JAGAT (Jurnal Geografi Aplikasi dan Teknologi)
Latest Publications


TOTAL DOCUMENTS

20
(FIVE YEARS 20)

H-INDEX

0
(FIVE YEARS 0)

Published By Universitas Halu Oleo

2684-6705

2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 170
Author(s):  
Adnan Adnan ◽  
Fitra Saleh ◽  
Iradat Salihin

Abstrak: Penggunaan lahan disetiap tahunnya akan mengalami perubahan. Perkembangan tersebut bisa jadi tidak terkendali, sehingga perencanaan prediksi perubahan lahan penting untuk dikaji. Dalam memprediksi dapat dilakukan dengan menggunakan citra, khususnya citra Landsat. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) distribusi penggunaan lahan terbangun di Kota Kendari pada tahun 2014 dan 2019 dengan metode OBIA pada citra terfusi; (2) melihat arah perubahan penggunaan lahan terbangun di Kota Kendari pada tahun 2024 dan 2029 dengan metode Land Change Modeler (LCM). Metode yang digunakan dalam penelitian ini  yaitu metode klasifikasi penggunaan lahan berbasis piksel OBIA dan pemodelan prediksi perubahan penggunaan lahan Land Change Modeler (LCM). Hasil penelitian ini antara lain: (1) luas lahan terbangun pada tahun 2014 di Kota Kendari seluas 6.061,85 hektar dan luas penggunaan lahan terbangun di Kota Kendari pada tahun 2019 seluas 6.716,96 hektar dengan perubahan penggunaan lahan terbangun tahun 2014 sampai dengan tahun 2019 dengan pertambahan luas 2,43%; (2) Arah perubahan penggunaan lahan terbangun di Kota Kendari diprediksikan cenderung berkembang ke arah Kecamatan Baruga karena dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemiringan lereng dan jaringan jalan. Kata Kunci : Penggunaan Lahan, Landsat 8 OLI, Penajaman Citra, OBIA, LCM Abstract: Land use will change every year. The development may be uncontrollable, so predictive planning of land changes is important to review. In predicting  can be done using  imagery, especially Landsat imagery. This study aims to:(1)  the distribution of land  use  built  in Kendari City in 2014 and 2019 with OBIA method on diffusion imagery; (2) see the direction of land use changes built in Kendari City in  2024 and 2029 with land change modeler  (LCM) method. The methods used in this study are OBIA pixel-based land  use  classification method and land use change prediction modeling land change modeler (LCM).  The results of this study include: (1) land area  built in 2014 in Kendari City aswide as 6,061.85 hectars and land use area built in Kendari City in 2019 aswide as 6,716.96 hectars with land use changes built in 2014 to 2019 with an increase  of  2.43%; (2) The direction of land use changes built in Kendari City  is predicted   to tend to  develop  towards  Baruga Subdistrict because it is influenced by two factors, namely slope and road network. Keywords: Land Use,  Landsat 8 OLI,  Image Sharpening,  OBIA, LCM


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 126
Author(s):  
Weka Weka ◽  
Sawaludin Sawaludin ◽  
Anita Indriasary ◽  
Weko Indira Romanti Aulia ◽  
Saban Rahim

Abstrak: Isu pandemi Covid-19 menjadi perhatian dunia dan sampai saat ini belum diprediksi kapan akan berakhir. Penyebaran Covid-19 merubah pola interaksi dalam kurun waktu yang cepat dan drastis karena adanya pemberlakukan pembatasan pergerakan dan kegiatan manusia. Kota Kendari termasuk daerah yang terdampak penyebaran Covid-19 dan salah satu kelurahan yang terdampak dengan status zona merah adalah kelurahan Kadia. Dalam mengantisipasi penyebaran Covid-19 di kelurahan Kadia, perlu dilakukan mitigasi melalui pemetaan kepadatan pemukiman, mobilitas penduduk dan lingkungan. Tujuan kegiatan ini adalah melakukan mitigasi penyebaran Covid-19 melalui pemetaan kepadatan pemukiman, mobilitas penduduk dan lingkungan kelurahan Kadia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey dan overlay peta. Hasil penelitian menunjukan kepadatan pemukiman di kelurahan Kadia pada tingkat yang tinggi (25-34) pada RW 002, RW 007 dan RW 008. Kepadatan penduduk di kelurahan Kadia yang tinggi pada (62-92) pada RW 001 RT 002, RW 002, RW 007 RT 001 dan 003, RW 008 RT 003, dan RW 009 RT 003. Tingkat mobilitas penduduk dikelurahan Kadia yang tinggi (90-174) pada RW 002 RT 002, RW 003 RT 001 dan 002, RW 004 RT001, 002 dan 003, RW 005 RT 001, RW 006 RT 001, dan RW 007. Secara spasial kondisi lingkungan kelurahan Kadia didominasi oleh lahan terbangun dengan jumlah penduduk sebanyak 7775 jiwa. Berdasarkan hasil pemetaan kepadatan pemukiman, kepadatan penduduk, mobilitas penduduk dan lingkungan maka mitigasi tingkat potensial penyebaran Covid-19 di kelurahan Kadia difokuskan pada titik potensial yang tinggi (RW 002) dan titik potensial yang sedang (RW 007). Beberapa langkah mitgasi penyebaran Covid-19 yang dilakukan adalah memasang poster mitigasi penerapan protokol kesehatan dengan memakai masker, selalu mencuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak.Kata kunci : Mitigasi, Pandemi Covid-19, Pemetaan, Kelurahan Kadia Abstract: The issue of the Covid-19 pandemic has become a worldwide concern and until now it has not been predicted when it will end. The spread of Covid-19 changed the pattern of interaction in a fast and drastic period due to the imposition of restrictions on human movement and activities. Kendari City is one of the areas affected by the spread of Covid-19 and one of the ward affected by the red zone status is Kadia Ward. In anticipating the spread of Covid-19 in the Kadia sub-district, it is necessary to carry out mitigation through mapping the density of settlements, population mobility, and the environment. The purpose of this activity is to mitigate the spread of Covid-19 through mapping the density of settlements, population mobility, and the Kadia urban village environment. The method used in this research is survey and map overlay. The results showed that the density of settlements in the Kadia village was at a high level (25-34) in RW 002, RW 007, and RW 008. The population density in the Kadia ward was high at (62-92) in RW 001, RT 002, RW 002, RW. 007 RT 001 and 003, RW 008 RT 003, and RW 009 RT 003. The level of population mobility in Kadia kelurahan is high (90-174) in RW 002 RT 002, RW 003 RT 001 and 002, RW 004 RT 001, 002 and 003, RW 005,RT 001, RW 006, RT 001, and RW 007. Spatially, the environmental condition of the Kadia ward is dominated by built-up land with a population of 7775 people. Based on the results of mapping settlement density, population density, population mobility, and the environment, mitigation of the potential level of Covid-19 spread in the Kadia ward is focused on high potential points (RW 002) and medium potential points (RW 007). Some of the steps to mitigate the spread of Covid-19 were putting up a mitigation poster for the implementation of the health protocol by wearing a mask, always washing hands with soap, and keeping a distance.Keywords : Mitigation, Covid-19 Pandemic, Mapping, Kelurahan Kadia


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 159
Author(s):  
Putri Putri ◽  
Irfan Ido ◽  
Noor Husna Khairisa

Abstrak: Pertambahan penduduk di Kabupaten Muna menyebabkan peningkatan kebutuhan akan rumah. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi  faktor penentuan lokasi pembangunan permukiman masyarakat dan perumahan yang dibangun oleh swasta; (2) menganalisis perbedaan faktor dominan dalam penentuan lokasi pembangunan permukiman oleh masyarakat dan perumahan yang dibangun oleh swasta. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis kuantitatif dan analisis kualitatif yang dilanjutkan dengan analisis faktor lokasi pembangunan permukiman dan pembangunan perumahan. Hasil penelitian ini antara lain: (1) Faktor penentu lokasi pembangunan permukiman oleh masyarakat dengan 3 urutan teratas antara lain: pelayanan air, listrik dan telepon, faktor kondisi jaringan lingkungan, dan keberadaan ruang terbuka. Faktor penentu lokasi pembangunan perumahan oleh swasta adalah faktor tingkat kemiringan lahan, faktor ketersediaan jaringan listrik, faktor kedekatan jarak, dan faktor kemudahan dalam pemasaran; (2) Faktor dominan dalam penentuan lokasi pembangunan permukiman oleh masyarakat antara lain tempat tinggal asal, ketersediaan lahan yang luas, harga tanah yang terjangkau, masuk dalam wilayah kota dan kondisi lingkungan. Sedangkan pengembang cenderung mempertimbangkan faktor letak, yaitu lokasi termasuk dalam daerah pengembangan kota, kedekatan jarak, lokasi yang strategis, harga tanah dan untuk memenuhi kebutuhan perumahan daerah.Kata kunci: Faktor penentu lokasi permukiman, faktor penentu lokasi perumahanAbstrak: Population growth in Muna Regency causes an increase in the need of house.This research aims to: (1) identify factors in determining the location of settlements development and housing development; (2) analyze the differences of dominant factors in determining the location of residential development by the community and housing builtby the private sector. Data in this research is analized by using quantitative and qualitative analysis followed by factor analysis of location of settlements development and housing development. The results of this study shows that: (1) The determining factors for the location of settlement development by the community with the top 3 ranking, namely, water, electricity and telephone services, environmental network conditions, and the existence of open spaces. The determining factors for the location of housing development by the private sector are the land slope, the availability of the electricity network, the proximity factor, and the convenience factor in marketing; (2) The dominant factors in determining the location of residential development by the communityi.e.the original place of resident, the available land is wide, affordable land prices, included in the city area and environmental conditions. Mean while, private sector tend to consider location factors, namely location is in urban development areas, proximity to distances, strategic locations, land price and to meet regional housing needs.Keywords: Determining factors of settlement location, determining factors of housing location


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 149
Author(s):  
Halija Halija ◽  
Jufri Karim ◽  
Sawaludin Sawaludin

Abstrak: Penataan ruang kawasan pesisir harus dipandang sebagai upaya dalam peningkatan kualitas kawasan fisik dan kesejahteraan masyarakat.Permasalahan dalam penelitian ini, yaitu tidak berfungsinya drainase secara optimal belum terdapatnya sarana mandi, cuci, kakus (MCK) dan kondisi faktor fisik rumah yang masih berstruktur kayu dan semi permanan. Tujuan dari penelitian ini, yaitu: (1) menganalisis kondisi fisik permukiman kawasan pesisir; (2) menganalisis kualitas permukiman kawasan pesisir dan merumuskan strategi pemecahan masalah permukiman kawasan pesisir Kecamatan Marobo Kabupaten Muna. Metode penelitian ini, yaitu: (1) kondisi fisik permukiman diketahui dengan melakukan interpertasi citra satelit Google Earth:(2)kualitas permukimandiketahui denganpendekatan keruangan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi pada aplikasi ArcGIS dengan melakukan teknik analisis scoring. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1)nilai kelayakan bangunan rumah hunian Desa Marobo, yaitu 70% dengan luas lantai >7,2, skor  5 bisa di kategorikan cukup luas, kemudian kelurahan Paroha 50 %, dengan luas lantai >7,2 skor  3,  Kelurahan Wadolau nilai kelayakan bangunan rumah hunian, yaitu 30% dengan luas lantai >7,2 skor  2  dan terakhir Kelurahan Tapi-Tapi nilai kelayakan bangunan rumah hunian, yaitu <10% dengan luas lantai>7,2 skor  1, sehingga bisa di kategorikan cukup kecil/sempit; (2) permukiman penduduk di Pesisir Desa Tapi-Tapi, Desa Wadolau, dan Desa Marobo didominasi oleh rumah nelayan, dengan luas pekarangan dan luas rumah tinggal cukup kecil/sempit.  Kondisi fisik rumah tinggal penduduk di Kecamatan Marobo termasuk kategori semipermanen yang tercermin dari jenis bahan dinding rumah yang mayoritas terbuat dari  papan kayu berkualitas sedang.Kata kunci: kondisi fisik, kualitas permukiman, kawasan pesisirAbstract: Coastal spatial planning must be seen as an effort to improve the quality of physical areas and the welfare of the community. The problem in this study are the drainage does not function optimally, among others there are no facilities for bathing, washing, latrines and the physical condition of the house which is still structured in wood and semi-permanent. The purpose of this study are: (1) to analyze the physical condition of the coastal area settlement in Marobo District Muna Regency; (2) to analyze the quality of coastal area settlements and formulate strategies for solving the problem of coastal area settlements in Marobo District Muna Regency. The research methods are: (1) the physical condition of the settlement is known by interpreting Google Earth satellite imagery; (2) settlement quality is known by spatial approach using Geographic Information Systems with ArcGIS by conducting a scoring analysis technique. The results of this study are: (1)the feasibility value of Marobo Village residential building is 70% with a floor area >7,2 score 5 can be categorized quite broadly, Paroha Village 50%, with a floor area >7,2 score 3 Wadolau Village the feasibility value of residential building is 30% with a floor area >7,2, score 2 and lastly the Tapi-Tapi Village feasibility value of residential buildings is <10% with a floor area >7,2 score 1 so that it can be categorized quite small/narrow; (2) the residential settlements in the Tapi-Tapi Village, Wadolau Village and Marobo Village are dominated by fishermen's houses, with a large yard area and a small/narrow residential area. The physical condition of resident houses in Marobo District belongs to the semi-permanent category, which is reflected in the type of wall material of the house which is mostly made of medium quality wood plasterKeywords: physical condition, quality of settlements, coastal area


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 141
Author(s):  
Uliana Uliana ◽  
Ahmad Hidayat ◽  
Anita Indriasary

Abstrak: Kondisi fisik lahan perkotaaan semakin sempit dan kurangnya ruang terbuka untuk pengelolaan sampah sehingga perlu ditingkatkan partisipasi masyarkat dalam pengelolaan sampah agar masyarakat mampu secara mandiri peduli terhadap lingkungan. Tujuan penelitian ini,yaitu: (1) untuk mengetahui pengaruh kondisi sosial ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Poasia terhadap pengelolaan sampah; (2) untuk mengetahui pengaruh pengetahun lingkungan ibu-ibu rumah tangga di Kecamatan Poasia terhadap pengelolaan sampah. Metode penelitian ini yaitu metode penelitian kualitatif dengan melakukan analisis regresi linear berganda pada aplikasi SPSS versi 16.0. Hasil penelitian ini antara lain: (1) kondisi sosial ibu-ibu rumah tangga (umur, pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan) berpengaruh terhadap pengelolaan sampah. Hal ini dibuktikan  dengan uji regresi linear berganda diperoleh nilai signifikan kondisi sosial (X1) adalah sebesar 0,771 dan nilai t hitung sebesar 0,292; (2) pengetahuan lingkungan  ibu-ibu rumah tangga berpengaruh terhadap pengelolaan sampah. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji regresi linear berganda diperoleh nilai signifikan pengetahuan (X2) sebesar 0,000 dan nilai t hitung sebesar 5,565. Oleh karena itu, Kelurahan Anggoeya perlu mendapatkan perhatian khusus oleh pemerintah, karena wilayah tersebut memiliki volume sampah terbesar di Kecamatan Poasia namun kondisi sosial ibu rumah tangga masih lebih rendah jika dibandingkan dengan wilayah lain seperti Kelurahan Anduonohu dan Kelurahan Anggoeya. Selain itu, pengetahuan ibu-ibu rumah tangga di Kelurahan Anggoeya dominan kategori buruk. Kata Kunci: kondisi sosial, pegetahuan, pengelolaan sampah Abstract: The physical condition of urban areas is increasingly narrow and the lack of open space for waste management needs to be increased by community participation in waste management so that the community is able to independently care for the environment. The purpose of this study are: (1) to determining the effect of social conditions of housewives in Poasia District on waste management; (2) to determining the effect of environmental knowledge of housewives in Poasia District on waste management. This research method is a qualitative research method by conducting multiple linear regression analysis on the application of SPSS version 16.0. The results of this study are: (1) the social conditions of housewives (age, education, employment, and income) affect the waste management. This is evidenced by the multiple linear regression test obtained a significant value of social conditions (X1) of 0,771 and t value of 0,292; (2) environmental knowledge of housewives influences waste management. This is evidenced by the results of multiple linear regression tests obtained a significant value of knowledge (X2) of 0,000 and t value of 5,565. Therefore, Anggoeya Village needs to get special attention from the government, because the region has the largest volume of waste in Poasia District, but the social condition of housewives is still lower when compared to other regions such as Anduonohu and Anggoeya. In addition, the knowledge of housewives in Anggoeya Kelurahan is dominant in the bad category. Keywords: social conditions, knowledge, waste management


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 118
Author(s):  
Fifi Fifi ◽  
Jamal Harimuddin ◽  
La Ode Restele ◽  
Fitriani Fitriani

Abstrak Pusat pertumbuhan ialah wilayah atau kawasan yang pertumbuhannya sangat pesat sehingga dijadikan sebagai pusat pembangunan yang mempengaruhi wilayah lain di sekitarnya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui wilayah mana saja yang termasuk dalam kategori orde I sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Kota Kendari; (2) mengetahui interaksi antara pusat pertumbuhan dan wilayah pendukung disekitarnya. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis skalogram untuk mengetahui pusat pertumbuhan wilayah dan analisis gravitasi untuk mengetahui interaksi antara pusat pertumbuhan dan wilayah pendukung. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) wilayah yang termasuk dalam kategori orde I sebagai pusat pertumbuhan utama di Kota Kendari adalah Kelurahan Bende, Korumba dan Kambu; (2) pusat pertumbuhan Kelurahan Bende memiliki hubungan interaksi yang paling erat dengan Kelurahan Pondambea sebagai daerah sekitarnya (hinterland), pusat pertumbuhan Kelurahan Korumba memiliki hubungan interaksi yang paling erat dengan Kelurahan Alolama sebagai daerah hinterland, dan  pusat pertumbuhan Kelurahan Kambu memiliki hubungan interaksi yang paling erat dengan Kelurahan Padaleu sebagai hinterland. Kata Kunci: Pusat pertumbuhan, Interaksi wilayah, Analisis Skalogram, Analisis Gravitasi Abstract The growth center is a region or area that is very rapidly growing so that it is made as a development center affecting other regions around it. The research aims to: (1) Know which areas are intended in the category I order as the center of economic growth in the city of Kendari; (2) Know the interaction between the growth center and the surrounding area supporting. Data analysis methods used in this study: Analysis of Skalogram to find out the regional growth and Gravity analysis to know the interaction between growth centres and support areas. The results of the research include: (1) The region that belongs to the category of order I as the main growth center in the district of Kendari is Bende village, Korumba and Kambu; (2) village Bende Growth Center has the most closely related interaction with the village Pondambea as the surrounding area (hinterland), village Korumba Growth Center has the most closely related interaction with Alolama village as its surrounding area (hinterland) and village Kambu Growth Center has the most close interaction relationship with Padaleu village as its surrounding area (hinterland).Keywords: Growth Center, Area Interactions, Analysis Skalogram, Analysis Gravity


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 133
Author(s):  
Muliati Muliati ◽  
La Ode Restele ◽  
Fitra Saleh

Abstrak: Pariwisata adalah segala hal yang berhubungan dengan perjalanan untuk rekreasi, pelancongan, dan hiburan yang dilakukan dengan sukarela dan bersifat sementara serta didukung oleh berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, dan pemerintah daerah. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui kondisi lingkungan kegiatan pariwisata di Kecamatan Nambo; (2) mengetahui daya dukung lingkungan pariwisata Di Kecamatan Nambo. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif digunakan untuk menjawab tujuan penelitian yaitu mengetahui kondisi lingkungan kegiatan pariwisata dan menganalisis daya dukung lingkungan pariwisata pantai di Kecamatan Nambo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pantai Nambo merupakan Pantai yang terdiri dari pasir putih dengan topografi yang tidak curam,memiliki suasana yang tenang, udara yang dingin dan pemandangan yang indah. Pantai Nambo sendiri telah menyediakan fasilitas seperti tempat parkir, gazebo, tempat bilas mandi  dan tempat sampah. Namun masih terdapat pengunjung yang membuang sampah sembarangan sehinggah mengotori lingkungan  Pantai Nambo;  (2) Berdasarkan perhitungan daya dukung lingkungan objek wisata Pantai Nambo, maka diperoleh nilai daya dukung fisik (PCC) atau jumlah maksimum wisatawan yang dapat diterima di area wisata dengan luas 10,3 ha sebesar 3.961 wisatawan/hari dengan  nilai kapasitas manajemen (MC) sebesar 0,54 dan nilai daya dukung efektif (ECC) sebesar 2.138 wisatawan/hari dengan mempertimbangkan nilai PCC dan MC.Kata kunci: Analisis, Daya Dukung, Kawasan Wisata PantaiAbstract: Tourism is all things related to travel for recreation,travel, and entertainment which is carried out on a voluntary basis and is temporary andsupported by various facilities and services provided by the community,entrepreneurs, and local governments. This study aims to: (1) determine the conditionsthe environment of tourism activities in Nambo District, (2) know the carrying capacitytourism environment in Nambo district. The method in this research is quantitative research methods.Quantitative research method is  used to answer objectivesresearch, namely knowing environmental conditions of tourism activities and analyzing carrying capacity of the coastal tourism environment in Nambo District.The results showed that: (1) Nambo Beach is a beach consisting of white sand with a topography that is not steep, has a calm atmosphere, cold air and beautiful scenery. Nambo Beach itself has provided facilities such as parking, gazebo, shower and trash cans. But there are still visitors who throw garbage carelessly so that they pollute the neighborhood of Nambo;(2) Based on the calculation of the environmental carrying capacity of the Nambo Beach tourist attraction,then obtained the value of the physical carrying capacity (PCC), the maximum number of touristswhich can be accepted in the tourist area with an area of 10.3 acre for 3,961 tourists/daywith a value of management capacity (MC) of 0.54 and an effective carrying capacity (ECC) of 2,138 tourists/day by considering the value of PCC and MC.Keywords: Analysis, Carrying Capacity, Beach Tourism Area


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 183
Author(s):  
Asyfa Asyfa ◽  
Irfan Ido ◽  
Nurgiantoro Nurgiantoro

Abstrak: Penelitian  ini  bertujuan  untuk  menentukan  indeks  kekumuhan  permukiman  pesisir  dan menganalisis kondisi eksisting permukiman di Kecamatan Abeli Kota Kendari dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode overlay dengan memberikan penilaian pada setiap indikator kekumuhan yang telah ditetapkan oleh Dirjen Perumahan dan Permukiman seperti: kepadatan bangunan, kelayakan bangunan, aksesibilitas lingkungan, drainase lingkungan,  pelayanan  air  bersih,  pengelolaan  air  limbah  dan  pengelolaan  persampahan.  Hasil penelitian menunjukkan bahwa indeks kekumuhan permukiman pesisir di Kecamatan Abeli terdiri dari dua kelas yaitu kumuh sedang dan kumuh berat. Kelas kumuh sedang dengan indeks kekumuhan 2,5-3,4 terdapat di Kelurahan Pudai RT 02, Kelurahan Lapulu RT 01 dan 02, Kelurahan Poasia RT 03 dan 05, Kelurahan Talia RT 01. Kelas kumuh berat dengan indeks kekumuhan 3,5- 4,4 terdapat pada Kelurahan Pudai RT 01, Kelurahan Lapulu RT 03 dan Kelurahan Talia RT 02, 03 dan 04. kondisi eksisting untuk tingkat permukiman kumuh sedang memiliki kondisi lingkungan umumnya cenderung menengah, dimana terdapat beberapa aspek yang memiliki kesamaan dengan permukiman kumuh ringan. Kondisi kumuh berat kondidsi lingkungannya buruk, terdapat kecenderungan bahwa semakin buruk tingkat kekumuhan permukiman, maka semakin buruk pula kondisinya dengan memilki kondisi sarana dan prasarana yang tidak memadai dan kondisi lingkungan yang kurang terjaga. Kata Kunci:  permukiman kumuh, tingkat kekumuhan, overlay parameter Abstract: This study aims to determine the slum index of coastal settlements and analyze the existing conditions of settlements in Kendari City Abeli District using quantitative descriptive analysis. This study uses the overlay method by giving an assessment of each slum indicator set by the Director General of Housing and Settlements such as: building density, building feasibility, environmental accessibility, environmental drainage, clean water services, waste water management and waste management. The results showed that the slum index of coastal settlements in Abeli  Subdistrict consisted of two classes namely medium slums and heavy slums. Where moderate slum with 2.5-3.4 slum index found in Pudai Village RT 02, Lapulu Village RT 01 and 02, Poasia Village RT 03 and 05, Talia Village RT 01. For heavy slum classes with 3.5- slum index 4.4 is found in Pudai RT 01 Village, Lapulu Village RT 03 and Talia RT 02, 03 and 04 Village. With the existing conditions for slum settlements having moderate environmental conditions generally tend to be medium, where there are several aspects that have similarities with light slum settlements . While the condition of heavy slum conditions is poor, there is a tendency that the worse the slum level of settlements, the worse the condition is by having inadequate conditions of facilities and infrastructure and adverse environmental conditions. Keywords: slum settlement, slum level, parameter overlay


2021 ◽  
Vol 5 (2) ◽  
pp. 105
Author(s):  
Erna Erna ◽  
Muliddin Muliddin ◽  
Jamal Harimudin

Abstrak: Cuaca dan iklim merupakan sebuah proses fenomena di atmosfer yang keberadaannya sangat penting dalam berbagai aktivitas kehidupan. Perhatian mengenai informasi cuaca dan iklim semakin meningkat seiring dengan meningkatnya fenomena alam yang tidak lazim terjadi atau biasa disebut dengan cuaca ekstrim yang sulit untuk dikendalikan dan dimodifikasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola dan intensitas curah hujan berdasarkan data TRMM di Sulawesi Tenggara berdasarkan aspek temporal. Metode analisis data yaitu analisis korelasi dan uji signifikan untuk mengetahui hubungan data TRMM dengan data stasiun curah hujan, serta menggunakan persamaan Mononobe untuk intensitas curah hujan. Hasil penelitian ini didapatkan bahwa pola hujan di Sulawesi Tenggara merupakan pola region A tipe monsunal dengan ciri terjadi puncak musim hujan yang terjadi antara bulan Desember, Januari, Februari dan puncak musim kemarau terjadi antara Bulan Agustus dan September. Kecendrungan intensitas curah hujan mengalami kenaikan dengan kala ulang yang lebih lama. Kata Kunci: Curah Hujan, TRMM, Monsunal Abstract: Weather and climate are a process of phenomena in the atmosphere whose existence is very important in various activities life. Concern about weather and climate information is increasing along with the increase in natural phenomena that are not uncommon or commonly referred to as extreme weather that are difficult to control and modify . This study aims to determine rainfall patterns and intensity based on TRMM data in Southeast Sulawesi based on temporal aspects. Data analysis method is correlation analysis and significant test to determine the relationship of TRMM data with rainfall station data, and using the Mononobe equation for rainfall intensity. The results of this study found that the pattern of rain in Southeast Sulawesi is a type of Region A Monsunal pattern characterized by the peak of the rainy season which occurs between December, January, February and the peak of the dry season occurs between August and September. The intensity of rainfall increases with a longer return period. Keywords: Precipitation, TRMM, Monsoonal


2021 ◽  
Vol 5 (1) ◽  
pp. 87
Author(s):  
Noor Husna Khairisa ◽  
Junun Sartohadi ◽  
M.Anggri Setiawan

Abstrak: Pertambahan jumlah penduduk, peningkatan kebutuhan, perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan diikuti dengan perkembangan usaha peningkatan kesejahteraan penduduk mengakibatkan pemusatan perhatian lebih kepada fungsi sosial ekonomi dan pemanfaatan lahan gambut dibandingkan dengan fungsi ekologinya. Masyarakat lahan gambut pada umumnya bekerja sebagai petani yang merupakan pekerjaan yang diwariskan secara turun temurun sejak awal penggunaannya. Lahan gambut di Kabupaten Barito Kuala dominan digunakan sebagai lahan pertanian padi, perkebunan karet dan perkebunan kelapa sawit dengan jumlah penduduk yang bekerja pada sektor pertanian sebanyak 18.023 jiwa. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik sosial ekonomi petani yang menggunakan lahan gambut untuk pertanian di Kabupaten Barito Kuala. Penelitian ini menggunakan metode survei. Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan Accidential Sampling. Metode deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis sosial ekonomi data petani yang dibagi menjadi 3 kelas data berdasarkan komoditas yang dominan diusahakan, yaitu padi, karet dan kelapa sawit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman usaha tani yang paling lama dimiliki oleh petani padi. Umur petani pada ketiga komoditas yang diusahakan adalah 45-59 tahun, anggota keluarga petani berkisar antara 2-6 orang. Petani memiliki tingkat pendidikan yang rendah, terutama petani padi, mereka dominan bahkan tidak lulus Sekolah Dasar (SD). Luas kepemilikan lahan adalah sedang (0,5 - 1 ha) dan luas (>1 ha). Semua petani memiliki pendapatan rendah (< 1.500.000 Rupiah), sehingga petani perlu memiliki pekerjaan tambahan entah yang masih dalam maupun diluar sektor pertanian untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kontribusi pendapatan dari pekerjaan lain pada keseluruhan pendapatan petani adalah sebesar 70% - 91%. Kata kunci: Petani, Lahan Gambut, Sosial-Ekonomi, Pertanian


Sign in / Sign up

Export Citation Format

Share Document