Media Ilmu Keolahragaan Indonesia
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

18
(FIVE YEARS 18)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By "Department Of Drama, Dance And Music, Semarang State Universtiy"

2088-6802

2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 53-62
Author(s):  
Pinton Setya Mustafa

Tujuan dari artikel ini membahas tentang pola kerja telensefalon dan korteks cerebral dan implikasinya dalam pendidikan jasmani. Telensefalon berperan berbagai proses, yaitu: penentuan kecerdasan, penentuan kepribadian, menginterpretasi rangsang berbagai indra. Sedangkan Korteks cerebral berperan sebagai pusat integrasi untuk informasi sensorik dan regio pengambil keputusan bagi berbagai jenis output motorik. Dengan demikian korteks cerebral memiliki sumbang asih pada pembelajaran gerak, khususnya dalam pendidikan jasmani. Selain itu perkembangan korteks cerebral juga dapat dibentuk melalui pembelajaran gerak yang tepat.The purpose of this article discusses the work patterns of telencephalon andr brain cortex and their implications in physical education. Telencephalon won various processes, namely: intelligence, personality selection, interpreting the various sensory stimuli. While the Cortex acts as an information center for sensory and requests decisions for various types of motor. Thus the brain cortex has a contribution to the learning of motion, specifically in physical education. In addition, the development of the brain cortex can also be built through the learning of appropriate motion.


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 63-68
Author(s):  
Tommy Apriantono ◽  
Syahruddin Syahruddin ◽  
Bagus Winata ◽  
Doddy Abdul Karim

Taekwondo dan Pencak silat merupaka dua contoh cabang olahraga seni bela diri yang saat ini sedang berkembang saat ini. Maka dari itu, tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengukur serta mengetahui korelasi antara performa lompat vertikal dengan sprint 60 meter pada atlet Taekwondo dan Pencak silat. Seluruh peserta, dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan kecabangan mereka, yaitu kelompok Taekwondo (TKW), dan kelompok Pencak silat (PKS). Seluruh peserta diwajibkan untuk melakukan pemanasan secara statis dan dinamis selama minimal 15 menit. Setelah sesi pemanasan selesai, kelompok TKW memulai pertama untuk sesi pengukuran anthropometry, lompat vertikal, dan sprint. Kelompok PKS lebih unggul dalam melakukan performa loncatan, yaitu 57,33 (± 7,73) cm dibandingkan dengan kelompok TKW sebesar 55,78 (± 4,30) cm. Sedangkan untuk hasil sprint 60 meter, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara sprint 60 meter antara kelompok TKW dan PKS (p = 0,007), dimana kelompok PKS (7,94 ± 0,15) detik lebih cepat dibandingkan dengan kelompok TKW (8,48 ± 0,49) detik. Hasil dalam penelitian ini, menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara performa lompat vertikal dengan performa sprint 60 meter, pada atlet Takewondo dan Pencak silat.Taekwondo and Pencak silat are two examples of martial arts sports that are currently being developed. Therefore, the purpose of this study was to measure and determine the correlation between vertical jump performance and 60 meter sprints in Taekwondo and Pencak silat athletes. All participants were divided into two groups based on their branches, namely the Taekwondo group (TKW) and the Pencak silat group (PKS). All participants are required to warm up statically and dynamically for at least 15 minutes. After the warm-up session was over, the TKW group started the first session for anthropometry measurement, vertical jump, and sprint. The PKS group was superior in jumping performance, 57.33 (± 7.73) cm compared to the TKW group of 55.78 (± 4.30) cm. As for the results of the 60 meter sprint, it shows that there were a significant difference between the 60 meter sprint between the TKW and PKS groups (p = 0.007), where the PKS group (7.94 ± 0.15) seconds is faster than the TKW group (8, 48 ± 0.49) seconds. The results in this study indicate that there were a correlation between vertical jump performance and 60 meter sprint performance, for Takewondo and Pencak silat athletes.


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 28-38
Author(s):  
Luluk Septiana ◽  
Widiyanto Widiyanto ◽  
Carles Nyoman Wali

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap kinerja gerak teknik dan performa memanah jarak 70 meter recurve putri pada kejurnas antar PPLP di Semarang tahun 2015. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan variabel: gerak teknik memanah dan kemampuan fisik memanah. Instrumen yang digunakan yaitu; (1) angket, yang berisi kisi-kisi analisis kinerja gerak teknik memanah yang telah divalidasi oleh ahli biomekanika dan teknik memanah; (2) handycam, untuk melakukan pengamatan. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah atlet panahan putri yang mengikuti kejurnas panahan jarak 70 meter recurve antar PPLP di Semarang tahun 2015 yang berjumlah 3 atlet. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kinerja gerak teknik memanah pada tahap cara berdiri (stance), memasang ekor panah (nocking), posisi setengah tarikan (set up), menarik tali (drawing), penjangkaran (anchoring), menahan sikap memanah (holding), membidik (aiming), melepaskan anak panah (release), gerak lanjut (followthrough) berada pada kategori baik. (2) Performa atlet memanah PPLP DIY masih kurang, terlihat dari hasil perolehan skor pada setiap rambahan selalu menurun. This research aimed to reveal the capability of technical movement and the performed by female archers to shoot arrow in 70 meters recurve distance on the championship among PPLP in 2015 in Semarang. This research was a descriptive quantitative research with variables the technical movement and the physical ability of shooting arrow. The instruments used are: (1) questionnaire, containing the blue print of analysis of the capability of technical movement in shooting arrow which has been validated by the expert of biomechanic and the technique of shooting arrow; (2) handycam, to carry out the observation. The research subjects is female archers who joined the championship among PPLP in Semarang in 2015 totaling 3 archer. The result of this research shows, (1) technical movement of shooting arrow on the phase of stance, nocking, set up, drawing, anchoring, holding, aiming, releasing and follow through is classified in “good” category; (2) the performance of the athletes of archery of PPLP is not maximum, it can be seen from the decrease tendency in obtaining additional score.


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 46-52
Author(s):  
Tegar Digantara ◽  
Ngadiman Ngadiman ◽  
Rifqi Festiawan ◽  
Indra Jati Kusuma ◽  
Bayu Suko Wahono

Olahraga bulutangkis memiliki beberapa teknik pukulan, salah satunya smash yang membutuhkan beberapa komponen fisik sebagai penunjang keberhasilan melakukan pukulan smash. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara power otot tungkai, kekuatan otot lengan, dan koordinasi mata tangan terhadap ketepatan smash bulutangkis. Penelitian ini merupakan penelitian korelasional, bertujuan untuk mencari hubungan antara variabel bebas power otot tungkai, kekuatan otot lengan, dan koordinasi mata tangan terhadap variabel terikat ketepatan smash. Sampel pada penelitian ini berjumlah 20 atlet anggota PB Delta Purwokerto. Teknik analisis data menggunakan uji korelasi sederhana dan regresi berganda. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai koefisien korelasi hubungan power otot tungkai dengan ketepatan smash sebesar 0,571. Koefisien korelasi kekuatan otot lengan dengan ketepatan smash sebesar 0,735. Koefisien korelasi koordinasi mata tangan dengan ketepatan smash sebesar 0,520. Sedangkan hasil dari f hitung > f tabel (17,364 > 3,49) dengan nilai probabilitas sebesar 0,000. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara power otot tungkai, kekuatan otot lengan, dan koordinasi mata tangan dengan ketepatan smash bulutangkis.Badminton has several hit techniques; one of them is smash which requires several physical components as a support for the success of making a smash. This study was to determine the correlation between leg muscle power, arm muscle strength and hand eye coordination on badminton smashes. This study was a correlational study and the purpose was to find out the correlation between the independent variable of leg muscle power, arm muscle strength and hand eye coordination to the dependent variable smash accuracy. This study had 20 of PB Delta Purwokerto athletes as the subjects. The researcher used product moment correlation test to analyze the data. Based on the data analysis, the correlation coefficient value between the leg muscle power and the accuracy of the smash was 0.571, the correlation coefficient between arm muscle strength and smash accuracy was 0.735, meanwhile between the hand eye coordination and smash accuracy was 0.520. The result of f > table f (17,364 > 3,49) with a probability value of 0,000. The result of the data analysis indicated that there was a significant correlation among leg muscle power, arm muscle strength, and hand eye coordination with the accuracy of badminton smashes.


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 39-45
Author(s):  
Anies Setiowati ◽  
Sri Sumartiningsih
Keyword(s):  
T Test ◽  

Tujuan penelitian untuk menganalisa efek akut asam amino sitrulin alami terhadap kekuatan otot. Metode penelitian dengan desain -post test controlled group design.  Sampel penelitian adalah mahasiwa IKOR FIK  dibagi secara acak menjadi 2 kelompok  yaitu kelompok kontrol  dan kelompok sitrulin. Perlakuan pada kelompok sitrulin berupa pemberian jus semangka 428 ml (600-700 g daging buah semangka) kandungan sitrulin sebesar 1 mg. sedang pada kelompok control diberikan placebo yaitu air sirup. Jus semangka ataupun air sirup diberikan 60 menit sebelum dilakukan tes kekuatan otot yaitu kekuatan otot tungkai, punggung, bahu dan genggam tangan dengan menggunakan Dynamometer. Data  dianalisis diuji T-test dengan SPSS. Hasil penelitian: rerata kekuatan otot total diperoleh dari hasil penjumalahan kekuatan otot punggung, tungkai, bahu, genggam tangan. Retata kekuatan otot total kelompok kontrol 362,98±87,26 kg, kelompok perlakuan critrulline alami (semangka) 378,46±128,23, p=0,782. Tidak terdapat perbedaan efek akut asam amino sitrulin alami terhadap kekuatan otot


2020 ◽  
Vol 10 (2) ◽  
pp. 69-71
Author(s):  
Radyan Ferdiansyah ◽  
Iman Imanuddin ◽  
Mustika Fitri

Intensitas yang tinggi pada olahraga futsal mengakibatkan para pemainnya sering mengalami kelelahan sebelum pertandingan selesai. Pada akhirnya, kelelahan akan menyebabkan penurunan performa. Oleh karna itu peneliti ingin melakukan penelitian ini untuk mengetahui tentang dampak kelelahan terhadap pengambilan keputusan di dalam permainan futsal. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengambilan keputusan atlet yang sedang mengalami kelelahan dan tidak. Setelah mengetahui, maka peneliti mencari perbedaan pengambilan keputusan antara kelompok yang mengalami kelelahan dan tidak mengalami kelelahan. Pada penelitian ini menggunakan metode dengan pendekatan kuantitatif dengan desain kausal komparatif. Partisipan pada penelian ini adalah Siswa Sekolah Menengah Pertama PGII II Bandung yang terdaftar aktif di ekstrakulikuler futsal. Sampel pada penelitian ini berjumlah 16 orang yang dipilih menggunakan teknik sampling porposive sampling, instrumen penelitian pada penelitian ini menggunakan Assessment of Secondary School Student’s Decision Making and Gameplay Ability in Soccer. Berdasarkan hasil pengolahan data dan analisis data uji perbedaan sebelum dan sesudah kelelahan maka diperoleh data signifikansi sebesar 0,022 maka H0 ditolak.Sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan pengambilan keputusan sebelum dan selama kelelahan. Dengan demikian, karena nilai t hitung 2,409 > t, tabel 1,6973 maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya kelelahan berdampak terhadap pengambilan keputusan di dalam permainan futsal.


2020 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 23-27
Author(s):  
Fajar Awang Irawan ◽  
Oktavia Pratiwi Diah Ayu Pangesti

Siswa tingkat sekolah dasar mengalami kesulitan dalam bermain petanque karena bola besi terasa berat saat dimainkan. Tujuan penelitian ini untuk memberikan alternative media permainan melalui modifikasi bola petanque yang lebih murah, ringan, praktis, dan menarik tetapi tetap standar. Penelitian ini menggunakan 10 orang dalam uji coba kecil dan 20 orang dalam uji coba besar dengan rentang usia 8 sampai 10 tahun. Hasil dari penelitian ini pada uji coba skala kecil diperoleh 84% spesifikasi produk pada kategori baik dan 90% relevansi produk juga pada kriteria baik. Untuk uji coba skala besar diperoleh 88% spesifikasi pada kategori baik, sedangkan relevansi produk 92% pada kategori baik pula. Hasil lain pada komentar ahli ditemukan 94.15% untuk kualitas produk Bokavia pada kategori sangat baik dan 96.65% untuk spesifikasi produk juga pada kategori sangat baik.   Kesimpulan yang didapat bahwa Bokavia ini layak digunakan untuk bermain petanque dan juga sebagai alternative pilihan dalam pembelajaran.Elementary student felt difficult when playing petanque because of the weight. The aim of this study was to give media alternative using petanque ball modification that more cheap, light, and interesting as petanque standard. This study using 10 participants in small-scale and 20 participants in large-scale with the mean age 8 to 10 years old. Result of this study found that 84% product specifications in small-scale was good and 90% product relevance was also in good category. Large-scale data found 88% product specification in 88% and 92% relevance product was good in category. Results from the expertise found that 94.15% for product quality was very good and 96.65% product specification was also very good. The conclusion stated that Bokavia suitable for was petanque and also as an alternative choice for learning.


2020 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 13-18
Author(s):  
Gaung Perwira Yustika ◽  
Eko Budi Santoso ◽  
Cholichul Hadi ◽  
Sri Sumartiningsih

Permainan sepakbola dicirikan dengan pola aktivitas yang berubah-ubah, olahraga dengan durasi yang panjang dengan intensitas yang tinggi dan aksi yang eksplosif seperti melakukan akselarasi, deakselarasi, merubah arah, melompat, dan menjegal yang tentunya memerlukan kerja yang tinggi dari daya tubuh. Di dalam pertandingan kebutuhan energi sangat tinggi, dipenuhi dengan metabolisme aerob dan anaerob, yang mana perlu dibarengi dengan asupan nutrisi berkualitas dalam bentuk mikronutrisi khususnya asupan/pemaparan vitamin D untuk pemain agar dapat menunjang dan menjaga performa permainan dari seorang pemain, terlebih pada level sepakbola elit. Vitamin D sendiri adalah suatu prekursor hormon yang memiliki peranan penting di dalam menjaga kesehatan tulang dan fungsi imunitas. Penemuan reseptor vitamin D pada sel otot rangka manusia telah membawa para ilmuwan fisiologi otot untuk menemukan peranan penting vitamin D dalam meregulasikan sintesis protein dan fungsi otot. Pada atlit sepakbola elit, terdapat kebutuhan konstan vitamin D di dalam memaksimalkan sintesis protein untuk memenuhi kebutuhan fisik dari latihan harian. Selain dari pemaparan sinar matahari vitamin D pun dapat didapatkan dari sumber makanan yang mengandung nutrisi ini (hewani dan nabati).Soccer was characterized with activity that changed periodically during the game, this sport has long duration and with high intensity dan explosive action like doing acceleration, deacceleration, changing direction, jumping, and tackling. Of course in order to doing that this sport needs high rate of physical performance of the players. In the match, energy requirements is very high, fulfill by aerob metabolism and anaerob, to help the metabolism regulation, micronutrien intake especially vitamin D intake/exposure for the players to support and maintain performance of soccer players, especially in the elite level. Vitamin D is a hormonal precursor that hold an important role to maintain bone health and imunity function. The discovery of vitamin D receptor in human skeletal’s cells made attention to Muscle Physiologyst in order to find a way how vitamin D regulated protein synsthesis and muscle function. For soccer elite athletes, there’s constant needs of vitamin D to built synthesis protein in order to support the physical requirements from daily training. Besides sunlight exposure, vitamin D can be acquired from dietary foods that contain this vitamin (animal and plant source).Soccer was characterized with activity that changed periodically during the game, this sport has long duration and with high intensity dan explosive action like doing acceleration, deacceleration, changing direction, jumping, and tackling. Of course in order to doing that this sport needs high rate of physical performance of the players. In the match, energy requirements is very high, fulfill by aerob metabolism and anaerob, to help the metabolism regulation, micronutrien intake especially vitamin D intake/exposure for the players to support and maintain performance of soccer players, especially in the elite level. Vitamin D is a hormonal precursor that hold an important role to maintain bone health and imunity function. The discovery of vitamin D receptor in human skeletal’s cells made attention to Muscle Physiologyst in order to find a way how vitamin D regulated protein synsthesis and muscle function. For soccer elite athletes, there’s constant needs of vitamin D to built synthesis protein in order to support the physical requirements from daily training. Besides sunlight exposure, vitamin D can be acquired from dietary foods that contain this vitamin (animal and plant source).


2020 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 1-5
Author(s):  
Sujarwo Sujarwo ◽  
Arif Purnomo

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kontribusi recive servis, dig, cover dan toss pemain libero dalam pertandingan bola voli. Metode penelitian menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan teknik observasi dan match analisis pada pertandingan final bola voli putra indoor SEA GAMES 2019. Instrumen dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang dinilai oleh dua orang ahli, yaitu ahli bola voli dan ahli tes dan pengukuran. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang libero tim nasional bola voli indoor Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada set pertama libero 1 berkontribusi dalam recive servis, dig, cover dan toss sebesar: 38.6%. Set kedua libero 1 berkontribusi: 26.2%. Pada set kedua libero 2 berkontribusi sebesar: 16.3%. Pada set ketiga libero 2 berkontribusi sebesar: 52.1%. Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa kontribusi kemampuan libero sangat menentukan dalam keberhasilan tim dalam melakukan serangan maupun bertahan, baik kemampuan recive servis, dig, cover dan toss. Rekomendasi peneliti hendaknya pelatih melatih libero dengan kondisi sedekat mungkin dengan kondisi sebenarnya di lapangan. Kesalahan yang dilakukan libero di lapangan hendaknya diulang-ulang dibenahi dan diberikan solusi atau pembetulan baik konsep maupun teknikPurposed of this study was to determine the contribution of recive servis, dig and toss libero players in volleyball matches. The research method was used quantitative descriptive research with observation and match analysis techniques in the SEA GAMES 2019 indoor men's volleyball final match. The study’s instrument was the observation sheet assessed by two experts, namely, volleyball expert, test and measurement expert. Subjects in this study were two Indonesian national volleyball national team libero. Results showed that in the first set libero number 1 contributed to the recive service, dig and toss by: 38.6%. The second set of libero number 1 provided: 26.2%. In the second set of libero number 2 participated: 16.3%. In third set, libero number 2 contributed: 52.1%. The conclusion in this study is that the contribution of Libero's ability was crucial to the success of the team in attack and defense, both the ability to recive service, dig, cover and toss. Common researchers' recommendation should be that the trainer train libero with conditions as close as possible to the field’s actual requirements. A libero made mistakes in the area should be repeated addressed and given a solution or correction of both concepts and techniques.


2020 ◽  
Vol 10 (1) ◽  
pp. 6-12
Author(s):  
Dewonggo Sinatriyo ◽  
Indra Jati Kusuma ◽  
Rifqi Festiawan ◽  
Kusnandar Kusnandar ◽  
Fuad Noor Heza

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui korelasi keseimbangan dan kelentukan pergelangan kaki dengan kemampuan shooting siswa peserta ekstrakurikuler sepakbola SMP Negeri 2 Kembaran Banyumas. Metode penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional, teknik sampling menggunakan purposive sampling dengan kriteria inklusi dan ekslusi dan diperoleh sampel sebanyak 60 siswa. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi Diagonal Dynamic Balance Test (Roy & Ghosh, 2017) dan kelentukan pergelangan kaki & Shooting (Widiastuti, 2015). Teknik analisis data yang digunakan adalah uji korelasi pearson product moment dan korelasi ganda. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak ada korelasi antara keseimbangan dengan kemampuan shooting dengan nilai rx1.y = 0,071 < r(0,05)(60) = 0,254, Ada korelasi antara kelentukan pergelangan kaki dengan kemampuan shooting dengan nilai rx2.y = 0,341 > r(0,05)(60) = 0,254, dan  Tidak ada korelasi antara keseimbangan dan kelentukan pergelangan kaki dengan kemampuan shooting dengan nilai rx1,x2,.y = 0,129 < r(0,05)(60) = 0,254, dari hasil tersebut dapat diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada korelasi antara keseimbangan dan kelentukan pergelangan kaki dengan kemampuan shooting. The purpose of this study was to determine the correlation between ankle balance and flexibility and the shooting ability of students participating in soccer extracurricular at SMP Negeri 2 Kembaran Banyumas. This research method is correlational with cross sectional approach, the sampling technique uses purposive sampling with inclusion and exclusion criteria and a sample of 60 students is obtained. The research instruments used include the Diagonal Dynamic Balance Test (Roy & Ghosh, 2017) and ankle elasticity & shooting (Widiastuti, 2015). The data analysis technique used is Pearson product moment correlation test and multiple correlation. From the results of the study note that there is no correlation between balance with shooting ability with a value of rx1.y = 0.071 <r (0.05) (60) = 0.254, there is a correlation between ankle flexibility with shooting ability with a value of rx2.y = 0.341> r (0.05) (60) = 0.254, and there is no correlation between ankle balance and flexibility and shooting ability with rx1, x2, .y = 0.129 <r (0.05) (60) = 0.254, from the results It can be concluded that there is no correlation between balance and ankle flexibility and shooting ability.


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document