.  Metode penelitian dalam penelitian ini  menggunakan  penelitian tindakan kelas  (PTK) dengan tiga siklus. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PAUD Herni Dwi Wulan, sikap sopan dan kemandirian dengan strategi Tudsmart melalui kegiatan mendongeng mengalami peningkatan. Hal ini berdasarkarkan hasil penilaian pada anak telah mencapai ketuntasan 87 %.  Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini, beberapa subjek sering tidak mengikuti perlakuan sehingga hasil penelitian kurang maksimal. Kata kunci  :Perilaku Sopan, Kemandirian,  Strategi  Tudsmart, Kegiatan  Mendongeng,   Abstract Polite behavior of education in early childhood is often considered not important by educators and parents. Children who are irritable, talk to adults loudly, always help wear a clothes and pair of shoes, this opinion is considered as natural by educators and parents. Set of problems about polite attitude and to be autonomous must use smart strategy is Tudsmart strategy. The tudsmart strategy is smart attitude stimulation according with thinking style, creativity and multipleintelegences in children. The purpose of this study is improving polite attitude and self supporting with Tudsmart strategy through storytelling at PAUD Herni Dwi Wulan. The research method use Classroom Action Research (CAR) three cycle planning research. Based on results in PAUD Herni Dwi Wulan, polite attitude and self supporting with strategy Tudsmart through storytelling experience improvement. It is based on assessment results on children has reach 87% complete. There is limitations in research with some research subject on experiment class not follow treatment so results less research. Keywords : Politeness, Self supporting, Tudsmart Strategy, Storytelling Activities


2018 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 42
Author(s):  
Naili Rohmah ◽  
Muh Shofiyuddin

Mewarnai merupakan salah satu aktivitas seni anak usia dini. Anak usia dini tidak akan terlepas dari kegiatan seni, baik seni rupa, seni musik, seni drama, maupun seni tari. Mewarnai menjadi aktivitas andalan bagi anak-anak, dengan mewarnai akan menumbuhkan kemampuan anak mengenal dan mengaplikasikan warna ke dalam gambar. Mewarnai yang dilakukan menggunakan media 3 dimensi (3D) berasal dari bahan dasar semen putih, selanjutnya akan di warnai menggunakan kuas dengan nuansa pembelajaran proyek. Terdapat dua tujuan dalam penelitian ini: 1) untuk menganalisis hasil belajar kemampuan mewarnai antara kelompok eksperimen; dan 2) kelompok kontrol serta menganalisis keefektifan media mewarnai 3 dimensi melalui pembelajaran proyek bagi anak usia dini. Desain penelitian eksperimen yang digunakan adalah tipe non-equivalent control group design. Terdapat 36 anak yang dijadikan populasi, populasi dan sampel dipilih berdasarkan letak geografis lembaga PAUD. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi dan tes lisan. Teknik analisis yaitu independent sample t test dan paired sample t test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) hasil belajar kelompok eksperimen lebih tinggi dibanding kelompok kontrol; dan 2) media mewarnai 3 dimensi melalui pembelajaran proyek lebih efektif daripada media mewarnai kertas pada pembelajaran konvensional.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document