TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

12
(FIVE YEARS 12)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

2798-0642, 2798-1797

2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 117-129
Author(s):  
Franty Faldy Palempung ◽  
Ferry J N Sumual

­Abstrak: Tulisan ini secara spesifik memaparkan dampak metode pembelajaran daring bagi ketuntasan belajar siswa. Peristiwa Covid-19 yang terjadi awal tahun 2020 hingga sampai sekarang, masih menyebakan kesulitan bagi semua element. Imbas dari pandemi ini di sektor Pendidikan mengharuskan pembelajaran online dilaksanakan. Akibat dari penerapan pembelajaran daring ini, masih menyebabkan kesulitan bagi sebagai indvidu bahkan institusi karena masih belum lengkapnya pra-sarana dalam kegiatan pembelajara daring. Topik ini ditulis dengan menggunakan metode kualitatif deskriftif dengan pendekatan studi literatur. Hasil pada uraian ini mengemukakan bahwa pengertian ketuntasan belajar menurut Permendikbud adalah pencapaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan meliputi ketuntasan penguasaan substansi dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar. Ketuntasan belajar peserta didik merupakan komponen keluaran yang diperoleh dari hasil suatu proses pembelajaran yang didukung oleh orang tua, guru dan lingkungan. Berhasil tidaknya pembelajaran daring bagi ketuntasan pembelajaran, diperlukan kerja sama semua komponen Pendidikan itu sendiri.Abstract: This paper specifically describes the impact of online learning methods on the completion of student learning. The Covid-19 event that occurred in early 2020 until now, still makes it difficult for all elements. The impact of this pandemic in the Education sector requires that online learning be implemented. As a result of the application of online learning in, still causes difficulties for as an individual even an institution because it is still incomplete pre-facilities in the activities of online learners. This topic is written using qualitative methods with a literature study approach. The results in this description suggest that the understanding of the completion of learning according to Permendikbud is the achievement of attitude competence. Knowledge, and skills include the completion of the mastery of substance and the completion of learning in the context of the study period. The completion of learning of learners is a component of the output obtained from the results of a learning process supported by parents, teachers and the environment. The success of online learning for the completion of learning, requires the cooperation of all components of Education itself.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 130-143
Author(s):  
Herry Sonya Corneles ◽  
Jefry Yopie Afner Suak ◽  
Veydy Yanto Mangantibe

Abstrak: Artkel ini membahas konsep kristologi penganut krsiten tauhid. Persoalan doktrin Kristologi, khususnya tentang hubungan antara natur keilahian dan natur keinsanian Yesus Kristus sudah ada sejak abad mula-mula, sehingga gereja merumuskan rumusan Chalcedon pada konsili Chalcedon yang diadakan tahun 451. Tetapi persoalan Kristologi tetap berlanjut meskipun gereja sudah memiliki rumusan Chalcedon tersebut. Salah satu ajaran yang menentang Trinitas dan doktrin keilahian Yesus Kristus adalah unitarianisme, yang muncul pada abad reformasi. Paham unitarianisme merupakan paham yang meyakini bahwa hanya ada satu Allah saja, baik eksistensi maupun persona. Dalam ajaran tentang Kristus, paham ini lebih menekankan kemanusiaan Yesus Kristus dan menolak natur keilahian Yesus Kristus. Dibuktikan pada  bagian Alkitab bahwa Yesus adalah Allah dalam beberapa cara. Karena Kristus benar-benar tokoh yang pernah hadir dalam sejarah dunia ini. Penulisan ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kajian literatur, sehingga diperoleh data tentang latar belakang sejarah dan ajaran penganut Kristen Tauhid, presuposisi penganut Kristen Tauhid, pokok-pokok pemikiran Kristologis penganut Kristen Tauhid, analisis terhadap konsep Kristologi penganut Kristen Tauhid dan implikasinya bagi Theologia Kristen.Abstract: This article discusses the christology concept of monotheistic Christians. The issue of the doctrine of Christology, especially regarding the relationship between the divine nature and the human nature of Jesus Christ, has existed since the early centuries, so the church formulated the Chalcedon formula at the Chalcedon council which was held in 451. But the Christological problem continued even though the church already had the Chalcedon formula. One of the teachings that opposed the Trinity and the doctrine of the divinity of Jesus Christ was unitarianism, which emerged in the Reformation century. Unitarianism is an understanding that believes that there is only one God, both existence and person. In the teachings of Christ, this understanding emphasizes the humanity of Jesus Christ and rejects the divinity of Jesus Christ. This writing uses a descriptive research method with a literature review approach, in order to obtain data on the historical background and teachings of monotheistic Christians, presuppositions of monotheistic Christians, the main points of Christological thoughts of monotheistic Christians, analysis of the concept of Christology of monotheistic Christians and their implications for Christian Theology


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 155-167
Author(s):  
Anita Grays Pantow ◽  
Ribka Ester Legi

Abstrak: Kajian ini menguraikan secara spesifik mengenai dampak ketrampilan guru Pendidik Agama Kristen dalam meningkatkan motivasi belajar siswa. Topik ini diangkat kara data faktual yang diterima peneliti, masih banyak ditemui para siswa dalam sebuah institusi motivasi belajar belum sepenuhnya antusias. Hal ini bisa disebabkan kurang terampilnya pendidik dalam mengajar. Tulisan ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Prosedur penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data tentang dampak keterampilan guru PAK. Hasil uraian topik ini mengemukakan bahwa sebagai pengajar, guru dituntut untuk memiliki kecakapan dalam mengembangkan keterampilan mengajar. Adapun wujud dari ketrampilan pengajar itu mampu memahami isi Alkitab dengan baik dan benar, pengajar PAK mampu menjembatani persoalan dengan Alkitab. Kemudian pengajar PAK dapat membimbing dan mendampingi peserta didik, serta  pengajar PAK hendaknya memahami dan menetapkan tujuan pengajaran yang diajarkan kepada nara-didik . Dengan ketrampilannya sebagai pendidik, motivasi nara-didik akan tercipta karena guru menjadi role model mereka untuk meningkatkan intensitas belajar.Abstract: This study outlines the specifics of the impact of Christian Educator teacher skills in improving students' learning motivation.This topic is raised kara factual data received by researchers, there are still many students in a learning motivation institution not yet fully enthusiastic.This can be due to the lack of skilled educators in teaching.This paper uses qualitative methods with a descriptive approach.This research procedure is carried out by collecting data on the impact of PAK teachers' skills.The results of this topic description suggest that as teachers, teachers are required to have proficiency in developing teaching skills.As for the form of the teaching skills, it is able to understand the contents of the Bible properly and correctly, PAK teachers are able to bridge the problem with the Bible. Then PAK teachers can guide and accompany learners, and PAK teachers should understand and set the teaching objectives taught to learners. With his skills as an educator, the motivation of learners will be created because teachers become their role models to increase the intensity of learning.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 106-116
Author(s):  
Efraim da Costa

Abstrak: Tulisan ini secara spesifik mempaparkan bagaimana peran doa terhadap pertumbuhan iman jemaat di masa Pandemi. Topik ini diangkat karena dimasa pandemi, ibadah yang sifatnya menghadirkan massa yang banyak tentu gereja tidak leluasa melaksanakan kegiatan doa secara offline. Tulisan ini menggunakan metode deskriptif analitis konseptual, yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematis tentang peranan doa bagi pertumbuhan iman jemaat. Uraian pada topik mengemukakan bahwa doa adalah pintu gerbang untuk berkomunikasi dengan Allah.  Seorang yang berdoa tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri dan oleh kekuatannya sendiri, melainkan ia menjalin relasi yang dekat dengan Allah. Yesus mengajarkan betapa doa bagian dari yang tak bisa dilupakan melalui teladan yang Ia berikan. Dengan berdoa akan menciptkan pertumbuhan bagi orang percaya terlebih di masa pandemi ini, doa memberikan ketenangan kepada orang-orang yang sedang berada dalam tekanan. Doa berperan menjaga stabilitas kerohanian orang percaya sekalipun keadaan Covid-19 membuat orang-orang berada pada pusaran kekuatiran.Abstract: This paper specifically presents how the role of prayer on the growth of the faith of the church in the pandemic period. This topic was raised because in the time of the pandemic, worship that is the nature of mass that many of course the church is not free to carry out prayer activities offline. This paper uses descriptive methods of conceptual analytical, which aims to systematically describe the role of prayer for the growth of the faith of the church. The description on the topic suggests that prayer is the gateway to communicating with God. A man who prays no longer lives for himself and by his own strength, but he establishes a close relationship with God. Jesus also taught us how prayer is part of the unforgettable through the example He gives. Praying will create growth for believers especially in this pandemic, Prayer gives peace to those who are under pressure. Prayer plays a role in maintaining the spiritual stability of believers even though the situation of Covid-19 makes people in a vortex of worry.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 95-105
Author(s):  
Yakub Hendrawan Perangin Angin ◽  
Yonatan Alex Arifianto ◽  
Tri Astuti Yeniretnowati

Abstrak: Pemuridan sangat berkaitan erat dengan kepemimpinan. Pemuridan bagi kepemimpinan sangat bermakna karena sangat terbukti efektif guna mempersiapkan, menghasilkan dan membentuk pemimpin Kristen menuju serupa Yesus. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan studi pustaka. Langka awal adalah dengan mempelajari konsep pemuridan dan kepemimpinan Kristen. Langkah berikutnya adalah dengan melakukan analisis tentang dampak bahaya dan dampak positif adanya praktik pemuridan dalam kekristenan bagi kepemimpinan. Langkah terakhir adalah merumuskan makna dan implikasi pemuridan bagi kepemimpinan sebagai perspektif dalam menyusun pola pendidikan pemimpin Kristen. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa implikasi yang harus dilakukan dan dijalani dalam kehidupan sebagai respon dari penelitian pemuridan dan kepemimpinan ini bagi pola pengajaran dan pendidikan kaderisasi kepemimpinan Kristen, adalah: Pertama, Menjadi pemimpin Kristen yang efektif. Kedua, Pemimpin yang mencetak para pemimpin. Ketiga, Pemimpin yang berani bayar harga. Keempat, Pemimpin yang hidup dalam komunitas pemuridan. Kelima, Mengimplementasikan iman yang dipercayai.Abstract: Discipleship is closely related to leadership. Discipleship for leadership is very meaningful because it has proven effective in preparing, producing and shaping Christian leaders to be like Jesus. The research method used in this study is a qualitative method with a literature study approach. The first step is to learn the concepts of discipleship and Christian leadership. The next step is to conduct an analysis of the harmful and positive impacts of the practice of discipleship in Christianity for leadership. The final step is to formulate the meaning and implications of discipleship for leadership as a perspective in formulating the pattern of Christian leader education. The results of this study conclude that the implications that must be carried out and lived in life as a response to this discipleship and leadership research for the pattern of teaching and cadre education for Christian leadership are: First, Become an effective Christian leader. Second, Leaders who print leaders. Third, leaders who dare to pay the price. Fourth, Leaders who live in a community of discipleship. Fifth, implement the faith that is believed.


2021 ◽  
Vol 1 (2) ◽  
pp. 144-154
Author(s):  
Yonathan Wingit Pramono ◽  
Sari Saptorini ◽  
Jhon Leonardo Presley Purba

Abstrak: Keluarga merupakan dasar dan tempat utama pemuridan Kristen untuk mewujudkan pertumbuhan rohani anak-anak Kristen agar siap menghadapi tantangan kehidupan di era disrupsi seperti saat ini. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif dengan metode studi literature. Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian tentang bagaimana implementasi pemuridan Kristen di dalam keluarga di era disrupsi saat ini. Hasil penelitian menyimpulkan bawah pemuridan Kristen dalam keluarga di era disrupsi merupakan hal yang esensial dan krusial. Orang tua berperan penting melakukan pemuridan Kristen dalam keluarga untuk mendidik dan mengarahkan anak-anak Kristen menjadi generasi yang konsisten dan bertumbuh dalam iman kepada Tuhan dan menjadi murid Kristus yang sejati. Menjadi dewasa dalam kepribadian, kerohanian dan moralitas sehingga tidak mudah terjerumus ke dalam aspek negative dari perkembangan teknologi informasi digital saat ini. Dibutuhkan komitmen dan konsistensi dalam implementasi pemuridan Kristen dalam keluarga di era disrupsi untuk menghindari distraksi atau disrupsi dari berbagai informasi media digital yang ada, sebaliknya harus menyediakan waktu yang khusus untuk melakukan pemuridan dengan memanfaatkan perkembangan digitalisasi teknologi informasi di era disrupsi secara positif. Salah satunya melakukan pemuridan keluarga secara virtual. Dengan demikian pemuridan Kristen dalam keluarga tetap dapat dilakukan walaupun orang tua dan anak terpisah jarak dan tempat.Abstract: The family is the basis and the main place for Christian discipleship to realize the spiritual growth of Christian children so that they are ready to face the challenges of life in this era of disruption. Using a descriptive qualitative approach with a literature study method. This study aims to answer research questions about how to implement Christian discipleship in families in the current era of disruption. The results of this study conclude that Christian discipleship in families in the era of disruption is essential and crucial. Parents play an important role in carrying out Christian discipleship in the family to educate and direct Christian children to become a generation that is consistent and grows the faith in God and becomes the true disciples of Christ. Become mature in personality, spirituality and morality so that it is not easy to fall into the negative aspects of the development of digital information technology today. It takes commitment and consistency in the implementation of Christian discipleship in families in the era of disruption to avoid distraction or disruption from various existing digital media information, on the contrary, must provide special time for discipleship by utilizing the development of digitalization of information technology in the era of disruption in a positive way. One of them is doing virtual family discipleship. Thus, Christian discipleship in the family can still be done even though parents and children are separated by distance and place.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 30-44
Author(s):  
Steven Tommy Dalekes Umboh

AbstrakSejarah telah mencatat bahwa kematian Kristus selalu menjadi perdebatan khususnya bagi mereka yang meragukan otenistas benarkah Kristus meninggal secara faktual? Walau ada yang meragukan kematian Kristus, namun Alkitab tetap menjadi patokan utama yang harus dipercayai, bahwa kematian-Nya merupakan memiliki bukti keotentikan sejarah maupun secara doktrinal. Bukti kematian Kristus bersifat absolut dengan adanya tanda-tanda yang dikemukakan oleh para penulis Alkitab yang menjadi saksi mata dari peristiwa tersebut. Metode yang digunakan pada tulisan ini adalah metode kualitatif deskriftif dengan pendekatan kepustakaan. Hasil pada uraian artikel mengemukakan kematian Kristus terbingkai secara sistemtis dalam narasi Kitab Suci. Selain itu bukti secara arkeologis dan medis menyatakan hal itu. Implementasi bagi orang percaya dari kematian Kristus agar semakin menunjukkan kehidupan yang berubah melalui buah-buah roh, serta tidak melupakan perintah Allah dalam merealisasikan perintah Amanat Agung.Kata-Kata Kunci: Kematian Kristus, Kitab Suci, Orang KristenAbstractHistory has recorded that christ's death has always been a debate especially for those who doubt whether Christ died factually? Although some doubt christ's death, the Bible remains the main benchmark to be believed, that His death Was evidence of historical authenticity as well as doctrinally. The evidence of Christ's death is absolute with the signs presented by the Bible writers who bear eyewitnesses to the event. The method used in this paper is a descriptive qualitative method with a library approach. The results in the article description suggest christ's death is framed systemically in the Scriptural narrative. In addition archaeological and medical evidence states it. Implementation for believers from christ's death to further demonstrate a life that changes through the fruits of the spirit, and not forgetting god's command in realizing the command of the Great Commission.  Key Words: The Death of Christ, Scripture, Christians 


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 45-63
Author(s):  
Hardi Budiyana

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui Misi Pendidikan Kristen dalam Mewujudkan Murid Kristus, yang tentunya Murid Kristus yang memiliki karakter Kristiani dalam jemaat melalui proses pengajaran di gereja lokal. Penelitian ini merupakan penelitian bersifat kualitatif dengan cara studi pustaka yakni mengkaji tentang Misi Pendidikan Kristen yang berpusat pada Kristus akan mewujudkan Murid Kristus yang memiliki wewenang untuk membangun karakter jemaat sesuai dengan ajaran iman Kristiani. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman bahwa Misi Pendidikan Kristen berperan baik dalam Mewujudkan Murid Kristus yang memiliki pembentukan karakter kristiani dalam jemaat. Oleh karena itu, disarankan agar Para hamba Tuhan dalam hal ini Gembala Jemaat memiliki loyalitas yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai rekan kerja Allah yang bukan hanya berkotbah semata, tetapi juga menyampaikan pengajaran dengan hasil terwujud adanya murid Kristus yang memiliki karakter Kristiani nyata dalam diri Jemaat, sehingga jemaat mau melibatkan diri dalam pelayanan maupun dalam penginjilan baik dalam gereja maupun di luar gereja. Kata Kunci: Misi Pendidikan Kristen, Murid Kristus, Gereja Lokal. AbstractThis study aims to describe and know the Mission of Christian Education in Realizing Christ's Disciples, which is certainly Christ's Disciples who have Christian character in the congregation through the teaching process in the local church. This research is a qualitative study by means of literature study that examines the mission of Christian Education centered on Christ will realize Christ's Disciples who have the authority to build the character of the church in accordance with the teachings of the Christian faith. The results of this study provide an understanding that the Christian Education Mission plays a good role in realizing Christ's disciples who have the formation of Christian character in the congregation. Therefore, it is recommended that the pastors of the Church of the Church Shepherd have a high loyalty in carrying out their duties and responsibilities as partners of God who not only preach, but also deliver teaching with the results of the realization of disciples of Christ who have a real Christian character in themselves Congregation, so that the congregation wants to be involved in ministry and in evangelizing both in the church and outside the church. Keywords: Christian Education Mission, Christ Disciples, Local Church


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 79-94
Author(s):  
David Kuwissy

Abstrak Ide dasar dari Artikel ini, adalah tata cara ibadah yang dilakukan oleh setiap denominasi gereja berbeda-beda.  Mazmur 100:1-5 memberi petunjuk tentang bagaimana cara beribadah kepada TUHAN. Firman Tuhan: “Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita, datanglah ke hadapan-Nya dengan sorak-sorai!” (Maz 100:2), menunjukkan bahwa beribadah adalah perintah TUHAN yang harus dilakukan oleh setiap orang percaya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan pendekatan kepustakaan, disertai dengan wawancara terhadap beberapa pelayan di gereja-gereja. Penilitian ini adalah untuk menunjukkan bagaimana ibadah yang sesuai dengan firman TUHAN. Hasil analisa dan kajian menunjukkan bahwa ibadah yang sesuai Alkitab adalah ibadah yang diawali dari pintu gerbang dengan nyanyian syukur, ke pelataran-Nya dengan puji-pujian. Ibadah yang dimulai dari pintu gerbang ke pelatarannya, menurut Mazmur 100:1-5 mengindikasikan bahwa ibadah menurut pola Tabernakel. Pola ibadah Tabernakel adalah pola ibadah yang awali dari pintu gerbang, pelataran, ruang kudus dan ruang maha kudus. Kata Kunci: Ibadah, Nyanyian Syukur, Puji-pujian, Penyembahan. AbstractBasic idea of this article is the different way “Serve the Lord has done by churches. Psalm 100:1-5 give instruction how to serve the Lord.  Words of God: “Serve LORD with gladness, come before His presence with singing” (Psalm 100:2). To show that serve the LORD is commands who done by every believer. Research method of this Article, use the qualitative method with library approach and interviews to several churches servant. This research show how to worship LORD accordance with the Word of God.  The result of analyst and study show that worship accordance the Words of God are starting from the gate with song of gratitude to His court with praise. Worship that begins from the gate to the court accordance Psalm 100:2 indicate tabernacle worship pattern. Tabernacle worship pattern at the beginning of the gate, court, very holy space, and the most holy space. Keywords: Service the Lord, Sing, Praise, Worship.


2021 ◽  
Vol 1 (1) ◽  
pp. 15-29
Author(s):  
Jhon Piter Nainggolan ◽  
Yunardi Kristian Zega

AbstrakKelompok sel di gereja terhadap anak, remaja/pemuda, serta orangtua bertujuan untuk mengajar dan memperlengkapi pelayanan gereja sehingga terjadi multiplikasi. Kelompok sel harus diawali dengan melayani Tuhan, berdoa, dan berada dalam sebuah kesatuan. Kelompok sel merupakan kelompok kecil yang tidak lebih dari 12 orang untuk bertemu secara teratur sebagai sarana agar tiap anggota dapat mempelajari firman Tuhan dan membagikan pengalaman hidup dalam suasana persaudaraan yang akrab dan menyenangkan untuk bertumbuh pada pengenalan akan Yesus Kristus. Perlu adanya kegiatan kelompok sel di gereja karena ibadah yang dilaksanakan pada hari minggu, umumnya tidak akan dapat memenuhi kebutuhan tersebut karena ibadah hari minggu hanya komunikasi satu arah. Oleh karena itu, penulis dalam artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana prinsip kelompok sel sebagai revitalisasi pendidikan agama Kristen di gereja kepada setiap anggota jemaat. Hasil dari penelitian ini adalah kelompok sel dapat menjadi salah satu metode yang ampuh bagi gereja untuk mencapai penyempurnaan orang-orang kudus dalam pekerjaan/pelayanan Tuhan (Ef. 4:13). Kata Kunci: Gereja; Kelompok Sel; Pendidikan Agama Kristen; Revitalisasi AbstractCell groups in the church for children, youth/youth, and parents aim to teach and equip church services so that multiplication occurs. The cell group must begin with serving God, praying, and being in oneness. Cell groups are small groups of no more than 12 people to meet regularly as a means so that each member can study God's word and share life experiences in a close and pleasant brotherly atmosphere to grow in the knowledge of Jesus Christ. There is a need for cell group activities in the church because worship held on Sundays, generally will not be able to meet these needs because Sunday worship is only one-way communication. Therefore, the author in this article aims to explain how the principle of cell groups as a revitalization of Christian religious education in the church to every member of the congregation. The result of this research is that cell groups can be a powerful method for the church to achieve the perfection of the saints in God's work/service (Eph. 4:13). Keywords: Church; Cell Groups; Christian education; Revitalization


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document